Professional Documents
Culture Documents
JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS) SURABAYA 2004
1. P e n d a h u l u a n
Indonesia adalah merupakan negara kepulauan yangmana dua pertiga
wilayahnya berupa perairan atau lautan, dan tersusun dari tujuhbelas ribuan pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Panjang garis pantai yang dimiliki pun mencapai lebih dari 81 ribuan kilometer, maka sudah sepatutnya bila bangsa Indonesia memanfaatkan secara optimal seluruh potensi laut guna mewujudkan kemakmuran bagi segenap rakyat Indonesia. Dan, pada masa economic recovery seperti sekarang ini, perlu adanya langkah-langkah konkrit dan lebih inovatif yang harus diupayakan oleh semua pihak, baik itu pemerintah maupun swasta, agar dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam memperbaiki kondisi perekonomian Negara Kesatuan Repulbik Indonesia (NKRI). Maka peran potensi kelautan adalah sangat vital untuk lebih dikembangkan di masa-masa mendatang.
Di sub-sektor jasa transportasi laut dibutuhkan kapal-kapal dengan tipe General Cargo, Container, Bulk Carrier, Tug Boat, Barge, dll. untuk mendukung kegiatan transpotasi laut mulai dari muatan barang hingga muatan curah. Keberadaan armada kapal-kapal tersebut merupakan suatu mata rantai dari proses perpindahan muatan dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya sebagai akibat dari kegiatan jual-beli antara seller dan buyer. Demikian juga halnya dengan subsektor jasa penyeberangan / ferry yang secara jelas membutuhkan armada penyeberangan, berupa kapal-kapal dengan tipe Passengers Ferry, Car & Passenger Ferry, Fast Ferry, LCT, dll untuk melayani kepentingan penyeberangan tersebut. Fungsi utama kapal penyeberangan ini adalah sebagai jembatan terapung yang menghubungkan dua atau lebih wilayah / pulau, sehingga masyarakat di wilayah / daerah tersebut dapat mengurangi ketertinggalannya terhadap masyarakat di wilayah / daerah lainnya. Fungsi berikutnya adalah untuk dapat lebih meningkatkan pendapatan / laju pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah sebagai akibat dari terbukanya jalur transportasi antar wilayah / daerah / pulau tersebut. Potensi Perikanan Tangkap / Laut merupakan asset nasional yang sangat tinggi
nilainya, maka sudah selayaknya apabila sub-sektor ini lebih dioptimalkan pengelolaannya. Kondisi di lapangan yang terjadi saat ini adalah banyaknya ikanikan di perairan Indonesia yang dicuri oleh nelayan-nelayan asing yangmana nilainya dapat mencapai miliar-an US Dollar. Sehingga kebutuhan terhadap armada perikanan tangkap sangat tinggi, khususnya kapal-kapal ikan yang berkemampuan operasi hingga 200 mil laut. Ditinjau dari segi ukuran tonnase
Industri Perkapalan Indonesia Menyongsong Masa Depan 2
kapal, kebutuhannya juga variatif mulai dari 10 GT, 30 GT, 70 GT, hingga diatas 120 GT, dan jika ditinjau dari aspek fungsi maka kebutuhannya adalah kapal penangkap ikan (Fishing Vessels ) dan kapal pengangkut ikan (Fish Carriers ).
Di sektor Pertambangan, keberadaan kapal juga memegang peranan yang sangat penting. Hal ini terkait dengan aktivitas transportasi mulai dari hasil tambang, peralatan maupun tenaga kerja. Adapun jenis kapal yang dibutuhkan, antara lain : Oil Tankers, Barges, Liquid Carriers, Offshore Support Vessels, Survey Vessels, dsb. Sementara itu, pada Sektor Pariwisata khususnya wisata bahari, kebutuhan terhadap armada kapal juga relatif besar. Tipe kapal yang dibutuhkan menyesuaikan dengan fokus wisata bahari yang akan dikembangkan, seperti misalnya Kapal-kapal tipe Phinisi (bahan baku kayu) saat ini banyak yang dimodifikasi desainnya menjadi kapal-kapal pesiar (sea-safari cruise, di Surabaya). Secara keseluruhan kebutuhan dari unit-unit kapal tesebut harus mampu
diantisipasi oleh galangan-galangan kapal (industri perkapalan) yang ada di Indonesia, yangmana bila dikategorikan terdiri dari : (a) Galangan Kapal Besar (Kelas Fasilitasnya diatas 10.000 Ton), (b) Galangan Kapal Menengah (Kelas Fasilitasnya dalam range 500 s.d. 10.000 Ton), (c) Galangan Kapal Kecil (Kelas Fasilitasnya dibawah 500 Ton).
