You are on page 1of 31

BALE BANJAR BUN BAB I DESKRIPSI OBJEK 1.

1 Lokasi Banjar Bun terletak di Jalan Ceroring, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Jumlah KK pada banjar ini 186 KK pada tahun 2010, dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai pegawai swasta maupun PNS. Batas batas Banjar dapat ditunjukkan pada gambar.

Gambar 1, Lokasi Banjar Bun

Banjar Bun memiliki 4 orang Kelian Adat dan 1 Kelian Dinas. Kelian Adat dibagai menjadi beberapa tugas yakni, sebagai 2 orang Kelian Gede, Kelian Penyarikan, dan Bendahara.

FILSAFAT ARSITEKTUR 1

BALE BANJAR BUN

Banjar Bun

FILSAFAT ARSITEKTUR 2

BALE BANJAR BUN

Gambar 2, Tampak Depan

1.2

Pengertian nama Banjar Bale Banjar dibangun kira kira pada tahun 1950, Istilah Bun pada penggunaan kata Bun, dalam bahasa Bali berasal dari kata makebunan yang berarti kebersamaan atau saling berbagi. Namun istilah Bun juga memiliki makna lain yakni Bun yang dalam bahasa Balinya adalah tanaman merambat yang terkait antara satu dan lainnya, dimana dapat dijadikan lambang bahwa masyarakat di Banjar Bun memiliki sifat yang seperti tanaman merambat tersebut. Yakni saling terikat atau saling memiliki persatuan yang tinggi antara masyarakatnya. Filosofi tersebut digunakan sebagai nama dari banjar ini. Hal ini terbukti dari adanya gotong royong dari masyarakatnya pada jaman dahulu sangat tinggi pada saat adanya kegiatan sosial antara krama banjar. FILSAFAT ARSITEKTUR 3

BALE BANJAR BUN

1.3

Sejarah Pada masa lalu ketika pembangunan Bale banjar yang pertama kali pernah diadakan pengerukan tanah di sebelah utara bale banjar yang dulunya posisi dari tanah bale banjar berada di level yang lebih di bawah dari tempat diadakannya pengerukan. Pengerukan tersebut bertujuan mengurug bale banjar agar lebih tinggi dari sebelumnya. a. Bentuk Bale Banjar Bale banjar dulunya berbentuk seperti bale banjar umumnya pada masa lalu. Yaitu dengan mencerminkan bentuk bale wantilan namun memiliki ukuran yang lebih kecil. Umumnya material yang digunakan adalah kayu khususnya pada tiang atau sakanya. Sedangkan lambang dari bale sendiri materialnya adalah seseh atau kayu kelapa. Atap terbuat dari genteng. Serta lantai dari tanah. Bentuk bale banjar yang lama ini dibangun pada tahun 1950an. Kira kira saat mulai berdirinya banjar ini. Setelah mengalami renovasi pada tahun 1970an bentuk dari Banjar Bun lebih mirip seperti gedung serbaguna. Dimana telah menggunakan gaya gaya dari arsitektur modern. Terlihat dari penambahan lantai dimana dulunya hanya 1 lantai dan sekarang menjadi 2 lantai. Penggunaan tembok dari bata dibeberapa bagian. Tiang tiangnya dibuat dari beton. Serta menggunakan rolling door sehingga bentuk bangunan menjadi semi terbuka berbeda dengan Bale banjar dahulu yang terbuka. Selain itu bentuk seperti gedung serbaguna terlihat juga dari fasilitas pendukung fungsi samping berupa TK, dan lapangan Bulutangkis. Misalnya lampu penerangan untuk lapangan bulu tangkis, tiang tiang besi untuk net, garis lapangan, partisi pembatas untuk TK, peralatan untuk fasilitas TK dan kantor TK.

