You are on page 1of 3

METODE NEKROPSI /BEDAH BANGKAI /OTOPSI AYAM 1.

Jika unggas masih dalam keadaan hidup, diperiksa terlebih dahulu tubuh bagian luar dan diamati gejala klinis tertentu. 2. Diperiksa secara teliti adanya parasit eksternal pada bulu dan kulit. Diamati warna pial dan cuping telinga. Diperhatikan pula terhadap kemungkinan adanya diare, leleran dari paru, nares dan mata serta kemungkinan adanya kebengkakan dan perubahan warna daerah facial 3. Unggas yang masih dalam kondisi hidup dapat dibunuh (eutanasi) dengan cara mematahkan leher pada persendian atlanto-occipitalis, emboli udara kedalam jantung. 4. Bangkai hendaknya dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari bulu tidak berterbangan, karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran. 5. Bangkai dibaringkan pada bagian dorsal dan dibuat suatu irisan pada kulit di bagian medial paha dan abdomen pada kedua sisi tubuh. 6. Paha ditarik ke bagian lateral dan diteruskan irisan dengan pisau sampai persendian coxo femoralis. 7. Irislah kulit pada bagian medial dari kaki / paha dan periksa otot dan persendian pada daerah tersebut. 8. Buat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian anterior dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan pada kulit juga diteruskan ke bagian posterior di daerah abdomen. 9. Kuliti pada bagian ventral badan leher 10. Potong dan singkirkan bagian dada demikian sehingga Nampak organ dalam 11. Amati letak organ, adanya cairan pada rongga perut/ peritoneum dan rongg dada 12. Saluran pencernaan dapat dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian proksimal proventrikulus. Tarik keluar seluruh saluran pencernaan ke arah posterior dengan memotong mesenterium sampai pada daerah kloaka. Periksa bursa fabrisius terhadap abnormalitas tertentu. 13. Hepar, lien dikelurkan dan dilakukan pemeriksaan 14. Keluarkan paruh bawah, lidah, esofagus, trakhea, jantung dan paru-paru bersama-sama

Berdasarkan prkatikum dengan materi pemeriksaan kesehatan unggasdiperoleh hasil bahwa ayam leyer yang akan digunakan sebagai bahan nekropsimemiliki performans yang baik atau dalam keadaan sehat hal ini terlihat dariposisi berdiri yang tegap, pergerakan lincah, dan tidak ada ciri-ciri gangguan fisik.Hal ini sesuai denagn pendapat Anonim (2011) yang menyatakan bahwa ciri ciriayam yang sehat ditandai dengan pergerakan yang aktif dan tidak menujukangejala penyakit fisik. Ditambahkan oleh Bambang (2001) bahwa ayam petelurlebih kuat bertahan dengan serangan penyakit dibanding dengan ayam pedaging.

pengambilan darah
Berdasarkan hasil praktikum pengambilan darah pada ayam ditemukanadanya serum yang berfunsi sebagai salah satu bahan antibody. Hal ini sesuaidengan pendapat (anonim, 2011) bahwa Serum terdiri dari semuaprotein(yangtidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen,hormon,dan semua substansi exogenous . Rumusan umum yaitu: serum =plasma - fibrinogen -proteinfaktor koagulasi. Studi yang mempelajari serumdisebutserologi.Serum digunakan dalam berbagaiuji diagnostik termasuk untuk menentukangolongan darah.Ditambahkan oleh wardana (2008) Fungsi utamaserum adalah mengobati suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.

