You are on page 1of 23

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Ikan Mas atau ikan Karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia Ikan Mas memiliki beberapa sebutan yakni Kancra, tombro, raja, rayo,atau nama lain yang sesuai dengan daerah penyebarannya.Dalam budidaya ikan sesuatu yang tidak diharapkan kehadirannya adalah Hama dan Penyakit. Ikan yang hidup dalam kondisi air yang jelek dapat mengalami tekanan (stres) sehingga mudah terjangkit oleh penyakit atau parasit. Perkembangan parasit dan penyakit dipicuh dengan memburuknnya kualitas perairan. Bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan merupakan media yang cocok bagi perkembangan parasit dan bekteri. Adapun beberapa hal yang menyerang ikan budidaya jaring apung diantarannya adalah Lingsang, kura-kura, biawak,ular air, dan burung. Biasanya jenis hama ini, sebelum memangsa ikan, terlebih dahulu menembus wadah budidaya. Adapun penyakit yang menyerang pada ikan adalah sebagai berikut : umbulan atau pembalikan lapisan air, kekurangan oksigen, dan keracunan hal ini disebabkan karena biasannya pada saat musim hujan perairan umu, terjadi perubahan suhu secara mendadak. Suhu dibagian atas menurun akibat turun air hujan, biasannya diakibatkan oleh perairan yang terlalu subur (eutrofik) atau terjadi blooming satu jenis plankton yang tidak diharapkan, seperti microcystis. Karena tidak dapat dimanfaatkan sebagai makanan ikan. Dengan adannya blooming jenis plakton ini, tentu saja akan mengakibatkan adannya persaingan pengunaan oksigen yang terlarut antara ikan budidaya dengan plankton. Persaingan seperti in

i tentu tidak diharapkan, terlebih lagi di malam hari dan pemberian pakan yang sudah kadarwarsa, berjamur, atau berkuman membahayakan atau disebabkan oleh pencemaran lingkungan, baik pencemaran fisik maupun kimia. Oleh sebab itu pengunaan atau pengendalian dalam proses budidaya sangatlah penting untuk diterapkan secara efisien dan sebaik mungkinkarena faktor tersebut sangatlah mempengharui ekositem budidaya dan pemeliharaan pada ikan mas tersebut. Salah satu cara yang dipakai dalam penanganan ikan mas agar mendapatkan hasil yang berkualitas dengan menempatkan unit budidaya pada aliran air, tidak memberikan pakan secara berlebihan, mengurangi kepadatan ikan, mengangkat ikan yang sakit dan menempatkan segera mungkin kedalam wadah berisi air bersih. Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktek kerja lapangan dengan judul Penanganan Hama dan Penyakit pada Induk IkanMas ( Cyprinus carpio)

B. PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara penanganan Hama dan Penyakit pada Induk ikan Mas (Cyprinus carpio)?

C. TUJUAN

Praktek kerja lapangan (PKL) ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui cara penanganan hama dan penyakit pada induk ikan mas (Cyprinuscarpio) 2. Mengetahui hasil diadakannya Penanganan Hama dan Penyakit pada Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio)

D. MANFAAT Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah : 1. Sebagai informasi kepada instansi terkait tentang cara penanganan hama dan penyakit pada induk ikan mas (Cyprinus carpio) 2. Mengetahui lebih lanjut tentang hama dan penyakit pada induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang terdapat di Balai Benih ikan Air Tawar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Mas (Cyprinus carpio) 1. Klasifikasi Induk Ikan Mas (Cypirnus carpio) Menurut Lineaus (1758) Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) klasifikasinnya adalah sebagai berikut: Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Cypriniformes : Cypirinidae : Cypirinus : Cypirinus carpio

(Gambar.1. Ikan mas Cyprinus carpio ) (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas)

2. Morfologi ikan mas (Cyprinus carpio)

Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.Ikan mas (Cyprinus carpio: merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia), termasuk dalam genus Cyprynidae. Di berbagai daerah, ikan mas ini disebut sebagai ikan tambra, raya, atau ameh. Ikan ini berasal dari Cina dan Rusia. Ikan ini kemudian disebarkan di daerah Eropa dan Negaranegara Asia Selatan dan Asia Timur pada abad pertengahan. Kini keberadaan ikan mas telah merata di seluruh dunia baik sebagai ikan liar maupun sebagai ikan kultur.Badan ikan mas memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan. Ikan ini mempunyai sungut dua pasang. Menurut beberapa ahli ikan, sungut inilah sebagai ciri pokok untuk membedakan ikan mas (Cyprinu scarpio) dengan ikan mas (Carasiu sauratus).Sirip punggung panjang