Industri Pendukung
Industri Perkapalan
Produk Kapal
Industri Penunjang
Gambar-2 Desain ( LP, GA, Layout E-R, Construction, Midship Section, Shell Openning, etc ) & Spesifikasi Teknis
No
Class Approval ?
Pada Tahap Construction & Production ini peran Biro Klasifikasi juga bersifat
wajib, khususnya pada kapal-kapal komersial. Sertifikasi Kapal yang meliputi Sertifikasi Lambung Kapal (Hull Construction Certificate ), Sertifikasi Permesinan (Machinery Certificate ), serta Sertifikat Perlengkapan Kapal (Ship Equipment Certificate ) yangmana sertifikasi-sertifikasi tersebut dapat digunakan sebagai pegangan untuk pihak-pihak yang lain (Insurance) dalam menilai terhadap kualitas kapal.
Biro Klasifikasi
terhadap orang, barang (kapal dan muatannya), dan lingkungan. Disamping itu kecenderungan dari industri maritim ini adalah seperti investasi jangka panjang, padat modal dan lambat dalam pengembaliannya. Sehingga mengakibatkan banyak investors yang enggan untuk terjun kedalam bisnis maritim tersebut. Dilain pihak tingkat ketergantungan industri perkapalan / galangan kapal terhadap peran investor adalah sangat besar. (2) SISI KELEMAHAN INDUSTRI PERKAPALAN DI INDONESIA
Secara keseluruhan bagi industri perkapalan untuk dapat survive didalam market
competetion adalah dukungan pemodalan didalam pembiayaan pembangunan kapal. Hal ini tidak hanya dialami oleh galangan-galangan kelas kecil dan menengah saja, akan tetapi juga terjadi pada galangan-galangan besar/modern di Indonesia. Kesulitan didalam pendanaan ini juga merupakan salah satu penyebab kelesuan industri perkapalan saat ini. semakin pesatnya pertumbuhan teknologi informatika dan komputasional, maka membawa dampak terhadap kecepatan dan keakurasian
Industri Perkapalan Indonesia Menyongsong Masa Depan 6
Dengan
dalam desain serta analisis pada dunia industri perkapalan. Tuntutan (design requirements & manufacturing process ) yang diminta oleh Pemberi Pekerjaan / Pemilik Kapal menjadi lebih tinggi, sehingga tidak sedikit galangan kapal yang tidak mampu memenuhi kriteria tersebut. Hal ini disebabkan oleh peralatan produksi (softwares dan hardwares) yang dimiliki oleh industri perkapalan tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak dapat bersaing ditingkat pasar internasional. Untuk ber-investasi peralatan-peralatan produksi yang canggih membutuhkan dana yang relatif besar.
Sampai dengan saat ini jumlah perusahaan yang bergerak dalam industri
perkapalan di Indonesia tercatat sekitar 240 perusahaan, dimana 9 perusahaan dikategorikan sebagai galangan kapal besar (yaitu kelas fasilitasnya diatas 10.000 ton). Sehingga dengan jumlah besar ini, industri perkapalan nasional memiliki kekuatan tersendiri didalam mengantisipasi tingkat kebutuhan kapalkapal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun demikian, bukan berarti peningkatan kemampuan internal tidak dibutuhkan lagi akan tetapi justru merupakan keharusan seiring dengan perkembangan IPTEK.
