You are on page 1of 73

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai implementasi SK Dirjen DIKTI No. 163 / DIKTI / KEP / 2007.

Program Studi (PS) ini Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran menjadi 2 (dua) PS yaitu Program Studi Agroteknologi dan Agribisnis. PS Agroteknologi merupakan merger dari 4 Program Studi ( PS Agronomi, PS Pemuliaan Tanaman, PS Hama dan Penyakit Tanaman dan PS Ilmu Tanah). Program studi merupakan integral dari Fakultas Pertanian dan Universitas Padjadjaran, dalam menyusun strategi dan upaya pengembangannya, selalu mengacu pada Renstra Unpad. Di dalam Renstra Unpad tertera Grand Strategy Pengembangan Unpad 2007 2026 terbagi ke dalam empat periode tahapan dengan masing masing temannya sebagai berikut : (1) menjadi universitas pembelajaran unggul; (2) peraihan kemandirian dan riset bermutu; (3) peraihan daya saing regional dan;(4) peraihan daya saing internasional. Berdasarkan Renstra ini, Unpad semakin menegaskan visinya untuk : Menjadi Universitas Unggul Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Kelas Dunia. Dalam mencapai visi tersebut, Unpad melaksanakan misi : (1) menyelenggarakan pendidikan (pengajaran,penelitian,dan pengembangan ilmu pengetahuan,serta pengabdian masyarakat) yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat penggunan jasa pendidikan tinggi ; (2) menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berdaya saing internasional dan relevan dengan tuntutan pengguna jasa pendidikan dalam memajukan perkembangan intelektual dan kesejahteraan masyarakat; dan (3)menyelenggarakan pengelolaan pendidikan yang profesional dan akuntabel untuk meningkatkan citra perguruan tinggi. Sejalan dengan visi dan misi Unpad, maka visi PS Agroteknologi Fakultas Pertanian Unpad mempunyai visi menjadi pusat pendidikan pertanian yang berbasis pada teknologi modern dan kearifan lokal dengan berorientasi pada system pertanian berkelanjutan guna menghasilkan sumberdaya yang berkualitas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai visi tersebut,
1

maka Fakultas Pertanian Unpad melaksanakan misi yaitu : (1) secara terus menerus memperbaiki dan meningkatkan aspek Management, L-RA/SE (Leader, dan Relevance,Academic,Amosphere,Internal Sustainability,

Efficiency), (2) berupaya mencapai dan mempertahankan akuntibilitas pendidikan dan pengajaran, (3) mengupayakan optimalisasi penelitian dan pengabdian masyarakat, serta (4) menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga baik didalam negeri maupun luar negeri. Sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki Fakultas Pertanian Unpad diatas, mahasiswa PS Agroteknologi harus mengikuti serangkaian pendidikan yang terdiri dari kuliah, pratikum, diskusi, seminar, kuliah lapangan, dan magang. Khusus dalam magang secara harafiah diartikan sebagai latihan (uji coba) bagi calon pegawai sebelum orang tersebut resmi diangkat menjadi pegawai tetap. Dalam hal ini yang dimaksud magang bagi mahasiswa Agroteknologi adalah suatu proses pendidikan yang ditempuh di instansi / perusahaan tertentu guna memperoleh pengalaman kerja. Bagi instansi / perushaan/ usaha pertanian, tempat mahasiswa melakukan kegiatan magang mempunyai arti tersendiri antara lain : 1. Berpatisipasi aktif dalam menunjang program pendidikan dan membantu mempersiapkan tenaga terdidik serta pengabdian masyarakat, melalui fasilitas magang 2. Memperkenalkan diri (promosi) keberadaan perusahaan/ instansi/ usaha pertanian tersebut. 3. Memperoleh tenaga terdidik walaupun waktu yang singkat
1.2

Tujuan Penulisan Laporan

Secara umum : Magang adalah suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu mengindetifikasi, memecahkan masalah dalam perusahaan, terampil dalam menggunakan alat dalam suasana kerja sebenarnya serta dapat mengelolah suatu usaha Secara khusus :

Agar mahasiswa lebih memahami dan dapat melakukan praktek pratek

budidaya (persiapan media tumbuh, persemaian, pembibitan, pemeliharaan, penanganan panen dan pasca panen, dll) dan manajemen usaha pertanian atau agribisnis (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling) Agar mahasiswa memperoleh masukan masukan baru yang tidak diperoleh dibangku kuliah sebagai bahan untuk membuat laporan, diskusi, dan seminar yang akan dilakukan oleh mahasiswa
Mampu merancang bangun dan merekayasa teknologi yang efisien ( cost

reducing technologie). 1.3 Rumusan Masalah Adapun dalam penyusunan laporan ini kami memiliki kerangka pikiran yang telah dirumuskan dalam beberapa bagian, sebagai berikut ? Bagaimana gambaran umum dari perusahaan/instansi/ usaha pertanian yang ada ? Apa yang menjadi komoditas produksi utama dari perusahaan / instansi / usaha pertanian yang ada ? Bagaimana alur kerja di lapangan dari perusahaan / instansi / usaha pertanian yang ada? Apa yang menjadi masalah utama dilapangan dalam pelaksanaan kegiatan keprofesian ? 1.4 Manfaat Penulisan Dalam penyusunan laporan ini kami mengharapkan adanya manfaat yang ingin dicapai dalam beberapa bagian, yakni : Sebagai prasyarat tugas mata kuliah KKP ( Kuliah Kerja Profesi) pada semester ganjil Sebagai sumber informasi bagi pembaca dalam pelaksanaan kegiatan keprofesian selanjutnya. Sebagai sumber inspirasi bagi pembaca dalam menambah wawasan mengenai kegiatan produksi komoditas kelapa sawit sehingga adanya timbal balik informasi refrensi penulisan laporan selanjutnya.
3

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PTPN II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sebelumnya perusahaan ini dikuasai oleh Verenigde Dely Me (VDM) yang merupakan salah satu maskapai milik Belanda yang terbatas pada Perkebunan Tembakau Deli dan setelah menjadi peralihan kekuasaan Belanda kepada Indonesia perusahaan ini dikenal dengan nama N.V. Deli Maskapai (MODTHCHAPPY) yang berkantor pusat di Medan. Kemudian dengan peraturan pemerintah perusahaan ini diberi nama Perusahaan Negara Tembakau Deli (PPNTD-I). Pada awalnya berdirinya Perkebunan Nasional Pagar Marbau adalah di bawah naungan PTPN IX, namun dalam perkembangannya PTPN IX bergabung dengan PTPN II. Awalnya perkebunan PTPN IX hanya menanam tembakau sebagai hasil utama. Namun sesuai dengan izin diversifikasi usaha dari Menteri Pertanian dengan surat Keputusan No.393/KPTS/UM/1970 tanggal 16 Agustus 1970 untuk Pagar Marbau dan Kuala Namu maka kebun tembakau dikonversikan menjadi kebun kelapa sawit. Kebun-kebun tembakau yang dikonversikan adalah kebun dengan jenis tanah yang digolongkan kelas tiga untuk tembakau yang produksinya rendah disebabkan derajat penyakit layu yang tinggi. Dengan perkataan lain jika perkebunan tersebut dipertahankan untuk penanamantembakau akan menimbulkan kerugian terus-menerus. Realisasi diversifikasi usaha dimulai dengan penanaman kelapa sawit secara bertahap yaitu : 1971 1972 1973 1974 1975 1976 : 325 Ha : 1000 Ha : 1175 Ha : 1000 Ha : 1000 Ha : 1000 Ha

Jumlah : 5500 Ha

Pembiayaan penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai dengan 1973 seluruhnya dari PTP-DC. Untuk penanaman seterusnya beserta pembangunan pabrik diperoleh dari Departemen Keuangan. Untuk tahun-tahun selanjutnya perluasan tanaman juga dilakukan dibeberapa kebun lainnya sehingga jumlah keseluruhan tanaman terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini : Tabel 1.1 Data Perluasan Tanaman Sawit di PTPN IX Kebun Pagar Marbau Batang Kuis Klumpang Bandar Klippa Sampali Saentis Helvetia Jumlah Luas (Ha) 7693,34 680,89 601,47 32 44 14 146 9211,70

PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Pagar Marbau direncanakan pada tahun 1974 oleh Direksi PTPN IX. Pada tahun 1975 pembangunan pabrik dimulai dengan kapasitas produksi awal 30 tahu TBS ( Tandan Buah Segar)/ jam dari yang telah direncanakan 60 ton TBS/ jam. Sebagai supplier adalah USINE DE WECKER, Luxemburg (UDW), dan dalam hal ini menunjuk PT. Admindo Medan sebagai sub kontraktor yang melakukan sebagian besar fabrikasi. Sedangkan pekerjaan lain diluar apply UDW seperti water treatment plant, laboratorium, workshop, incinerataor, kantor, drainase, dll dikerjakan oleh pemborong lokal. Untuk menjamin supply berkualitas baik, PT. Narada Consultant Bandung ditunjuk sebagai konsultan PT. Perkebuan IX. Penyelesaian pembangunan pabrik pada akhir November 1976 dan kemudian dilakukan individual tes, pemanasan perlahan-lahan, pembersihan, dan trial run. Pada awal Januari 1977 pabrik mulai beroperasi secara berangsur-angsur untuk kemudian mencapai kapasitas penuh (30 ton TBS/jam) pada awal Februari 1977 dan dilanjutkan dengan Commisionong pada akhir Februari 1977. Pabrik Kelapa Sawit Pagar Marbau diresmikan secara simbolis oleh Bapak Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 4 April 1977 dengan
5

penandatangan

prasasti di perkebunan Adolina PTPN-IV. Dalam usaha

peningkatan kapasitas pabrik dari 30 ton TBS/jam menjadi 60 ton TBS/jam telah dibangun secara bertahap instalasi kedua (second line) mulai tahun 1983 dan selesai pada tahun 1985. Pada awalnya PKS Pagar Marbau dipimpin oleh seorang administratur, namun pada perkembangan selanjutnya dilakukan pemisahan antara kebun dan pabrik, dimana kebun dipimpin oleh seorang administrator dan pabrik dipimpin oleh seorang manager pabrik sesuai dengan SKPTS Direksi PTPN II No.11/KPTS/R.3/1999 tanggal 30 April 1999. Walaupun terjadi pemisahan antara pabrik dan kebun, namun keduanya saling mendukung karena pengadaan persediaan bahan baku untuk diolah setiap harinya sebagian besar berasal dari kebun itu sendiri. Dengan kata lain pabrik tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kebun dan sebaliknya kebun tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan pabrik. Adapun jenis bibit yang dipergunakan adalah persilangan antara jenis Durra dan Psifera, Durra dengan Tanera, Tanera dan Pisifera. Pembiayaan penanaman kelapa sawit dari tahun 1971 sampai 1972 seluruhnya dari PTPN IX yang pada tanggal 11 Maret 1996 menjadi PTP Nusantara II (Persero). 2.2 Size and Layout Perusahaan PTP.Nusantara II PKS Pagar Marbau berada pada ketinggian 50 meter dari permukaan laut dan letak diantara kota Lubuk Pakam dan Kota Galang. Dari kota Lubuk Pakam berjarak sekitar 4 km, dan 32 km dari pusat kota Medan. 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan Organisasi adalah sekumpulan orang orang yang mempunyai tujuan tertentu dan diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut. Dalam menjalankan suatu organisasi perlu dibuat suatu struktur organisasi. Struktur organisasi perusahaan akan memberikan kejelasan hubungan kerja antara bagian bagian yang ada di dalam organisasi tersebut. Metode pembagian tugas memunculkan 3 (tiga) jenis hubungan kerja dalam organisasi yaitu struktur organisasi garis, fungsional dan staf, serta penggabungan antara keduanya yang disebut dengan struktur organisasi matriks. Secara definitive, struktur organisasi
6

adalah gambaran skematik tentang hubungan kerja antara fungsi fungsi, unit unit / bagian bagian maupun individu individu masing masing mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu dalam mencapai tujuan. Dalam menjalankan kegiatan ataupun aktivitas suatu organisasi terdapat hubungan diantara orang orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi, maka semakin kompleks pula hubungan yang ada. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang hubungan serta uraian yang jelas dari setiap orang atau unit organisasi yang terlibat tersebut termasuk hubungan antara masing masing kegiatan. Dengan adanya struktur organisasi maka diperoleh suatu kejelasan arah dan koordinasi setiap tugas dan kegiatan yang dapat disistribusikan secara efisien, teratur, terarah untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dimana masing masing personil dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya. Jadi tugas seorang karyawan dapat diuraikan atas beberapa fungsi. Atasan dari seorang bawahan adalah orang orang yang bertanggung jwab atas terselenggaranya fungsi fungsi tersebut.

BAB III KEGIATAN KERJA

3.1

Tanaman Ulang Tanaman ulang (replanting) adalah suatu bentuk pekerjaan dengan tujuan

mengganti tanaman yang telah tua dan kurang menguntungkan dari segi produktivitasnya dengan tanaman baru. Bila telah sampai pada keadaan seperti ini tanaman harus diremajakan. Dalam hal ini penggantian/peremajaan tanaman dimaksud adalah dengan jenis tanaman yang sama. Untuk mengetahui areal tanaman kelapa sawit yang akan ditanam ulang (replanting) perlu dilakukan analisa produksi terhadap areal yang akan ditanam ulang, hal ini dapat dilihat dari umur tanaman yang telah lanjut dan diikuti dengan berkurangknya jumlah pohon per ha, penurunan produksi yang dihasilkan dan pada titik tertentu tidak menguntungkan lagi. Bila telah sampai pada keadaan seperti ini tanaman harus diremajakan. Pengambilan keputusan untuk melaksakan tanam ulang (replanting) kriterianya berdasar kepada: a. Produktivitas tanaman sampai pada satu titik keadaan atau tahun anggaran (perencanaan). b. Volume produksi dalam upaya menjaga keseimbangan produksi (TBS) dengan kapasitas pabrik. c. Break even point (BEP) analisis biayan produksi dengan penerimaan. d. Berkaitan dengan produktivitas lahan mencakup faktor : a. Kerapatan pohon per ha b. Serangan hama dan penyakit c. Jenis persilangan tanaman
d. Pemupukan sebagai komponen biaya terbesar dalam biaya tanaman.

e. Komposisi Umur tanaman. Komposisi ideal antara TM, TBM, dan TU adalah sebagai berikut : TM : 86 %

TBM : 10% TU :4%

Pada tanggal 1 Agustus 2011 Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau melaksanakan kegiatan Tanam Ulang (Replanting) pada salah satu Afdelingnya yaitu Afdeling 1 pada Blok I dan Blok II. Tanaman kelapa sawit yang ditanam
8

ulang adalah tanaman kelapa sawit tahun tanam 1985. Di salah satu blok ada tanaman kelapa sawit tahun tanam 1984. Seharusnya tanaman ini sudah dapat dilakukan tanam ulang namun karena produksi masih tinggi kegiatan tanam ulang dialihkan ke tanaman tahun tanam 1985. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.