dengan bagian belakang berjari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan permulaan sirip perut. Ikan mas mempunyai sisik lebih besar yang tergolong tipe Cycloid. Ikan ini mempunyai garis rusuk yang lengkap berada pada pertengahan sirip ekor.Perkembangan budidaya ikan mas mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mempunyai tingkat pembudidayaan yang hampir sempurna. Tidak ada ikan jenis lain yang mempunyai data-data yang selengkap ikan mas ini, Perkembangan pembudidayaan ini dapat dilihat dari banyaknya strain ikan mas. Tiap daerah mempunyai strain yang khas, berbeda

antara daerah satu dengan daerah lainnya da dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat. Menurut Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni jenis-jenis karper yang bersisik normal dan, jenis

kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil. Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias. Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi 3. Sejarah Perkembangannya di Indonesia ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budidaya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh ( Ciamis ) Jawa Barat pada pertengahan abad ke 19. ( R. O. Ardiwinata, 1981 ), masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban substrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk pada tahun 1860, sehingga budidaya ikan karper di kolam di

Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh tahun sebelumnya. Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke 20, terutama sesudah terbentuk jawatan perikanan darat dari Kementrian Pertanian ( Kemakmuran ) saat itu. Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke bukit tinggi ( Sumatera Barat ) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano ( Minahasa, Sulawesi Utara ) tahun 1895, daerah Bali Selatan ( Tabanan ) tahun 1903, Ende ( Flores, NTT ) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan jawatan perikanan darat saat itu mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia ( Karper Gajah ) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis Frankisia ( Karper Kaca ). Menurut Djokosuseno ( 2000 ), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras local yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Pada tahun 1974, seperti yang dikemukakan oleh Djokosuseno ( 2000 ), Indonesia mengimport ikan karper ras Taiwan, ras Jerman, dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimport ikan karper ras Yamato dan ras Koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimport tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yag sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru. a. Syarat dan kebiasaan hidup Ikan mas menyukai tempat hidup ( habitat ) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan Mas dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaa air laut ( dpl ) dan pada suhu 25-300c. meskipun tergolong ikan air tawar, ikan Mas kadang-

kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas ( kadar garam ) 2530%. Ikan Mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

b. Hama

Hama yang sering menjadi penganggu dalam usaha pemeliharaan nila merah terdiri dari 2 golongan, yaitu golongan predetor dan kompetitor (penyaring). Hama predetor memangsa berukuran kecil hingga sedang, tetapi ular dapat memangsa benih ukuran

gelondongan. Untuk mengendalikan hama ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kolam.Sedangkan yang termasuk hama kompetitor adalah Nototecta. Hewan ini yang menyerupai beras hidup seperti ikan dan sesekali muncul ke permukaan air untuk bernafas dan terbang dari kolam satu ke kolam lainnya. Hewan ini kecuali memakan organisme air yang berupa plankton hewani (zooplankton) juga sering kali membunuh benih ikan yang berukuran kecil. Untuk memberantas hama ini dapat dilakukan dengan menuangkan minyak tanah ke kolam sebanyak 5 liter untuk luas kolam 1000-2000 m2 (Djarijah,1995).

c. Penyakit

Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi (penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan,

kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk.Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ terganggu. Menurut Khairuman dan Amri (2002b) ada 2 faktor yang bisa menyebabkan ikan terserang penyakit yaitu : tubuh terganggu , akan

Penyakit yang disebabkan oleh gangguan jasad hidup atau sering disebut dengan penyakit parasiter seperti virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacingan) dan jenis udang renik.

Penyakit yang disebabkan oleh bukan jasad hidup melainkan oleh fakor fisik atau kimia perairan atau sering disebut sebagai penyakit non parasiter seperti yang disebabkan oleh sifat fisika dan kimia air yang tidak cocok lagi kehidupan ikan Mas kualitas akan yang kurang baik.

Secara umun hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit yaitu : Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen. Kondisi lingkungan harus terjaga. Pemberian pakan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Penanganan ikan pada saat panen harus baik dan benar agar ikan tidak terluka. Hindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput, atau keong mas. Kualitas air pemeliharaan harus dijaga agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ikan nila.