Jumlah tenaga kerja yang berada di industri perkapalan di Indonesia saat ini
berkisar 32 ribuan orang, sehingga ini juga merupakan kekuatan yang harus ditingkatkan kemampuan serta kompetensinya dimasa-masa mendatang. Lebih jauh, penguatan dalam merubah kemampuan tenaga kerja dari kondisi ordinary workers menjadi professionals / skill workers adalah merupakan langkah bijak yang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sisi kekuatan lainnya dari industri perkapalan di Indonesia, adalah track record (pengalaman) dalam pembangunan/pembuatan kapal (bangunan baru). Dalam sepuluh tahun terakhir, berbagai tipe kapal serta bangunan lepas pantai telah dibangun oleh galangan-galangan kapal di Indonesia. Adapun jenis / tipe kapal yang pernah dikerjakan oleh galangan kapal Indonesia, sebagai berikut :
Tanker Container Cargo Vessel : 17.500 Long Ton DWT : 1.644 TEU (23.200 Ton DWT) : 14.135 Ton DWT
7
Peluang dan tantangan industri perkapalan Indonesia di waktu yang akan datang
adalah sangat besar dan kompleks, khususnya bila spektrum pasarnya diperluas tidak hanya mencakup kepentingan nasional saja akan tetapi juga internasional. Dipandang dari sisi peluang, industri perkapalan di Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar di masa-masa yang akan datang. Hal ini terkait dengan kondisi iklim usaha serta ditunjang oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan dan peluang lebih besar bagi industri perkapalan nasional.
Potensi pasar Dalam Negeri di era mendatang akan memberikan peluang untuk
pembangunan kapal-kapal yang mendukung kegiatan-kegiatan, sebagai berikut : Transpotasi Laut dan Penyeberangan, Perikanan dan Kelautan, Migas Lepas Pantai, Hankam, Sarana Pelabuhan dsb. Walaupun begitu industri perkapalan nasional perlu ingat bahwa persaingan industri kapal di era pasar global adalah sangat ketat.
Namun demikian apabila dilihat trend kekuatan di bidang industri perkapalan dunia hingga saat ini, tampak adanya pergeseran arah kekuatan dari Eropa ke Asia. Awal kekuatan industri kapal adalah dari negara-negara di Eropa, kemudian kekuatan tersebut bergeser ke Jepang lalu ke Korea hingga ke China. Dan dengan melihat potensi dasar yang ada di Indonesia, maka ada keyakinan suatu saat kekuatan industri perkapalan tersebut menjadi milik industri perkapalan nasional. Faktanya adalah industri perkapalan telah bergeser ke negara-negara yangmana memiliki ciri-ciri, sebagai berikut : (a) Tenaga Kerja yang murah, serta secara kuantitas dan kualitas yang cukup memadai; (b) Memiliki ketersediaan atau dekat dengan industri-industri pendukung dan penunjang; (c) Terjadi suatu iklim usaha yang mendukung.
Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai potensi pasar industri perkapalan di
Indonesia serta instrumen-instrumen yang mempengaruhi besarnya potensi tersebut. Menurut hasil studi dari JICA (2000) yang bekerjasama dengan Departemen Perhubungan RI, ada 244 unit kapal barang dengan tipe General Cargo, Semi-Container, Full Container dan Multi-purpose ship, atau sekitar 243.760 Ton DWT, sudah berusia lebih dari 25 tahun. Artinya, kapal-kapal tersebut sudah waktunya untuk dibesi-tuakan (scrapping), sehingga perlu dilakukan peremajaan / penggantian dengan kapal-kapal sejenis serta total kapasitas kapal yang sama. Apabila kapasitas kapal pengganti memiliki rata-rata ukuran 4.000 Ton DWT, maka jumlah kapal barang (pengganti) yang dibutuhkan adalah mencapai 61 unit kapal.