FILSAFAT ARSITEKTUR 4

BALE BANJAR BUN Sedangkan pada lantai 2 terdapat ruangan berupa ruang untuk STT, dan terdapat pula ruangan untuk menyimpan alat alat yang digunakan oleh STT pada saat kegiatan tertentu. 1.4 Struktur Organisasi Banjar SUSUNAN KEPENGURUSAN BANJAR BUN
Kelian gede

Wakil kelian gede

penyarikan

bendahara

ANGGOTA

STRUKTUR PKK BANJAR BUN


KETUA

WAKIL KETUA I

SEKRETARIS

BENDAHARA

WAKIL SEKRETARIS

WAKIL BENDAHARA

ANGGOTA

FILSAFAT ARSITEKTUR 5

BALE BANJAR BUN

SUSUNAN KEPENGURUSAN YOWANA BIJJA CITTA


KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

BENDAHARA

WAKIL SEKRETARIS

WAKIL BENDAHARA

ANGGOTA

SUSUNAN KEPENGURUSAN SEKAA GONG


KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

PENGAJAR

BENDAHARA

ANGGOTA Kepengurusan organisasi banjar pada Banjar Bun

merupakan kepengurusan yang terbentuk sedikit demi sedikit karena keberadaan sekehe sekehe yang dinaungi oleh banjar tersebut tidak langsung terbentuk pada saat banjar terbentuk. Namun, sekehe yang ada terebntuk pada kurun waktu tertentu. FILSAFAT ARSITEKTUR 6

BALE BANJAR BUN

1.5

Hubungan dengan Desa Dinas dan Banjar Lain Pada umumnya tidak ada hubungan yang mengkhusus antara Banjar Bun dengan banjar lain yang ada di sekitar Banjar Bun. Namun hubungan kekerabatan antar banjar yang paling dekat yang disebutkan dalah adanya Pura paibon yang ada di Depan banjar dimana penyungsung dari Pura tersebut sebagian besar berasal dari krama banjar Kayumas kaja. Kayumas kaja

Bun

1.6

Aspek Arsitektural Bale Banjar a. Dapur Pada dapur peralatan yang terdapat berupa peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan meebat seperti, sumur, lesung, cangkem paon, jambang (panci besar FILSAFAT ARSITEKTUR 7

BALE BANJAR BUN bahan dari tembaga), penggorengan, serta peralatan lain yang digunakan pada saat Meebat.

Gambar 3, Gambar Lesung

Pada saat ini fungsi dapur tersebut dihapus dan digantikan oleh fungsi gudang. Sumur pada dapur tersebut ditutup dan digantikan oleh keberadaan air PDAM. Peralihan fungsi tersebut dikarenakan jarangnya banjar tersebut melakukan kegiatan meebat seperti pada masa lalu. Peralihan fungsi ini mulai terjadi pada tahun 1965an.

FILSAFAT ARSITEKTUR 8

BALE BANJAR BUN

Gambar 4, Bekas Sumur yang tidak difungsikan

b. Bale Gede Fungsi bale gede pada awalnya digunakan sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi. Namun seiring dengan adanya renovasi dari banjar Bun maka, bentuk Bale Gede ini diganti oleh ruangan yang fungsinya beralih menjadi kantor Taman Kanak Kanak. c. Merajan Keberadaan merajan pada banjar Bun, merupakan tempat dari berstananya Ratu Penyarikan. Merajan sendiri telah mengalami renovasi dari awalnya menggunakan material berupa bata gosok digantikan dengan batu lahar hitam. Renovasi ini berlangsung kira kira pada tahun 2002.

FILSAFAT ARSITEKTUR 9

BALE BANJAR BUN

Gambar 5, Gambar Merajan Banjar

d. Bale Kulkul Bale kulkul pada banjar Bun dulunya terletak di bawah tepat di depan posisi Bale banjar Bun. Dengan material berupa kayu untuk saka dan lambangnya. Penutup atap dipergunakan alang alang. Pada masa sekarang bale Kulkul tersebut dipindahkan ke lantai 2 dengan alasan efisiensi tempat dengan material yang sama, namun perbedaannya terletak pada material penutup atap berupa genteng. Serta penambahan ornamen ornamen ukiran modern. Pada bale Kulkul terdapat 3 buah kulkul dan 1 nengneng. Kulkul yang paling besar berfungsi untuk kegiatan banjar seperti sangkep, kegiatan adat. Selain itu digunakan juga sebagai kulkul bulus sebagai penanda bahaya (kebakaran ataupun bencana alam lainnya). Namun cara memukulnya berbeda sehingga menghasilkan suara yang berbeda misalnya dipukul dengan satu panggul dan dua panggul terkadang tempo pukulan yang berbeda, letak pemukulan pada kulkul (tergantung kebutuhan). Maka dari itu masyarakat dapat membedakannya.