Nekropsi
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pada saat ayamdibedah tidak ditemukan gejala penyakit yang cukup serius hal ini dikarenakanorgan dalam ayam cukup bersih dan tidak terlihat gejala gangguan kesehatan.Ghal ini sesuai dengan pendapat Bamabang (2001) yang menyatakan bahwa ayamyang sehat apabila dilihat dari dalam memiliki kondisi yang sehat dan terlihatbersih dari gumpalan darah dan berwarna cerah. 4.5.3.1. kulit pada ayam . Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaankeadaan subkutan ayam diperoleh hasil bahwa kondisi subkutan tidak terdapat gejala penyakit yang menyerang bagian bawah kulit, hal ini dimunginkan keadaanpeternakan yang ritin memberikan vaksin sehingga ayam tetap dalam kondisibaik. Hal ini sesuai dengan (Supriyatna, 2005) yang menyatakan programvaksinasi adalah salah satu cara untuk mencegah ayam dari serangan penyakitdengan melakukan vaksinasi secara teratur. 4.5.3.2. organ pernafasan ayam. Berdasarkan praktikum pemeriksaanorgan pernafasan diperoleh hasil bahwa kondisi saluran pernafasan ayam cukupbaik hanya ditemukan kondisi kantong udara yang sedikit keruh, hal inidikarenakan umur ayam yang sudah tua sehingga mempengaruhi keaadaan organdalam. Hal ini sesuai dengan pendapat Akoso (1998) bahwa kantong udara terdiri atassuatu rongga dengan dinding jaringan yang tipis dan halus sehingga sulit dikendali dalamposisi mengempis dan akan berpengaruh seiring dengan usia ternak. 4.5.3.2. organ pencernaan ayam. Praktikum mengenai pemeriksaankondisi organ pencernaan ayam dihasilkan dalam kondisi yang cukup baik hanyaada sedikit keadaan yang kurang baik karena warna usus sudah sedikit kemerah-merahan hal ini dikarenakan adanya penyakit gumboro yag akan mengakibatkanpenyerapan sari makanan kurang maksimal. Hal ini sesuai pendapat Tabbu (2000)yang menyatakan penyakit gumboro merupakan masalah utama bagi peternak ayam pedaging maupun petelur, pada ayam petelur penyakit gumboro memilikimorbilitas 60% oleh sebab itu aspek manajemen seperti kualitas pakan, sanitasi,umur ayam. Penyakit gumboro mempunyai ciri-ciri ayam lesu, mengantuk,mengorok, adanya kotoran menempel di sekitar dubur.Hal ini sesuaipendapatSuprijatna et al.(2005) terjadi karena pada organ pencernaan usus tidak bisa berfungsi dengan sempurna dalam penyerapan sari-sari makanan.Pada

organpernapasan terdapat kelainan pada paru-paru, ada bintik-bintik atau flek hitam danpada uji apung paru-paru masih mengapung dalam air, hal ini menunjukkaninfeksi atau kelainan dalam paru-paru sebagai organ pernapasan belum terlaluparah

DAFTAR PUSTAKA Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius, Yogyakarta. Anonim,2011 .http://id.wikipedia.org/wiki/Serum_darah Anonym, 2011. http://biohealth.wordpress.com/2008/09/01/apa-beda-vaksin-dan-serum/ Blakely, J dan H.D. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta (Diterjemahkan oleh B. Srigandono dan Soedarsono).Cahyono, Bambang, Ir.2001. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging(Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta. Elmer, N. R. dan Glenn, N. A. 1989. Histologi Biologi Parasit Hewan.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh drh.Wardiarto) Kadarsan, S., Achmad, S., Ending, P., Hasan, B. m., Iyok, B., Hartini, S. 1983.Binatang Parasit. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. (Tidak dipublikasikan) .Levine. D. Norman. 1994. Parasitologi Veteriner. Gajah Mada University Press,Yogyakarta .Norman. D. Levine. 1994. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta. Diterjemahkan oleh Soeprapti Soekardono (FakultasKedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor). Pustekkom. 2005. Kegiatan Belajar 3 Platyhelmintes (Cacing Pipih). http// www.edukasi.net.Diakses tanggal 25 nov'11 jam 18.06. Suprijatna, Edjeng. 2005. Ayam Buras Krosing Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta Tjahjati, I. dan Soebronto. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta. Zalizar L, Satrija F, Tiuria R, Astuti DA. 2006. Dampak Infeks Ascaridia galli terhadap Gambaran Histopatologi dan Luas Permukaan Vili Usus sertaPenurunan Bobot Hidup Starter. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (terakreditasi) 11(3): 215-22

You might also like