You are on page 1of 5

Perdarahan hamil muda Artinya: perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan 28 minggu.

. Ada 3 macam perdarahan pada hamil muda yakni: abortus, KET, dan mola hidatidosa. ABORTUS Definisi: Berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai viabilitasnya. Kalo depke s (uk 28 minggu atau berat janin 1000 gram ), kalo WHO (uk 20 minggu, berat 500 gram), kalo dr AM (uk 22 minggu, berat 500 gram). Pembagian abortus ada 2 macam: menurut macamnya dan menurut derajatnya. Menurut macamnya, abortus dibedakan menjadi: a. Abortus spontan b. Abortus provocatus/disengaja: terapeutik (ada indikasi medis dan benar s esuai hukum) dan criminalis (bukan karena indikasi medis). Menurut derajatnya, abortus dibedakan menjadi: Definisi Diagnosis Penatalaksanaan Abortus iminens Abortus tingkat pemulaan, ditandai perdarahan pervaginam, OUI te rtutup, hasil konsepsi masih baik dlm kandungan. 1. Amenorea atau ri wayat plano test (+) 2. Perdarahan bercak hingga sedang 3. Kram perut di atas simfisis 4. Serviks tertutup/ ada bukaan 1 jari 5. Besar uterus sesuai dengan usia gestasi Prinsip: tidak perlu pengobatan khusus, cukup tirah baring total. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan da n jangan melakukan hubungan seksual. Terapi hormonal dan tokolitik tidak diperlu kan karena secara statistik kegunaanya tidak terlalu bermakna. Jadi pengobatan sifatnya hanya untuk efek psikologik ibu. Beberapa obat yg bisa diberikan: 1. Tokolitik: duvadilan (drips maupun oral) Duvadilan 4 ampul dalam D5%-->12 tpm lalu dinaikkan 4 tpm apabila masih perdaraha n, maksimal 40 tpm (ingat tidak boleh sampai jantung berdebar) Duvadilan tablet 3 x 10 mg, po 5 hari 2. Hormon progesterone sintetik: duphaston, cygest. 3. Premastone, pregtenol (Allylestrenol) 4. Prostaglandin sintetase inhibitor: Asam mefenamat 3 x 500 mg, po 5 hari. Abortus komplet Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri 1. Perdarahan bercak hingga sedang 2. Riwayat keluar hasil konsepsi 3. Sedikit/tanpa nyeri perut bawah 4. Serviks tertutup 5. Besar uterus tidak sesuai dengan uk 1. Tidak diperlukan evakuas i bila yakin komplit. Bila tidak dapat diUSG 2. Observasi perdarahan, bila anemia sedang beri tablet SF 600 mg/hari atau bila berat beri transfuse 3. Bila tidak ada tanda infeksi gak perlu antibiotik Abortus insipiens Abortus mengancam, dimana serviks mendatar, ostium memb uka, tapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri 1. Perdarahan sedan g hingga massif 2. Belum ada riwayat keluar hasil konsepsi 3. Nyeri atau kram perut bawah 4. Serviks terbuka 5. Besar uterus sesuai uk 1. Uk 16 minggu: evakuasi dengan aspirasi vakum manual 2. Uk > 16 minggu: tunggu ekspulsi spontan, atau bila gak keluar spontan ev akuasi digital, bila perlu induksi dgn oksitosin 20 IU/ 500 cc RL (mulai 8 tpm 40 tpm). Inget setelah evakuasi berhasil, harus dilanjutkan dengan tindakan kuretase untu k meyakini seluruh sisa konsepsi telah keluar. Setelah itu perbaiki KU, beri uterotonika (misal metilergometrin 3 x 500 mg po), dan antibiotic profilaksis.

