You are on page 1of 48

ANASTESI UMUM

Disusun Oleh Nurul Maulidia 2007730095 Pembimbing Dr. Helmi Prassetio Sp An

PENDAHULUAN
Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran & bersifat reversible

PENDAHULUAN
TRIAS ANESTESIA

Hipnosis Analgesia Relaksasi Otot

STADIUM ANESTESIA
Stadium

1 : Stadium Analgesia / Disorientasi Stadium 2 : Stadium Hipersekresi / Delirium Stadium 3 : Stadium Pembedahan
Plana 1 Plana 2 Plana 3 Plana 4

Stadium

4 : Stadium Paralisis

PLANA 1
Ventilasi

teratur Sifatnya torako abdominal Pupil Miosis Reflek cahaya positif Lakrimasi meningkat Reflek faring & muntah (-) Tonus otot mulai menurun

PLANA 2
Ventilasi

teratur Sifatnya abdomino torakal Volume tidal menurun Frekuensi nafas meningkat Pupil mulai midriasis Reflek cahaya menurun Reflek kornea (-)

PLANA 3
Ventilasi

teratur Sifatnya abdominal Lakrimasi (-) Pupil melebar & sentral Reflek laring (-) Tonus otot makin menurun

PLANA 4
Ventilasi

tidak teratur & tidak adekuat Tonus otot sangat menurun Pupil midriasis

PENDAHULUAN
Perjalanan anestesi umum terdiri dari 6 bagian : Premedikasi Induksi Pemeliharaan Pengembalian Pemulihan Masa Pasca operasi

PREMEDIKASI
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesia dg tujuan: Menimbulkan rasa nyaman pd pasien Memudahkan induksi Mengurangi jumlah obat-obat anestesika Menekan refleks-refleks yg tdk di inginkan Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas

PREMEDIKASI
Waktu & Cara Pemberian Obat : Pemberian secara subkutan tdk efektif Pemberian secara IM minimum Pemberian secara IV pd kasus darurat Obat2an premedikasi secara IV dpt menyebabkan sedikit hipotensi kecuali atropin & Miosin

PREMEDIKASI
Obat yg sering digunakan : Morfin Pethidin Barbiturat Tranquilizer Antikolinergik

INDUKSI ANESTESIA
Induksi anestesia ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan Pembedahan

CARA PEMBERIAN OBAT


Parenteral

Intra Vena

Perektal

Intra Muskular

Perinhalasi

ANESTESIA IV
Paling

banyak dikerjakan & di gemari Dikerjakan dg hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan terkendali Diberikan dg kecepatan 30-60 detik Cara Pemberian : Suntikan tunggal Suntikan berulang Lewat infus

ANESTESIA IV
Tiopentone

Sodium (Tiopental) Di-Isopropyl Phenol (Propofol) Ketamin (Ketalar) Diazepam (Valium)

TIOPENTON SODIUM (TIOPENTAL)


Metabolisme

terutama di hepar Hanya sebagian kecil keluar lewat urine Daya kerja singkat Dosis Dewasa : 3-5 mg/kgbb dg kepekatan 2,5% Anak : 5-6 mg/kgbb Bayi : 7-8 mg/kgbb

DI-ISOPROPYL PHENOL (PROPOFOL)


Dikemas

dl cairan emulsi lemak berwarna putih susu Suntikan IV bersifat nyeri Sebelumnya diberikan analgetik Dosis Induksi : 2 - 2.5 mg/kgbb Pada manula dosis dikurangi Tidak dianjurkan pd wanita hamil & anak < 3tahun

KETAMIN (KETALAR)
Efek analgesia yang kuat tetapi efek hipnotik kurang Kurang digemari untuk induksi anestesia Sering menimbulkan : Takikardi Hipersalivasi Nyeri kepala Jika digunakan sebaiknya sebelumnya diberikan : sedasi (midasolam/diazepam dg dosis 0,1 mg/kgbb IV) Untuk mengurangi salivasi Sulfas Atrofin 0,01 mg/kgbb Dosis awal 1-4 mg/kgbb Lama kerja 15-20 menit Dosis tambahan 0,5 mg/kgbb

DIAZEPAM (VALIUM)
0.2-1

mg/kgbb

ANESTESIA IM
Ketamin

5-7 mg/kgbb

ANESTESIA INHALAN
N2O

Halotan

Enfluran

Isofluran

Desfluran

Sevofluran

N2O
Bersifat

anestetik lemah,tetapi analgesi kuat Pemberiannya harus disertai O2 minimal 25% Dikombinasi dg cairan anestetik lain, mis:Halotan

HALOTAN
Sering digunakan sebagai induksi anastesia kombinasi dengan N2O. Halotan menyebabkan vasodilatasi serebral meninggikan aliran darah otak yang sulit dikendalikan dengan teknik anastesia hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk bedah otak

Cair, tdk berwarna, berbau enak, tdk mudah meledak dan terbakar. Anestetik kuat tapi analgesik lemah. Secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis. Penurunan td : a. depresi langsung dari miokard b. dihambatnya refleks baroreseptor terhadap hipotensi

Efek Samping - bradikardi - refleks vagal meningkat - vasodilatasi pemlh darah otot dan otak

- aritmia jantung +agonis adrenergik 1. ventilasi memadai 2. kadar epi < 1:100.000 3. dosis dewasa , 10 ml dl larutan 1:100.000 dlm 10 menit atau 30 ml dlm 1 jam

Penggunaan berulang dapat menyebabkan nekrosis hati, dengan gejala anoreksia, mual, dan muntah Eksresi : 20 % metabolisme tubuh urine

PEMELIHARAAN (MONITORING)
Masa pemeliharaan adalah masa sesudah induksi & ketika prosedur pembedahan atau prosedur lain dilaksanakan.