Survei /mengukur areal Kegiatan ini berlangsung sekitar 1,5 bulan, ditujukan terutama untuk menginventarisasi areal dalam hal jumlah pokok, kondisi gulma dan lainlain. Pada saat yang bersamaan jika diperlukan dapat dilakukan pengukuran ulang terhadap luas areal yang akan diremajakan tersebut.

2.

Pemancangan Kegiatan memancang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan posisi atau letak pohon di dalam areal yang tercermin dalam bentuk jarak tanam. Pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi jumlah pohon per ha. Jarak tanam yang umum di anjurkan oleh Balai Penelitian adalah : 9,09 x 7,692 meter 9,09 x 8,33 meter = 143 pokok per ha = 132 pokok per ha

Dalam hal ini, kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau menggunakan jarak tanam 9,09 x 7,692 meter dengan jumlah pokok per ha 143 pokok. Sebelumnya kebun ini menggunakan jarak 9,09 x 8,33 meter pada lahannya. Pemancangan yang dilakukan pada kebun ini ada dua jenis yaitu pancang kepala dan pancang rencik. Pancang kepala dibuat dengan meletakkan patok dari pelepah kelapa sawit dengan jarak antar patok sebesar 100 m (tergantung keinginan). Agar letak antar patok lurus maka digunakan sebuah alat untuk membidik patok lainnya. Setelah pancang kepala selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah membuat pancang rencik di antara pancang kepala. Bongkar Tumbang Pokok Pada kegiatan ini semua tanaman tua ditumbang dengan cara membongkar batang pohon berikut dengan akarnya dengan tujuan menjaga akar tanaman muda yang akan ditanam nanti dapat terhindar dari kemungkinan timbulnya
9

serangan penyakit akar (Ganoderma). Cendawan (Ganoderma) adalah jamur yang tidak tahan terhadap udara terbuka dan cahaya matahari langsung. Pekerjaan bongkar tumbang pokok termasuk dalam kategori pekerjaan berat, sehingga dipergunakan alat-alat mekanis seperti traktor yang bertujuan : Memudahkan pelaksanaan penumbangan Memepercepat masa kerja Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pembongkaran atau penumbangan pokok adalah : Jatuhnya pohon disusun searah menurut arah yang sama misalnya utara dan selatan dan Akar pohon harus ikut terbongkar dan digeser kurang lebih 1 meter dari tepat tegak semula Tumbangan pohon yang dapat menghalangi kelancaran transportasi disingkirkan segera setelah penumbangan pohon tersebut Pada pelaksanaan ini traktor yang digunakan adalah traktor Avance PC 2000 Komatsu. Pelaksanaan ini dilakukan dengan borongan sistem tender yang dilakukan oleh kantor pusat. Di lapangan pohon yang tumbang disebabkan 2 faktor yaitu karena ditumbang dengan traktor atau karena tumbang sendiri akibat serangan cendawan ganoderma. Pelaksanaan tumbang pokok yang dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut: 1. Pohon ditumbang dengan traktor kemudian disusun rapi 2. Tanah dan akar yang diangkut diletakkan pada sisi kanan lubang.
3. Akar yang masih ada di tanah kemudian di bongkar dengan lebar 1,5 m x

1,5 m hingga tidak ada akar yang tertinggal.

10

Gambar 1. Batang pohon yang ditumbang disusun rapi

11

3.2

Pembibitan Pembibitan kelapa sawit adalah suatu tempat (areal) dimana untuk

sementara waktu ( 12 bulan) bibit ditanam, dipelihara (merumput, menyiram, memupuk, memberantas hama, dll) serta dilaksanakan seleksi sebelum bibit tersebut memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan. Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam rangka penanaman kecambah atau kultur jaringan, pemindahan ke pembibitan utama dan pemindahan ke lapangan diperlukan perlakuan kultur teknis gulma menghindari kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan dalam pelaksanaannya. Sistem pembibitan kelapa sawit ada 2 jenis yaitu pembibitan satu tahap (single stage system) dan pembibitan dua tahap (double stage system). Pada pembibitan satu tahap, kecambah langsung ditanam di large polybag dipelihara 1012 bulan. Pada pembibitan dua tahap, kecambah yang diterima ditanam pada 2 tahap pembibitan yang terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau dalam hal ini menggunakan sistem pembibitan dua tahap karena dinilai lebih mudah pengawasan, pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa single stage system sebelumnya telah dilaksanakan dikebun seberang pada tanggal 17 Oktober 1988 dengan jumlah bibit sebanyak 2887 pk dimana langsung ditanam dalam kantong plastik (polybag) dengan jarak tanam 80 cm x 80 cm. Akan tetapi, sistem ini tidak dianjurkan lagi karena sesuai pengalaman bahwa bibit banyak yang mati walaupun pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan double stage. 3.2.1 Tahapan Pembibitan Dua Tahap Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahap pembibitan dua tahap terdiri dari persiapan pembibitan meliputi pembibitan awal, pembibitan utama dan pemeliharaan pembibitan meliputi pembibitan awal dan pembibitan utama. a. Persiapan pembibitan Dalam merencanakan membuka suatu pembibitan memilihi lokasi pembibitan merupakan pekerjaan awal dari setiap rencana pengembangan

12

penanaman kelapa sawit karena pembibitan ini harus dapat digunakan untuk masa minimal 5 tahun rencana. Beberapa syarat penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pembibitan yaitu : Lokasi dekat sumber air Topografi rata dan bukan daerah banjir Dekat dengan lokasi penanaman Terhindar dari gangguan sumber OPT Mudah didatangi (jalan ke tempat tersebut harus baik) Dekat dari kantor sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih sering

Untuk syarat topografi, lahan pembibitan di afdeling 6 sedikit bergelombang dan merupakan bekas pembibitan sebelumnya. 1. Persiapan kecambah Untuk kecambah saat ini kebun Tanjung Garbus menggunakan kecambah varietas tenera hasil persilangan dura dan pisifera yang dibeli dari PPKS Marihat. Jenis ini memiliki inti lebih kecil tetapi cangkang lebih tipis, daging buah lebih tebal dan kandungan minyak lebih tinggi hampir mencapai 22-23 %. Varietas ini lebih baik dibandingkan dengan hasil persilangan Pisifera x Dura , Dura x Tenera atau Tenera x Dura yang hanya berkisar 16 -18 % dan 18-20 % kandungan minyaknya. Berdasarkan infomasi yang diperoleh dari petugas lapangan, sebelumnya kebun ini pernah memakai kecambah yang berasal PTPP Lonsum. Dalam proses persiapan kecambah, biji yang dikecambahkan berasal dari pokok induk yang memenuhi beberapa persyaratan atau sifat tertentu antara lain vegetatif, generatif serta kualitas dan kuantitas minyak yang baik. 2. Pemesanan kebutuhan kecambah Dalam pemesanan kecambah harus sudah diajukan selambat-lambatnya 3 bulan sebelum penerimaan. Hal ini dikarenakan jadwal dan banyak pengiriman supaya diperhitungkan sebaik-baiknya. Perhitungan yang tepat untuk kebutuhan bahan tanaman sangat diperlukan supaya tidak kekurangan maupun berlebihan. Hal ini perlu dikaji berdasar data-data sebagai berikut: 1. Luas areal yang akan ditanami 2. Jarak tanam yang dianjurkan
13

3. Kemampuan kultur teknis pembibitan 4. Kebutuhan penyisipan dilapangan 5. Serangan hama dan penyakit Berdasarkan pengalaman pembibitan, kebutuhan biji kecambah untuk setiap ha/tanaman di lapangan adalah sebagai berikut: Jarak Tanam (m) 3,5 x 7,4 9 x 7,8 9,1 x 7,9 9,42 x 8,16 9,5 x 8,2 10 x 8,7 Kerapatan Pokok/ha (pkk) 158/160 143 138/139 130 127/128 115/116 Jumlah kecambah/ha (st) 210 (131 %) 190 (133 %) 180 (130 %) 170 (131 %) 170 (133 %) 150 (130 %)

Jumlah kecambah yang dipesan disesuaikan dengan luasan lahan yang akan ditanam ulang. Dalam hal pemesanan kecambah, jumlah yang dipesan dilebihkan. Bidang pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau, biasanya memesan kecambah dengan melebihkan jumlahnya sebesar 31 % dari jumlah sebenarnya. Persentase ini didapat dengan perhitungan di bawah ini : 1. Tanaman utama 2. Seleksi kecambah 1 % x 130 3. Seleksi Pre Nursery 10 % x 130 4. Seleksi Main Nursery 15 % x 130 5. Sisipan 5 % x 130 Jumlah 31 % 6. Media Tanah Agar diperoleh bibit yang baik pertumbuhannya, tanah yang digunakan adalah tanah atas (top soil) : 0-10 cm untuk Pre Nursery dan 0-20 cm untuk Main Nursery. Bidang pembibitan di Afdeling 6 saat ini menggunakan tanah yang diambil dari sekitar perakaran bawah pohon kelapa sawit yang bebas dari ganoderma dan mengandung banyak bahan organik. Tanah yang dianjurkan untuk pembibitan adalah tanah yang mengandung cukup banyak bahan organik, berpasir (30-50 %) dan berliat. Tanah sebelumnya di ayak dengan ayakan ukuran mesh 0,5 x 0,5 cm untuk Pre Nursery dan ukuran mesh 1 x 1 cm untuk Main Nursery dengan = 130 pokok/ha = 1,3 = 13 = 19,5 = 6,5 = 170,3 ~ 170 kecambah/ha

14

tujuan untuk membuang sisa kayu, akar, batu, dan lain-lain. Kebutuhan tanah 1 m3 menghasilkan 666 polybag yang berisi tanah dan 40 large polybag yang berisi tanah. 7. Kantong Plastik Pembibitan awal menggunakan kantong plastik hitam dengan ukuran 14 x 22 cm dengan ketebalan 0,10 mm. Untuk 1 kg kantong plastik ini dibutuhkan kecambah sebanyak 166 kecambah. Untuk pembibitan utama digunakan kantong plastik hitam dengan ukuran 40 x 50 cm dan tebalnya 0,2 mm. Untuk 1 kg kantong plastik dibutuhkan 13 kecambah kelapa sawit. Tiap kantong plastik memiliki lubang berukuran 0,3 cm dengan jarak antar lubang 5 cm . Lubang ini berfungsi untuk mengalirkan air yang berlebihan agar tidak menggenang di dalam kantong tersebut. b. Kegiatan Pembibitan Pre Nursery 1. Membuat bedengan Bedengan dibuat di areal yang sudah diratakan, diberi dinding papan atau kayu setinggi kantong plastik (20-25 cm ) agar kantong plastik dapat disusun tegak. Bambu kurang dianjurkan untuk daerah (areal) yang banyak tikus karena dikhawatirkan menjadi sarang tikus atau semut. Ukuran bedengan yang dianjurkan adalah lebar 120 cm dan panjang tergantung lokasi bibitan tersebut. Lebar bedengan ini mampu memuat 14 buah polybag kecil. Antara bedengan satu dengan bedengan lain dibuat jalan kontrol dan pembuangan air yang berlebihan waktu penyiraman atau waktu hujan dengan lebar 75 cm. Untuk ukuran bedengan, pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau menggunakan lebar 120 cm sesuai dengan yang di atas dan panjang 30 m. Luas pembibitan awal (pre nursery) adalah sebesar 0,032-0,033 % dari luas pertanaman yang direncanakan.

