You are on page 1of 24

BAB II

DASAR TEORI
A. Ikan Tuna
Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti cerutu.
mempunyai dua sirip pungung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari
sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip
punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip
ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung
hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak
gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang
berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983)
Menurut Saanin (1984), klasisifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut :
a. Thunnus alalunga (Albacore)
b.Thunnus albacores (Yellowfin Tuna)
c.Thunnus macoyii (Southtern Bluefin Tuna)
d.Thunnus obesus (Big eye Tuna)
e.Thunnus tongkol (Longtail Tuna)
Tuna termasuk perenang cepat dan terkuat di antara ikan-ikan yang
berangka tulang. Penyebaran ikan tuna mulai dari laut merah, laut India, Malaysia,
Indonesia dan sekitarnya. Juga terdapat di laut daerah tropis dan daerah beriklim
sedang (Djuhanda, 1981). Adapun bentuk tubuh beberapa species ikan tuna dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
5
a. b.
c. d.
e. f.
a. Tongkol (Euthynnus affinis) d. Madidihang (Thunnus albacores)
b. Mata besar (Thunnus obesus) e. Albacor (Thunnus alalunga)
c. Tuna sirip biru (Thunnus maccoyii f. Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Gambar 2.1 Bentuk tubuh beberapa spesies ikan tuna
(Sumber : Balai Besar Pengembangan & Pengendalian Hasil Perikanan)

Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan
lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2g/100g daging.
Lemak antara 0,2 2,7g/100g daging. Di samping itu ikan tuna mengandung
mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B
(thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of Health Education and Walfare (1972
yang diacu Maghfiroh, 2000). Komposisi nilai gizi beberapa jenis Komposisi nilai
gizi beberapa jenis ikan tuna dapat dilihat dalam Tabel 2.1 dan produksi ikan tuna
di Indonesia di sajikan dalam Tabel 2.2.
6
Tabel 2.1 Komposisi nilai gizi beberapa jenis ikan tuna
Komposisi
Jenis Ikan Tuna
Satuan
Bluefin
Skipjack
Yellowfin
Energi
Protein
Lemak
Abu
Kalsium
Fosfor
Besi
Sodium
Retinol
Thiamin
Riboflavin
Niasin
121,0
22,6
2,7
1,2
8,0
190,0
2,7
90,0
10,0
0,1
0,06
10,0
131,0
26,2
2,1
1,3
8,0
220,0
4,0
52,0
10,0
0,03
0,15
18,0
105,0
24,1
0,1
1,2
9,0
220,0
1,1
78,0
5,0
0,1
0,1
12,0
Kal
g
g
g
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
mg
Sumber : Departement of Health, Education and Walfare (1972 yang diacu
Maghfiroh, 2000
Tabel 2.2 Produksi ikan tuna tahun 1992- 2001
Tahun
Produksi (ton)
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
89.330
101.688
115.549
116.214
168.122
136.474
163.241
153.110
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2003)
7
Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar
antara 45 - 50 % dari tubuh ikan (Suzuki, 1981). Untuk kelompok ikan tuna, bagian
ikan yang dapat dimakan berkisar antara 50 - 60 % (Stanby, 1963). Kadar protein
daging putih ikan tuna lebih tinggi dari pada daging merahnya. Namun sebaliknya
kadar lemak daging putih ikan tuna lebih rendah dari daging merahnya.
Pembagian daging merah ikan tuna dapat dilihat pada Gambar 2.2 .
Gambar 2.2 Letak daging merah pada jenis ikan tuna
(http://www.jakartafishport.com/ikan-tuna.jpg)
Daging merah tuna dapat dibedakan berdasarkan lapisan lemaknya yaitu
otoro, chutoro dan akami (Gambar 2.3). Otoro terdapat pada bagian perut bawah,
berwarna lebih terang karena lebih banyak mengandung lemak dan lebih mahal
dibandingkan chutor.
Gambar 2.3 Pembagian daging merah tuna berdasarkan lapisan lemak
Daging merah ikan adalah lapisan daging ikan yang berpigmen kemerahan
sepanjang tubuh ikan di bawah kulit tubuh. Jumlah daging merah bervariasi mulai
8
kurang dari 1 2 % pada ikan yang tidak berlemak hingga 20 % pada ikan yang
berlemak. Diameter sel atau jaringan otot pada daging merah lebih kecil (Okada,
1990). Daging merah kaya akan lemak, suplai oksigen dan mengandung
mioglobin. Daging merah pada ikan pelagis memungkinkan jenis ikan
ini berenang pada kecepatan yang tetap untuk memperoleh makanan dan
untuk bermigrasi (Learson dan Kaylor, 1990). Okada (1990) menyatakan bahwa
daging merah mengandung mioglobin dan hemoglobin yang bersifat
prooksidan serta kaya akan lemak. Warna merah pada daging ikan
disebabkan kandungan hemoproteinnya tinggi yang tersusun atas protein
moiety, globin dan struktur heme. Di antara hemoprotein yang ada,
mioglobin adalah hemoprotein yang terbanyak. Lebih 80 % hemoprotein pada
daging merah adalah mioglobin dan hemoglobin. Kandungan mioglobin pada
daging merah ikan tuna dapat lebih dari 3.500mg/100g (Watanabe, 1990). Hal ini
yang menyebabkan mudahnya terjadi ketengikan pada daging merah ikan tuna
(Okada, 1990).
B. Komponen Komponen Utama Mesin Pencacah Ikan
1. Motor Penggerak
Motor adalah penggerak mula dari suatu mesin. Dalam merencanakan
mesin ini penulis menentukan putaran dan daya motor sesuai dengan keperluan
mesin tersebut.
Adapun teori perhitungan daya sebagai berikut :
a. Perhitungan daya kerja
Daya P (watt) yang dibutuhkan suatu benda dalam gerakan melingkar dapat
dihitung berdasarkan rumus :
P = T .
Dimana :
T = Torsi [Nm
2
]
P = Daya motor [watt]
9
= kecepatan sudut benda yang berputar [rad/s]
= dimana n adalah kecepatan putar kipas
Setelah didapatkan besaran nilai torsi (T) maka gaya total yang bekerja pada
kipas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
F =
R
T
Dimana : F = gaya yang bekerja pada kipas
R = jarak gaya ke sumbu poros (jari jari)
b. Perhitungan daya kerja yang terjadi
Transmisi daya dibutuhkan akibat adanya beban terutama gesekan yang
menimbulkan gaya gesek (F
gesek
) pada benda tersebut.
F
gesek
= . Fn
Dimana : F
g
= gaya gesek [N]
Fn = gaya normal [N]
=: koefisien gesek
Torsi yang terjadi :
T = F
gesek
x r
Dimana : T = Torsi
r = jari jari kipas
Daya P [watt] yang dibutuhkan suatu benda dalam gerakan melingkar dapat
dihitung berdasarkan rumus :
P = T .
Dimana : T = Torsi [Nm
2
]
P : Daya motor [watt]
: Kecepatan sudut benda yang berputar [rad/s]
10
c. Perhitungan daya rencana
Daya rencana dapat dihitung dengan rumus :
Pd = fc x P [kW] ..................................................(Sularso, 1987 : hal.7)
Dimana : Pd : daya rencana [HP]
fc : faktor koreksi (1,2)
P : daya motor [Watt]
2. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam permesinan.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
tramnsisi seperti itu di pegang oleh poros.Menurut Stolk Jac, Elemen Mesin
(1994;169) Poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu
elemen mesin ke elemen mesin yang lain. Dalam hal ini poros akan mengalami
sebuah puntiran.
Dibawah ini terdapat beberapa defenisi dari poros, diantaranya :
a. Shaft adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya
mesin ke mekanisme lainnya.
b. Axle adalah poros yang pendek, terdapat pada mesin perkakas,
amampu dan aman terhadap momen bending.
c. Line shaft adalah suatu poros yang berhubungan langsung dengan
mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari dua
mekanisme yang berputar dan daya yang dipindahkan relatif lebih kecil.
Hal hal yang harus diperhatikan dalam menentukan perencanaan sebuah poros,
antara lain :
a. Kekuatan poros
11
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Poros yang direncanakan harus cukup kuat
untuk menahan beban beban tersebut.
b. Kekakuan poros
Suatu poros disamping mempunyai kekuatan yang cukup, juga mampu
menahan lenturan atau defleksi puntiran yang besar, karena disamping kekuatan
poros, kekakuan juga harus diperhatikan.
c. Putaran kritis
Apabila suatu putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran tertentu,
maka akan mengalami getaran yang lebih besar. Sebaliknya poros direncanakan
putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
d. Korosi
Untuk mencegah terjadinya korosi pada poros mesin yang sering tidak
beroperasi, maka sebaiknya diberi perlindungan terhadap korosi. Bahan bahan
tahan korosi harus dipilih misalnya untuk poros propeler dan pompa bila terjadi
kontak dengan fluida yang korosif.
e. Bahan poros
Bahan poros yang direncanakan harus disesuaikan dengan fungsi atau
penggunaannya, misalnya untuk putaran tinggi dan beban berat umumnya
digunakan baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan terhadap keausan.
Pada mesin ini poros akan mengalami beban puntir dan lentur sehingga
besar diameter poros dapat dihitung dengan rumus :
( ) ( ) ( )
3
1
2 2
) ( / 1 , 5
1
]
1

