You are on page 1of 6

Kumpulan Abstrak Disertasi Semester Gasal 2008/2009 Bimbingan dan Konseling (BK)

136 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Pengaruh Penerapan Model Pengembangan Self-Science Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama Musa Sukardi Abstrak
Remaja di Indonesia, sebagai generasi sekarang, banyak yang mengalami kesulitan secara emosional. Kemerosotan emosi ini berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian disebabkan oleh kurangnya perhatian keluarga, sekolah, dan masyarakat. Perilaku sosial emosional yang muncul berupa perilaku kesepian dan pemurung, perilaku beringas dan kasar, perilaku rendahnya sopan santun, perilaku cemas dan gugup, dan perilaku impulsif, yang dilakukan remaja dan anak-anak. Kondisi ini menyiratkan betapa pentingnya aspek emosi dan sosial dikembangkan kepada siswa khususnya siswa sekolah menengah pertama yang berada pada kelompok usia remaja awal. Pada usia sekolah menengah pertama ini, para siswa sedang mencari identitas diri yang seringkali menimbulkan problem-problem emosional. Apabila problem emosi ini berlarut-larut tanpa teratasi dengan baik maka dapat berakibat terganggunya aktivitas siswa sebagai pelajar dan anggota masyarakat. Problem emosi siswa-siswa ini diduga karena meraka tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan emosi dan keterampilan mengembangkan emosi. Pembelajaran emosi dapat diberikan melalui berbagai kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah, pengembangan emosi dapat diberikan melalui program bimbingan dan konseling. Penerapan model pengembangan self-science merupakan salah satu solusi stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional. Penerapan model pengembangan self-science ini dapat dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan di kelas maupun di luar kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pengembangan self-science dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Tujuan tersebut dirinci menjadi tujuan khusus yaitu menguji: (1) perbedaan hasil kecerdasan emosional siswa sebelum dan sesudah perlakuan penerapan model pengembangan self-science, dan (2) perbedaan hasil kecerdasan emosional pada siswa yang diberi perlakuan model pengembangan self-science dan pada siswa yang diberi pembelajaran atau pengembangan sebagaimana biasanya. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen nonequivalent control group design. Tempat penelitian dilakukan di SMP Negeri 17 Malang. Subyek penelitian dipilih dua kelas. Satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan satu kelas yang lain dijadikan kelompok kontrol. Subyek penelitian berjumlah 40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menerapkan model pengembangan self-science dan pembelajaran sebagaimana biasanya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala penilaian kecerdasan emosional. Instrumen skala penilaian kecerdasan emosional terdiri dari 28 butir pernyataan yang sudah diuji dengan sumatted rating dengan bobot 1 sampai 4, uji reliabilitas dan analisis faktor. Teknik analisis data dilakukan dengan statistik Anova/Ancova. Pengujian hipotesis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.0 for windows. Analisis data menghasilkan temuan penelitian sebagai berikut: pertama, penerapan model pengembangan self-science efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa sekolah menengah pertama. Kedua, ada perbedaan kecerdasan emosional pada siswa yang diberi model pengembangan selfscience dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran sebagaimana biasanya. Model pengembangan selfscience secara signifikan memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran sebagaimana biasanya terhadap kecerdasan emosional siswa sekolah menengah pertama. Nilai rerata kecerdasan emosional siswa sesudah mendapatkan perlakuan model pengembangan selfscience lebih tinggi daripada nilai rerata sebelum perlakuan dengan selisih rerata sebesar 10,03. Sedangkan pada siswa yang mendapatkan pembelajaran sebagaimana biasanya terjadi kenaikan hasil kecerdasan emosional sebesar 4,075. Dari hasil pengujian komparasi perbedaan rerata hasil pos-tes kecerdasan emosional siswa menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa yang mendapat perlakuan model pengembangan self-science lebih tinggi dibanding hasil kecerdasan emosional siswa yang mendapatkan pembelajaran sebagaimana biasanya. Berdasarkan temuan penelitian dapat dikemukakan saran-saran yaitu yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan pra dan atau dalam jabatan konselor, disarankan agar lembaga pendidik konselor dapat mengembangkan kompetensi calon konselor atau konselor dengan pengetahuan tentang selfscience baik secara terpadu pada matakuliah lainnya ataupun menjadi matakuliah sendiri. Konselor perlu mengembangkan kemampuan akademik dan personalnya dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang model-model pengembangan diri sehingga dapat merancang dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling di sekolah. Untuk meningkatkan dan mengembangan kecerdasan emosional siswa, konselor 135