2. Naungan (pelindung)

15

Salah satu sifat kecambah adalah tidak tahan terkena sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan pembakaran. Untuk mencegah pembakaran sinar matahari langsung maupun tekanan curah hujan maka diperlukan naungan. Naungan ini dapat dibuat dengan 2 cara yaitu menutupi seluruh pembibitan awal (over head shade) atau hanya menutupi setiap bedengan. Dari dua cara tersebut, cara pertama lebih dianjurkan karena lebih mudah membuatnya. Pembibitan kebun Tanjung Garbus menggunakan bambu sebagai tiang naungan dengan ketinggian 22,5 meter dari tanah agar pekerja lebih bebas bergerak dan sirkulasi udara tidak lembab. Untuk atap digunakan dau kelapa sawit. Sebelum daun ini digunakan terlebih dahulu dilakukan penyemprotan Decis dengan konsentrasi 0,2 %. Jenis atap ini akan mengering berangsur-angsur dan secara otomatis mengatur intensitas cahaya matahari langsung dan mudah untuk dikurangi. Setiap meter bedengan memerlukan 4-5 pelepah daun kelapa sawit. Setelah bibit berumur 1,5 bulan naungan dikurangi sebesar 25 % kemudian setiap minggunya dilakukan pengurangan hingga 100 % sampai bibit akan dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery). 3. Pengisian tanah ke polybag Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah yang berasal dari sekitar perakaran kelapa sawit yang sehat. Setiap kantong plastik membutuhkan 1,5 kg tanah. Tanah yang digunakan adalah top soil (0-10 cm), bahan organik banyak, berpasir (30-50 %) dan berliat. Sebelum digunakan tanah ini diayak terlebih dahulu dengan ayakan 0,5 cm x 0,5 cm untuk memisahkan dari kayu dan batuan yang terikut, kemudian dicampur dengan pupuk Rock Phosfat (RP). Untuk setiap 1 m3 tanah dicampur dengan 10 kg pupuk RP sehingga untuk setiap polybag kecil dosisnya 15 gr. Pengisian tanah harus cukup dan padat agar tidak terjadi ronggarongga atau kantongan air. Pada bagian atas kantongan disisakan 1,5-1 cm untuk mencegah terjadinya lossis pupuk pada saat pemupukan dan penyiraman air. 4. Penanaman kecambah Sebelum kecambah ditanam dipolybag, dilakukan seleksi kecambah sebesar 1%. Kecambah yang diseleksi adalah kecambah yang kurang bagus misalnya plumula atau radiculanya patah. Setelah ini dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal kecil dengan kedalaman tertentu. Setelah itu kecambah ditanam
16

dengan posisi plumula di atas dan radicula di bawah. Letak kecambah yang ditanam harus sama arahnya agar penampilan dan pertumbuhannya bibit bagus. Setelah ditanam kecambah ditutup lagi dengan tanah. Sore harinya dilakukan penyiraman kembali. 5. Pemeliharaan bibit Setelah bibit berumur 1 bulan, dilakukan pemupukan urea dengan cara disemprot. Bidang pembibitan kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau menggunakan pupuk urea dengan dosis 3 gr/L air. Sebelum dilakukan pemupukan, pupuk dilarutkan terlebih dahulu dengan air, setelah itu disemprotkan ke bibit kelapa sawit. Untuk 10 liter larutan pupuk digunakan untuk untuk memupuk 100 bibit kelapa sawit. Setelah 5 minggu, bibit dipupuk lagi dengan menggunakan pupuk NPK-Mg (12:12:17:2) dengan dosis 3 gr/L air. Pupk dilarutkan dengan air kemudian disemprotkan kebibit, Setelah disiram pupuk, bibit disiram lagi dengan air untuk mencegah terjadinya pembakaran pada daun. Pada umur dua bulan bibit diseleksi misalnya pertumbuhan yang abnormal dan terkena serangan penyakit karat daun. Pada saat pindah tanam dilakukan seleksi lagi. Bibit yang terkena serangan penyakit dilakukan penyemprotan fungisida Mankozeb, sedangkan bibit yang terkena serangan hama dilakukan penyemprotan insektisida Sevin 85 S. c. Pembibitan Utama (Main Nursery) 1. 1.1 Letak dan dan luas pembibitan utama Letak dan pemilihan lokasi Sebelum menentukan lokasi pembibitan, perlu dilakukan peninjauan ke lokasi rencana penanaman terutama pada lokasi yang baru dibuka. Syarat dalam menentukan lokasi pembibitan adalah sebagaui berikut:

Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. Perhitungan kebutuhan air pada musim kemarau harus diperhatikan dimana tiap bibit membutuhkan air 3-4 liter /hari pada umur 9-12 bulan dan sebelumnya 1-3 liter/hari atau dengan kata lain 5-7 mm/hari (50-70 m3/ha/hari).

17

Areal datar atau berombak dengan drainase baik untuk mempermudah pembangunan jalan di dalam lokasi pembibitan dan pemasangan instalasi air terutama system sprinkler.

Letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkut bibit cukup mahal. Dekat dari kantor atau pemukiman sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih intensif. Bebas dari gangguan ternak Jauh dari sumber hama dan penyakit.

Karena persiapan pembibitan utama ini membutuhkan waktu yang cukup lama maka persiapannya harus sudah dimulai serempak dengan persiapan pembibitan awal. 1.2 Luas pembibitan utama Luas pembibitan tergantung pada rencana luas penanaman di lapangan, jarak tanam yang dianut dibibitan, umur/lamanya bibit di pembibitan uutama dan sarana untuk tapak jalan, kantor dan lainnya. Jika bibit akan ditanam di lapangan umur 10 bulan maka jarak tanam ibit minimal (70x 70 x70) cm dan untuk bibit umur 12 bulan minimal (90x 90 x 90) cm. Dengan demikian luas areal yang dibutuhkan untuk rencana penanaman seluas 1000 ha adalah : Jarak Tanam Luas (cm) 70 x 70 x 70 90 x 90 x 90 (ha) 10 14 Pembibitan Perbandingan terhadap luas Keterangan penanaman (TU/TB) 1:100 1:75 Belum termasuk sarana lain-lain

Menurut Balai Penelitian Perkebunan Medan, luas pembibitan utama kira-kira 1-1,5 % dari luas pertanaman yang direncanakan. Untuk luas ini diusahakan dilebihkan untuk mencegah kekurangan jika sewaktu-waktu rencana penanaman diperbesar.

Tabel Perbandingan Luas Pre Nursery, Main Nursery, dan Lapangan Jarak Luas Pre Nursery Luas Main Nursery (ha)
18

Luas

Lapangan

Tanam (cm) (ha) 70 x 70 x 70 0,033 90 x 90 x 90 0,025

1 1

(ha) 100 75

Saat ini kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau memiliki luas areal pembibitan sebesar 13 ha dengan perincian 7,5 ha bibit lama dan 5,5 ha bibit baru. Pembibitan kebun ini memiliki satu kantor kira-kira 10 meter jaraknya 2. Persiapan lapangan Untuk mempersiapkan lapangan pembibitan utama mulai dari menentukan lokasi dampai dengan siap untuk dipergunakan akan memakan waktu 6-8 bulan. Pekerjaan meratakan tanah pembibitan dilakukan dengan system mekanis. Manfaat sistem ini adalah mengurangi pertumbuhan rumput-rumputan, sisa akar kayu dan mempermudah pengaturan lay out pembibitan. Setelah areal rata, dilakukan pembuatan jalan utama dan tiap blok (1 ha) dibuat jalan lebar 8 m dan sekelilingnya dibuat parit drainase dengan ukuran (50 x 40 x 50) cm. Tiap blok dibagi dalam 22 bedengan dan dari tiap bedengan terdiri dari 5 petak. Tiap petak dibuat jalan kontrol 130 cm dan antar bedengan selebar 156 cm serta antar bedengan dibuat parit dengan ukuran (25 x 30 x 25) cm. Dari 13 ha luas pembibitan kebun Tanjung Garbus, 10 % diantaranya digunakan sebagai jalan potong. 3. Persiapan Tanam 3.1 Pemancangan Pemancangan dilakukan beberapa hari sebelum penyusunan kantongan plastik dengan pancang bambu atau bersamaan pada hari penyusunan. Jarak tanam adalah (90 x 90 x 90) cm untuk bibit yang akan di tanam sampai 12 bulan dan (70 x 70 x 70) cm untuk bibit yang akan ditanam sampai 10 bulan. Tiap petak disusun 5 baris dengan 40-50 pokok memanjang. Antara tiap petak dikosongkan 1 baris untuk jalan.

3.2

Pengisian tanah Setiap kantong palstik membutuhkan 20-25 kg tanah. Tanah yang diisi ke

dalam large polybag haruslah top soil yang telah diayak. Sebelum dimasukkan ke polybag tanah dicampur terlebih dahulu dengan pupuk Rock Phosfat dengan
19

perbandingan yang sama dengan media tanam pembibitan awal. Sewaktu pengisian kantongan plastik perlu diguncang agar tanahnya turun dan setelah pengisian perlu disiram setiap hari selama 7-10 hari sebelum penanaman. Pengisian tanah tidak penuh, lebih kurang 2-3 cm di bagian atas disisakan agar air, pupuk, tidak melimpah keluar. 3.3 Penanaman Seminggu sebelum bibit dipindahkan, tanah pada large polybag di pembibitan utama harus disiram setiap hari dengan tujuan : Agar tanahnya menjadi lebih padat dan tidak membentuk kantongan air. Agar membuat lubang besar dipolybag lebih mudah dengan alat bor tanah atau alat lainnya. Agar bibit yang dipindahkan tidak mengalami langsung kekeringan. Mengorek dengan bambu Skop yang ukurannya sedikit lebih besar dari kantungan plastik kecil Dengan tugal dari kayu Dengan bor tanah Pembuatan lubang tanam pada polybag ada bebera cara yaitu:

Untuk memudahkan pengangkatan bibit dan agar bibit tidak rusak dianjurkan untuk menyediakan kotak kayu berukuran 70 x 50 x 20 cm. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah plastiknya dibuang (dikoyak dengan pisau). Setelah bibit dimasukkan, tanah sekeliling lubang harus ditekan sehingga padat dan terpadu. Pada bagian atas ditambah tanah sampai bagian teratas dari leher akar bibit tertutupi. 4. Pemeliharaan pembibitan utama 4.1 Penyiraman Oleh karena bibit tidak mempunyai hubungan dengan air tanah, maka penyiraman sangat diperlukan. Pekerjaan penyiraman dibibitan adalah pekerjaan yang terpenting dan menggunakan biaya yang cukup tinggi mencapai 45 % dari biaya pemeliharaan. Kebutuhan air sangat tergantung dari umur bibit, semakin tua akan membutuhkan air yang lebih banyak. Bibit yang berumur 3-4 bulan memerlukan air sebanyak 2-3 L/bibit/hari sedangkan yang berumur 5-12 bulan memerlukan air sebanyak 4-5 L/bibit/hari. Menurut PPKS Marihat penyiraman
20

cukup antara 5-7 mm/hari (50-70 m3/ha/hari) atau setiap kali penyiraman membutuhkan air 1,5-2 liter. Menyiram pada pagi hari dilaksanakan dari pukul 06.00 10.00 pagi dan sore pukul 15.00 18.00 wib. Pelaksanaan penyiraman bibit dilakukan sebagai berikut : Umur bibit Jumlah penyiraman dalam Jumlah air per bibit (ltr) sehari 03 36 69 2x 1x 1x setiap penyiraman 0,5 2 3

Penyiraman merupakan pemeliharaan yang terpenting di pembibitan. Penyiraman yang kurang tepat akan memberikan dampak negatif terhadap kualitas bibit. Penyiraman terlalu sedikit menyebabkan terjadinya kelayuan bibit. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang diberikan tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan air dalam proses asimilasi dan kehilangan air akibat proses transpirasi, epavorasi, dan guttasi. Apabila hal ini berkelanjutan Penyiraman terlalu lama terjadinya pencucian unsur hara terutama N sehingga tanaman berwarna pucat dan terjadinya genangan adi di dalam kantongan sehingga bibit dapat membusuk jika penyiraman terlalu banya 4.2 Penyiangan Menyiang dilakukan mulai dari bulan pertama sesudah penanaman di pembibitan. Penyiangan dilakukan untuk menjaga agar areal bibitan tetap bersih. Penyiangan dilakukan terus menerus sampai bibit berumur 12 bulan/dipindahkan ke lapangan. Rotasi dua kali dalam sebulan dikerjakan dengan sistem manual atau dengan sistem khemis dengan rotasi sekali dalam dua bulan. Khusus penyiangan dengan sistem khemis berpedoman kepada SI/SE yang berlaku. Penyiangan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Penyiangan dalam polybag, tujuannya adalah mencabut rumput, menambah

tanah dan menggemburkan tanah dengan kayu (akar bibit jangan sampai rusak). Rotasi 2 kali 1 bulan
21

b) Penyiangan di luar polybag, dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Dengan sistem manual

Dilakukan dengan cara menggaruk rumput rumputan yang tumbuh diantara polybag, pusingan 2 kali sebulan 2. Dengan sistem khemis

Pemberantasan gulma secara khemis ditujukan guna menghindari pemakaian tenaga manusia yang banyak serta untuk mengurangi kerusakan polybag yang diakibatkan oleh garuk dengan pusingan 1 x 1 bulan. Sebelum diadakan penyemprotan dengan herbisida, lapangan harus kering tidak ada permukaan tanah tergenang atau becek. Bahan herbisida yang dipakai adalah herbisida pra tumbuh (pre emergence) dan herbisida purna tumbuh (post emergence) misalnya jenis herbisida glyphosat (garam isopropina/amina dari N (phosphometyl) glycine dan dalapon dengan merk dagang Dawpon M, Round Up, dan lain lain.

4.3 Pemupukan Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan penagruh terhadap pertumbuhan, namun jika pemebrian berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan.