+ KtT KmM a d
..................(Sularso,1987
hal. 18)
Dimana : d = Diameter poros yang direncanakan [mm]
= Tegangan gerser material poros [N/mm]
Km = Faktor koreksi untuk momen lentur = 2,0 3,0
Kt = Faktor koreksi untuk momen puntir = 1,5 3,0
M = Momen bengkok [Nmm]
12
T = Torsi [Nmm]
Tegangan geser ijin pada poros dapat dihitung dengan rumus :

2 1xSf Sf
b
a


[N/mm
2
] ..........................(Sularso, 1987, hal.18)
Dimana :
b
= Kekuatan tarik bahan [N/mm
2
]
= 360 [N/mm
2
] untuk bahan St. 60 .......(G. Nieman, 1994 : 96)
Sf
1
= Faktor keamanan
5,6 untuk bahan SF untuk kekuatan yang dijamin
6,0 untuk bahan SC dengan pengaruh massa
Sf
1
= Faktor keamanan = 1,3 3,0
3. Pasak
Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga Elemen Mesin (1987;25),
Pasak merupakan suatu elemen mesin yang digunakan untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, pulli, dan kopling pada poros. Menurut letak pada
poros dapat dibedakan antara pasak rata, pasak benam, dan pasask
singgung, yang umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah memanjang
dapat membentuk prismatis atau bentuk tirus. Pasak benam prismatis ada
yang khusus dipakai sebagai pasak luncur.
Gambar 2.5 Macam-macam jenis pasak
13
Sumber: Sularso dan Kiyokatsu suga. Elemen Mesin (1987:24)
Menurut Sularso dan Kiyokatsu suga (1987 : 25), Gaya tangensial yang
terjadi pada poros dapat dihitung dengan persamaan:
Dimana : Ft = gaya tangensial pada permukaan poros (kg)
T = momen punter (kgmm)
ds = diameter poros (mm)
4. Sabuk dan puli
a). Sabuk
Sabuk adalah suatu elemen mesin yang fleksibel yang dapat digunakan
untuk menstransmisikan torsi dan gerakan berputar dari suatu komponen ke
komponen lainnya, dimana sabuk dililitkan pada puli yang melekat pada poros yang
akan berputar.
Sabuk V terbuat dari karet dengan inti tenunan tetoron atau semacamnya
dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V dibelitkan disekeliling alur puli
yang berbentuk V pula.
Dibanding dengan roda gigi atau rantai, sabuk V banyak memilki
keunggulan dan keuntungan, diantaranya :
Dapat menyerap beban kejut/meredam getaran ;
Bekerja/pergerakannya lebih halus ;
Tidak berisik ;
Harga relatif murah dan banyak tersedia dipasaran.
Dimensi yang penting dalam perencanaan penggunaan sabuk (terutama sabuk
V) meliputi :
Diameter puli dan panjang sabuk ;
14
2 / ds
T
Ft
Karakter opersional, seperti rasio, kecepatan sudut, besarnya putaran
dan jarak antar sumbu poros.
Penggunaan transmisi sabuk dapat dibagi menjadi :
a. Untuk poros yang berjarak sampai 10 [mm], dengan perbandingan
putaran 1:1sampai dengan 6:1 digunakan sabuk rata.
b. Untuk poros yang berjarak sampai 5 [mm], dengan perbandingan
putaran 1:1 sampai dengan 7:1 digunakan sabuk trapesium.
c. Untuk poros yang berjarak sampai 2 [mm], dengan perbandingan putaran
1:1 sampai 7:1 digunakan sabuk V dengan gigi yang digerakkan
sprocket..........(Sularso, 1980 : 162)
Penggolongan sabuk terdiri atas :
a. Sabuk datar ( flat belt )
Sabuk datar terbuat dari kulit yang disamak atau kain yang diresapi dengan
karet. Sabuk ini terdiri dari inti elastis yang kuat, seperti baja atau nilon, untuk
menerima beban tarik dan memindahkan daya, digabung dengan selubung yang
lugas untuk memberikan gesekan ke puli. Sabuk datar efesien untuk kecepatan
tinggi, tidak bising, dapat memindahkan daya yang besar pada jarak sumbu yang
panjang, dan dapat memindahkan daya antara puli pada posisi yang lurus satu sama
lain.
b. Sabuk V (V belt)
Sabuk V terbuat dari kain dan benang yang diresapin dengan karet, dipakai
pada ikatan yang lebih pendek dari pada sabuk datar.
c. Sabuk V yang bermata rantai (Link V belt)
Sabuk ini terbuat dari kain berkaret yang bermata yang digabungkan dengan
alat pengikat logam yang sesuai.
d. Sabuk pengatur waktu (Timing Belt)
Sabuk pengatur waktu dari kain berkaret dan kawat baja, yang mempunyai gigi
yang cocok dengan alur yang dibuat disekeliling puli. Sabuk ini tidak akan slip dan
karena itu akan memindahkan daya pada perbandingan kecepatan sudut yang
konstan.
15
Dalam perancangan ini, sabuk yang digunakan adalah sabuk jenis V yang
terbuat dari karet.......................................................................(Sularso, 1987: 164)
Gambar 2.6 Sabuk