10

Jenis jenis penyakit yang menyerang ikan nila :

a). Bintik merah Gejala : pada bagian tubuh (kepala, insang,sirip) tampak bintik-bintik putih, infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosokan badannya pada benda yang ada disekitarnnya dan berenang sangat lemah, serta sering muncul di permukaan air.

b). Bengkak insang dan badan Gejala : Tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, pada bagian punggung terjadi pendarahan.

c). Kutu ikan ( Argulosis)

Gejala : Benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnnya. Bagian kulit, sirip dan insang terlihat jelas adannya bercak merah.

B. ParameterKualitas air

Pemeliharaan harus dijaga agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ikan Mas, Imanto dam Anggawati (1992), menyatakan bahwa kualitas air yang baik merupakan hal yang paling penting bagi organisme air karena akan menentukan produksi dari usaha budidaya yang dilakukan, air polusi baik dari limbah industri. Ikan Mas masih dapat hidup dalam keadaan air asin pada salintas 0-35% dengan pH air antara 5-11 masih dapat toleransi oleh ikan Mas. pH yang obtimalnya adalah 7-8 (Rukmana, 1997). Khairuman dan Amri (2002a), menjelaskan bahwa ikan Mas tumbuh sacara normal pada kisaran suhu 14-30oc dan dapat memijah pada suhu 22-37c. Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air

11

kolam pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan kualitas air, di antaranya:

Suhu

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan Mas pada kisaran 14-38 C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 C namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 .

pH

Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan. Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan Mas berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 78 .

Amonia

Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan.

12

Oksigen terlarut

Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan Mas adalah lebih dari 5 mg/l.

13

BAB III METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat pelaksanaan PKL Kegiatan PKL ini berlangsung dari tanggal 10 November sampai dengan 9 Desember 2011, bertempat di Balai Benih Ikan Air Tawar Waiheru B. Deskripsi lokasi PKL Balai Benih Ikan Air Tawar terletak di JL.Laksdaya Leo Watimena Desa Waiheru, Kecamatan Baguala kota Ambon. Pada lokasi penelitian memilki luas lahan 2,5 Ha . dilengkapi dengan sarana perkolaman sebanyak 31 buah dengan luas efektif 1,9 Ha, terdiri dari kolam induk ikan 3 buah, kolam pendederan 9 buah, kolam pemijahan 4 buah, kolam penetasan 3 buah, kolam pembesaran 11 buah, kolam penyiangan benih 1 buah, bak pemberokan dan runing water 2 buah serta dilengkapi dengan saluran air tawar dan sungai kali waiheru yang jaraknya 1,2 Km. Untuk fasilitas gedung dan bangunan terdiri atas: bangunan gedung kantor 1 buah, rumah dinas 1 buah, gedung/Balai bangsal kerja 1 unit, outdoor hatchery dengan bak 3 buah. C. Alat dan Bahan a. Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini dapat dilihat pada Tabel 1.

14

Tabel 1. Alat dan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ALAT Bak Penampung Timbangan digital Loyang Saringan Hendrafactometer Mistar Alat tulis menulis Tissu roll KEGUNAAN Wadah penampung Induk Ikan Menimbang Induk Ikan Merendam induk ikan Mengangkat ikan dari bak Mengukur Salinitas air Mengukur panjang dan lebar ikan Mencatat hasil pengamatan Mengeringkan alat-alat

b. BAHAN Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan, dapat dilihat pada Tabel 2. BAHAN Induk Ikan Mas cyprinus carpio Air tawar Garam dapur KEGUNAAN Bahan yang diamati Media pelarut Menghilangkan kutu ikan

D. Metode Kerja 1.1.Tahap Persiapan Ada beberapa langkah dalam tahap persiapan yaitu : Penyediaan alat Penyediaan Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio)

15

Penyediaan bahan-bahan

1.2.Prosedur kerja Mempersiapakan induk ikan yang terjangkit penyakit Menyiapkan bak penampung sebagai wadah sebelum di berikan perlakuan. Pindahkan ikan dari kedalam wadah (loyang) Masukan garam(500gram) kedalam air tawar kemudian larutkan. Ukur salinitas(27 ppt) pada air garam tersebut Ambil induk ikan,kemudian rendam dengan air garam yang telah disiapkan, biarkan selama dua menit kemudian lakukan perlakuan yang sama pada ikan yang berbeda sampai argulus pada ikan tersebut mati.

