You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup.

Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makan sebelum absorbs nutrisi pada saluran pencernaan, disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon, 2005). Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja, harus didukung oleh gusi, akar, dan tulang pendukung yang sehat. Gigi berfungsi dengan baik bila dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah (Pintauli, 2008).
Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluan akar (cleaning and shaping). Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian (Grossman et al, 1995).

Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada tanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang sehat (Bence, 1990). Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa (Kartini, 2009). Perawatan pada gangren pulpa adalah dengan perawatan edontotik yaitu pulpektomi nonvital.

B. Manfaat Penulisan referat ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. 2. Memberikan informasi bagi profesi kedokteran gigi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi khususnya perawatan gangren gigi. Menambah wawasan tentang perawatan saluran akar salah satunya perawatan pada gangren gigi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Pulpa Pulpa adalah jaringan lunak yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf, yang menyuplai oksigen dan nutrisi untuk gigi, serta berperan dalam menghasilkan kepekaan gigi. Fungsi utama pulpa adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan gigi.

Gambar 1 Anatomi Gigi

Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel seperti fibroblast, odontoblast dan sel imun (Mozartha, 2008). Pulpa adalah sistem mikrosirkuler, di mana komponen vaskular terbesarnya adalah arteriol dan venula, yang memasuki pulpa melalui lubang di ujung saluran akar gigi (foramen apikal). Karena dibatasi oleh dinding dentin yang 3

kaku, perubahan volume di dalam rongga pulpa (misalnya saat terjadi vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah) menjadi sangat terbatas Di bagian terluar pulpa yang sehat adalah barisan sel odontoblast yaitu sel pembentuk dentin. Uniknya, badan sel odontoblast berada di dalam pulpa, sedangkan perpanjangan selnya (disebut serabut tomes) memasuki tubulus dentin. Oleh sebab itu, adanya stimulus yang mengenai dentin baik rangsang mekanis maupun suhu akan diteruskan ke pulpa. Sel odontoblast yang berada di pulpa bagian coronal (yang menghadap mahkota gigi) lebih banyak daripada bagian radikular (yaitu daerah akar gigi). Di bawah lapisan sel odontoblast terdapat zona bebas sel (cell free zone), di mana di zona ini hanya sedikit terdapat sel-sel dan mengandung pembuluh darah kapiler dan serabut syaraf yang tidak bermyelin. Selanjutnya adalah zona yang kaya akan sel, di mana selain terdapat fibroblast juga terdapat sel-sel pertahanan seperti makrofag, sel dendritik dan limfosit. Pulpa adalah fenomena yang kompleks, yang tidak hanya melibatkan respon sensorik tapi juga aspek emosional dan konseptual. Gigi dipersyarafi oleh banyak sekali serabut syaraf. Apapun bentuk rangsangan yang diterima pulpa (perubahan suhu, rangsang mekanis, trauma) sensasi yang dihasilkan adalah rasa sakit. Sistem sensorik pada pulpa membuatnya dapat menghantarkan sinyal ke otak saat pulpa terancam, misalnya saat terjadi karies mencapai pulpa. Di dalam pulpa, terdapat dua jenis serabut syaraf yaitu serabut syaraf bermyelin (serabut A) dan tanpa myelin (serabut C). Serabut sensorik pada pulpa berasal dari syaraf trigeminal dan memasuki ujung akar pulpa melalui foramen apikal. Serabut syaraf A terletak di daerah perbatasan dentin dan pulpa, dan bila terstimulasi maka akan terasa rasa sakit yang tajam. Sedangkan serabut syaraf C terdistribusi di seluruh kamar pulpa, bila serabut syaraf tipe ini terangsang maka akan terasa rasa sakit yang lebih berat dan biasanya gigi telah mengalami cedera, misalnya karena benturan atau karies mencapai pulpa (Mozartha, 2008).

Bila infeksi bakteri karena karies telah mencapai pulpa, akan terjadi inflamasi (peradangan) pada pulpa dan lama kelamaan persyarafan dan vaskularisasi pulpa dapat mengalami kematian B. Gangren Pulpa 1. Definisi Gangren pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup (Kartini, 2009).