FILSAFAT ARSITEKTUR 10

BALE BANJAR BUN Kulkul yang lebih kecil (menegah) berfungsi sebagai kulkul untuk kematian. Kulkul yang paling kecil diperuntukkan kepada sekehe angklung agar turun ke banjar. Nengneng dipergunakan untuk pemberitahu adanya rapat kepada muda mudi (STT).

Gambar 6, Bale Kulkul

e. Bale Banjar Perubahan yang mendasar yang terdapat pada bale banjar yaitu dengan adanya perubahan pada ukuran banjar yakni dengan berubahnya tiang tiang kayu menjadi tiang beton karena dibutuhkan ruang yang lebih besar. Selain itu perubahan dengan adanya panggung/ stage yang dulunya tidak ada dalam struktur banjar tersebut. Kini panggung tersebut digunakan sebagai kelas pada Taman Kanak Kanak. Perubahan akibat kabutuhan ruang juga tampak pada kenaikan lantai menjadi lantai 2.

FILSAFAT ARSITEKTUR 11

BALE BANJAR BUN

Gambar 7, Zoning Area pada masa lalu

f. Orientasi Orientasi banjar ini didasarkan pada catus patha. Dimana konsep catus patha atau pempatan ini sudah tidak begitu kelihatan pada saat ini. Dikarenakan jalan utama pada empat pada jalan ini, dua jalan yang menuju timur dan ke barat menyempit yakni menjadi gang. U

T S Keterangan:

FILSAFAT ARSITEKTUR 12

BALE BANJAR BUN A: Rumah penduduk B: Rumah Penduduk C: Bale Banjar D: Rumah Penduduk

1.7

Fungsi Bale Banjar Pada Bale Banjar Bun, fungsi utama tidak mengalami perubahan terjadi yang mendasar yang yakni tetap sebagai terhadap saat tempat Namun fungsi dahulu mengadakan pesamuan atau rapat krama banjar. perubahan fungsi cukup signifikan lain

sampingannya yang merubah tatanan ruang dari Banjar ini. Perubahan tersebut antara pada digunakan untuk meebat yakni masak bersama di bale banjar. Namun kini tradisi tersebut telah hilang. Fungsi lain yang muncul pada saat ini adalah adanya fasilitas berupa lapangan Bulu tangkis dan fasilitas berupa TK di dalam Bale Banjar. a. Fungsi Rapat Fungsi rapat atau sangkep dilaksanakan 6 bulan sekali yakni pada hari minggu sebelum hari raya Galungan. Pada masa lalu sangkep atau rapat banjar ini dilaksanakan bersamaan dengan hari raya Galungan. Namun dengan berkembangnya jumlah krama banjar serta banyaknya kegiatan saat hari tersebut maka dengan kebijaksanaan kelian banjar dipindahkan pada hari minggu sebelum hari raya Galungan. o Skema Rapat Posisi duduk pada saat rapat tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Dimana pada masa lalu masyarakat duduk di atas taban (tempat duduk

berukuran besar menyerupai bale bale). Dengan jarak yang berdekatan dan jumlah warga pada masa itu sedikit sekitar 50 KK sehingga pada saat rapat tidak diperlukan adanya pengeras suara. Dimana prajuru

FILSAFAT ARSITEKTUR 13

BALE BANJAR BUN banjar menghadap ke timur dan anggota/ krama banjar menghadap ke barat. Pada saat ini posisi duduk pada saat rapat hampir sama. Hanya yang membedakan adalah semua krama banjar termasuk prajuru duduk dibawah. Dimana prajuru menghadap ke timur dan krama banjar menghadap ke barat. Dengan di batasi oleh meja yang terdapat di depan prajuru. Penambahan jumlah warga banjar berakibat pada hilangnya tradisi rapat duduk di atas taban. Dan mulai menggunakan pengeras suara karena lebih banyak jumlah masyarakat yang mengikuti sangkep. o Pakaian pada saat Sangkep Pakaian ringan. b. Fungsi Maebat Pada masa lalu masyarakat masih menggunakan Bale Banjar sebagai tempat untuk Maebat. Namun karena perkembangan jaman dan kesibukan masyarakat cenderung untuk membeli masakan yang sudah jadi sehingga fungsi bale Banjar sebagai tempat maebat mulai ditinggalkan. Fungsi ini kira kira telah ditinggalkan sejak tahun 1965an. Dimana fungsi dapur sudah dihilangkan, sumur ditutup, dan lesung sudah tidak digunakan lagi. c.Fungsi TK Taman Kanak kanak terletak di dalam Bale Banjar, khususnya terletak pada daerah panggung atau stage dari Bale Banjar. Fungsi TK ini diwadahi oleh fasilitas berupa ruang yang disekat dengan partisi dengan material triplek. Dimana triplek ini dapat dipindah pindah. Dengan tujuan agar lebih mudah FILSAFAT ARSITEKTUR 14 pada saat sangkep tidak mengalami perubahan. Yakni tetap menggunakan pakaian adat