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL Tabel 3. ukuran panjang dan berat sampel Sampel Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Berat 43 cm 39 cm 41 cm 45 cm 37 cm 43cm 39 cm 40 cm 41 cm Panjang 150 gr 120 gr 130 gr 170 gr 100 gr 150 gr 120 gr 110 gr 130 gr

Hasil pengamatan,penimbangan,dan pengukuran untuk 8 sampel di dalam Tabel 1.(ukuran panjang dan berat sampel) menunjukan bahwa induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) mempunyai berat dan panjang yang tidak jauh berbeda. Dari 8 sampel yang di ambil datanya pada dasarnya ukuran sangat memepengarui berat dari ikan tersebut Hasil pengamatan data ikan yang terjangkit penyakit secara langsung dapat dilihat pada Tabel4.data ikan yang terjangkit penyakit.

17

Tabel 4. Data ikan yang terjangkit penyakit Sampel Sampel I Sampel II Ukuran/(cm) 43 cm 39 cm Berat /(gr) 150 gram 120 gram

B. Pembahasan Hasil yang didapatkan dari kedelapan sampel induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) ditemukan ada 2 sampel ikan yang terjangkit penyakit. Selama dilapangan bukan hanya penyakit yang ditemukan tapi juga Hama yang sangat mempengharui proses pembudidayaan ikan air tawar. Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan seharihari manusia.adapun jenis-jenis hama yang ditemukan antara lain : a) Burung bangau : Bangau berwarna putih (Ciconia ciconia) Bangau adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae. Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung Kuntul, dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal. Burung bangau di tempat penelitian di lakukan, sering datang dan memangsa ikan dalam kolam. Sehingga mengurangi jumblah populasi ikan. b) Belut Belut umumnya memakan ikan-ikan yang masih berukuran kecil (benih ikan). c) Katak Katak sering memakan telur ikan dan benih ikan yang masih berukuran kecil, dan juga katak merupakan pesaing ikan dalam mencari makan sehingga jika tidak segera dikendalikan dapat menurunkan produksi ikan, karena banyak telur dan benih ikan yang dimakan oleh katak.

18

Beberapa jenis penyakit yang ditemukan : a) Argulus sp.

Gambar 2. Argullus sp. (Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/argullus sp. ) Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter 5 mm. Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar pada bagian ventral. Sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang (Peter walker, 2005). Sifat parasitik Argulus sp. Cenderung temporer atau dapat berpindah pada tubuh ikan lain, hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. Mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Perpindahan ke inang baru dapat terjadi dengan berbagai sebab, misalnya karena inang mati, inang berhasil melepaskan diri dari parasit, Argulus jantan mencari pasangan untuk kawin atau Argulus betina melepaskan diri untuk meletakkan telur dan kemudian bebas kembali mencari inang (R. Heckmann, 2003). Menurut Prasetya et.al (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya sistem pertahanan tubuh. Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Bakteri, virus dan organisme penyakit

19

lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp. (R. Heckmann, 2003). Pada dasarnya ikan Mas adalah ikan yang mudah terserang penyakit, sumber utama penyebabnya penyakit pada ikan Mas adalah kualitas air yang buruk, jika kualitas air buruk maka daya tahan tubuh akan menurun. Oleh sebab itu, kualitas air harus benar-benar dijaga. Juga penyakit yang sering menyerang ikan Mas yaitu penyakit Argulosis, penyebabnya adalah parasit yaitu kutu Argulus sp atau dikenal dengan nama penyakit kutu ikan. Penyakit ini dapat menyerang semua ukuran ikan, baik ikan kecil (benih) maupun ikan yang sudah besar. Gejala klinis serangan penyakit argulois adalah pendarahan di sekitar bekas gigitan. Kutu ikan menempel pada tubuh ikan yang diinfeksi, iritasi kulit, hilang keseimbangan, berenang zig-zag, dan menggosok- benda keras. Dikenal sebagai kutu ikan dan penghisap darah, berbentuk datar. dan lebih nampak seperti piring. Melukai tubuh ikan dengan bantuan enzim cytolytic, selain pada kulit, kutu ini juga sering dijumpai di bawah tutup insang ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini. Pada intensitas serangan yang tinggi. ikan dewasapun dapat mengalami kematian karena kekurangan darah. Tubuh Argulus sp ini dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan. Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan. Argulus sp ini hanya mengisap darah ikan saja sehingga ikan menjadi kurus. Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal.

20

Ciri-ciri ikan yang terserang argulus adalah :

Tubuhnya terlihat menjadi kurus bahkan sangat lemah karena kekurangan darah. Bekas serangan Argulus sp dapat terlihat berwarna kemerah-merahan, karena terjadi pendarahan.