Umur di minggu 4

bibit Jumlah pupuk (gram/pohon) Compound Compund MN 20.12.5.2 12.12.17.2 7,5 22

Semprot melalui daun Bay Folan/Grenzet Konsentrasi (cc/bbt) 0,3%

6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 28 32 36 40

10 15 15 20 25 30 35 -

10 15 20 25 35 35

15 20 25 -

Pemupukan dilakukan berpedoman pada anjuran balai penelitian dan norma baku (SE/SI) yang berlaku. Cara pemberian pupuk a) Pupuk harus diberikan tepat pada waktunya sesuai dengan dosis dan umur bibit. Pupuk ditabur melingkar di atas tanah polybag dengan jarak 4 5 cm dari pangkal bibit. b) Mandor bibitan harus mengetahui umur dan dosis pemupukan untuk tiap blok dan petak yang akan dipupuk tiap bulannya termasuk menchek tanggal penanaman kecambah dan tanggal pemebrian pupuk sebelumnya. c) Barchart pemupukan dipasanang di dinding kantor bibitan beserta tanggal pemupukan d) Karyawan yang melaksanakan pemupukan harus menguasai cara cara pemberian pupuk e) Taburkan pupuk sesuai dengan takaran melingkar di pangkal bibit dan jangan mengenai daun atau akar
23

f) Akar yang terbuka lebih dahulu di bumbun dengan tanah halus g) Kalau ada polybag yang miring lebih dahulu ditegakkan h) Alat takaran pupuk yang sesuai dengan dosis harus disediakan satu takaran maksimum 2 kali tabur agar pelaksanaannya mudah i) Pemupukan dilakukan dan diselesaikan petak demi petak
j) Permintaan pupuk dari gudang harus sesuai dengan program pemupukan

hari itu dan diecer pada Central Supply Point di pembibitan k) Pemupukan dilakukan pada jam penyiraman pertama, hindarkan

penyiraman yang berlebih agar tidak terjadi pencucian pupuk

4.4

Pemberantasan hama dan penyakit Jenis hama dan penyakit yang menyerang bibit di areal main nursery,

umumnya adalah sama dnegan yang ada di pre nursery, untuk mencegah timbulnya kerusakan bibit akibat serangan hama dan penyakit ini maka pengamatan situasi hama harus ma harus dilakukan secara kontinyu. Jika terdapat tanda tanda adanya serangan, segera dilakukan tindakan pemebrantasan seperlunya. 4.5 Pemulsaan Agar tidak terjadi pencucian pupuk tanah perlu ditutup dengan mulching (penutup tanah). Pemberian mulsa dalam bentuk tandan kosong yang dicincang (dicacah) atau cangkang yang telah kering (berumur 6 bulan) dengan ketebalan 2 cm. 4.6 Seleksi (Thinning Out) Seleksi bibit adalah pekerjaan memisahkan bibit yang baik dan menyingkirkan atau memusnahkan bibit bibit yang tidak normal dan sakit. Hal ini perlu dilakukan agar yang ditanam nantinya adalah bibit yang baik. Untuk seleksi ini agar dipedomani norma baku (SE/SI) yang berlaku. Di pembibitan pekerjaan seleksi dilakukan dalam 3 tahap yaitu :
24

Tahap I Seleksi dilaksanakan sampai dengan umur bibit 3 bulan Tahap II Sewaktu bibit dipindahkan ke lapangan (Transplanting). Bentuk bentuk bibit yang tidak normal di pembibitan pendahuluan maupun pembibitan utama harus dimusnahkan (Thinning Out) adalah sebagai berikut : Symtom (tanda tanda) Pembibitan awal 1. Bibit yang pertumbuhannya terlambat. Pada umur 3 bulan harus memeiliki 3 4 daun muda yang belum sempurna terbentuk 2. Anak daun memanjang dan sempit 3. Anak daun menggulung 4. Anak daun menguncup 5. Anak daun (leaf let) tidak normal 6. Anak daun mengkerut 7. Bibit kerdil 8. Bibit tumbuh meninggi 9. Bibit terputar 10. Terserang berat hama dan penaykit

Pembibitan utama 1. Bibit memanjang dan kaku melebihi rata rata. Sudut antara pelepah dan dan batang tajam 2. Bibit bermahkota rata. Hal ini terjadi karena daun muda lebih pendek dari daun tua sehingga dari atas kelihatan rata
25

3. Bibit yang daunnya terkulai atau merunduk 4. Bibit yang daunnya tidak membelah menjadi bentuk pinnate 5. Bibit yang pertumbuhan anak daunnya abnormal seperti : bibit bibit afkir kemudian dikumpulkan pada tempat tersendiri untuk dimusnahkan. Persentase bibit afkir seluruhnya dari seleksi penerimaan kecambah di persemaian sampai dengan ditanam di lapangan 20% (170 kecambah/ha untuk kerapatan 130 pk/ha)

Organisasi seleksi - Seleksi dipimpin oleh seorang mandor yang telah berpengalaman - Bibit yang akan disingkirkan atau tidak terpakai diberi tanda dengan cat warna oleh amndor petak demi petak - Penyingkiran bibit di lapangan oleh karyawan harian tetap (KHT) - Bibit yang diafkir dikumpulkan pada suatu tempat diperiksa oelh asisten bibitan apakah kriteria seleksi telah benar - Seleksi pengafkiran dilengkapi dengan berita acara yang terlebih dahulu disaksikan oleh bagian tanaman tahunan - Khusus untuk bibit sisipan (5%) dibuat jarak tanaman khusus 1,5 x 1,5 meter - Perkembangan bibit harus dimonitor setiap bulan mulai umur 3 bulan dan yang diukur adalah : o Tinggi bibit (dari permukaan tanah polybag sampai dengan ujung daun terpanjang) o Lingkar batang (pada permukaan tanah polybag) o Jumlah daun atau pelepah (termasuk daun tombak)
26

Tunas akar Sebelum bibit dipindah ke lapangan, akar sudah menembus polybag dan perlu dilakukan pemangkasan/tunas akar agar bibit tidak rusak pada saat mengangkut bibit. Bibit yang paling baik untuk ditanam di lapangan ialah bibit dengan umur 10 12 bulan di pembibitan. Toleransi yang dapat dibenarkan sampai bibit berumur 15 bulan.

3.3 3.3.1

Pemeliharaan TBM dan TM Pemeliharaan TBM Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman

belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama (TBM 1) sampai panen pada umur 28- 38 bulan (TBM 3). Pemeliharaan TBM adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif guna memperpendek masa tidak produktif. Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan keberhasilan pada masa TM. Beberapa bentuk atau jenis tanaman belum menghaslkan (TBM) : 1. TBM 0 adalah tanamna belum menghasilkan yang ditnam saat bulan tanam sampai dengan bulan Desember. 2. TBM 1 adalah tanaman belum menghasulkan yang dipelihara setelah TBM 0 sampai dengan 12 bulan. 3. TBM 2 adalah tanaman belum menghasilkan yang dipelihara setelah TBM 1 sampai dengan 12 bulan berikutnya. 4. TBM 3 adalah tanaman belum menghasilkan yang diipelihara setelah TBM 2 sampai dengan 12 bulan berikutnya. Pekerjaan yang dilakukan pada masa TBM adalah sebagai berikut : 1. Konsolidasi, penyulaman/penyisipan, inventaris tanaman 2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain- lain 3. Pemberantasan lalang
27

4. Penyiangan - Pemeliharaan Penutup tanah (LCC) - Pemeliharaan gawangan dan piringan pokok 5. Pemupukan Pemupukan merupakan satu bagian dari pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Biaya pemupukan dan pupuk relatif cukup tinggi jika dibandingkan dengan total biaya pemeliharaan tanaman tanaman kelapa sawit yaitu sebesar 60 % dari total biaya pemeliharaan tanaman. Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan kelepa sawit (TBM I, II dan III) Dosis gram/pohon adalah sebagai berikut :

Umur Setelah Tanam (Bln) 5 7 9 12 Jumlah 16 20 24

Jumlah pupuk Gram/pohon Urea RP MoP Kiess Boron

150 400 400 400 1.350 750 750 750

500 500 750 28

100 500 500 1.100 750 750 750

250 250 500 750 500

20 20 30 50

Jumlah 28 32 Jumlah Total

2.250 750 750 1.500 5.100

750 1.000 1.000 2.250

2.250 750 750 1.500 4.850

1.750 750 750 2.750

80 100

Penjelasan kelompok umur dan aplikasi pemupukan 1. Periode TBM 1 : adalah tanaman yang berumur sampai dengan 12 bulan sejak ditanam mendapat 4 (empat) aplikasi pemupukan. 2. Periode TBM 2 : adalah tanaman yang berumur 13- 24 bulan sejak ditanam, mendapat 3 (Tiga) aplikasi pemupukan. 3. Periode TBM 3 : dalah tanaman yang berumur 25- 32 bulan sejak ditanam, mendapat 2 (dua) aplikasi pemupukan.

Letak dan tehnis penaburan pupuk 1. TBM 1 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 25 cm dari pohon dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm. 2. TBM 2 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 50 cm dari pohon dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm. 3. TBM 3 : Jarak penaburan pupuk kurang lebih 75 cm dari pohon dengan lebar penaburan kurang lebih 25 cm.

Teknis Pelaksanaan Untuk setiap pelaksanaan pemupukan, guna mencapai efektivitas dan efisiensi pemupukan perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut : 1. Penempatan pupuk dan urutan pemupukan dimulai dari bagian dalam/batas blok menuju keluar/jalan MR, TR dan CR. 2. Pembukaan goni pupuk dilakukan di dalam blok, jangan di jalan MR, TR, atau CR untuk menghindari tercecernya pupuk di jalan. 3. Pupuk yang sudah diecer harus diselesaikan pelaksanakannya pada hari tersebut dan hindarkan terjadinya pupuk menginap dilapangan.

29

4. Pemupukan harus dilaksanakan pokok per pokok, dan hindarkan adanya penaburan pupuk mengenai pokok dan menggumpal. 5. Pelaksanaan diupayakan dilaksanakan tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara. 6. Kapasitas kendaraan untuk mengangkut pupuk agar dimanfaatkan secara optimum . Alat dan Perlengkapan Setiap melaksanakan pemupukan, alat dan perlengkapan yang harus dibawa dan dilengkapi yakni takaran dosis per pohon, ember plastik isi 20- 30 liter, dan kayu pemukul/ pemecah untuk menghaluskan pupuk yang mengumpal. Pengawasan Pemupukan diawasi langsung oleh mandor pemupukan, mandor I dan asisten afdeling serta petugas hansip. Asisten kepala dan administratur serta staf kandir mengawasi secara insidentil. Seluruh goni eks pupuk dikumpulkan dan diserahkan kembali ke kantor afdeling sesuai dengan jumlah yang diterima. 6. Kastrasi/sanitasi Kastrasi atau ablasi adalah pengebirian bunga jantan dan betina dengan membuang malai bunga yang dilakukan sebulan sekali, dimulai pada tanaman berumur 14 bulan dan berlangsung selama 10 - 12 bulan atau 6 bulan sebelum panen perdana dimulai. Tanaman yang baik akan mulai berbunga pada umur 8 - 14 bulan. Bunga yang muda umumnya masih kecil, belum sempurna, sering aborsi dan tidak efesien dipertahankan untuk menghasilkan tandan. Kastrasi dilakukan dengan tujuan :

Merangsang pertumbuhan vegetatif, menghemat penggunaan unsur Membersihkan tanaman sehingga mengurangi resiko kemungkinan

hara dan air terutama pada daerah yang curah hujannya rendah terserrang hama penyakit seperti tirathaba, Tikus, tupai dan penyakit Marasmius sp. Kastrasi yang diikuti dengan penyerbukan bantuan pada panen pertama akan menghasilkan tandan yang lebih sempurna. 7. Tunas pasir
30

Tunas pasir dilaksanakan pada saat akan dimulainya panen awal. Pelepahpelepah yang dibuang pada tunasan pasir ini sebagai berikut :
Pelepah eks bibitan

Pelepah yang kering (asimilasi tidak berfungsi lagi) Pada pelaksanaan tunasan ini sekaligus juga buang buah- buah busuk. Pelaksanaan penunasan pelepah harus dilakukan serapat mungkin ke pokok dengan bentuk tapak kuda keluar. Semua pelepah dan tandan bekas tunasan harus dirumpuk dan disusun telungkup secara teratur dan rapi di gawangan kosong. Alat yang digunakan untuk tunas pasir adalah dodos kecil dan arit tunas. 8. Pemberantasan hama penyakit Hama dan penyakit tanaman adalah organisme yang menyebabkan kerugian pada tanaman. Beberapa faktor penyebab berkembangnya hama dan penyakit adalah: - Perubahan iklim - Tidak tersedianya musuh alami - Masuknya hama penyakit dari daerah lain - Kepekaan hama Pengendalian hama dan penyakit tanaman selalu dikaitkan dengan pertimbangan ekonomi. Penggunaan insektisida dalam pengendalian apabila luas serangan telah melampaui ambang ekonomi. Pada tanaman belum menghasilkan umunya serangan disebabkan oleh serangga pemakan daun dan batang. Sedangkan pada areal pembukaan baru, hama yang merusak tanaman adalah babi hutan, tikus, landak, gajah, dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang umum menyerang antara lain busuk tandan, jamur akar putih, layu pucuk, bercak daun, dll. 9. Persiapan panen TPH adalah tempat untuk mengumpulkan hasil (TBS) sebelum diangkut ke pabrik. Kegunaan TPH adalah : Memudahkan transportasi buah dari lapangan ke pabrik Memudahkan pengawasan mutu tandan dan brondolan yang dipanen

31

Memudahkan pencatatan/pendataan data panen per blok.

TPH dibuat untuk setiap 2,5 hektar satu buah dengan ukuran 3x9 m dan diletakkan ditengah-tengah dari areal 2,5 hektar tersebut. Tenaga yang dibutuhkan untuk membuat TPH adalah tenaga laki-laki dengan prestasi 2 Hk/buah. Selambatnya satu bulan sebelum panen dimulai TPH harus sudah selesai pembuatannya.

10. Peralihan (mutasi TBM menjadi TM) Tanaman kelapa sawit muda, biasanya pada umur 30- 36 bulan telah dapat beralih dari TBM- TM. Namun terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah suatu areal TBM telah dapat dialihkan menjadi areal TM antara lain sebagai berikut : Suatu areal tanaman kelapa sawit sudah dapat dinyatakan dipanen apabila 60% dari jumlah seluruh pohon yang hidup di dalam satu blok sudah mencapai kriteria matang panen Matang panen pohon adalah pohon kelapa sawit yang telah mempunyai paling sedikit dua lingkaran tandan buah yang membusuk dan satu lingkaran tandan buah yang sudah matang panen tandan. Matang Panen tandan adalah apabila sebagian dari buah sudah memberondol secara alami dan berat rata- rata tandan sudah mencapai minimal kurang lebih 3 kg. 3.3.2 Pemeliharaan TM Pemeliharaan tanaman menghasilkan adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, untuk dapat/mampu berproduksi seoptimal mungkin. Pemeliharaan tanaman menghasilkan dimasukkan ke dalam pembiayaan exploitasi tanaman. Jenis- jenis kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang utama meliputi : 1. Pemeliharaan jalan Diarahkan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap dalam kondisi baik sepanjang tahun, sehingga transportasi dan produksi dapat berjalan lancar. Jalan ini akan dilalui oleh truk berkapasitas 5- 6 ton minimal sekali seminggu untuk
32

pengangkutan panen, demikian juga untuk pengangkutan pupuk dan lain- lain. Perbaikan/rehabilitasi jalan diselesaikan pada semester 1 (sebelum panen puncak). Pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat- alat berat maupun manual menggunakan tenaga manusia. 2. Pemeliharaan saluran air/drainase, teras dan tapak kuda Teknis pemeliharaan
-

Pemeliharaan parit dilaksanakan dengan membersihkan parit untuk kelancaran aliran pembuangan air, dan sekaligus mengembalikan ukuran dan dalam parit seperti semula.

