You are on page 1of 1

Pengertian Akhlak 27 Juni 2010 Tinggalkan sebuah Komentar Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah Pembahasan

kita ini seputar pembicaraan tentang akhlak yang baik dan akhlak yang mulia. Akhlak adalah karakter (pembawaan, perangai) dan tabiat. Akhlak sebagaimana dika takan ahlul ilmi adalah bentuk batin manusia. Karena manusia mempunyai dua bentuk : 1. Bentuk lahir, yaitu bentuk ciptaannya yang Allah menjadikan badan pada bentuk itu. Dan bentuk lahir ini ada yang indah bagus, dan ada yang buruk jelek, dan a da yang di antara itu. 2. dan bentuk bathin, yaitu keadaan jiwa yang kokoh (tertancap kuat), yang muncu l darinya [perbuatan-perbuatan yang bagus atau yang jelek, tanpa butuh kepada pe mikiran dan pertimbangan. Bentuk bathin ini juga ada yang bagus, jika yang muncu l darinya adalah] akhlak yang bagus, dan ada yang jelek jika yang muncul darinya adalah akhlak yang jelek. Inilah yang disebut dengan akhlak. Jadi akhlak adalah bentuk bathin yang manusia diperangaikan pada bentuk itu. Wajib atas seorang muslim untuk berakhlak dengan akhlak-akhlak yang mulia, yaitu yang baiknya. Yang mulia dari segala sesuatu adalah yang baik darinya sesuai de ngan sesuatu itu. Di antaranya sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam kepada Mu ad z: ((???????? ??????????? ?????????????)) Hati-hati kamu dari harta-harta mereka yang karim (yang mulia, berharga). Ketika beliau mengutusnya untuk mengambil zakat dari penduduk Al-Yaman. Hendaknya seorang manusia jiwanya mulia, sehingga dia menyukai kedermawanan, keb eranian, al-hilm (mengendalikan diri ketika marah*), sabar, dan dia menemui manu sia dengan wajah yang berseri-seri, dada yang lapang, dan jiwa yang tenang. Semu a pekerti ini termasuk akhlak yang mulia. Nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:

((???????? ??????????????? ?????????? ???????????? ???????)) Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. (Sha hih. HR. Abu Dawud 4682 dan At-Tirmidzi 1162, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami 1230, 1232) Maka sepantasnya hadits ini selalu berada di hadapan seorang mukmin. Karena manu sia jika mengetahui bahwa tidak akan menjadi orang yang sempurna imannya kecuali jika baik akhlaknya, maka itu menjadi pendorong untuk berusaha berakhlak dengan akhlak-akhlak yang baik dan sifat-sifat yang luhur, serta meninggalkan yang jel ek dan buruk. Sumber: (Makarimul Akhlaq) * Al-Hilm: seseorang mengendalikan dirinya ketika marah. Jika terkena marah dan dia dalam keadaan kuasa, maka dia berlaku hilm, tidak menghukum dan terburu-buru menghukum. (Lihat Syarh Riyadhish Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin: Bab A l-Hilm Wal Anah War-Rifq.) (pent.)

You might also like