Dibawah ini contoh gambar konstrusi sabuk V dan penampang sabuk.
Keterangan :
1. Terpal
2. Bagian penarik
3. Karet pembungkus
4. Bantalan karet
Gambar 2.7 Konstruksi Sabuk V
Tipe dari beberapa penampang sabuk V beserta sabuk ukurannya dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.8 Tipe dan ukuran penampang sabuk V
Adapun teori perhitungan sabuk yaitu sebagai berikut :
a. Kecepatan linier sabuk
16
1000 60x
dn
v

[m/s] ..............................................(Sularso, 1987 : 166)


Dimana : v = kecepatan linier sabuk [m/s]
d = diameter puli penggerak [mm]
n = putaran [rpm]
b. Panjang keliling sabuk (L)
2
) (
4
1
) (
2
2
p p p p
d D
c
d D C L + + +

.....(Sularso, 1987 : 170)
Dimana : C = jarak antara sumbu kedua poros puli (2.D
p
)
= 1,5 2 diameter puli besar ................(Sularso, 1987 :170)
D
p
= diameter puli penggerak/diameter efektif puli besar [inchi]
d
p
= diameter puli yang digerakkan/diameter efektif puli kecil [inchi]
Jika sabuk yang digunakan lebih panjang dari sabuk yang diperoleh dari
perhitungan, maka jarak antar sumbu poros harus diperpanjang.
Jarak antara sumbu puli yang sebenarnya :
8
) ( 8
2 2
p p
d D b b
c


Dimana : b = 2L (D
p
d
p
) [mm]
L = panjang sabuk yang digunakan
D
p
= diameter puli penggerak/diameter efektif puli besar [inchi]
d
p
= diameter puli yang digerakkan/diameter efektif puli kecil [inchi]
c.Sudut kontak antara sabuk dengan puli penggerak
C
d D
p p
) ( 57
180
2

[rad].....................(Sularso, 1987 : 173)
Dimana : = Sudut kontak antara sabuk dengan puli penggerak
17
d. Tegangan sabuk
Gaya tarik efektif (Fe)
Fe = T
1
T
2

v
p
Fe
. 102

Dimana : v = kecepatan linier sabuk [m/s]