Gambar 2 Gangren Gigi

2. Patofisiologi Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm. Selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang 5

disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. Pada pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman. 3. Gejala Klinik Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan. Pada gangren pulpa dapat disebut juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital (Kartini, 2009). 4. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif (extra oral dan intra oral). Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan (Kartini, 2009) : a. Karies profunda (+)

b. Pemeriksaan penciuman Dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan pada gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan tercium bau busuk dari mulut pasien c. Gigi yang rusak berubah warna menjadi abu-abu kehitaman. d. Pemeriksaan foto rontgen Terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat juga rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan penebalan. Untuk menentukan apakah pulpa masih dapat diselamatkan, bisa dilakukan beberapa pengujian: a. Diberi Rangsang Dingin Rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat. Pulpa dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk dan menambalnya. Jika nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah dihilangkan atau jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan. b. Penguji Pulpa Elektrik Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika penderita merasakan aliran listrik pada giginya, berarti pulpa masih hidup c. Mengetuk Gigi Dengan Sebuah Alat Jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan telah menyebar ke jaringan tulang dan sekitarnya. d. Rontgen Gigi Dilakukan untuk mengetahui adanya pembusukan gigi dan menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan pengeroposan tulang disekitar akar gigi. 5. Komplikasi Gigi gangren jika dibiarkan akan menjadi pusat bibit penyakit (focal infection) baik ke jaringan sekitar maupun ke organ-organ lain. Jaringan

sekitar yang bias infeksi misalnya: periodentitis, periostitis, ostitis, osteomyelitis, dan macam-macam abses dan sebagainya. Sedangkan organorgan lain yang bisa terinfeksi misalnya: mata, kulit, jantung (Anonim, 2010). Dengan demikian, gangren pulpa akan menyebabkan periodentitis akut, kemudian kronis. Dalam keadaan kronis, toksin akan mengiritasi jaringan sekitar, sehingga akan membentuk granulum, dan granulum inilah yang akan menjadi focal infection (Anonim, 2010). C. Perawatan Gangren Gigi 1. Perawatan Saluran Akar Perawatan saluran akar merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut. Tujuan dari perawatan saluran akar adalah mengeliminasi sumber infeksi dan inflamasi akibat penyakit pulpa dan periapeks. Keberhasilan perawatan saluran akar sangat dipengaruhi oleh Triad Endodontic yaitu : preparasi akses (endo acces), preparasi saluran akar (cleaning and shaping), serta pengisian saluran akar (obturation) (Grossman et al, 1995). a. Preparasi akses Preparasi akses adalah preparasi kamar pulpa yang mempunyai tujuan untuk membersihkan dan membentuk kavitas kamar pulpa untuk mendapatkan jalan ke saluran akar dengan membuang seluruh atap pulpa, dan bila perlu sebagian dinding kamar pulpa yang menghalangi masuknya alat selama preparasi saluran akar. Hasil yang diharapkan dari preparasi akses adalah dapat menentukan jumlah dan letak orifis pada dasar kamar pulpa (Tarigan, 2002).