BALE BANJAR BUN digunakan sebagai ruang terbuka jika terdapat acara

kesenian dan kepemudaan. Adapun fungsi TK beraktivitas sekitar jam 08.00 hingga jam 10.00.

Gambar 8, Ruangan TK

d. Fungsi Olah raga Arena bulu tangkis pada banjar ini dipakai pada saat sore hari sehingga tidak mengganggu kegiatan TK pada pagi harinya. Namun jika ada acara atau ada sangkep dari banjar maka secara otomatis kegiatan olah raga tersebut dihentikan. Tentunya dengan koordinasi terlebih dahulu antara prajuru banjar dengan pengurus lapangan bulu tangkis.

FILSAFAT ARSITEKTUR 15

BALE BANJAR BUN

Gambar 9, Kegiatan Olah Raga Bulu Tangkis

Table Aktivitas Jenis Waktu aktivitas Setiap Sangkep seminggu sebelum galungan Sekaa gong

Civitas

Peralatan

Kapasitas

Masyarakat adat Angoota

Sound system

180 Org

Tidak tentu

skaa gong, pengajar Anggota

Gong Angklung Meja Buku kidung Alat-alat belajar (meja, kursi, dll) Alat-alat olahraga

26 Org

Sekaa santi

Tidak Tentu

sekaa santi, pengajar

15 Org

08.30Belajar TK 10.00

TK besar, TK kecil,

86 Org

Bermain Bulu

Sore hari

Masyarakat sekitar

10 orang

FILSAFAT ARSITEKTUR 16

BALE BANJAR BUN tangkis Odalan Pembuatan ogoh-ogoh Pembuatan layangan Posyandu Pemilu Tumpek Wariga Setahun sekali Setahun Sekali Tdk tentu 5 Tahun sekali Masyarakat adat Truna-truni desa adat Truna-truni desa adat Masyarakat Masyarakat adat Alat-alat upacara adat Tdk tentu Tdk tentu Tdk tentu Tdk tentu 300 Org

e. Perubahan Ruang yang terjadi o Kegiatan pada masa lalu Kegiatan kegiatan yang terjadi pada masa lalu saat awal terbentuknya banjar ini pada umumnya merupakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian serta pengembangan seni dan budaya. Misalnya kegiatan sangkep, kegiatan odalan, adanya kegiatan ritual Sang Hyang Jaran, ritual med medan. Selain itu kegiatan Meebat serta kegiatan Tajen juga merupakan bagian dari kegiatan pada masa lalu. Selain itu kegiatan melayangan telah menjadi tradisi yang mengakar kuat pada banjar ini. o Kegiatan pada masa Sekarang Pada masa kini kegiatan jaman pada banjar akibat tuntutan sudah dari akan mengalami perekembangan perkembangan serta

kebutuhan masyarakat. Sehingga banjar dijadikan sebagai sentral dari kegiatan yang bersumber dari kegiatan kedinasan yang bersifat kependudukan maupun kegiatan yang bersifat adat misalnya agama

FILSAFAT ARSITEKTUR 17

BALE BANJAR BUN dan seni budaya. Sehingga rincian kegaiatn yang terjadi pada msa sekarang adalah: Masih dipertahankan kegiatan sangkep Adanya kegiatan odalan berupa puja wali di merajan banjar serta adanya kegiatan Sang Hyang Jaran. Pusat dari kegiatan seni dan budaya seperti kegiatan latihan megambel, latihan sekaa santhi, serta kegiatan bazzar dari sekehe truna truni. Kegiatan ogoh ogoh serta kegiatan melayangan. Bale banjar juga dijadikan sebagai sentra dari kegiatan yang bersumber dari kegiatan kedinasan misalnya pemilu, posyandu, serta kegiatan yang berasal dari pemerintah. Bale banjar juga dijadikan sebagai tempat kegiatan olah raga yakni kegiatan olah raga bulutangkis. Sebagai pengembangan kegiatan anak anak pada usia dini, dengan adanya TK serta Adanya kegiatan adat seperti kegiatan metektekan pada saat kematian. o Kegiatan baru yang terjadi pada masa kini Adanya kegiatan TK Adanya kegiatan Pemilu, Posyandu serta kegiatan yang bersifat kedinasan lainnya. Adanya kegiatan olahraga berupa olahraga badminton. o Kegiatan yang Hilang pada Bale Banjar