Dilain pihak berdasarkan hasil RATIO OF SEABORNE TRADE TO TOTAL TRADE studi tentang MILLION TONNES 3500 sistem transpotasi laut yang dilakukan 3000 oleh ITS (Gurning, 2500 R.O.S, 2002), terlihat bahwa Sea2000 borne Trade lebih 1500 mendominasi hingga sekitar dua 1000 per-tiga dari jumlah 500 Total Trade dalam 0 proyeksi sampai 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 dengan tahun Total Seaborne YEAR 2010. Sehingga Total Trade ada potensi di Subsektor Jasa Transpotasi Laut hingga mencapai sekitar 1.750 juta ton muatan barang, dan Rasio muatan barang terhadap Maritime Dependency Factor (MDF) adalah lebih dari 45 persen. Artinya, jumlah kapasitas muatan/barang yang membutuhkan unit-unit kapal barang (baru) diprediksi sampai dengan akhir tahun proyeksi 2010, secara total berkisar 780 juta ton. Saat ini kapal-kapal barang yang beroperasi di Indonesia masih didominasi oleh
kapal-kapal asing yang dikelola oleh shipping/operators Indonesia. Dan sejak enambelas tahun yang lalu, prosentase antara jumlah armada kapal barang nasional mengalami penurunan yang semakin drastis bila dibandingkan jumlah armada kapal asing (yang dikelola oleh Indonesian Shipping Operators). Di akhir
Industri Perkapalan Indonesia Menyongsong Masa Depan 9
tahun 2002, prosentase yang terjadi adalah 10 % armada kapal nasional dan 90 % armada kapal asing. Sehingga apabila kebijakan pemerintah yang mengatur armada kapal yang beroperasi di kawasan laut Indonesia haruslah berbendera dan crews berkebangsaan Indonesia (Prinsip-prinsip Cabotage ) ini diterbitkan serta dengan dukungan mengenai kemudahan dalam pola pendanaan, maka industri perkapalan Indonesia akan mempunyai potensi pasar Dalam Negeri yang sangat besar.
Menurut hasil studi dari Departemen Perhubungan RI, pada tahun 2000
Indonesia idealnya memiliki 58 unit kapal penumpang dengan kapasitas 51.000 seats sehingga mampu mengangkut penumpang sebanyak 12 juta orang per tahun, namun kenyataannya hingga saat ini jumlah armada kapal penumpang yang ada adalah 30 unit kapal. Sehingga masih ada selisih jumlah (atau yang
19 89 19 90 19 91 19 92 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10
19
19
87 88
10
Di Sektor Perikanan dan Kelautan, potensi pasar Dalam Negeri terhadap industri
perkapalan di Indonesia adalah sangat besar. Pertumbuhan armada kapal ikan sampai dengan tahun 1997 (kondisi sebelum krisis ekonomi) tercatat sebesar 13.530 unit kapal per tahun, yang terdiri dari : Kapal Ikan - Motor (inboard engines) Perahu Motor Tempel (outboard engines) Perahu Tanpa Motor : 4.485 unit kapal / tahun : 5.180 unit kapal / tahun : 3.865 unit kapal / tahun
Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan prasarana penangkapan yang mampu beroperasi hingga Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI), maka di tahun 1998 dan 1999 Pemerintah mengizinkan impor kapal-kapal ikan (inboard engines) dengan kapasitas ukuran sebesar 100 GT sebanyak 1.300 unit kapal ikan. Hal ini bisa terjadi, karena integrasi kebijakan antar departemen masih belum ada. Sehingga perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap kebijakan-kebijakan serta tingkat kebutuhan armada kapal perikanan tersebut, terutama dalam menentukan potensi pasar yang mampu di antisipasi oleh industri perkapalan nasional.
Dalam rangka menyongsong masa depan yang penuh persaingan, maka industri perkapalan nasional haruslah lebih mempersiapkan diri dengan menyusun strategi yang mampu memenangkan kompetisi di tingkat pasar dalam negeri maupun luar negeri. Strategi yang dikembangkan adalah terkait dengan serangkaian Rancangan Program Kegiatan yang akan diimplementasikan serta
Industri Perkapalan Indonesia Menyongsong Masa Depan 11
didukung oleh Kebijakan-kebijakan Pemerintah. Berawal dari kepentingan tersebut, maka Program Revitalisasi Industri Perkapalan Nasional adalah menjadi issue utama.