Gambar 3. Tampak oklusal gigi setelah dilakukan preparasi akses

b. Preparasi saluran akar Preparasi saluran akar dilakukan setelah akses diperoleh. Prinsip preparasi saluran akar yang dikemukakan oleh Black (modifikasi Ingle) antara lain : bentuk ragangan (outline form), bentuk konvenien, pembersihan saluran akar, bentuk retensi, dan resistensi (Tarigan, 2002). Macam-macam teknik preparasi saluran akar: 1) COWN-DOWN Teknik crown-down pressureless dan teknik step-down adalah modifikasi dari teknik step-back. Ketiga teknik ini menghasilkan hasil yang serupa yakni bentuk preparasi seperti corong yang lebar dengan pelebaran daerah apeks yang kecil. Seperti teknik step-back, teknik-teknik ini terutama bermanfaat pada saluran akar kecil di molar mandibula dan maksila. Para pendukung teknik ini menganjurkan agar saluran akar sedapatnya dibersihkan dengan baik dahulu sebelum instrumen ditempatkan ke daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstrusi debris ke jaringan periapeks dapat dikurangi. 2) STEP-BACK PASIF Teknik step-back pasif menggunakan kombinasi instrumen genggam (kirgi) dan instrumen rotatif (GGD dan rimer Peeso) dalam upaya memperoleh bentuk corong yang memadai sebelum preparasi saluran akarnya. Dengan teknik ini, pelebaran saluran dapat dilakukan secara gradual dan tidak dapt dipaksakan dalam arah apeks ke korona. Teknik ini dapat diaplikasikan juga pada setiap tipe saluran akar, gampang dikuasai, mengurangi terjadinya kecelakaan prosedur, dan nyaman bagi pasien serta operatornya. c. Pengisian saluran akar Pengisian saluran akar merupakan tahap yang sangat kritis dalam menentukan keberhasilan perswatan saluran akar. Pengisian saluran akar
bertujuan untuk menutup hubungan antara rongga mulut dengan jaringan

periapikal. Pengisian saluran akar harus dilakukan secara hermetis dalam

3 dimensi baik ke arah apikal, lateral, maupun koronal untuk menghindari terjadinya kebocoran yang dapat menyebabkan regangnya perawatan saluran akar. Untuk itu bahan pengisi tidak hanya memadati saluran akar utama tetapi juga harus dapat masuk ke dalam saluran akar tambahan, saluran lateral, isthmus, dan foramen aksesori (Tarigan,2002). Salah satu bahan pengisi saluran akar adalah gutta perca. Gutta perca merupakan suatu bahan pengisi yang sangat diperlukan karena tidak mengerut setelah insersi kecuali dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Bahan tersebut mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri, radiopak, mudah dikeluarkan dari saluran akar dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Gutta percha dikombinasikan dengan semen saluran akar atau sealer untak menjamin pengisian dan penutupan saluran akar yang tepat.

Gambar 4. Gambar radiologis hasil pengisian

2.

Pulpektomi Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi

merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang 10

lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula. Hal hal yang harus diperhatikan pada perawatan pulpektomi : a. Diutamakan memakai file daripada reamer.

Gambar 5. K-File

b. Memakai tekanan yang ringan untuk menghindari pengisian saluran akar yang berlebihan (overfilling). c. Diutamakan sterilisasi dengan obat obatan daripada secara mekanis. d. Pemakaian alat alat tidak sampai melewati bagian apikal gigi. Pulpektomi nonvital, perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran akar satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari satu. Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangren pulpa atau nekrosis (Tarigan, 2002). 3. Penatalaksanaan a. Pada kunjungan pertama dilakukan anestesi untuk pembukaan akses, setelah terbuka, dilakukan anestesi intrapulpa, dan pengambilan jaringan pulpa. Setelah akses terbuka terlihat orifis akar distal dan mesiobukal serta mesiolingual, kemudian kavitas ditutup dengan tambalan sementara dengan medikamen ChKM.

11

Gambar 6 Gambaran radiografis setelah dilakukan pembukaan akses

b. Pada kunjungan kedua dilakukan pengukuran panjang kerja dengan cara memasukkan alat ke dalam saluran akar. Pada gambar radiografis terlihat apeks akar distal dan mesiobukal menyatu di bagian apeks. Kemudian dilanjutkan dengan preparasi saluran akar dengan menggunakan Protaper manual.