FILSAFAT ARSITEKTUR 18

BALE BANJAR BUN Kegiatan yang hilang pada bale banjar,

kegiatan medmedan yakni kegiatan tarik tambang yang digelar menjelang nyepi. Kegiatan meebat karena pada sudah banjar tidak yang sesuai dihapuskan

dengan tuntutan jaman. Kegiatan sosial seperti tajen. Serta kegiatan yang berhubungan

dengan kegiatan pertanian seperti ngayahan tanah sawah banjar. o Kegiatan yang Prosesi serta kegiatannya berubah Kegiatan meebat/ ngelawar digantikan yang telah dengan dulunya mengalami perubahan sangkep

membeli lawar. Kegiatan dilakukan secara rutin 3 bulan kini dilakukan setiap 6 bulan sekali, yakni pada saat minggu sebelum galungan. f. Kegiatan Budaya Pada tahun 1960an terdapat budaya med medan dimana kegiatan ini lebih mirip seperti tarik tambang, bukan seperti kegatan med medan yang ada di daerah sesetan. Namun dengan mulai diaspalnya jalan yang berada di depan banjar maka kegiatan ini berangsur angsur berkurang dan hilang pada saat ini. Pada tahun 1950an di banjar Bun masih mengenal budaya dedosan pada saat adanya kegiatan banjar. Budaya dedosan tersebut berupa pembayaran denda kepada masyarakat banjar yang tidak mengikuti kegiatan banjar. Dulu alasan masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan banjar

FILSAFAT ARSITEKTUR 19

BALE BANJAR BUN adalah karena adanya kegiatan berupa bertani. Namun seiring perkembangan jaman dan kesibukan budaya dedosan sudah dihapuskan hanya ada pembayaran iuran Rp. 10.000 kepada banjar setiap sangkep. Dikenal juga budaya numbas ayah, yakni budaya pembayaran sejumlah Rp. 250.000 kepada banjar. Numbas ayah ini hanya diperbolehkan dilakukan oleh krama banjar yang sedang menjalankan tugas negara yang dilakukan di luar daerah.

FILSAFAT ARSITEKTUR 20

BALE BANJAR BUN

Gambar 10, Site Plan Banjar Bun Masa Kini

Penancapan penjor pada masa lalu dilakukan tepat di depan banjar. Namun kini penjor tersebut ditancapkan pada posisi tepat di depan merajan karena ditempat tersebut masih terdapat tanah yang bisa di gali sebagai lubang penancapan penjor. Pemindahan posisi penancapan di karenankan di depan banja telah dialkukan pemavingan beton. Sehingga paving tersebut sayang untuk dibongkar untuk penancapan penjor. g. Peralatan Modern Peralatan modern yang terdapat pada masa sekarang antara lain : a. Telepon Umum

FILSAFAT ARSITEKTUR 21

BALE BANJAR BUN Telepon umum ini terdapat pada depan banjar sebagai akses komunikasi bagi warga banjar sebelum mulai memasyarakatnya ponsel/ hp.

Gambar 11, Peralatan modern sekitar banjar

b. Rolling Door Rolling door pada banjar ini berfungsi sebagai pembatas sekaligus penutup akses masuk ke dalam ruangan banjar. Pada pagi hari rolling door ini di buka saat mulai kegiatan TK, kemudian ditutup kembali pada saat digunakan sebagai lapangan bulu tangkis. Rolling door juga dibuka saat diadakan sangkep banjar.

FILSAFAT ARSITEKTUR 22

BALE BANJAR BUN

Gambar 12, Rolling door penutup bale banjar

c. Pagar Besi Pagar besi terdapat pada lantai dua sebagai railing dari lantai dua. h. Ritual Ritual pada Banjar Bun berupa kegiatan odalan yang jatuh tepat pada rahinan tumpek bubuh/ tumpek wariga. Pada kegiatan ini diadakan persembahan kepada yang melinggih pada merajan di banjar. Persembahan berupa banten yang di buat oleh masyarakat banjar Bun secara gotong royong. Ritual ini juga terdapat kegiatan persembahyangan bersama yang dilaksanakan oleh krama banjar.