Rumput atau gulma yang berada pada dasar ataupun dinding parit dibersihkan Pemeliharaan parit batas/isolasi diprioritaskan pada daerah yang berdekatan dengan areal kampung untuk mempertegas batas areal dan mencegah terjadinya penggarapan areal.

Pemeliharaan Teras Pemeliharaan dan perawatan teras, tapak kuda dan bunket perlu dilakukan dengan teratur pada semester 1 , hal ini dimaksudkan agar teras dapat berfungsi dengan baik. Rorak dipelihara dengan menggali keluar tanah yang masuk kedalam rorak dan meletakkan kembali keatas benteng. LCC yang merambat ke benteng disibakkan dan arahnya dialihkan. 3. Pemberantasan lalang Pemberantasan lalang dengan sistem manual (0,5- 0,75 hk/ha/rot) dengan rotasi 14 - 30 hari. Dapat juga digunakan sistem wiping lalang dengan menggunakan herbisida Round up. Wiping berarti menyapu/melap bagian lalang yang timbul dari permukaan tanah dengan menggunakan campuran/larutan bahan seperti Round Up. Wiping dilakukan dengan rotasi 30 hari. Teknis wiping lalang yakni lalang dilap dengan menggunakan kain lap setelah terlebih dahulu dicelupkan kedalam larutan Round Up. Wiping dimulai dari pangkal batang lalang, kemudian berhenti di bagian tengah lalang untuk memasukkan larutan bahan ke dalam lapisan lalang dan dilanjutkan pengelapan daun lalng hingga sampai ke bagian ujung daun.
33

4. Mendongkel kayuan Teknis Pelaksanaan


-

Semua tumbuhan berkayu didongkel sampai akarnya terbongkar keluar. Semua jenis keladi didongkel diletakkan diatas anjang- anjang atau dijepit dengan cagak kayu dengan maksud agar tidak bersentuhan dengan tanah dan cepat kering.

Rotasi dongkelan 180 hari Pengendalian pakis kawat yang masih ada secara sporalis dikendalikan dengan cara membabat pandas atau dengan menggunakan bahan kimia.

5. Menyiang piringan dan pasar pikul Kegiatan menyiang pada tanaman menghasilkan bertujuan untuk membersihkan tumbuhan pengganggu yang tumbuh di piringan, pasar pikul, tapak kuda maupun diteras kontur dengan maksud : Menghindarkan persaingan pengambilan hara oleh tanaman. Memudahkan pelaksanaan/kegiatan panen dan pemeliharaan lainnya. Memudahkan pengumpulan berondolan Penempatan pupuk agar pupuk yang diberikan dapat mencapai sasaran yang optimal Memudahkan fungsi pengawasan Pemangkasan adalah pembuangan pelepah daun (frond). Kriteria penunasan antara lain : -

6. Penunasan atau pemangkasan

Kurang lebih 15 bulan setelah Main Nursery. Jika sudah mencapai tinggi kurang lebih 4 meter. Pemangkasan dimulai kurang lebih 130 cm dari bonggol bawah. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang sudah tua dan tidak berfungsi lagi melakukan asimilasi. Pelepah yang masih muda tidak boleh dipotong karena daya asimilasinya masih tinggi dan mengandung banyak zat makanan karena menjelang kering, zat makanan dari pelepah tua ditransfer ke pelepah

34

yang lebih muda untuk memacu pertumbuhan tanaman terutama unsur yang sangat mobil seperti K dan Mg. Tujuan Penunasan : Menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif Mempermudah pelaksanaan panen dan pengamatan buah masak Mengurangi rintangan penyerbukan secara alami Pemasukan cahaya yang lebih merata untuk proses asimilasi dan sirkulasi angin yang baik Mendorong penyerapan zat hara oleh tanaman pada daun- daun yang lebih produktif. Mengurangi kehilangan brondolan Menekan permkembangan ephypite (pakis dan tumbuhan liar) dan serangan hama. Pada prakteknya penunasan pelepah kelapa sawit sebagai berikut :

a. Tunas Pasir Tunas pasir dilaksanakan kurang lebih 3 bulan sebelum tanaman akan memulai panen awal atau dasar. Pelepah- pelepah yang dibuang pada tunas pasir ini adalah pelepah ekxbibitan yaitu pelepah yang paling bawah dan yang rapat ke tanah serta pelepah yang berada dibawah dua lingkaran tandan dan dianggap tidak berfungsi secara asimilasi lagi. Pada penunasan ini sekaligus juga buang buah busuk dan buah pasir. b. Tunas Pemeliharaan Pada tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda hingga panen tahun ke lima pelaksanaan penunasan dilaksanakan dengan meninggalkan pelepah sebanyak empat pelepah berada di bawah tandan yang tertua dan ini disebut dengan sistem penunasan songgo tiga. Pelepah yang langsung berada dibawah tandan disebut pelepah kursi sedangkan pelepah kedua, ketiga dan ke empat merupakan pelepah penyangga buah (tandan) atau songgo dua.

35

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penunasan kelapa sawit adalah :Bidang tebasan tunasan merupakan tapak kuda yang miring keluar dengan sudut 15 - 30 terhadap bidang datar Pangkal pelepah bekas tunasan tidak tertahan. Pelepah daun yang ditunas harus dipotong 3 bagian dan disusun pada gawang yang kosong, dimana bagian pangkal pelepah berada di sebelah bawah sedangkan bagian tengah dan ujung berada di sebelah atas agar kegiatan panen dan pemeliharaan lainnya tidak terganggu.
-

yang menempel pada pohon harus

kurang dari 5 cm untuk menghindari tersangkutnya berondolan dan air

Dalam penunasan juga sekaligus dibuang bunga jantan yang telah mengering dan pakis- pakisan.

7. Pemeliharaan TPH dan penomoran Blok Pemeliharaan TPH TPH harus bebas dari rumput, batu dan benda- benda lain yang dapat terkontaminasi dengan TBS ataupun brondolan. Penomoran Blok Untuk setiap blok tanaman kelapa sawit pada semua tahun tanam perlu dilakukan identifikasi yang memuat data nomor blok, tahun tanam, luas hektar dan varietas tanaman dengan tujuan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Pembuatan nomor blok di lapangan biasanya langsung dibuat di batang kelapa sawit pada blok yang bersangkutan dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan, informasi blok yidak hilang dan tidak menambah biaya pembuatan plang. Contoh nomor blok : Blok A/1 20Ha 1974 DxP

36

8. Pemupukan Tehnik aplikasi, dosis, jenis pupuk dan lain- lain tergantung pada beberapa hal seperti: 1. Jenis tanah 2. Umur tanaman 3. Tingkat produksi yang dicapai 4. Realisasi pemupukan sebelumnya 5. Jenis pupuk yang akan dipakai 6. Tenaga kerja yang tersedia 7. Keadaan penutup tanah 8. Analisa kadar hara pada daun, dan lain- lain Status hara tanah dan tanaman harus dapat dipertahankan secara berkesinambungan. Pemupukan priode TM dilaksanakan berdasarkan rekomendasi pemupukan yang disusun oleh balai penelitian dengan mempertimbangkan hasil analisa tanah, daun dan produktivitas tanaman. Pemupukan pada TM kelapa sawit umumnya dilaksanakan 2 atau 3 kali aplikasi setahun. Bulan pemupukan disesuaikan dengan curah hujan. Pemupukan yang baik dilaksanakan pada musim hujan kecil sehingga pelarutan pupuk lebih cepat dan dapat dihisap oleh tanaman. Pemupukan dilaksanakan secara tabur dan poket, disesuaikan dengan keadaan masing- masing kebun, daerah rendahan dan berbukit dilaksanakan dengan sistem poket sedangkan daerah rata dengan sistem tabur. Sebelum pemupukan dilaksanakan persiapan- persiapan yang harus dilakukan antara lain : 1. Persiapan lapangan Piringan harus bersih dari gulma dengan lebar piringan harus cukup Untuk areal yang dipoket, lobang poket sudah harus dipersiapkan Mangkok untuk memupuk yang telah diberi takaran Ember untuk tempat pupuk Cangkul/sekop untuk buat poket Pupuk yang menggumpal harus dihancurkan
37

2. Peralatan

Perencanaan pemupukan Angkutan pupk telah dipersiapkan sehari sebelumnya Pengenceran pupuk dilaksanakan sesuai dengan patok yang telah diatur untuk kebutuhan areal tersebut

3. Pengangkutan

4. Pengawasan Pupuk yang telah diecer harus diawasi Pelaksanaan pemupukan harus diawasi oleh mandor pemupukan, mandor 1, hansip, centeng dan asisten. 5. Tenaga pemupuk Tenaga pemupukan diusahakan oleh tenaga kariawan tetap dengan perbandingan tenaga laki- laki dan perempuan 1 : 2 6. Cara Pemberian pupuk Pupuk diusahakan oleh tenaga kariawan tetap dengan perbandingan tenaga laki- laki dan perempuan 1 : 2

9. Inventaris pokok Tujuan inventaris pokok atau tanaman adalah agar semua perencanaan yang berhubungan biaya produksi serta perencanaan pekerjaan teknis kontur dapat disusun sebaik- baiknya. Hasil inventarisasi tanaman dari kertas pembantu langsung dicetakkan atau dituang pada kertas grafik yang sudah disiapkan untuk menghindari hilangnya data atau faktor lupa. Hasil dari penuangan data- data yang berasal dari lapangan dan berupa simbol- simbol pada kertas grafik akan menggambarkan peta areal yang bercerita tentang luas areal, jumlah tanaman yang baik dan lain lain. Hasil dari inventarisasi tanaman ini merupakan dokumen yang sangat penting bagi afdeling, karena setiap tegakan tanaman yang terdata akan menjadi pendukung /pedoman untuk pekerjaan lainnya seperti panen, pemupukan dan lain- lain.

3.4

Panen TBS
38

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya. Tujuan panen adalah memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang optimal dari tandan buah segar (TBS) dengan mutu ALB (Asam Lemak Bebas) yang standart. 3.4.1 Kriteria Panen Kriteria panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Tingkat kematangan buah yang terbaik dipanen adalah tingkat matang 1-3. TBS yang sudah berada pada kriteria matang panen dengan jumlah brondolan yang ditentukan, serta standart perbandingan antar fraksi yang diharapkan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel Kriteria Matang Panen Dan Standart Antar Fraksi


Fraksi Berat Tandan Mentah 0 00 Matang normal I 5 brondolan sd 12,5% buah luar memberondo l 12,5% sd 24% buah luar memberondol II III Lewat Matang Buah IV V Gagang 25% - 49% buah luar memberond ol 50 -75% buah luar memberon dol 76- 100% buah luar memberon dol membusuk dan buah dalam memberond ol Gagang 12,51% sd 24% buah luar memberondol 25% - 49% buah luar memberond ol 50 -75% buah luar memberon dol 76- 100% buah luar memberon dol membusuk dan buah dalam memberond ol 40% 14% 5,5% 0,5% 0% 4 8% Brondola n

Tidak 5 Kg Memberon dol/warna hitam

14 bron dola n

Tidak >5 Kg Memberon dol/warna hitam

19 Bron dola n

10 brondolan sd 12,5% buah luar memberondo l

Standa rt

0%

40%

39

Waktu panen akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang dihasilkan. Dengan menggunakan kriteria matang panen maka komposisi TBS antar fraksi yang diharapkan diterima di pabrik seperti tercantum tabel 1 di atas. Hubungan antara fraksi kematangan, rendemen minyak dan kadar FFA dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Hubungan Tingkat Kematangan , Kadar Minyak dan Kadar FFA Buah Kelapa Sawit Fraksi 0 1 2 3 4 5 Rendemen Minyak (%) 16,0 21,4 22,1 22,2 22,2 21,9 Kadar FFA 1,6 1,7 1,8 2,1 2,6 3,8

3.4.2

Ancak Panen

`Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap pemanen pada setiap hari. Pemberian ancak kepada pemanen didasarkan pada kerapatan tandan yang matang. Cara penentuan luas hancak seorang pemanen didasarkan pada : o Kerapatan buah o Kapasitas pemanen o Topografi areal o Ketinggian pohon

40

Tujuan ancak panen adalah untuk memperoleh efektivitas kerja yang optimum didasarkan atas beberapa faktor antara lain potensi produksi, keadaan areal dan tenaga kerja. Dalam praktek sehari hari dikarena ancak tetap dan ancak giring. 1. Ancak tetap Kepada setiap pemanen ditetapkan ancak panen untuk hari itu sekaligus. Jadi dalam membagi ancak mandor panen tinggal menyebutkan pemanenan No. 1, baris 1 s/d 8, pemanen No.2 baris 9 s/d 17, pemanen No.3 baris 17 s/d 25, dst. Keuntungan sistem ini : 1. Pemanen tidak perlu berpindah-pindah sehingga kemungkinan jalan tidak jauh 2. Mandor mempunyai cukup waktu untuk kontrol 3. Pencatatan hasil relatif sederhana Kerugian/kelemahan sistem ini: 1. Pengangkutan TBS kurang efektif terutama apabila tidak ada keharusan pemanenan untuk segera mengangkut TBS ke TPH. 2. Mandor kurang efektif dalam usaha pengaturan kerja yang lebih efektif. 2. Ancak giring Perbedaan panen dengan ancak tetap dan ancak giring adalah dalam hal pemberian tugas kepada pemanen. Bila dilaksanakan dengan ancak giring pemanen akan berpindah ancak 2 atau 3 kali. Ancak panen yang biasa digunakan adalah ancak giring. Dengan ancak giring panen bisa diselesaikan blok per blok karena ancak bagi pemanen diberikan dengan 2 atau 3 kali pindah. Dengan demikian areal yang diawasi mandor lebih kecil dibandingkan dengan ancak tetap. 3.4.3 Penyebaran Panen dan Rotasi Panen Penyebaran panen adalah perhitungan tingkat kerapatan TBS matang yang akan dipanen pada kapveld tertentu. Dihitung/diperiksa satu hari sebelum hari panen. Atas dasar tingkat kerapatan panen/buah ini dapat diduga berapa besarnya