P = daya yang ditransmisikan oleh puli penggerak [kW]

e
T
T

2
1
............(Sularso, 1991 : 171)
Dimana : T
1
= tegangan sisi kencang sabuk [kg]
T
2
= tegangan sisi kendor sabuk [kg]
e = bilangan alam = 2,71282
= koefisien gesek antara sabuk dengan puli = 0,45 0,6
= sudut kontak sabuk
e. Tegangan tarik ijin
Tegangan tarik ijin () dapat dihitung dengan rumus :
T
1
= A . [kg]
Dimana : A = luas penampang [m
2
]
T
1
= tegangan sisi kencang sabuk [kg]
= tegangan tarik ijin = 4 [N/mm
2
] ........(Jack. Stock, 1994 : 470)
f. Tegangan maksimum yag terjadi pada sabuk,
T
1
= . b . t [kg] ......................(R. S. Khurmi, 2004 : 330)
Tegangan tarik yang terjadi akibat gaya tarik T
1
, harus lebih kecil dari tegangan
tarik ijin sabuk (
as
) :
18

as
= 4 5 [N/mm
2
] ...........(Elemen Mesin, J. Stock, 1994 : 470)
g. Daya yang ditransmisikan:
P
0
= ( T
1
T
2
) v .................(R. S. Khurmi, 2004)
Dimana : T
1
= gaya tegang sisi kencang [N]
T
2
= gaya tegang sisi kendor [N]
P
0
= daya yag ditransmisikan [watt]
b). Puli
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan motor
diesel ke poros pertama , lalu memindahkannya ke poros kedua(poros utama) yang
memutar kipas pencuci. Pada umumnya puli dibuat dengan besi cor kelabu.
Gambar 2.9 Puli
Untuk menentukan putaran mesin Pencacah Ikan Tuna untuk Pembuatan Abon
dengan putaran pada puli penggerak yang terdapat pada puli yang digerakkan untuk
mencari putaran dapat kita ambil persamaan dibawah ini :
p
p
d
D
n
n

2
1 ................................................(Sularso, 1987 : 166)
Dimana : n
1
= putaran puli penggerak [rpm]
n
2
= putaran puli yang digerakkan [rpm]
D
p
= diameter puli penggerak [inchi]
19
d
p
= diameter puli yang digerakkan [inchi]
5. Bantalan ( Bearing )
Bantalan adalah suatu elemen mesin yang mendukung poros berbeban
dan berputar sehingga putaran dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang
umur.
Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
1) Bantalan gelinding (rolling contact bearing), pada bantalan ini terjadi
gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui
elemen gelinding seperti bola (peluru), rol jarum dan rol bulat.
2) Bantalan luncur (sliding bearing), pada bantalan ini terjadi gesekan luncur
antara poros dan bantalan karena ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Atas arah beban yang didukung
1) Bantalan aksial (thrust bearing), arah beban yang ditumpu oleh bantalan
arahnya searah/sejajar dengan sumbu poros, seperti : axial ball bearing
untuk gaya yang besar dan tapper bearing untuk gaya yang kecil.
2) Bantalan radial (radial bearing), arah beban yang ditumpu oleh bantalan
arahnya tegak lurus dengan sumbu poros, seperti : radial ball bearing yang
merupakan jenis bantalan gelinding untuk gaya besar dan sliding bearing.
3) Bantalan kombinasi (dapat mendukung beban aksial dan radial), bantalan
ini mampu menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus dengan
sumbu poros, seperti : axial radial ball bearing.
20
Gambar 2.10 Bearing (bantalan)
Tabel 2.3 Perbedaan bantalan luncur dengan bantalan gelinding
Bantalan luncur Bantalan gelinding
Mampu menahan beban tinggi
karena permukaan kontak lebih luas
Beban rendah karena permukaan
kontak kecil
Konstruksi sederhana Konstruksi rumit
Putaran tinggi
Putaran harus rendah karena
elemen gelinding mempunyai gaya
sentrifugal
Gesekan tinggi Gesekan rendah
Pelumasan sulit Pelumasan mudah
Dasar pemilihan bantalan gelinding:
a. Perhitungan bebean ekivalen dinamis
Untuk beban radial:
P
r
= X.V.F
r
+ Y. F
a
............................(Sularso, 1987;135)
Dimana : Pr = Beban ekivelen dinamis ( Kg )
X = Faktor beban
V = Faktor rotasi
= 1 jika cincin dalam yang berputar
21
= 1,2 jika cincin luar yang berputar
Fr = Beban radial
Fa = Beban aksial
Untuk bantalan aksial;
P = X.F
r
+ Y. F
a
....................(Sularso, 1987;135)
b. Perhitungan beban ekivalen statis
Untuk beban radial ekivalen statis:
P
0
= X
0
.F
r
+ Y
0.
F
a
...............(Sularso, 1987:135)
Jika Po < Fr, maka diambil Po = Fr
c. Perhitungan umur nominal
Faktor kecepatan :
3
1
3 . 33