FILSAFAT ARSITEKTUR 23

BALE BANJAR BUN

Gambar 13, Ritual sang hyang Jaran

Ritual lain adalah berupa ritual Sang Hyang Jaran. Ritual Sang Hyang Jaran ini sama seperti ritual Sang Hyang Jaran yang dilakukan masyarakat di Bali lainnya. Penari dari Sang Hyang Jaran ini sebagian besar berasal dari penari yang berdomisili di Banjar Bun sendiri. Ritual Sang Hyang Jaran berupa tarian dimana penarinya tidak sadarkan diri dengan menginjak injak bara yang berisi api panas.

FILSAFAT ARSITEKTUR 24

BALE BANJAR BUN

NARASUMBER: 1. I Nyoman Puguh (77 tahun)

2. I Made Redi (66 tahun)

FILSAFAT ARSITEKTUR 25

BALE BANJAR BUN

3. I Wayan Sadya (78 tahun)

BAB II 2.1 Keseimbangan Kosmologi (Tri Hita Karana) Pada pengertiannya Tri Hita Karana memiliki makna Tri berarti tiga, Hita berati kemakmuran, baik, gembira, senang, dan lestari, sedangkan Karana berarti sebab, sumber(penyebab). Parahyangan Pada pengertiannya Parahyangan berarti hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengaplikasiannya pada bale banjar yaitu di setiap kawasan bale banjar pasti terdapat merajan bale banjar. Dimana pada stiap merajan bale banjar biasanya terdapat pelinggih Bhagawan Penyarikan. Kalu dilihat dari aspek kegiatan yang terjadi di bale banjar. Dimana pada bale banjar terdapat kegiatan berupa piodalan pada kawasan bale banjar. Pada kawasan bale banjar bun terdapat ritual tarian Sang Hyang Jaran yang dimana tarian tersebut di tarikan di depan bale banjar dan biasanya penarinya dari masyarakat sekitar. Dimana ritual tersebut masih bertahan sampai sekarang. FILSAFAT ARSITEKTUR 26

BALE BANJAR BUN

Pawongan Pada pengertiannya pawongan merupakan hubungan harmonis antara manusia dengan manusia. Dalam pengaplikasiannya pada kawasan bale banjar yaitu terlihat pada bangunan bale banjarnya. pada bangunan bale banja, masyarakat melakukan aktifitas pesamuan (rapat) dimana masyarakat saling berdiskusi tentang kegiatan kegiatan banjar ataupun masalah masalah yang terjadi di banjar. Baik pada kalangan warga banjar yang utama(kepala keluarga) ataupun muda mudi(STT). Pada masa lalu di bale banjar bun gterdapat kegiatan mebat. Diman warga bergotong royong saling bantu membantu melaksakan kegiatan memasak di bale banjar baik dalam rangka kegiatan banjar ataupun kegiatan pribadi masyarakat. Namun budaya mebat ini telah memudar karena masyarakat cenderung membeli masakan untuk kegiatan kegiatan tersebut. Yang masih bertahan adalah kegiatan bergotong royong mejejaitan oleh ibu ibu yang masih dilaksakan di bale banjar. Pada masa sekarang terdapat kegiatan Taman kanak kanak dan olah raga bulu tangkis yang menunjukan juga konsep Pawongan pada bangunan bale banjar. Kemudian pada kawasan bale banjar jga digunakan sebagai tempat hanya untuk sekedar bercengkrama atar warga pada sore hari. Pelemahan Pada pengertiannya Palemahan diartikan sebagai hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar. Pada pengaplikasiannya pada bangunan di kawasan bale banjar terliahat pada bangunan Bale kul kul. Dimana bale kul kul berfungsi sebagai pemberi isyarat bagi masya rakat sekitar apabila ada kegiatan bale banjar, kematian dan apabila terjadi bencana alam. Selain itu pada bale banjar bun terdapat got yang dibuat pada tahun 1970an saat jalan diaspal. Jelinjingan ataupun got ini di buat demi keasrian lingkungan yang berhubungan dengan aliran air kotor agar tidak mengganggu kelangsungan hidu masyarakat berupa kebersihan lingkungan dari limbah. Walaupun pada bale banjar ini tidak terdapat vegetasi besar yang mencolok namun terdapat sedikit taman kecil di depan merajan banjar yang memperlihatkan usaha masyarakat untuk tetap menjaga keasrian tampilan bale banjar. 2.2 Desa Kala Patra Pada pengertiannya desa kala patra berarti perbedaan dresta pada masing masing desa adat yang melahirkan pola pola ritual dan adat istiadat yang berbeda. Dimana Desa berarti tempat, kala berarti waktu dan patra berarti keadaan. Pada bale banjar bun terdapat ritual Sang Hyang Jaran yang dimana dilakukan di depan bale banjar. Dimana ritual ini FILSAFAT ARSITEKTUR 27