Produksi : Teknologi produksi masih perlu ditingkatkan Kemampuan Rancang Bangun dan Perekayasaan belum oprimal Kemampuan SDM perlu dioptimalkan Dukungan Sub-contractorssebagai salah satu pilar utama industri kapal masih lemah Peningkatan daya saing melalui : (a) Up-grading kemampuan fasilitas / peralatan produksi (b) Promosi penggunaan Standar kualitas dlm pembangunan kapal (c) Meningkatkan kemampuan entrepreneurship industri kapal (d) Pelatihan tenaga kerja di dalam maupun luar negeri (e) Meningkatkan pemanfaatan produk dalam negeri sebagai base load pengembangan industri kapal
Organizational Weaknesses : Fokus utama masih pada on sea activities (Reparasi/Perbaikan Kapal Kerjasama/keterkaitan dengan Lembaga-lembaga R&D, Asosiasi Profesi, Asosiasi Industri belum optimal Diversifikasi Produk (on-land activities) untuk mengeleminasi resiko fluktuasi demand, melalui : (i) Meningkatkan kerjasama dengan institusi terkait (Lembaga R & D, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, dsb. ); (ii) Meningkatkan peran Asosiasi Industri untuk penyebaran informasi teknologi dan pemasaran
12
Kesulitan Pendanaan, baik untuk investasi maupun modal kerja Mengupayakan penyediaan dana pinjaman yang bersifat Long term, low interest untuk industri kapal dan pelayaran dalam rangka pembelian kapal Dukungan Sub-contractors sebagai salah satu pilar industri kapal masih kurang Menumbuhkembangkan Sub-contractors Sektor Industri kapal melalui pelatihan-pelatihan
(3) ASPEK KEBIJAKAN PEMERINTAH Dilain pihak, dukungan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang diterbitkan sampai dengan saat ini adalah sangat positif. Kebijakan tersebut membawa dampak yang baik terhadap iklim usaha industri maritim dan penunjangnya. Adapun kebijakan-kebijakan pemerintah yang termaksud adalah sebagai berikut : Kep. Menkeu No. 34/KMK.04/2002 tentang Fasilitas bebas Bea Masuk (0%) atas impor bahan baku dan komponen kapal yang belum diproduksi di Dalam Negeri SK Menteri Keuangan No. 329/KMK.04/1999, yang dijabarkan dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-15/PJ5/1999 tentang Penangguhan PPN/Ditanggung Pemerintah Untuk mendukung Sektor Perhubungan dan Sub-sektor Perikanan Laut, maka diterbitkannya Keputusan MPP No. 229/MPP/Kep/7/97 yang memperbolehkan kapal niaga dan kapal ikan dapat diimport dalam keadaan bukan baru (bekas) yang kemudian dipertegas oleh Keppres No. 22 / 1998 tentang impor kapal niaga dan kapal ikan dalam keadaan baru dan bukan baru.
Pada dasarnya didalam suatu struktur pembiayaan pembangunan kapal ada lima
bagian dasar yang menjadi pertimbangan penilaian, yaitu : (a) Hull Construction (Konstruksi Lambung Kapal); (b) Ship Equipment (Peralatan Kapal); (c) Deck Machinery (Permesinan Geladak); (d) Ship Propulsion System (Sistem Penggerak Kapal); (e) Auxiliary Machinery Systems (Sistem Permesinan Bantu).
13
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.9.