Program Studi S3 BK 137

sekolah diharapkan dapat menerapkan pelatihan atau pengembangan self-science ini di semua kelas pada sekolah menengah pertama dalam konteks layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kata kunci: model pengembangan, self-science, kecerdasan emosional

Efektivitas Pendekatan Cognitive Behavior Modification (CBM) untuk Mengelola Stres Belajar Siswa Farida Aryani Abstrak
Fenomena stres belajar akhir-akhir ini meningkat intensitasnya pada siswa-siswa di sekolah (Prinantyo, 2004). Hal itu disebabkan oleh persoalan-persoalan yang terjadi dalam lingkungan sekolah baik yang bersumber dari guru, pelajaran, maupun lingkungan sosialnya. Berkaitan dengan fenomena tersebut, perlu dikembangkan model manajemen stres untuk membantu siswa guna mengelola stres belajarnya. Adapun pendekatan manajemen stres belajar yang digunakan yaitu pendekatan cognitive behavior modification (modifikasi perilaku-kognitif). Pendekatan Cognitive Behavior Modification (CBM) merupakan suatu pendekatan yang memandang stres belajar yang dialami siswa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan siswa di sekolah. Pendekatan CBM merupakan pendekatan yang didasari pada dugaan bahwa manusia dapat meningkatkan kapasitas diri dalam mengelola stres belajar dengan cara mengubah keyakinan, emosi dan perilaku tentang keberhasilan menghadapi stres secara mandiri. Pendekatan CBM dalam penerapannya menggunakan teknik Stress inoculation (imunisasi terhadap stres). Stress inoculation (SI) merupakan tahapan-tahapan pelatihan yang digunakan CBM dalam mengajarkan keterampilan dalam mengelola stres belajar (restrukturisasi kognitif, relaksasi, dan time management). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian true experimental dengan pretest-postest control group design yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendekatan CBM dalam mengelola stres belajar siswa yang dijabarkan menjadi dua hal, yaitu (1) mengetahui perbedaan tingkatan stres belajar siswa SMPI Sabilillah pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan CBM dan (2) mengetahui perbedaan keterampilan mengelola stres belajar siswa SMPI Sabilillah dengan CBM (teknik restrukturisasi kognitif, relaksasi, time management) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian ini dilakukan terhadap 56 siswa (28 kelompok eksperimen dan 28 kelompok kontrol) kelas I SMPI Sabilillah di kota Malang tahun ajaran 2007/2008 yang diambil secara acak dari populasi sebesar 95 siswa yang tersebar ke dalam tiga kelas paralel. Dari jumlah sampel sebesar 56 siswa kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu 20 siswa pada kelompok stres belajar sedang (SBS) dan 8 siswa pada kelompok stres belajar tinggi, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Ancova serta didukung dengan analisis kualitatif menunjukkan, (1) terjadi penurunan yang signifikan tingkatan stres belajar siswa SMPI Sabilillah pada kelompok eksperimen sesudah perlakuan CBM dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini terlihat dari adanya perbedaan nyata skor stres belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi CBM, dan (2) terjadi peningkatan penguasaan ketiga teknik CBM (teknik restrukturisasi kognitif, teknik relaksasi, dan time management) yang dilatihkan pada siswa SMPI Sabilillah dalam kelompok eksperimen. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBM efektif dalam mengelola stres belajar siswa. Hal itu terlihat dari penurunan yang signifikan tingkatan stres belajar sesudah intervensi CBM dan terjadinya peningkatan yang signifikan penguasaan siswa terhadap teknik-teknik CBM. Kata kunci: pendekatan CBM, pengelolaan stres belajar siswa

138 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

ABSTRAK) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI MEBEL PT. CHIA JIANN INDONESIA FURNITURE DI WEDELAN JEPARA TAHUN 2009 Yudha Fandy Prabowo , 6450405090 (2010) (ABSTRAK) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI MEBEL PT. CHIA JIANN INDONESIA FURNITURE DI WEDELAN JEPARA TAHUN 2009. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. PDF ((ABSTRAK) FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI MEBEL PT. CHIA JIANN INDONESIA FURNITURE DI WEDELAN JEPARA TAHUN 2009) - Published Version Download (93Kb)