BALE BANJAR BUN menyesuakan dengan adat istiadat dari masyarakat banjar bun yang berbeda dengan masyarakat lain di sekitar banjar bun dan telah menjadi ritual turun - temurun. Kalau dilihat dari aspek budaya, pada panjar Bun terdapat tradisi med medan yang juga sama menyesuakan dengan masyarakat banjar bun walaupun tradisi ini telah mengghilang. Selain itu terdapat juga tradisi numbas ayah dimana tradisi ini disesuakan dengan keadaan masyarat banjar Bun yang dimana terdapat masyarakat banjar Bun yang bekerja di luar daerah yang tidak sempat mengikuti kegiatan kegiatan banjar. 2.3 Panca Maha Bhuta 2.4 Tri Angga Pada pengertiannya Tri Angga memiliki arti, Tri berarti tiga dan Angga berarti badan. Dimana menekankan pada tiga aspek fisik yaitu Utama Angga(kepala), Madya Angga(badan) dan Nista Angga(kaki). Utama Angga Pada bangunan bale banjar, teraplikasikan pada atap bangunan sebagai perlambangan dari kepala pada bangunan. Terletak diatas bangunan dimana atap bersifat utama. Atap juga memberikan fungsi sebagai perlindunagan aktifitas yang terjadi di bawahnya. Madya Angga Teraplikasikan pada tembok bangunan bale banjar. Dimana tembok dilambangkan sebagai badan dari bangunan yang berfungsi menopang atap bangunan. Selain itu memberikan kesan layaknya badan dimana memberikan kesan pada tampak bangunan. Selain itu tembok juga berfungsi sebagai pemberi wadah pada aktifitas yang terjadi di dalamnya. Sifat ruang yang di timbulkan adalah semi prifat. Dimana kegiatan yang terjadi di dalamnya tidak boleh sembarangan orang yang memasukinya tergantung pada waktu dan kegiatan yang terjadi pada ruangan tersebut. Nista Angga Nista Angga teraplikasikan pada lantai bangunan bale banjar. Dimana tambok dilambangkan sebagai kaki bangnan. Yang dimana segala kegiatan yang ada terjadi dan bergerak diatasnya dan menyesuakan dengan fungsi yang ada. Misalnya pada fungsi olah raga bulu tangkis, lantai bale banjar di beri garis yang sesuai dengan fungsi. Selain itu karena sudah mulai hilangnya penggunaan taban pada bale banjar, maka di gunakanlah semen agar padasaat rapat atau samua, msyarakat nyaman dalam menjalaninya. 2.5 Ulu Teben dan Sangamandala