Abortus inkomplet Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri da n masih ada yang tertinggal. 1. Perdarahan sedang hingga massif syok 2. Riwayat pengeluaran jaringan 3. Nyeri perut bawah 4. Serviks terbuka 5. Besar uterus < uk 1. Uk 16 minggu dan perdarahan tak banyak: evakuasi digital 2. Uk 16 minggu dan perdarahan banyak: evakuasi dengan AVM 3. Uk > 16 minggu: evakuasi digital, bila perlu induksi oksitosin. Setelah itu dilakukan kuretase untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Pasca tindakan: perbaikan KU, beri uterotonika (metilergometrin 3 x 500 mg po 5 hari) dan antibiotika (amoksisilin 5 hari) Abortus habitualis Abortus spontan 3x / lebih secara berturut-turut. Penyebab: faktor anatomis, reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap ant igen limfosit trofoblascross reactive (TLX). Penyebab tersering lainnya: inkompe ten serviks. Bila penyebab karena inkompeten serviks maka dilakukan tindakan untuk memfiksasi agar dapat menerima beban dengan berkembangnya uk. Operasi dil akukan pada UK 12-14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau MCDONALD. Abortus infeksiosus Abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia Merupakan salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang disebabkan krn Abortus septic Abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tu buh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis). Kurang memperhatikan tin dakan asepsis dan antisepsis. Diagnosis: Ax: 1. Upaya tindakan abortus dengan alat yg asepsis PF: 1. Febris 2. Takikardia 3. Perdarahan pervaginam berbau 4. Bila sampai sepsis dan syok: panas tinggi, menggigil, TD turun PL: leukositosis Pemberian infuse, antibiotika, antipiretika. Tindakan ku retase bila keadaan tubuh sdh baik min 6 jam stlh antibiotic diberikan. Missed abortion Tertahannya hasil konsepsi yang sudah mati dalam rahim s elama 8 minggu Ax: 1. Merasakan pertumbuhan kehamilan tidak sesuai dengan yg diharap PF: 1. Fundus uteri menetap atau mengecil tidak sesuai dengan UK 2. Awal ada perdarahan pervaginam (ab iminens) dirasakan sembuh tapi ternya ta janin sudah mati PP: 1. TEs urin (-) satu minggu stlh janin mati 2. USG: uterus mengecil, kantung gestasi mengecil, bentuk tidak beraturan. Inget, missed abortion bila berlangsung > 4 minggu dapat tjd gangguan pembekuan akibat hipofibrinogenemia sehingga perlu dicek waktu koagulasi sebelum dilakukan tindakan evakuasi dan kuretase. UK <12 m: evakuasi dengan dilatasi dan kuretase UK > 12 m: karena serviks kaku, maka unntuk evakuasi perlu induksi baik dengan o ksitosin drip maupun dengan prostaglandin sintetis misoprostol lalu setelah kelu ar dilakukan kuretase sebersih mungkin. Blighted ovum Kehamilan anembrionik dimana mudigah dan yolk sac tidak terbent uk, sedangkan kantung gestasi tetap terbntuk Diagnosis hanya melalui USG yang ditegakkan pada UK 7-8 minggu bila pada pem USG kantung USG tidak berkembang ya ng pada ukuran 25 mm tidak ditemukan mudigah maupun yolk sac. Dilatasi dan kur etase. Kehamilan Ektopik (hasil konsepsi berimplantasi di luar tempat yang normal (endo metrium rongga rahim)

Lokasi: a. Kehamilan tuba (> 95%): pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars f imbrae (17%), pars intersisiel (2%) b. KE pada uterus: kehamilan servikalis dan kehamilan kornual c. Kehamilan ovarium d. Kehamilan intraligamen e. Kehamilan abdominal f. Kehamilan kombinasi: kehamilan ektopik dan kehamilan dalam rahim ditemuk an bersamaan. Etiologi: 1. Faktor tuba: a. Peradangan atau infeksi tuba b. Saluran tuba berkelok dengan fungsi silia tuba yg tidak berfungsi baik c. Pasca op rekanalisasi tuba d. Endometriosis tuba e. Divertikel tuba f. Mioma uteri ataupun tumor ovarium yang besarnya mengganggu bentuk dan pa tensi tuba 2. Faktor zigot: tumbuh terlalu cepat dan besar 3. Faktor ovarium: ovarium menghasilkan ovum yang ditangkap oleh tuba kontr alateral 4. Faktor hormonal: pil KB yg mengandung progesterone dapat mengakibatkan g erakan tuba melambat Patologi: 1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi 2. Abortus dalam lumen tuba 3. Ruptur dinding tuba Gambaran klinik: terutama bila sudah terjadi Kehamilan ektopik terganggu. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan KET, abortus atau rupture tuba, tua nya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi. Trias klasik: a. Nyeri perut: Merupakan tanda penting pertama. Nyeri bisa dirasakan bilateral atau unilateral atau hanya pada perut bagian bawah. Berat ringannya nyeri bergantung pada jumlah darah yang terkumpul pada peritoneum. Darah dalam rongga perut dapat merangsang diafragma sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel rektoute rina, menyebabkan defekasi nyeri. Nyeri perut dibagi 2: bila dirasakan tiba-tiba dan terus menerus KET dengan rupture tuba, sedangkan bila nyeri perut tidak terla lu dan tidak terus menerus KET dengan abortus tuba. b. Perdarahan pervaginam berupa bercak. Merupakan tanda penting kedua. c. Amenorea: Terlambat haid yang menjadi tanda kehamilan. Namun kehamilan ektopik dapat juga terjadi meskipun terjadi haid. Inget kehamilan nidasi terjadi pada hr ke-21-23 b eberapa hari sebelum haid yang akan datang. Jadi bisa saja dia haid padahal sebe lumnya sudah terjadi kehamilan ektopik. Diagnosis : Dari trias gejala klasik di atas ditambah: 1. Pemeriksaan fisik: Tanda syok hipovolemi: hipotensi, takikardi, pucat, e kstremitas dingin. Tanda akut abdomen: perut bagian bawah tegang, nyeri tekan le pas 2. Pemeriksaan ginekologik: serviks lunak, nyeri goyang serviks (slinger pa in) +, adneksa nyeri dan teraba massa, kavum douglasi menonjol dan nyeri perabaa n karena terisi darah. 3. PP: a. USG: tidak ada kantung gestasi dalam kavum uteri dan kantung gestasi ber isi mudigah di luar kavum uteri. Bila sudah terganggu maka gambaran kabtung gest asi sudah tidak jelas, massa hiperekoik yang tidak beraturan, tidak berbatas teg as, dan dijumpai caitan bebas. Namun cairan bebas ini tidak dapat dibedakan anta ra darah atau yang lain. b. Kuidosentesis: pada daerah tanpa fasilitas USG atau bila dengan USG hasi