2.10.
g. Terminal h. Alarm Sistem Perpipaan a. Sistem Pelayanan Umum b. Sistem Pendingin Motor c. Sistem Pelumas d. Sistem Bahan Bakar e. Sistem Air Laut f. Sistem Bilga g. Sistem Gas Buang h. Perlengkapan Tangki-tangki I. Perlengkapan Ventilasi Sundry a. Sidelights dan windows b. Pintu Metal PERMESINAN GELADAK Steering gear Windlass Capstain SISTEM PENGGERAK KAPAL Motor Induk Sistem Kontrol Motor Induk Gearbox Poros Antara & Poros Propeller Tabung Poros Bantalan Poros Propeller SISTEM PERMESINAN BANTU Generator Sistem Udara Start Peralatan Sundry Kamar Mesin
3 3.1. 3.2. 3.3. 4 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 5 5.1. 5.2. 5.3.
15
No. 1.
Tipe Kapal Ferry PenumpangKendaraan Tongkang Barge Tanker Minyak Container Kapal Ikan
Satuan GT
2. 3. 4. 5.
Disebut kapal bekas memang karena umur pakai yang telah melewati beberapa masa periode per lima tahun. Tentunya pembiayaan dari kapal bekas baik secara teknis dan ekonomis adalah berbeda dengan kapal baru. Dan hal ini tergantung
16
dari beberapa faktor utama sesuai dengan praktek yang variatif antara suatu negara dengan lainnya. Di Indonesia faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut: Sisa life-time kapal Harga Pasar Kapal Baru Harga Pasar Kapal Bekas Sejenis (nasional dan internasional) Penilaian teknis kapal per item Level biaya scrapping (pembesi-tuaan kapal)
1. 2. 3. 4. 5.
Persentasi dari Kapal baru nasional 20%-25% 25%-30% 30%-35% 20%-30% 15%-25%
Sumber negara
Jepang, Korea Jepang, Cina Amerika Utara/Selatan Jepang, Amerika Utara Negara Skandinavia, Jepang, Korea
Sedangkan secara umum, harga-harga kapal di atas pada pangsa pasar kapal
bekas di Indonesia adalah relatif besar sekitar 15%-20% dari pangsa pasar asing atau dunia. Hal ini diakibatkan oleh relatif rendahnya kualitas perawatan kapalkapal Indonesia yang kemudian menjadikan biaya penyusutan kapal menjadi lebih tinggi.
Namun faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut untuk keputusan
pembelian kapal-kapal bekas di Indonesia adalah sebagai berikut:
17
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Evaluasi teknis kapal Biaya perbaikan lanjutan atau biaya renovasi Biaya registrasi atau bendera baru Biaya kepabeanan Biaya pengiriman ke Indonesia Biaya pengawakan baru
5. P e n u t u p
Industri Perkapalan Indonesia dalam kurun waktu enam tahun kedepan akan
mengalami masa-masa sulit, bahkan mungkin banyak yang akan gulung tikar bilamana tidak segera berbenah diri. Kebijakan Pemerintah akan menjadi pondasi yang kuat agar kehidupan industri perkapalan tetap ada di Indonesia. Peran dari lembaga-lembaga keuangan yang ada sangat diharapkan sekali, guna menunjang modal kerja serta investasi yang mengarah kepada peningkatan daya saing industri perkapalan di pasar internasional.
Peran Asosiasi Profesi dan Assosiasi Industri yang terkait dengan dunia industri
perkapalan nasional adalah sangat penting, hal ini dimaksudkan untuk
Industri Perkapalan Indonesia Menyongsong Masa Depan 18
penguatan aspek brainware dan soft skills dari seluruh induvidu di industri ini. Pelatihan-pelatihan teknis perlu digalakkan sebagai upaya pencapaian lompatan penguasaan IPTEK serta sikap professional bagi keseluruhan induvidu yang terlibat didalamnya. Dan sebagai kata terakhir, kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bank Indonesia yang telah mempercayakan kami untuk menyampaikan permasalahan dunia Industri Perkapalan di Indonesia, dan juga ucapan terimasih kepada semua kolega saya yang telah banyak membantu dalam informasi dan data data yang kami perlukan didalam membahas perkembangan industri perkapalan di Indonesia ini. Semoga Industri Perkapalan Indonesia semakin Jaya.
-------------------------
-------------------------
19