Gambar 7. Gambar radiografis pengukuran panjang kerja menggunakan file pada tiga saluran akar

c. Pengisian dilakukan pada kunjungan berikutnya dengan metode kombinasi menggunakan gutapercha non-ISO pada akar distal sedang pada akar mesiobukal dan mesiolingual menggunakan guttapercha thermoplasticized. 12

Gambar 8 Hasil pengisian saluran akar menggunakan kombinasi guttap percha thermoplasticized dan guttap percha 6 % non iso dari aspek oklusal

Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana instrumen

dilakukan ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap kunjungan. Artinya saluran akar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah hilang. 4. Restorasi Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh (brittle) yang disebabkan karena kandungan air yang berkurang, adanya kavitas yang membesar didalam sehingga email tidak mendapat dukungan dentin, dan akibat pengambilan jaringan gigi pada saat dilakukan preparasi kamar pulpa dan saluran akar sehingga tekanan fungsional pada tonjol akan menyebabkan terjadinya fraktur (Bence, 1990). Atas dasar konsep tersebut maka dibutuhkan restorasi pasca perawatan endodontik yang dapat menambah resistensi gigi terhadap fraktur akibat dari pemakaian gigi. Dengan demikian restorasi pasca endodontik pada gigi anterior kadang-kadang memerlukan penguat pada daerah servikal yang merupakan daerah yang paling kritis fraktur. Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi struktur gigi yang rusak. Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya.

13

Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bahan restorasi plastis dan non plastis atau rigid. Yang termasuk dalam kelompok bahan plastis adalah amalgam, composite dan glass ionomer cement (GIC), sedangkan kelompok non plastis (rigid) adalah inlay dan onlay, mahkota full veneer, mahkota logam porselen, dan mahkotan jaket porselen. Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti amalgam, komposit dan GIC merupakan bahan restorasi yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi (Lutfan, 2011). a. Dental Amalgam Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi. Indikasi penggunaan bahan amalgam yaitu gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anakanak. 1) Kelebihan Amalgam : a) Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur. b) Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami

14

aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. c) Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit. d) Biayanya relatif lebih rendah 2) Kekurangan Amalgam : a) Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan. b) Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepitepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman. c) Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi. b. Komposit Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya

15

autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer. c. Semen Ionomer Kaca (SIK) Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri. Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan reaksi asam-basa dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya. 1) Kelebihan Semen Ionomer Kaca: a) Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain.

16

b) Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh). c) Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat memegang bahan tambal. 2) Kekurangan Semen Ionomer Kaca: a) Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham). b) Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli. c) Tambalan semen ionomer kaca lebih mudah aus dibanding tambalan lain.

17

BAB III KESIMPULAN Gangren gigi adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa Perawatan endodontik khususnya pulpektomi non vital pada kasus gangren gigi sangat penting dilakukan untuk mencegah gigi agar tidak dicabut, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan . Keberhasilan perawatan saluran akar sangat dipengaruhi oleh Triad Endodontic yaitu : preparasi akses (endo acces), preparasi saluran akar (cleaning and shaping), serta pengisian saluran akar (obturation). Selain itu usaha perawatan yang dilakukan juga untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut. Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh atas dasar konsep tersebut maka dibutuhkan restorasi pasca perawatan endodontik yang dapat menambah resistensi gigi terhadap fraktur akibat dari pemakaian gigi.

18

DAFTAR PUSTAKA Bence, R. 1990. Edontotik Klinik. UI press. Jakarta Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E. 1995. Ilmu Edontotik Dalam Praktek. EGC. Jakarta Kartini, Ani. 2009. Gangren Pulpa. (online). (http://Infogigi.com/gangrenpulpa.htm, diakses 9 September 2010) Lutfan, Muhammad. 2011. Bahan Restorasi (online), (http://dentalhome.wordpress.com/2008/09/ Diakses 15 September 2011) Mozartha M. 2008. Anatomi Gigi. Klik Dokter Menuju Sehat. (online). (http://gigi.klikdokter.com/subpage.php?id=&sub=42, diakses 9 September 2010) Pintauli S,. 2008. Menuju Gigi Dan Mulut Sehat. Medan. USU press. Tampubolon N S,. 2005. Dampak Karies Gigi Dan Periodental Terhadap Kualitas Hidup. USU press. Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC. TIM FKG UMS. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Gigi Dan Mulut Semester VIII. UMS. Surakarta

19

You might also like