Jika terjadi serangan secara besar-besaran, maka Argulus sp. akan terlihat membentuk koloni di sekitar sirip dan insang.

4.1. Cara Penanganan Hama dan Penyakit Cara Penanganan Hama : a) Untuk Burung Bangau (Ciconia ciconia) yaitu: Bangau berwarna putih

(Ciconia ciconia) Bangau adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae. Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung Kuntul, dan mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal. Burung bangau di tempat penelitian di lakukan, sering datang dan memangsa ikan dalam kolam. Sehingga mengurangi jumblah populasi ikan. b) Untuk Belut dilakukan penangkapan secara langsung pada malam hari atau siang hari. Penangkapan pada malam hari lebih mudah dilakukan karena pada malam ikan belut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Pada siang hari belut berada di sarangnya, maka untuk menagkapnya dapat dilakukan dengan menggali lubang-lubang yang ada di dasar dan pematang kolam c) Katak dilakukan penangkapan secara langsung pada malam hari atau siang hari. Penangkapan pada malam hari lebih mudah dilakukan karena pada malam ikan belut keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa. Pada siang hari belut berada di sarangnya, maka untuk menagkapnya dapat dilakukan dengan menggali lubang-lubang yang ada di dasar dan pematang kolam.

21

4.2. Penangaanan Penyakit Ikan Dalam praktek kerja lapangan ini, kami menggunakan garam sebagai bahan untuk merendam dan menghilangkan kutu ikan (Argulus sp.) dengan perendaman untuk masing-masing sampel selama 2 menit, kutu ikan (Argulus sp.) mati. Perendaman dengan 20 liter air dan 500 gram garam dapur beryodium.Benda berupa kristal berwarna putih ini sudah sangat lama dikenal oleh para akuaris. Keberadaannya bukan merupakan hal yang asing, bahkan boleh dikatakan kehadiran benda ini seolah sudah menjadi bagian terintegrasi dengan hobi ikan hias. Garam yang dimaksud adalah garam NaCl, yaitu garam seperti yang kita kenal pada umumnya sebagai garam dapur dalam kehidupan sehari-hari. Rupa dan rasanya sama. Perbedaan utama antara garam ikan dengan garam dapur atau garam meja adalah pada kemurniannya. Garam ikan diharapkan hanya mengandung NaCl saja, karena kehadiran bahan lain pada garam ini dikhawatirkan akan mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada ikan yang bersangkutan. Sedangkan garam dapur sering telah mengalami pengkayaan dengan berbagai bahan lain yang diperlukan oleh manusia, seperti Iodium, atau bahan lainnya. Oleh karena itu sering kali secara umum disebutkan bahwa garam yang digunakan untuk ikan adalah garam tidak beriodium. Iodium sendiri tentu saja diperlukan oleh ikan, akan tetapi kehadiran bahan lain yang tidak diketahui dengan pastilah yang menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

4.3. Fungsi Garam Dalam hal ini ikan air tawar, di dalam air ibarat sekantung garam. Ikan harus selalu menjaga dirinya agar garam tersebut tidak melarut, atau lolos kedalam air. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih

22

tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmosis yang terjadi, ikan yang bersangkutan akan mati., karena akan terjadi ketidak seimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya. Pada saat ikan sakit, luka, atau stress proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh, akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung, bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak (gagal ginjal) sehingga ikan tersebut tewas. Selain itu, hal ini juga akan diperparah oleh luka atau penyakitnya itu sendiri. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa keluar air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidak seimbangan ini, sehingga ikan dapat tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka, atau penyakitnya. Tentu saja dosisnya harus diatur sedemikan rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan akan mati. Kadar garam yang tinggi dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi.

23

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Hama yang ditemukan dalam praktek kerja lapangan ini adalah : Burung bangau, Kodok, Belut. Sedangkan, penyakit yang ditemukan adalah : Argullus sp. 2. Penanganan hama yang dilakukan adalah pada katak dengan cara penangkapan secara langsung pada sarangnnya, penanganan burung bangau dengan membuat kayu berbentuk manusia, dan belut dengan menangkap secara langsung.

B. Saran 1. Perlu dilakukan PKL lanjutan tentang penanganan Hama dan penyakit pada induk ikan mas agar dapat mengetahui jenis penyakit lainnya.

You might also like