3.4.3.1 Penyebaran panen

41

jumlah produksi yang dihasilkan oleh kapveld tertentu. kerapatan buah/panen adalah untuk : 1. Meramalkan jumlah produksi (TBS) keesokan harinya. 2. Menentukan jumlah tenaga panen

Tujuan mengetahui

3. Menentukan kebutuhan jumlah armada/angkutan truk/lori yang mengangkut TBS ke pabrik 4. Merencanakan pengolahan TBS di PKS Pedoman cara pengamatan perhitungan tandan buah matang, untuk meramalkan produksi harian: a) Pohon sampel dan perhitungan kerapatan buah 1. Jika luas kapveld rencana panen esok hari luasnya 150 ha 2. Dari luas 150 ha, terdiri dari 6 blok 3. Sampel yang harus diambil perhari 110 pokok/blok (3,25 %) 4. Untuk luas 150 ha diambil sampel 6 x 110 pkk = 660 pkk 5. Bila dari pokok sampel 660 pkk diperoleh 130 tandan matang panen, maka diperoleh kerapatan buah 660/130 = 5 pokok 6. Atau 1:5 dengan pengertian bahwa setiap menjalani 5 pokok kelapa sawit akan diperoleh 1 buah tandan matang panen. b) Jumlah produksi Produksi = (jlh pkk diareal yang dipanen/kerapatan pokok) x berat tandan (kg/tandan) = (150/120/ha x 20 kg/tandan) = 72.000 kg 5 c) Kebutuhan tenaga panen Misal : prestasi panen Jumlah tenaga pemanen = 1.200 kg/Hk = ramalan produksi Prestasi = 72.000/1.200 x 1 hk = 60 hk
42

3.4.3.2 Rotasi Panen Rotasi panen adalah selang waktu atau interval antara 1 perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Rotasi panen berkaitan dengan penyebaran kematangan buah dimana variasi penyebaran kematangan dari bulan ke bulan berbeda akibat : - Faktor iklim - Umur tanaman - Tempat - Pemupukan dan lain-lain Untuk dapat mencapai hasil panen yang optimal diperlukan suatu modifikasi rotasi panen yang didasarkan pada situasi kerapatan buah. Modifikasi rotasi panen tersebut adalah: a) Panen puncak : antara bulan agustus-november kerapatan buah 1:1 sampai dengan 1:4. Rotasi panen yang dipakai adalah 4/5 atau 4/6. b) Panen sedang : antara bulan Desember Maret. Kerapatan buah 1:5 sampai dengan 1:7. Rotasi panen yang dipakai adalah 5:7 atau 5:8. c) Panen rendah : antara bulan April Juli. Kerapatan buah 1:8 sampai dengan 1:20. Rotasi panen yang dipakai adalah 7/9, 8/10 atau 9/11. Dengan rotasi panen di atas dimaksudkan agar mutu TBS yang dipanen akan relatif sama, dimana pada musim panen rendah rotasi panen diperpanjang sehingga kerapatan masak buah lebih banyak dan pada musim produksi tinggi rotasi panen duiperpendek sehingga kemungkinan buah tinggal/buah busuk dapat dihindari.

3.4.4

Organisasi Panen Pengorganisasia panen sangat penting sehingga TBS yang dipanen untuk

hari yang direncakan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, panen kelapa sawit yang dilakukan sebagai berikut: 1. Tenaga panen yang disediakan menurut kebutuhan perhitungan kerapatan buah 2. Seorang mandor mengawasi kurang lebih 15 orang dan maksimum 20 orang
43

3. Untuk memudahkan pemeriksaan, pada setiap ancak pemanen harus dibuat patok-patok pengenal yang terbuat dari pangkal pelepah buah sawit 4. Patok-patok ini harus memuat data, nomor pemanen dan tanggal potong. Patok ini dipancangkan dipinggir jalan/blok pada pasar pikul yang menjadi ancaknya. 3.4.5 Teknik panen

Panen pada tanaman TM awal (remaja) mulai panen sampai dengan umur 8 tahun 1. Pengambilan tandan pada tanaman ini dilakukan hanya memakai alat dodos tanpa merusak pelepah-pelepah yang berada di sekitar tandan. 2. Tandan yang sudah memberondol ditebas dengan menggunakan dodos, kemudian disongket dan diletakkan di pasar pikul dan selanjutnya dikumpulkan di TPH 3. Tanaman baru dapat ditunas apabila tandan yang sudah matang berada pada ketinggian lebih dari 1 meter 4. Pelepah daun kelapa sawit pada tanaman pada umur tersebut di atas harus berjumlah kurang lebih 56 pelepah. Panen pada TM biasa umur 9-12 tahun 1. Pengambilan tandan pada tanaman ini sudah menggunakan alat egrek 2. Sebelum pemotongan, tandan pelepah yang menyokong tandan terlebih dahulu dibuang untuk memudahkan pengambilan pemanenan. Setelah pelepah dipotong dilanjutkan dengan pemotongan tandan dengan hati-hati, kemudian diletakkan pada pasar pikul dan selanjutnya dikumpulkan di TPH. 3. Tandan yang dipotong adalah tandan yang sudah memberondol menurut kriteria matang panen 4. Pelepah yang harus ada pada tanaman umur tersebut di atas harus berjumlah kurang lebih 48 -56 pelepah. Panen pada TM dewasa umur lebih dari 13 tahun 1. Pengambilan tandan pada tanaman ini prinsip kerjanya sama dengan TM dewasa umur 9-12 tahun 2. Tandan yang dipotong adalah tandan yang sudah memberondol menurut krtiteria matang panen
44

3. Pelepah yang harus ada pada tanaman dengan umur tersebut di atas harus berjumlah kurang lebih 48 pelepah 4. TBS yang sudah memberondol tetapi belum mencukupi kriteria matang panen tidak diijinkan panen. TBS yang sudah terlanjur panen, dihitung salah tetapi tandan dikirim ke pabrik yang sebelumnya harus dipotong/dibelah dengan maksud menghindari pemeriksaan di pabrik. 5. Tandan yang belum memberondol yang disebut buah afkir tidak diijinkan dipanen, jika terlanjur telah dipotong segera dicincang. 6. Semua tandan buah yang tidak dipotong dalam ancak-ancak yang telah ditunjuk untuk dipanen, baik tandan-tandan yang sempurna yang telah mencapai kriteria matang panen maupun tandan yang sudah busuk/arbortus harus dibersihkan.dipotong dari pokok sekaligus membersihkan/memotong pelepah-pelepah agar panen berikutnya tidak mengalami kerusakan. 7. Semua berondolan baik yang dipringan atau yang digawangan diusahakan agar dikutip. Ketentuan jumlah brondolan (persentase brondolan) sesuai point terdahulu. 3.4.5.1 Teknik pemotongan pelepah 1. Tanaman yang belum boleh ditunas harus memiliki songgo 3 2. Tanaman yang diijinkan ditunas dengan sistem songgo 2 pada TM dewasa umur 9-12 tahun dan TM dewasa umur lebih dari 13 tahun 3. Semua pelepah penyangga tandan yang sudah dapat dipanen diharuskan dipotong. 4. Untuk tanaman umur lebih dari 17 tahun diperkenankan dengan sistem songgo 1, dengan tujuan memudahkan pemanen. 5. Semua bekas tebasan pelepah berbentuk tapak kuda keluar.Jarak yang ditinggalkan adalah 10 -15 cm dari batang atau 5-10 cm dari bekas tunasan pelepah sebelumnya. 6. Untuk mempercepat pembusukkan pelepah dipotong 3 bagian. Pelepah disusun pada gawangan kosong dengan duri pelepah menghadap membujur ke bawah. Dan khusus untuk daerah bergelombang/bukit pelepah disusun searah kontur teras untuk mengurangi erosi dan penyangga TBS supaya tidak meluncur ke bawah.
45

3.4.5.2 Pelaksanaan panen 1. Pemanen tiba jam 6.00 di ancadk masing-masing dengan peralatan lengkap. 2. Memasang patok nomor dan tanggal potong setiap pinggir jalan dan ancak masing-masing. 3. Berjalan dari pohon ke pohon menentukan buah matang. 4. Memotong semua pelepah songgoh buah, baru dipotong tandan matang tersebut. 5. Merencek pelepah menjadi 3 bagian serta menyusun strip merumpuknya di tengah gawangan pasar mati. Untuk piringan disusun sejajar dengan arah kontur teras. 6. Tidak dibenarkan adanya pelepah sengkleh. 7. Semua buah dan brondolan dipikul ke TPH. di pasar pikul sambil mencari dan

Gambar a. Memanen kelapa sawit

46

Gambar b. TBS yang dipanen

Gambar c. Pengangkutan ke TPH

Gambar d. Brondolan yang lepas dari tandan dan pengutipan brondolan

3.4.5.3 Menyusun tandan di TPH Tandan disusun berbaris 5-10 tandan ke belakang. Semua tandan yang bersusun harus: 1. Gagang menghadap ke atas dengan panjangnya < 2 cm 2. Gagang tandan ditulis nomor potong pemanen dan tanggal potong. Contoh : 17.A/6 artinya nomor 17.A, tanggal potong 6. 3. Bebas dari tandan mentah, tandan abortus, tandan busuk, tandan kecil (<3 kg) dan peraman. 4. Brondolan dimasukkan ke dalam goni yang bersih dari sampah pasir/batu dan diletakkan tepat di belakang susunan tandan masing-masing pemane.

47

5.

Tidak dibenarkan meletakkan tandan dan brondolan disembarang tempat (TPH liar). Gambar Pengumpulan TBS di TPH

Gambar Pengumpulan TBS ke TPH 3.4.6 Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) TBS yang dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik pada hari itu juga maksimum 12 jam setelah panen. Hal ini untuk menjaga kualitas minyak sawit yang dihasilkan terutama terhadap asam lemak bebas (ALB) adapun beberapa ketentuan pengangkutan TBS sebagai berikut : - Pengangkut buah harus bertanggungjawab mengangkut buah dari lapangan hingga ke pabrik dan tidak dibenarkan buah tinggal dalam truk - Truk pengangkut buah diwajibkan menggunakan jaring penutup truk untuk menghindari jatuhnya buah - Pengangkut buah wajib mengangkut buah yang dipanen berdasarkan pusingan panen. - Buah tidak dibenarkan menginap dilapangan untuk itu agar dipersiapkan kebutuhan alat kendaraan dengan memperhitungkan jumlah produksi TBS, kapasitas alat angkut dan jarak lokasi ke pabrik - Untuk mengangkut brondolan tidak dibenarkan memakai sekop dan seluruh berondolan harus dikutip.

48

3.5

Pengolahan TBS di PKS Produk utama yang dihasilkan PKS Pagar Merbau berupa minyak sawit

menyah atau sering disebut dengan crude palm oil (CPO), sedangkan produk sampingannya berupa inti sawit palm kernel oil (PKO). CPO terdiri dari unsur unsur C, H, dan O seperti pada jenis minyak lainnya. CPO terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%), dan asam stearate. Sedangkan penyusun fraksi cair adalah asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%), dan asam linoleat (11%). Penguraian tentang proses produksi merupakan hal yang mendasar bagi seorang teknik, mulai dari bahan baku dan ketersediaannya aktivitas perubahan (pengolahan) bahan itu menjadi produk setengah jadi, system control operasi, dan kualitas produk. System produksi adalah system integral yang terdiri dari komponen struktural (bahan, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal energi, informasi, tanah, dan lain lain). Adapun proses produksi pada PKS Pagar Marbau PTPN II terbagi atas beberapa stasiun antara lain : stasiun penerimaan, stasiun perbusan, satsiun penebahan (theressing), stasiun pengempaan (presser), stasiun pemurnian (clarification), stasiun kernel (biji). Stasiun Penerimaan a. Pos Security

Sebelum dilakukan penimbangan pertama kali setiap truk TBS yang masuk harus melapor terlebih dahulu ke pos satpam. b. Timbangan

Timbangan adalah alat ukur yang berfungsi untuk menimbang atau menegtahui berat tandan segar yang akan diolah dan untuk menimbang hasil produk lainnya. Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk dilah lebih lanjut. Setiap truk pengangkut buah sawit yang tiba di pabrik ditimbang terlebih dahulu yang bertujuan untuk pengawasan pengolahan, rendeman minyak
49

yag dihasilkan, pembayaran upah pekerja, kapasitas bahan baku dan kapasitas produksi. Setelah selesai penimbangan data yang telah diolah di dalam komputer dicetak pada kertas faktur sebagai bukti dari penimbangan. Faktor faktor yang mempengaruhi ketepatan penimbangan antara lain : 1. Pada musim penghujan, air dalam fit fat harus dipompa terus

menerus untuk menghindari kerusakan alat timbang 2. 3. Melakukan pembersihan alat penimbangan setiap hari Kendaraan yang masuk dan keluar harus berhati hati sehingga

timbangan terhindar dari goncangan

Gambar Timbangan PKS Pagar Merbau c. Sortasi Untuk memenuhi mutu buah yang akan diolah maka perlu diketahui keadaan TBS. Hal ini dilakukan dengan cara pemgambilan sampel sesuai dengan kriteria panen. Dimana dilakukan pemisahan terhadap TBS yang akan diterima dari masing masing afdeling berdasarkan standar kematangan buah emnjadi asam lemak bebas dan gliserol. Kerja enzim tersebut aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. Oleh karena itu pengangkutan TBS ke pabrik mempunyai peranan yang sangat penting. Pada saat pembongkaran TBS dalam loading ramp
50

dilakukan sortasi yang didasarkan pada kriteria panen tandan buah segar yang merupakan derajat kematangan TBS yang diterima pabrik. Faktor yang perlu diperhatikan pada loading ramp adalah pengisian pada loading ramp yang terlalu penuh dapat mengakibatkan pintu palt bengkok, sehingga buah bertindihan dan tandan buah atau berondolan jatuh ke tanah. Hal ini mengakibatkan losses, serta adanya kesulitan pada saat menurunkan buah ke lori. Adapun pemeliharaan alat ini adalah pembersihan di sekitar pintu laoding ramp adri timbunan TBS yang menempel serta mengelas pipa yang bocor.