Preview

Abstract
Stres merupakan tekanan fisiologis, psikologis yang di rasakan individu yang mengakibatkan dirinya terancam, baik secara fisik maupun mental. Sebuah survei atas pekerja di Amerika Serikat menemukan bahwa 46% pekerja merasakan pekerjaan mereka penuh dengan stres, dan berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wira Sukma Perdana (2007) di CV. Horison Semarang, terdapat (46,7%) memiliki tingkat stres berat dan (53,3%) memiliki tingkat stres kerja sedang. Sebenarnya stres tidak dapat menyebabkan secara langsung, stres hanya mendorong timbulnya penyakit karena menurunnya kekebalan tubuh. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian stres kerja

Program Studi S3 BK 139

pada bagian produksi industri mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 100 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah random sampling. Besar sampel dalam penelitian ini 50 orang. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pengukuran stress menggunakan kuwesioner. Korelasi Chi-Square digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara kedua variable. Berdasarkan uji Chi-Square untuk mengetahui Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Stres Kerja Pada Bagian Produksi Industri Mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja (p<0,05) adalah masa kerja(p= 0,019), beban kerja (p=0,014) dan faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian stres kerja (p>0,05) adalah jenis kelamin (p=0,526), umur (p=0,705), pendidikan (p=0,471), upah atau penghasilan (p=0,171). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja, lingkungan kerja, beban kerja dengan kejadian stres kerja pada karyawan bagian produksi industri mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture di Wedelan Jepara. Saran yang diberikan oleh peneliti yaitu bagi perusahan hendaknya menyediakan tempat kerja yang lebih baik dengan menata ulang tempat kerja agar karyawan merasa nyaman saat di tempat kerja, mengatur beban kerja yang akan di terima tenaga kerja agar tidak melebihi kapasitas pekerja yang dapat menjadi sumber stres, sehingga produktivitas kerja akan lebih meningkat dan kejadian stres pada karyawan dapat ditekan seminimal mungkin. Bagi karyawan hendaknya setiap individu mempunyai manajemen diri secara mandiri yaitu dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres terutama stres akibat kerja. -------------------------------------------------> Stres is a physiological, psychological pressure perceived by an individual placing himself/herself in a risk, both physically and mentally. A survey of american employers in United States found that 46% of employers may experience stress, based on the reseach, derived by Wira Sukma Perdana at CV. Horison Semarang, that state (46,7%) of employers are categorized in serious stress while the other (53,3%) are rated on low stress. Many fact state that stress is not the major factor, that cause ilness but it may appear in case of the decrease of body immunity that caused by stress. The problem in this research was the factors related to the incidence of job stress in production department of meubel industry of PT. Chia Jiann Indonesia Furniture. The design of this research used a cross-sectional approach. The research population was 100 individuals. The technique used in taking respondents was random sampling. The amount of sample in this research was 50 respondents. The data collection was performed by measuring stress using a questionnaire. Chi- Square correlation was used to discover the relationship and to test the hypotheses between both variables. Based on the Chi-Square test to discover the Factors Related to the Incidence of Job Stress in Production Department of Meubel Industry of PT. Chia Jiann Indonesia Furniture, it was found that the factors related to the incidence of job stress (p<0.05) were length of service (p= 0.019), work load (p=0.014) and the factors unrelated to the incidence of job stress (p>0.05) were sex (p=0.526), age (p=0.705), education (p=0.471), wage or income (p=0.171). From the research result, it could be concluded that there was a significant relationship of length of service, work environment, and work load to the incidence of job stress in employees of production department of meubel industry of PT. Chia Jiann Indonesia Furniture in Wedelan, Jepara. The suggestions the researcher could offer were: 1) for the company to provide a comfortable and clean workplace, and rearrange the workplace so the employees would feel comfortable when their work, to reduce the work load charged to the employees from triggering job stress, so their productivity would likely to increase and the incidence of job stress in employees could be suppressed as minimum as possible; and 2) for the employees

140 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

to have an independent self-management, i.e. by avoiding the factors possibly causing stress, particularly work-related stress. Item Thesis (Under

Type: Graduates)

You might also like