l meragukan maka dilakukan punksi kavum douglasi. Caranya: dengan tenakulum jepi t porsio bagian baawah sehingga terlihat forniks posterior lalu dipunksi dengan jarum spinal no 18 dan spuit 10 cc lalu dihisap. Semprotkan ke kain kasa dan lih at: 1. Bila darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah berasal dari arteri atau vena yang tertusuk 2. Bila darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau ya ng berupa bekuan kecil-kecil, menunjukkan darah hematokel rektouterina.] c. Lab: Hb (pemeriksaan Hb dan HT dapat dilakukan secara serial dengan jara k 1 jam selama 3 x berturut-turut. Penurunan Hb dapat menunjang diagnosis KET), PPT positif, d. Laparoskopi diagnostic: bila dengan semua PP yang lain masih meragukan. Penatalaksanaan: a. Perbaikan KU b. Bila diagnosis pasti (anamnesis, GK, PP) laparotomi c. Bila curiga kehamilan ektopik, lakukan USG bila hasil meragukan bisa mel akukan laparoskopi atau kuidosentesis. d. Siapkan darah untuk transfusi bila perlu. e. Laparotomi: 1. Kehamilan tuba: salpingektomi 2. Kehamilan ovarium: ovarial kistektomi 3. Kehamilan abdominal: keluarkan anak saja dan plasenta ditinggalkan 4. Kehamilan serviks: kuret, tampon atau ligasi artei hipogastrika, bila an ak cukup histerektomi total. f. Beri antibiotika mengingat kejadian KE berkaitan dengan gangguan fungsi tr ansport tuba oleh infeksi Diagnosis banding: 1. PID 2. Apendisitis 3. Abortus iminens 4. Kista ovarii terpeluntir (ada yang disebut kehamilan ektopik kronik istilah ini untuk KE tuba yang rupture atau abortus sehingga menjadi KE abdominal dan kehamilan ini terus berlanjut. In get meskipun KE abdominal dapat berlanjut, namun lebih baik segera diterminasi s aja). Mola Hidatidosa Definisi: neoplasma jinak dari sel trofoblas, terjadi kegagalan pembentukan plas enta atau fetus, dan hampir seluruh vili korealis mengalami perubahan berupa deg enerasi hidropik. Patofisiologi: 1. Teori missed abortion: mudigah mati (uk 3-5 minggu) gangguan peredaran dar ah penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili terbentuk gelembung2. 2. Teori neoplasma dari Park: adanya sel-sel trofoblas abnormal yang mempun yai fungsi abnormal terjadi resorbsi cairan berlebihan dalam vili timbul gelembung2 m udigah mati Gambaran histoPA khas: 1. Edema stroma vili 2. Tidak ada pembulih darah pada vili/denerasi hidropik 3. Proliferasi sel trofoblas Diagnosis: 1. Tanda dan gejala klinik: a. Amenorea b. Perdarahan yang bersifat intermiten, sedikit-sedikit, atau sekaligus ban yak hingga menyebabkan syok atau kematian. c. Besar uterus > UK. Namun pada bbrp kasus besar uterus sama atau lebih ke cil dari Uk (jenis dying mole) d. Tanda kehamilan pasti tidak ada: balotemen(-), DJJ (-). e. Hiperemesis gravidarum berhub dengan HCG f. Tanda preklampsia pada trimester 1 dan tanda tirotoksikosis

g. Kista lutein unilateral/bilateral 2. Pemeriksaan lab: kadar HCG meningkat. 3. USG: gambaran khas badai salju (snow flake pattern) atau sarang lebah (h oney combs) 4. Diagnosis pasti ditegakkan bila ada pengeluaran gelembung mola 5. Disebut mola parsialis bila: jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi janin yang ukurannya relative kecil dari UK. Komplikasi: perdarahan, perforasi, emboli sel trofoblas, keganasan, tirotoksikos is. Penatalaksanaan: 1. Perbaikan KU: koreksi dehidrasi dan transfuse bila Hb 8. 2. Evakuasi mola: a. Siapkan PRC b. Evakuasi kuret dilakukan 2 kali selang waktu 1 minggu (dengan kuret isap / vakum kuret lalu dengan kuret tumpul dan kuret tajam). c. Hasil evakuasi 1 dan 2 diPA kan d. Dipilih evakuasi langsung dengan histerektomi bila: cukup umun (35 tahun ) dan cukup anak (> 3). 3. Pasca evakuasi: 1.

You might also like