FILSAFAT ARSITEKTUR 28

BALE BANJAR BUN Konsep Sanga Mandala merupakan pembagian wilayah bale banjar menjadi 9 daerah, yang merupakan pengembangan dari konsep Tri Mandala yaitu Utama, Madya, Dan Nista. Konsep Hulu-Teben pada Sanga Mandala ini kemudian mempunyai beberapa orientasi-orientasi, antara lain : - Orientasi dengan konsep sumbu ritual Kangin-Kauh Kangin (matahari terbit)-luan, nilai utama Kauh (matahari terbenam)-teba, nilai nista - Orientasi dengan konsep sumbu bumi/natural Kaja-Kelod Kaja (ke arah gunung)-luan, nilai utama Kelod (ke arah laut)-teba, nilai nista 2.6 Sakral,Sekuler, dan Profan 2.7 Rwa Bhineda (Sekala dan Niskala) Rwa Bhineda merupakan konsep dua hal yang saling bertolak belakang namun saling keterkaitan satu sama lainnya dalam mencapai keseimbangan. Pada pembahasan ini kosep Rwa Bhineda di khususkan pada Sekala dan Niskala. Pada pengertiannnya Sekala merupakan hal yang bersifat nyata, dapat digambarkan, dapat dilihat dan bersifat fisik. Sedangkan Niskala lebih cendrung bersifat imaginer/ tidak nyata, dan lebih di lambangkan pada hal magis. Areal Sekala Dalam areal bale banjar areal Sekala terlihat pada bangunan Bale banjarnya. Dimana secara fisik bangunan bale banjar dapat dilihat, bgitu juga aktivitas yang di wadahinya dimana interaksi antara warga banjar terlihat pula secara nyata. Areal Niakala Areal Sekala tedapat pada merajan bale banjar, dimana kegiatan yang diwadahinya merupakan aktifitas interaksi atau hubungan manusia dalam menjalani kegiatan agama (mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa) dimana kegiatan yang terjadi tidak dapat digambarkan secara fisik dan cenderung bersifat magis. 2.8 Bapa Akasa Ibu Pertiwi Konsep Akasa-Pertiwi, Atas-Bawah Alam Atas-Akasa, Purusa(pemilik/pemberi), dalam bentuk fisik berupa tanah/bumi. Alam Bawah-Pertiwi, Pradana(pembawa/penerima), dalam bentuk fisik berupa angin/langit. Konsep Akasa-Pertiwi ini diterapkan dalam pola ruang kosong (open space) dalam perumahan atau lingkungan di Bali dikenal dengan natah. Konsep ini hanya terlihat pada tata peletakan bangunan pada areal bale banjar Bun pada masa lalu dimana pada saat itu masih FILSAFAT ARSITEKTUR 29

BALE BANJAR BUN terdapat natah. Sedangkan pada arel bale banjar Bun masa sekarang sudah tidalk lagi terlihat adanya natah. 2.9 Menyama Braya Hubungan menyama beraya pada bale banjar Bun tidak terlihat. Karena kalau dilihat dari latar belakang ter bentuknya banjar Bun yang penduduknya adalah kumpulan dara berbagai banjar di seputaran denpasar, bale banjar Bun tidak memiliki hubungan Menyama Braya dengan banjar lain. 2.10 Catur Asrama Dalam ajaran agama hindu mengenal adanya empat macam sistem kehidupan yang disebut dengan Catur Asrama. Catur asrama yaitu empat macam tingkatan hidup dalam hubungannya mencapai tujuan agama. Catur asrama dapat dibagi menjadi 4, yaitu : 1. Brahmacari Brahmacari adalah suatu tingkatan berguru untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pengetahuan bersumber dari Weda. Yang menjadi pokok dalam tingkat Brahmacari adalah menuntut ilmu pengetahuan dan mendidik diri untuk mencapai kesempurnaan rohani. Seperti slogan yang disebutkan pada kitab Dharmasastra yaitu Takitakining sewaka guna widya yang artinya seorang siswa wajib menuntut ilmu pengetahuan semasa muda. 2. Grehastha Merupakan tingkatan hidup pada masa berumah tangga. Grehasta berasal dari kata greha dan sta. Greha artinya rumah tangga, sta artunya membina. Jadi grehasta artinya masa membina rumah tangga yang pada tingkat hidup Grehasta inu tujuan hidup yang diprioritaskan yaitu untuk mendapatkan artha dan memenuhi kama. Kewajibankewajiban yang harus dilakukan untuk seorang grehastin adalah bekerja mencari harta, menjadi pemimpin rumah tangga. Dan menjadi anggota masyarakat yang baik. 3. Wanaprasta Dari arti katanya, wanaprasta berarti mengasingkan diri ke dalam hutan dengan mendirikan suatu pertapaan. Kalau dibandingkan dengan masa sekarang, masa wanaprasta dapat disamakan dengan masa pensiun. Ia akan mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan masyarakat dan tinggal di tempat yang tenang. Secara umum, wanaprasta merupakan tingkat hidup manusia pada masa persiapan untuk melepas diri dari ikatan keduniawian. 4. Bhiksuka/sanyasin

FILSAFAT ARSITEKTUR 30

BALE BANJAR BUN Merupakan masa hidup melepaskan diri dari ikatan kduniawian dengan mengabdi hanya kepada Sang Hyang Widhi untuk mencapai kesempurnaan hidup.

FILSAFAT ARSITEKTUR 31

You might also like