You are on page 1of 2

Penatalaksanaan Medik Klien Anak dengan Sindrom Nefrotik Oleh Ria Febriyeni, 1006770942 FIK UI 2010 Tujuan penatalaksanaan

terapeutik antara lain (1) mengurangi ekskresi protein ke dalam urin, (2) mengurangi retensi cairan dalam jaringan, (3) mencegah infeksi, (4) meminimalkan komplikasi yang berhubungan dengan terapi. A. Tindakan Umum: selama fase edema anak sering bedrest tetapi tidak terlal u membatasi anak untuk beraktivitas (Susan Martin Tucker, 1999). Kadang-kadang i nfus albumin 25% diberikan jika intake dan output urin kurang. Jika terjadi infe ksi akut dapat diobati dengan antibiotik yang sesuai. Antibiotik profilaktik spe ktrum luas untuk menurunkan risiko infeksi sampai anak mendapat pengurangan dosi s steroid secara bertahap. Pembatasan sodium jika anak hipertensi. Penatalaksana an pada klien dengan pemberian kortikosteroid, diuretik, dan retraksi natrium (A . Aziz Alimul Hidayat, 2008) B. Diet: kurangi konsumsi garam dan makanan yang mengandung banyak garam, p embatasan cairan. Diet protein 2-3 gr/kgBB/hari. Jika cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering. C. Terapi kortikosteroid: golongan kortikosteroid merupakan terapi lini per tama untuk MCNS (Minimal-Change Nephrotic Syndrome). Dosis awal pemberian kortik osteroid (prednisolon) biasanya 2 mg/kg BB atau 60 mg/m2/hari dengan sekali atau beberapa kali pemberian. Pada sebagian besar anak yang mendapatkan terapi ini, responnya akan terjadi dalam tempo 7 hingga 21 hari. Kemudian pemberian obat ter sebut dikurangi secara berangsur-angsur selama periode beberapa minggu dan dihen tikan jika anak tetap asimtomatik. MCNS berulang ditangani dengan pemberian ulan g serangkaian terapi steroid dosis tinggi. Pengobatan kortikosteroid yang dianjurkan International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut: 1) Selama 28 hari prednison sebanyak 2 mg/kgBB/hari dengan maksimum sehari 80 mg 2) Kemudian prednison selama 28 hari sebanyak 1,5 mg/kgBB/hari setiap 3 har i dalam 1 minggu dengan dosis maksimum sehari 60 mg. Bila terdapat respon maka d ilanjutkan dengan 4 minggu secara intermiten. 3) Pengobatan prednison dihentikan. Jika terjadi relaps maka seperti pada t erapi permulaan diberi setiap hari prednison sampai urin bebas protein. Kemudian seperti terapi permulaan selama 5 minggu tetapi secara intermiten. Efek samping pemberian preparat steroid antara lain kenaikan berat badan, wajah membulat, dan peningkatan selera makan. Terapi steroid jangka panjang dapat meng akibatkan hirsutisme, retardasi pertumbuhan, katarak, hipertensi, perdarahan gas trointestinal, demineralisasi tulang, infeksi, dan hiperglikemia. Anak yang kada r protein pada urinnya masih tetap 2+ atau lebih setelah 8 minggu terapi steroid dianggap resisten terhadap steroid sehingga biopsi ginjal sebaiknya dilakukan. Biopsi ginjal untuk kasus yang tidak responsif terhadap steroid atau tidak khas (Vade Mecum, 2005) D. Terapi Imunosupresan: Anak-anak yang tidak memperlihatkan respons terhad ap terapi steroid, yang sering mengalami kekambuhan, dan yang mengalami efek sam ping terhadap pertumbuhan dan kesehatan umum mereka dapat diberikan obat-obat im unosupresan lainnya (siklofosfamid, klorambusil atau siklosporin). Biasanya pem berian siklofosfamid (sitoksan) dikombinasikan dengan prednison. Kedua obat ini diatur untuk pemberian selama 2 sampai 3 bulan. Klorambusil juga terbukti efekti f ketika pemberian kortikosteroid. Respon kedua obat tersebut tergantung pada do sis, lamanya terapi, umur, lamanya penyakit. Efek signifikan dari siklofosfamid harus dipertimabangkan dan didiskusikan dengan keluarga dan anak. Leukimia harus diantisipasi dan siklofosfamid mungkin menyebabkan azoospermia pada laki-laki s elama pengobatan 2-3 bulan dan berakibat pada fungsi gonad pada wanita. E. Diuretik: Terapi diuretik dapat dimulai untuk mengurangi edema sementara waktu. Biasanya furosemide yang dikombinasikan dengan metolazone. (Whaley & Won g, 1995). Diuretik dapat ditingkatkan dengan pemberian klorotiazid (10 mg/kg/dos i IV setiap 12 jam) atau metolazone (0,1 mg/kg/dosis PO bid) diikuti dengan furo semid (1-2 mg/kg/dosis IV q 12 jam). Pemberian IV 25% human albumin (0,5 g/kg/do

sis q 6-12 jam diberikan setiap 1-2 jam) diikuti dengan furosamid (1-2 mg/kg/dos is IV) biasanya diperlukan jika restriksi cairan dan diuretik parenteral tidak e fektif. Pemakaian diuretik sebaiknya diberikan pada pasien dengan gejala yang be rat dan harus diamati secara saksama karena kemungkinan peningkatan risiko kompl ikasi tromboembolik. Komplikasi sindrom nefrotik antara lain infeksi, insufisiensi sirkulasi akibat h ipovolemia, dan tromboembolisme. Infeksi yang dapat terlihat meliputi peritoniti s, selulitis, dan pneumonia; semua infeksi ini perlu diketahui dan ditangani sec ara agrsif dengan terapi antibiotik yang sesuai. Daftar Pustaka Hidayat , A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan K ebidanan. Jakarta. Salemba Medika. Mecum, Vade. 2005. Vade-Macum Pediatri Edisi 13. Editor dr Rusi Muhaimin Syamsi. Jakarta: EGC. Tucker, Susan Martin.1999. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnos is, dan Evaluasi, Volume 4. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC. Whaley, Lucille F dan Wong, Donna L. 1995. Nursing Care of Infant and Children F ifth Edition. Editor Sally Schrefer. Missouri: Mosby. Wong, Donna L dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik i Komala Yudha. Jakarta: EGC. Edisi 6 Volume 2. Editor Eg

You might also like