Gambar Kegiatan Sortasi di Loading Ramp

Gambar Pengutipan Brondolan yang Jatuh Saat Proses Memasukkan TBS ke Lori Stasiun Perebusan (Sterelizer)

51

Perebusan atau sterilisasi merupakan tahap awal ekstraksi minyak dari TBS perbus disebut sterilizer yaitu suatu alat berupa bejana bertekanan yang berbentuk silinder dilengkapi denga dua buah pintu pada kedua ujungnya (masing masing sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran lori). Lori tersebut ditarik dengan menggunakan capstand yang digerakkan menggunakan elektrik motor hingga memasuki sterilizer. Lori yang ada disusun dan disesuaikan dengan sterilizer mana yang akan digunakan. Sterilizer yang digunakan dapat menampung 10 lori per unit. Dalam PKS Pagar Marbau terdapat 4 unit sterilizer yang digunakan untuk merebus. Kapasitas olah sterilizer tersebut adalah 25 ton TBS/jam.

Gambar Sterilizer di Stasiun Perebusan Pada stasiun ini lori yang berisi TBS direbus dengan steam mencapai tekanan dengan tujuan : Menonaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak sehingga dapat menghentikan peningkatan jumlah asam lemak bebas Melunakkan daging buah sehingga daging buah mudah lepas dari biji sewaktu diaduk dalam digester dan pengempaan dalam screw press Untuk menyempurnakan pengolahan inti sawit dengan berkurangnya kadar air dalam biji sebagian daya lekat antara inti dengan cangkang berkurang

52

Memudahkan buah lepas dari tandannya pada waktu penebahan pada thresser, akibat zat zat polisakarida yang bersifat sebagai perekat akan terhidrolisis dan pecah membentuk banyak molekul monosakarida yang melarut

Hidrolisa zat zat lendir (mulcilaginous matter), zat zat karbohidrat yang ada sebagai koloid dalam protoplasma sel sel dipecah menjadi glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan osmotis, yang membantu memecahkan dinding dinding sel sehingga minyaknya dapat keluar

Mengurangi kadar air dalam buah, supaya menjadi lemak sehingga minyak mudah diperas dari dalamnya pada waktu pengempaan Di PKS PTPN II Pagar Marbau sistem perebusannya menggunakan sistem

double peak (dua tingkat) dengan suhu 1100 1300C selama 100 menit. Cara pengoperasin rebusan : Masukkan lori ke dalam rebusan (10 lori/rebusan) Sebelum steam Proses perebusan kemudian berjalan dengan mengikuti program sebagai berikut : 1. Masukkan steam untuk mengurangi udara dingin
2. Masukkan steam hingga P = 1,5kg/cm2 menuju puncak I 3. Masukkan kembali steam hingga puncak II P = 2,8 3,0 kg/cm2 4. Buang steam puncak hingga P= 0 kg/cm2 5. Tahan tekanan sistem pada tekanan P = 2,8 3,0 kg/cm2

pintu

rebusan

ditutup,

periksa

kebersihan

pintu

dari

kotoran/berondolan sawit terutama packing pintu agar tidak terjadi kebocoran

6. Buang air kondensat rebusan 7. Stop kondesat dan naikkan sistem


53

8. Naikkan kembali steam P = 2,8 3,0 kg/cm2 9. Buang sistem hingga tekanan P = 0 kg/cm2

Gambar Grafik Sistem Perebusan Double Peak Faktor faktor yang mempengaruhi perebusan adalah tekanan dan waktu perebusan. Tekanan yang terlalu tinggi serta waktu perebusan yang terlalu lama akan menyebabkan warna minyak yang diperoleh terlalu tua sehingga sukar dipucatkan. Selain itu losses minyak pada air rebusan semakin banyak Tekanan yang terlalu rendah dan waktu perebusan yang singkat akan menimbulkan beberapa hal yang cukup merugikan antara lain : 1. Buah kurang masak sehingga sebagian berondolan tidak lepas dari tandan (USB tinggi) 2. Pelumatan dalam digester tidak sempurna sehingga sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga losses pada ampas dan biji bertambah 3. Nut tidak bersih 4. ALB (Asam Lemak Bebas) tinggi karena enzim masih aktif Stasiun rebusan merupakan salah satu sumber losses minyak yang perlu mendapat perhatian. Untuk itu norma yang diizinkan dari stasiun rebusan adalah :
1. Oil losses pada kondensat

: maks 0,60%

54

2. USB (unstrip bunch) adalah :

: maks 2,0%

Perawatan yang dilakukan untuk menjaga kestabilan pengoperasian alat rebusan 1. Pemeriksaan rutin tentang kemungkinan adanya kebocoran 2. Pembersihan bagian dalam rebusan secara rutin dari berondolan buah yang jatuh maupun sampah agar pipa kondensat tidak tersumbat 3. Pemeriksaan pengamanan seperti manometer dan termometer

55

Stasiun Penebahan (threshing) Stasiun penebahan adalah stasiun pemisahan berondolan dengan janjang kosong yang bertujuan untuk melepaskan seluruh berondolan dari janjang secara maksimal sehingga kehilangan berondolan dalam janjang dapat dikurangi. Pada prinsipnya kegiatan pemisahan brondolan ada 3 bagian operasi, yaitu 1. Penuangan umpan melalui hoisting crane ke hopper dan auto feeder 2. Pemisahan brondolan dari tandannya menggunakan thresher 3. Pengangkutan material yang dipisahkan yakni brondolan ke digester dan tandan kosong ke empty brunch hopper Proses pelepasan/perontokan akibat adanya bantingan tandan buah di dalam alat penebah yang berputar dengan kecepatan 22 24 rpm. Di dalam pengoperasian alat penebah, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : Sewaktu diputar tandan buah dalam alat penebah ahrus dapat mencapai ketinggian yang maksimal baru jatuh Pengaturan buah yang masuk ke dalam alat penebah disesuaikan dengan kapasitas alat sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas Hal hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna antara lain Tandan buah dari lapangan/afdeling terlalu mentah atau sakit (buah bangkong) Tandan buah kurang masak dalam proses perebusan Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga

uap tidak dapat mencapai bagian dalam tandan Hoisting Crane Setelah buah dalam rebusan matang maka lori ditarik keluar menuju landasan hoisting crane, kemudian diangkat dan dituang ke dalam hopper dan kemudian dijalankan dnegan auto feeder dengan menggunakan hoisting crane lalu menurunkan lori kosong ke posisi rel semula menuju pintu loading ramp. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasiannya adalah : Hindari goncangan saat mengangkat lori
56

Periksa keadaan cling cable down and up apakah masih baik Pemasangan rantai pada lori harus seimbang kedudukannya Saat pengoperasian tidak boleh ada orang yang melintas di bawah

PKS pagar Marbau memiliki hoisting crane sebanyak 3 unit dengan kapasitas angkut sebesar 5 ton, 12 meter

Auto Feeder Buah yang diangkut dengan hoisting crane dituang dalam auto feeder yang merupakan wadah sementara penampungan janjang buah sebelum dibawa ke thresher yang bergerak perlahan sehingga buah dapat jatuh ke bawah menuju thresher.

57

Gambar Auto Feeder Thresher / stripper Thresher merupakan alat yang berfungsi untuk melepaskan brondolan dari janjang buah dengan cara bantingan. Buah dari auto feeder dimasukkan ke dalam thresher drum yang berputar dengan bantuan kisi kisi yang ada di dalam drum, buah terangkat dan jatuh terbanting dengan bantuan kisi kisi yanga da di dalam janjang. Alat ini memiliki kisi kisi yang berputar dengan kecepatan 20 25 rpm, diameter sekitar 2,1 m dan panjang 4 5 m. Jarak antarkisi adalah sekitar 40 50 mm. Pada PKS PTPN II Pagar Marbau memiliki 3 unit thresher. Kapasitas kerja thresher yang terdapat pada pabrik adalah 35 ton TBS/unit/jam.

58

Gambar Threser Empty Bunch Conveyor Empty bunch conveyor berfungsi untuk membawa janjang kosong dari thresher menuju empty bunch hopper. Memiliki panjang 59 m, kemiringan 20 dan kapasitas 30 ton/jam. Menggunakan electromotor dengan tenaga 10 KW, tegangan 380 volt, arus 15,5 A, dan putaran 930 rpm.

Gambar Empty Bunch Conveyor Fruit Conveyor Fruit conveyor merupakan alat yang berada di bawah alat thresher yang berfungsi untuk menampung buah hasil thresher yang kemudian disalurkan ke fruit
59

elevator. Alat ini berupa pisau ulir yang digerakkan dengan motor sehingga buah dapat bergerak mengalir ke fruit elecator. Fruit Elevator Fruit elevator merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut buah dari fruit conveyor ke distributing conveyor untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam digester. Alat ini berupa timba timba yang dilekatkan dengan rantai dan digerakkan oleh motor sehingga timba timba tersebut dapat naik ke atas. Kapasitas dari fruit elevator yaitu 30 ton/jam, tinggi 11 m. Menggunakan electromotor dengan tenaga 3 KW, tegangan 415 volt, putaran 1420 rpm, dan frekuensi 50 Hz. Distributing Conveyor Merupakan alat yang diguanakan untuk menyalurkan buah dari fruit elevator ke dalam alat digester. Kapasitas dari distributing conveyor yaitu 30 ton/jam, panjang 8,046, lebar 0,55 m, dan diameter 0,5m. Menggunakan elektromotor dengan tenaga 4 KW, tegangan 380 volt, putaran 1420 rpm, dan frekuensi 50 Hz. Faktor faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja di stasiun penebahan antara lain: Freeding yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (jumlah umpan ke stasiun thresher) Kecepatan stripper drum. Kecepatan yang digunakan adlaah 24 rpm. Jika putaran terlalu lambat maka antara tandan yang satu dan tandan yang lain akan berbenturan sehingga beban stripper drum akan semakin berat. Ini akan menimbulkan losses. Dengan adanya putaran searah, buah akan terbanting dan brondolan akan lepas. Buah akan masuk ke Conveyor under thresher. Kebersihan kisi kisi tempat keluarnya brondolan

60

Sudut pengarah berfungsi mengarahkan janjang agar tidak menjadi beban dalam stripper drum

Spike berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF (unstrap fruit) Hal hal yang mengakibatkan hasil pembrondolan kurang sempurna antara lain:

Tandan buah kurang matang dalam perebusan Pengeluaran udara kurang sempurna dalam sterilizer Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat sehingga uap tidak dapat mencapai bagian dalam tandan

Stasiun Pengempaan (Presser) Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempa. Melalui proses pengadukan dan pengempaan diharapkan diperoleh minyak dari daging buah secara maksimal dengan oil losses serendah mungkin dan broken nut yang minimum. Digester Digester adalah alat untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terlepas dari biji. Alat ini berbentuk silinder dengan as putar yang dilengkapi dengan pisau pisau pengaduk. Dalam digester buah sawit direncah dengan pisau pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari biji (nut). Buah yang masuk ke fruit conveyor dikirm melalui fruit elevator ke digester melalui distributing conveyor. Fungsi digester adalah : Melumatkan daging buah agar pada proses pengepresan minyak dengan mudah untuk dipisahkan dari serabut dan biji Melepaskan/memecah sel sel minyak dari daging buah/pericarp Menghasilkan ekstraksi minyak yang optimum pada saat pengepresan Memisahkan daging buah dan biji
61

Homogenize Penirisan minyak Mengurangi biji yang pecah dengan memperhatikan steam yang masuk Hal hal yang perlu diperhatikan pada digester adalah :

Pelunakan (peremasan) buah harus baik, berarti daging buah dengan sempurna lepas dari bijinya

Masa adukan jangan terlalu lumat, serat serat buah harus masih jelas kelihatan, namun lumatan harus homogen

Suhu pemanasan digester : >900C melalui injeksi uap Waktu peremasan 15 20 menit Pengadukan dilakukan dengan pemutaran 34 rpm Drain digester harus kontinyu/lancar Parit digester jangan sampai tersumbat Saluran minyak keluar harus tetap bersih agar minyak mengalir dengan lancar

Screw Press Setelah melalui proses pengadukan maka selanjutnya dipress (kempa). Adapun tujuan pengepresan adalah untuk memeras (mengeluarkan) minyak kelapa sawit yang terdapat pada daging buah (serat serat) brondolan dengan memperhatikan kehilangan minyak pada ampas hasil presan (fibre) dan kadar biji pecah. Pengempa (press) dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah. Alat ini terdiri dari sebuah selinder (press cylinder) yang berlubang lubang dan di dalamnya terdapat dua buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan pada kempa diatur oleh dua buah konus (cones) yang berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik.
62

Selama proses pengepresan, air panas ditambahkan melalui pipa kecil ke dalam screw press untuk pengenceran. Tujuan dari pengenceran ini adlaah untuk memperkecil masa buah hasil cacahan sehingga mempermudah prses pemisahan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian screw press adalah Ampas kempa (press cake) harus keluar merata di skeitar konus
Tekanan pada acculator adalah sekitar 50 60 kg/cm2

Tekanan kempa yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar inti pecah bertambah dan kerugian inti bertambah Tekanan kempa terlalu rendah mengakibatkan ; 1. Cake basah 2. Loses minyak pada ampas dan bii bertambah 3. Pemisahan ampas dan biji tidak sempurna 4. Bahan bakar ampas basah sehingga pembakaran dalam boiler tidak sempurna
Kebersihan air suplesi pengencer pada screw press 2 m3/jam dan suhu air

suplesi >900C Bila screw press harus berhenti pada waktu yang lama, screw press harus dikosongkan Standar minyak yaitu : o Pada ampas o Pada biji : 5 6 % / contoh : 0,3 0,6% / contoh

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan press adalah : Kualitas hasil rebusan