,
_

n
f
n


...............................................(Sularso, 1987 : 136)
Faktor umur :
P
C
f f
n h

....................................................(Sularso, 1987 : 136)
Dimana : C = beban nominal dinamik spesifik [kg]
P = beban ekivalen dinamis [kg]
Umur nominal (Lh)
L
h
= 500 f
h
3
..........................(Sularso, 1987 : 136)
Dengan bertambah panjangnya umur karena adanya perbaikan besar dalam
mutu bahan dan karena tuntutan keandalan yang tinggi, maka bantalan modern
direncanakan dengan Lh yang dikalikan dengan faktor koreksi. Jika Ln menyatakan
keandalan umur (100 n ) [%], maka :
L
n
= a
1
. a
2
. a
3
. L
h
................(Sularso, 1987 : 136)
22
Dimana : a
1
= faktor keandalan,
a
1
= 1 bila keandalan 90 [%] dipakai seperti biasanya atau 0,21 bila
keandalan 99 [%] dipakai.
a
2
= 1, untuk faktor bahan baja bantalan yang dicairkan secara terbuka
a
1
= 1, untuk faktor kerja kondisi normal
Gambar 2.11 Macam-macam bantalan gelinding
Sumber: Sularso dan Kiyokatsu suga. Elemen Mesin (1987:129)
6. Baut dan mur
Menurut R.S Khurmi dan J.K Gupta (1982;77), Baut dan mur merupakan
alat pengikat yang sangat penting, untuk mencegah kerusakan dan kecelakaan pada
mesin dan elemen lainnya. Untuk menentukan ukuran baut dan umur
berbagai faktor harus diperhatikan seperti gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja,
23
kekuatan bahan, ketelitian kelas.Menurut bentuknya, baut dapat digolongkan atas :
1. Baut segi enam
2. Baut kepala persegi
3. Socke segi enam
Menurut R.S Khurmi dan J.K Gupta (1982:77), untuk menghitung tegangan
geser yang diterima pada setiap baut dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Dimana : g = Tegangan geser yang terjadi (kg/mm
2
)
F1 = Gaya yang terjadi pada baut (kg)
A = Luas penampang (mm
2
)
7. Roda Gigi
Roda gigi adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransfer
daya dari satu poros ke poros lain tanpa terjadi slip. Tranmisi roda gigi mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan sabuk atau rantai dimana lebih ringkas,putaran
lebih tinggi, tepat dan daya lebih besar.
a. menghitung gaya tangensial yang terjadi
Untuk menghitung besarnya gaya tangensial yang terjadi dapat
menggunakan persamaan yaitu sebagai berikut :
Besarnya kecepatan dari roda gigi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Dimana : do = Diameter lingkaran jarak bagi
n = Putaran poros
24
V
xpd
Ft
102

A
F
g
1

) / (
1000 . 60
. 0 .
s m
n d
V

b. Menghitung gaya radial


Untuk menghitung gaya radial yang terjadi dapat mengunakan persamaan
yaitu :
Fr = Ft tan
Gambar 2.12 Macam-macam roda gigi
Sumber: Sularso dan Kiyokatsu suga. Elemen Mesin (1987:214)
8. Mata pencacah
Mata pencacah adalah bagian dari silinder yang berfungsi untuk mencacah
atau memarut ikan untuk menjadi serbuk-serbuk. Merupakan komponen utama
yang terpasang pada silinder.
Tegangan bengkok pada suatu bidang dapat ditentukan dengan persamaan :
25
2 1 2 1 .(
3
A A A A
h
V + + +
b = ................................( Verlag Dr.-Ing. P. Chirstiani, hal 28)
Dimana : b = Tegangan bengkok (kg/mm
2
)
Mb = Momen bengkok
Wb = Momen tahanan bengkok
9. Silinder pencacah
Silinder pencacah adalah sebagai media pencacah yang berputar dan pada
permukaanya dilapisi mata pencacah. Untuk bahan silinder akan direncanakan
terbuat dari kayu maupun besi.
Volume silinder dapat ditentukan dengan persamaan :
) 2 2 (
4
.
d D
h
V