PEMELIHARAAN (MONITORING)
Tujuan Monitoring untuk membantu anestesis mendapatkan informasi fungsi organ vital selama perianestesi, supaya dapat bekerja dengan aman

PEMELIHARAAN (MONITORING)
Monitoring

Kardiovaskular Monitoring Respirasi Monitoring Suhu badan Monitoring Ginjal Monitoring Blokade Neuromuskular Monitoring Sistem saraf

MONITORING KARDIOVASKULAR
Non-Invasif

Invasif

Nadi Tekanan Darah Banyaknya Perdarahan

(Tak langsung)

Biasanya dikerjakan untuk bedah khusus atau pasien keadaan umum kurang baik dengan kanulasi

(Langsung)

MONITORING RESPIRASI
Tanpa

Stetoskop Oksimetri

Dengan inspeksi gerakan dada-perut Warna mukosa bibir, kuku, ujung jari Dengan stetoskop prekordial atau esofageal dapat didengar suara pernafasan Untuk mengetahui saturasi Oksigen

alat

denyut (Pulse Oximetry)

Kapnometri

Untuk mengetahui secara kontinyu kadar CO2 Kadar CO2 normal 35-45 mmHg

PEMULIHAN
Masa ini dapat dibagi dalam 3 bagian : Masa pengembalian (reversal) Masa Pemulihan awal Masa Pemulihan lanjut

ANATOMI JALAN NAFAS

PELUMPUH OTOT

PENDAHULUAN

Relaksasi otot lurik dicapai dengan:

- Mendalamkan anestesia umum inhalasi - Melakukan blokade saraf regional - Memberikan pelumpuh otot

Pendalaman anestesia beresiko depresi napas dan depresi jantung blokade saraf terbatas penggunaannya

Sebelum dikenal obat penawar pelumpuh otot, penggunaan pelumpuh otot sangat teratas. Sejak ditemukan penawar pelumpuh otot dan penawar opioid, panggunaan keduanya hampir rutin Anestesia tdk perlu dalam, hanya sekedar tdk sadar. Otot lurik dapat di berikan pelumpuh otot

CARA KERJA
Pelumpuh otot bekerja sebagai blokade neuromuskular Setiap serabut saraf motorik mensarafi beberapa serabut otot lurik. Akibat rangsangan depolarisasi pada terminal saraf Influks ion kalsium memicu keluarnya asetil-kolin sebagai transmitter.

Asetilkolin saraf menyeberang dan melekat pada reseptor nikotinik-kolinergik otot. Kalau jumlahnya banyak terjadi depolarisasi lorong ion terbuka ion Na dan Ca masuk K keluar kontraksi otot Asetilkolin cepat dihidrolisa oleh asetil kolin esterase menjadi asetil dan kolin lorong ion tertutup repolarisasi

PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI

Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetil kolin. Tapi di celah saraf otot tak dirusak oleh kolinesterase cukup lama berada di celah sinaptik depolarisasi (tanda: fasikulasi yg disusul relaksasi otot lurik)

GOLONGAN
Suksinil-kolin, dekametonium Di dalam vena : suksinil kolin dimetabolisir oleh kolinesterase plasma, pseudokolinesterase, menjadi suksinil monokolin. Obat anti kolinesterase di kontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase

DAPAK SAMPING SUKSINIL


Nyeri otot pasca pemberian dikurang dgn pemberian pelumpuh otot non depol dengan dosis kecil sebelumnya Peningkatan tek intraokular Peningkatan tekanan intra kranial Peningkatan tekanan intragastrik Peningkatan kadar kalium-plasma Aritmia jantung Salivasi Alergi, anafilaktik

PELUMPUH OTOT NON-DEPOLARISASI

Pelumpuh Otot Non-Depolarisasi berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya asetilkolin tdk dpt bekerja

BERDASARKAN SUSUNAN MOLEKUL,


PELUMPUH OTOT NON DEPOL DIBAGI ATAS:

a. Bensiliso-kuinolinum : d-turbokurarin, metokurin, atrakurium, doksakurium, mivakurium b. Steroid : pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium, rokuronium c. Eter-fenolik : gallamin d. Nortoksiferin : alkuronium

Berdasarkan lama kerja pelumpuh otot non depolarisasi dibagi menjadi kerja panjang, sedang, dan pendek. Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot: a. cegukan b. dinding perut kaku c. ada tahanan inflasi paru

PENAWAR PELUMPUH OTOT

Penawar pelumpuh otot bekerja pada sambungan saraf-otot yang mencegah asetil kolin bekerja asetilkolin bekerja lagi Neostigmin, piridostigmin, edrophonium Neostigmin : 0,04-0,08 mg/kg Piridostigmin 0,1-0,4 mg/kg Edrophonium 0,5-1,0 mg/kg

Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik : hipersalivasi keringatan bradikardia kejang bronkus hipermotilitas usus pandangan kabur
Pemberiannya harus di sertai dengan obat vagolitik (artropin) 0,01-0,02 mg/kg

Terima Kasih

You might also like