63

Putaran screw press usahakan sesuia dengan kapasitas proses sehingga efisiensi ekstraksi dapat optimal Tekanan hidrolik cone harus sesuai dengan beban dorongan press cake dari screw press untuk menghindari kerugian dalam ekstaksi minyak dan inti pecah Kapasitas pengumpan digester Temperatur water dilution harus berkisar 90 950C
Air delusi berfungsi untuk mempermudah proses pemasakan minyak dan

air. Jika air delusi terlalu sedikit minyak yang dihasilkan lebih murni tetapi losses minyak tinggi. Temperatur air delusi antara 90 950C. Penambahan air delusi adalah 15 20% dari TBS yang diolah. Minyak hasil pengepresan akan disalurkan melalui oil gutter dari press ke sand tank sebelum masuk ke dalam vibrating screen / vibro separator yang bertujuan untuk mengurangi pasir yang masuk ke dalam crude oil tank. Stasiun Pemurnian (Klarifikasi) Stasiun pemurnian minyak merupakan stasiun terakhir untuk pengolahan minyak. Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Melalui proses pemurnian minyak di stasiun pemurnian diharapkan dapat diperoleh CPO produksi yang berkualitas baik dengan kehilangan minyak yang minimal. Adapunstandar kualitas yang diharapkan adalah sebagai berikut ; 1. FFA 2. Kadar air : <2,50% : <0,15%

3. Kadar kotoran : <0,015% 4. DOBI : >2,70%

Tujuan dari stasiun klarifikasi yaitu : Efisiensi pemisahan minyak murni (pure oil) dari crude oil pada tingkat awal
64

Efisiensi pemisahan kadar air pada minyak Pemisahan kadar kotoran Mendapatkan rendeman minyak yang optimal dengan losses minyak yang rendah (minimal) Pada dasarnya prinsip pengolahan pada stasiun adalah berdasarkan:

Perbedaan berat jenis (density) Sistem pengendapan Sistem sentrifugal dengan alat putaran tinggi

Sand Trap Tank Alat ini dibuat dari besi plat berbentuk tangki selinder, dimana di bagian bawahnya berupa kerucut. Fungsi pengendapan adalah untuk mengendapkan pasirdari minyak kasar hasil pengempaan, setiap pagi pasir yang terendap pada sand trap tank di drain. Sand trap tank merupakan tangki dnegan tinggi 2 m dan memiliki pipa down di bawahnya dan pipa inlet dan oulet disampingnya. Kapasitas kerja alat ini adalah 5 ton/jam. Temperatur pada sand trap tank harus mencapai 90 950C dengan menggunakan steam infection. Jika terlalu dinging maka pada saat dilakukan blow down NOS yang dikeluarkan akan terlihat sangat kentan dan masih banyak mengandung minyak. Blow down dilakukan setiap 4 jam sekali. Saat dilakukan blow down harus diperhatikan jangan sampai minyak terikut bersama NOS. PKS Pagar Marbau menggunakan 1 unit sand trap tank kapasitas 10m3, yang ujungnya berbentuk konus. Di dalam sand trap tank terdapat sekat/buffle untuk mengarahkan aliran minyak kasar ke dasar tangki sehingga memungkinkan pasir yang terdapat pada minyak kasar mengendap. Vibrating Screen Alat ini berupa saringan yang bergetar dimana saringan memiliki ukuran 20 dan 40 mesh. Fungsi alat ini adalah untuk menyaring serabut dan kotoran alin yang terikut dalam minayk kasar dari sand trap tank. Pada vibrating screen akan

65

dihasilkan minyak dan kotoran. Minyak yang tersaring akan menuju ke crude oil tank di bagian bawahnya. Kotoran dari vibrating screen dikirim lagi ke bottom cross fruit conveyor untuk diolah lagi dalam stasiun press.

Crude Oil Tank Crude oil (30% air, 30% sludge, dan 40% minyak) tank berupa tangki berbentuk persegi yang terbuat dari bahan stainless steel yang berfungsi untuk tempat penampungan minyak dari hasil penyaringan di vibrating screen untuk selanjutnya dipompakan ke VCT (Vertical Continous Tank), suhu crude oil diusahakan tetap 90 950C dengan menggunakan steam injeksi. Fungsi crude oil tank adalah : Menurunkan NOS (non oil solid) Sebagai tansit tank Dalam COT, campuran tidak bergerak bebas karena adanya buffle pemisah yang membentuk ruangan COT menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama dan bagian kedua campuran minyak mengalami proses pengendapan dengan bantuan steam coil yang mempermudah pemisahan minyak dan campuran sludge. Pada bagian ketiga, minyak sudah bersih dan siap diumpankan ke VCT (vertical continous tank). Sludge yang merupakan hasil proses pengendapan di blow down setiap 4 jam sekali. Vertical Continous Tank

66

Vertival continous tank berfungsi untuk memisahkan dari sludge secara gravitasi. Alat ini berbentuk tangki selinder dengan bagian bawahnya berbentuk kerucut untuk mengefektifkan pengendapan pasir. Temperatur minyak pada vertical continous tank ini adalah 90 950C. Jika suhu berada di bawahnya maka pemisahan minyak lumpur dan air akan sulit, sedangkan jika suhu terlalu tinggi maka air akan mendidih sehingga lumpur dan minyak akan bergabung dan ini akan menyulitkan proses pemisahan. Panas yang diberikan menyebabkan viskositas/kekentalan menurun dan perbedaan berat jenis larutan semakin besar sehingga terjadi pemisahan larutan dimana lapisan minyak akan naik (BJ < 1 kg/cm2), sludge (BJ = 1 kg/cm2) pada bagian tengah, serta pasir dan kotoran lain (BJ > 1 kg/cm2)pada bagian bawah. Agiator pada VCT berfungsi untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk, memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge. Kecepatan yang digunakan adalah 4 rpm. Pada vertical continous tank ini akan terjadi pengendapan sludge. Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih kecil akan berada pada bagian atas untuk selanjutnya dikirm ke oil tank dan sludge yang berada di bagian bawah akan disalurkan ke sludge tank. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam vertical continous tank adalah : Waktu tinggal (retention time) minimal 4 jam dengan suhu 90 950C Faktor pegenceran (dilution) yang tepat Posisi dari level skrimmer untuk minyak benar benar dijaga (minyak dapat terkutip bila tebal 25 cm) Debit antara minyak dan sludge yang masuk dnegan yang keluar harus balance

Oil Tank Oil tank berfungsi sebagai penampang sementara minyak murni hasil pemisahan di vertical continous tank, memanaskan minyak sebelum amsuk ke oil purifier , dan juga sebagai pengendapan kotoran. Tangki ini berbentuk selinder
67

dengan kerucut di bagian bawahnya serta dilengkapi dengan body isolaso. Temperatur minyak dalam tangki 90 950C, kapasitas kerja alat ini 20 ton/jam. Panas yang ada menyebabkan air dan kotoran yang terikut dari vertical continous tank akan turun ke lapisan bawah. Kotoran dan air ini di blow down dan ditampung di sludge drain di sludge tank untuk diproses kembali. Minyak dari oil tank (masih menhandung kadar air maksimal 0,8% dan kadar kotoran maksimal 0,013%) dialirkan ke oil purifier. Oil Purifier Oil purifier merupakan alat yang berfungsi untuk menguragi kadar kotoran yang terdapat dalam minyak bersih dan sesuai dengan standar yang diinginkan. Prinsip kerja oil purifier berdasarkan berat jenis dan gaya sentrifugasi. Akibat adanya gaya sentrifugasi maka minyak yang memiliki berat jenis lebih kecil akan bergerak ke arah poros dan terdorong ke atas. Oleh karena adanya tekanan pompa dari purifier maka minyak tersebut akan naik ke atas menuju float tank untuk selanjutnya masuk ke dalam vacum dryer, sedangkan kotoran yang berat jenisnya lebih besar akan terdorong ke arah dinding cowl dan dikeluarkan dengan cara pencucian (back wash). Saat dilakukan back wash kran oulet oil purifier ke vacum dryer ditutup, dialihkan ke fat sludge tank (parit). Efektivitas pemisahan dalam oil purifier dikendalikan oleh seal water dan regulating ring. Pembukaan seal waterbharus ditutup karena apabila kran terbuka maka akan meningkatkan kadar air dalam minyak meningkat. Regulating ring digunakan untuk mengatur tekanan outlet minyak yang disesuaikan dengan vacum dryer. Float Tank Float tank berfungsi untuk menjaga minyak masuk ke dalam tangki vacum dryer agar udara luar tidak ikut masuk ke dalam vacum dryer.

Vacum Dryer Vacum dryer berfungsi utnuk mengurangi kadar air yang terdapat pada minyak yaitu dengan cara penguapan hampa. Vacum dryer berbentuk tabung selinder dengan tekanan -18 sampai -29 in Hg. Vacum dryer dilengkapi dengan
68

nozzle penyemprot, gelas penduga dan katup apung pengontrol level CPO dari bahan stainless steel. Prinsip kerja dari vacum dryer yakni pengurangan kadar air dari minyak dengan penggunaan vacum diharapkan air menguap tidak dalam suhu tinggi 100 0C, melainkan di bawah 1000C berkisar 65 700C. Jika suhu mencapai 1000C lebih maka minyak akan mengalami kerusakan seperti hilangnya nilai DOBI dan betakaroten. Oil Transfer Tank Oil transfer tank merupakan tangki penyimpanan sementara crude oil murni sebelum disalurkan ke dalam storage tank. Di tangki ini suhu dijaga dengan kisaran 50 550C untuk menjaga kualitas minyak. Storage Tank Minyak murni yang telah dihasilkan kemudian disimpan di dalam storage tank untuk ditimbun dan selanjutnya dipasarkan. Suhu di dalam storage tank dijaga pada suhu 50 550C untuk menjaga kualitas dan mutu minyak. Kondisi steam coil harus diperiksa secara rutin karena kebocoran pada sistem steam coil mengakibatkan kadar air CPO meningkat. Sludge Tank Lumpur yang masih terdapat minyak pada alat vertical continous tank kemudia dialirkan ke dalam sludge tank. Tangki ini berebntuk selinder dengan bentuk kerucut di bagian bawahnya. Sludger dari sludge tank ini kemudian dialirkan menuji brush strainer disaring dari kotoran. Brush Strainer Alat ini berfungsi untuk menyaring kotoran kotoran dan lumpur yang terdapat di dalam minyak. Alat ini berbentuk selinder yang bagian dalamnya terdapat penyikat yang terbuat dari kawat saling yang halus dan kemudian penyikat ini diputar sehingga lumpur dapat tersaring di penyikat. Minyak yang keluar dari alat ini kemudian disaring kembali dalam alat precleaner. Precleaner Alat ini berupa saringan yang terbuat dari porselen yang dapat menayring kotoran dalam minyak dengan sangat baik. Fungsi dari brush strainer dan
69

precleaner ini adlaah untuk membersihkan minak serta membantu meringankan kerja dari sludge separator.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan
70

Setelah pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (Magang) di PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Tanaman ulang (replanting) yang dilakukan di PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA II

TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU bertujuan

mengganti tanaman yang telah tua dan kurang menguntungkan dari segi produktivitasnya dengan tanaman baru.
2. Pembibitan kelapa sawit adalah suatu tempat (areal) dimana untuk

sementara waktu ( 12 bulan) bibit ditanam, dipelihara (merumput, menyiram, memupuk, memberantas hama, dll) serta dilaksanakan seleksi sebelum bibit tersebut memenuhi syarat untuk ditanam di lapangan.
3. Pemeliharaan TBM adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif

guna memperpendek masa tidak produktif sedang pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) adalah usaha untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, untuk dapat/mampu berproduksi seoptimal mungkin.
4. Produk utama yang dihasilkan PKS Pagar Merbau berupa minyak sawit

menyah atau sering disebut dengan crude palm oil (CPO), sedangkan produk sampingannya berupa inti sawit palm kernel oil (PKO).
5. Proses produksi pada PKS Pagar Marbau PTPN II terbagi atas beberapa

stasiun antara lain : stasiun penerimaan, stasiun perbusan, satsiun penebahan (theressing), stasiun pengempaan (presser), stasiun pemurnian (clarification), stasiun kernel (biji).

4.2

Saran

Dari kegiatan yang dilakukan di lapangan selama magang, adapun saran yang dapat diberikan untuk menjadi masukan adalah : 1) Dalam pekerjaan replanting (tanam ulang) kelapa sawit, sebaiknya dilakukan pembalikkan tanah untuk membunuh OPT yang ada di dalam tanah dan untuk meningkatkan proses oksidasi di dalam tanah.
71

2) Sebaiknya tanaman kelapa sawit yang tidak produktif lagi dilakukan

replanting. Hal ini selain untuk menjaga produksi yang tinggi juga menghindari terjadinya bibit kelapa sawit yang terlambat tanam. Ini dapat dilihat di pembibitan masih banyak bibit kelapa sawit yang seharusnya sudah layak pindah tanam.
3) Dalam hal pemupukan, sebaiknya

sebelum aplikasi pupuk dilakukan

pembersihan piringan kelapa sawit agar pupuk yang diaplikasikan merata jatuh ke tanah dan mencegah terjadinya kompetisi penyerapan unsur hara dengan gulma.
4) Agar tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan TBS yang berkualitas dan

jumlahnya banyak dilakukan kegiatan pemeliharaan yang baik.


5) Antara asisten dan mandor panen sebaiknya lebih berkoordinasi lagi agar

tidak terjadi buah yang terlambat panen di lapangan serta mencegah terjadinya peningkatan ALB pada buah.
6) Brondolan yang terlepas dari tandan di TPH sebaiknya diusahakan agar

tidak tertinggal guna meningkatkan rendemen. 7) Lebih dilakukan pengawasan terhadap pemanen di lapangan untuk menghindari terjadinya panen buah mentah.

DAFTAR PUSTAKA Sibagariang, Srinita, dkk.2011. Laporan Praktek Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Perkebunan Nusantara II Pagar Marbau. PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN

72

Soeharjo, H, dkk.1997. Vademecum Kelapa Sawit. Penerbit: PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Bah Jambi Pematang Siantar, Sumatera Utara Indonesia Suwandi, H, Ir. 2004. Buku Pedoman Kerja Kelapa Sawit. Penerbit: PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa

73

You might also like