............Verlag Dr.-Ing. P. Chirstiani, hal 15)
Dimana : V = Volume silinder
h = Tinggi silinder
D = Diameter luar silinder
d = Diameter dalam silinder
10. Saluran masuk (hopper)
Saluran masuk adalah berfungsi sebagai tempat pemasukan ikan tuna yang
telah melewati proses perebusan, adapun bahan yang akan direncanakan untuk
pembuatan hopper adalah plat yang mampu menahan dan tahan terhadap korosi.
Dimana : V =Volume benda
h = Tinggi
A1 = Area dasar
A2 = Area permukaan puncak
Luas area dasar dan permukaan puncak dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
A = l . P
26
Wb
Mb
Dimana : A = Area
L = Lebar
P = Panjang
11. Saluran keluar
Saluran keluar adalah tempat luarnya daging-daging ikan yang telah di
cacah oleh silinder pencacah. Bahan yang akan direncanakan adalah plat besi dan
tahan terhadap korosi.
12. Rangka
Rangka adalah sebuah kontruksi penahan mesin. Rangka yang
direncanakan harus tahan terhadap fibrasi, reduksi dan mampu menahan beban
mesin dan ikan yang akan di cacah. Bahan yang akan di rencanakan adalah besi
siku.
C. Tinjauan Kepustakaan
1. Mesin Pencacah ikan milik Nelayan Di Pesisir Aceh
Mesin yang digunakan Nelayan merupakan mesin yang dimodifikasi baru.
Mesin pencacah Ikan yang digunakan berkapasitas 100 kg/jam. Pada mesin
pencacah ikan ini ada beberapa hal yang harus diperbaiki, baik dari kapasitas dan
juga komponen mesin, maksudnya pada bagian tertentu terdapat komponen mesin
yang tidak standard yang amat sulit di cari di pasaran.
2. Prinsip Kerja Mesin Pencacah Ikan
Pada prinsipnya mesin pencacah ikan ini memanfaatkan gerak putar (rotasi)
awal dari motor listrik (0,5 HP). Daya dan putaran dari Motor listrik ini akan
ditransmisikan melalui puli dan sabuk yang akan memutarkan poros
pencacah.Kemudian poros pencacah ikan tersebut mencacah daging ikan menjadi
suiran daging sebagai bahan awal pembuatan abon.
27
3. Proses Pembuatan Mesin Pencacah Ikan
. Proses pembuatan mesin ini tidak jauh berbeda dengan mesin yang
dirancang oleh penulis sendiri, namun ada sedikit perbedaan yaitu pada
perancangan mesin pencuci kedelai yang dibuat penulis banyak menggunakan baut
dan umur sebagai pengganti pengelasan untuk menyatukan komponen yang satu
dengan komponen lainnya.
4. Keunggulan Mesin Pencacah ikan
Dari penjelasan diatas merupakan dasar dari perancangan yang dilakukan
penulis terhadap pembuatan mesin pencacah ikan yang lebih efisien. Prinsip kerja
mesin pencacah ikan yang dirancang sama dengan prinsip kerja mesin pencacah
ikan sebelumnya.
Adapun keunggulan dari mesin pencacah yang dirancang oleh penulis
diantaranya :
a. Proses pemasangan komponen mesin pencacah ikan
Pada mesin pencacah ikan yang dirancang penulis, penggunaan baut dan
mur sangat dominan. Karena baut dan mur sebagai pengikat antara satu komponen
dengan komponen lainnya. Hal ini memudahkan proses pemasangan. Komponen
mesin dapat dipisahkan satu persatu, sehingga pada saat mesin akan dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lain kita tidak perlu menggunakan banyak tenaga
manusia.
b. Proses pencacahan lebih efisien
Pada mesin pencacah sebelumnya proses pencacahan harus Dilakukan
beberapa kali apabila terdapat hasil cacahan belum halus oleh karena itu kami
merancang mata pencacah sedemikian rupa agar proses pencacahan tidak perlu
diulang-ulang.Disini kami membuat jarak antar mata pencacah agak lebih sempit
dan menggunakan bantalan terbuka yang memungkinkan mata pencacah mencacah
dan bergerak sempurna.
28

You might also like