You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIKA HEWAN ARTHOPODA

Disusun Oleh:

Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Dalam sistem klasifikasi makhluk hidup terdapat kingdom animalia (hewan). Kingdom animalia dapat dibagi menjadi beberapa filum, diantaranya yaitu filum Arthopoda. Yang termasuk kedalam filum ini yaitu Crustacea, Arachnida, Myrapoda (Chilopoda dan Diplopoda), dan Insecta. Kita sebagai makhluk ciptaan-Nya patut bersyukur dengan apa yang telah di ciptakan-Nya. Di bumi ini, keanekaragaman hewan sangat beragam jenisnya. Oleh karena itu, kita perlu mengklasifikasikannya untuk mempermudah dalam mempelajarinya. Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mengenal objek yang beranekaragam dengan cara melihat/mencari persamaan dan perbedaan ciri dan sifat pada objek tersebut. Keuntungan yang diperoleh dengan mengklasifikasikan makhluk hidup adalah mempermudah dalam mencari keterangan tentang makhluk hidup yang dipelajari serta mempermudah dalam penamaan nama ilmiah. Arthopoda bersal dari bahas Yunani, yaitu artho yang berarti ruas (buku-buku) dan podos yang berarti kaki. Jadi, Arthopoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas (berbuku-buku). Organisme yang tergolong filum arthopoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong arthopoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampau kedalaman 10.000 m. (Karmana, 2007). Hewan arthopoda memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral, triplobalstik selomata, dan tubuhnya bersegman. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksoskleton). Ketebalan kutikula sangat bervarian, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu arthopoda mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami perngelupasan. (Karmana, 2007).

1.2.

Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami keragaman arthopoda dan perbedaan prinsip antara serangga dan arthopoda lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Athopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthos yang artinya beruas, dan podos yang artinya kaki. Oleh karena itu, ciri-ciri utama hewan yang termasuk kedalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas (buku-buku). Jumlah spesies anggota filum ini adalah yang terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya, yaitu lebih dari 800.000 spesies. Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba, kalajengking, kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal hanya berdasarkan fosil. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di darat. (Yusminah, 2007). Ciri-ciri umum dari arthopoda antara lain mempunyai anggota tubuh yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali, coelom pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan satu rongga berisi darah dan disebut homocoel. Klasifikasi arthopoda terdiri dari kelas Crustaceae, contoh udang, kelas Onychopora, contoh preparatus, kelas Chilopoda, contoh kelabang, kelas diplopoda, contoh kelemayar, kelas insecta, contoh belalang, kelas arachinoidae, contoh laba-laba, kelas pauropoda, contoh pauropus dan kelas symphyla, contoh scutigerella. (Muzzarelli, 1985 dan Austin, 1988). Ukuran tubuh Arthopoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm, namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk Arthopoda pun beragam. Hewan arthopoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, tripoblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksoskeleton). Ketebalan kutikula sangat bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan. Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang susunannya sangat kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang cepat. (Djuhanda, 1980). Tubuh arthopoda terdiri dari caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut) yang bersegmensegmen. Pada laba-laba dna udang, kepala dan dadanya bersatu membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara kepala, toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen tubuh ada yang dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak. Hewan arthopoda memiliki organ sensoris yang sudah berkembang, seperti mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Tingkat perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya. ( Radiopoetro, 1996).

Sistem peredaran darah terdiri atas jantung dibagian dorsal. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem peredaran darah terbuka yang tidak memiliki kapiler darah. Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Hewan arthopoda yang hidup di air ada yang bernafas dengan menggunakan insang, sistem trakea, paru-paru buku, atau pada beberapa spesies melalui permukaan tubuh. Sistem ekskresi menggunakan saluran malphigi. Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena terdiri atas dua ganglion dorsal yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf tepi dihubungkan oleh saraf melintang sehingga merupakan tangga tali. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, usus, dan anus. Mulut juga berfungsi untuk menjilat seperti pada lalat, menusuk dan menghisap seperti pada nyamuk, serta menggigit seperti pada semut. Anggota filum arthopoda dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan betina. Fertilisasi arthopoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung kuning telur yang tertutup oleh cangkang. Hewan arthopoda ada yang mengalami metamorfosis sempurna, metamorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis. (Alan, 1994). Sistem reproduksi arthopoda umumnya terjadi secara seksual. Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang dihasilkan bersifat steril. Organ reproduksi jantan dan betina pada arthopoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pad individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua). Hasil fertilisasi berupa telur. Cara hidup arthopoda sangat beragam, ada yang hiduo bebas, parasit, komensal, atau simbiotik. Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah. (Levine, 1990). Habitat penyebarab arthopoda sangat luas. Ada yang di laut, perairan tawar, gurun pasir, dan padang rumput. Beberapa anggota filum arthopoda antara lain adalah : 1. Kelas Hexapoda / serangga (Insekta) Anggota beberapa ordo dari kelas Insekta dikenal sebagai hama tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk. Secara umum morfologi anggota kelas Insekta ini adalah : Tubuh terdiri dari ruas-ruas (segmen) dan terbagi kedalam tiga daerah, yaitu caput, thoraks, dan abdomen. Kaki berjumlah 3 pasang pada thoraks. Antene satu pasang.

Berdasarkan sayap, Insecta dibedakan menjadi dua sub-kelas : Apterigota (tidak bersayap), tubuh apterigota berukuran kecil sekitar 0.5 cm dan memiliki antena panjang. Umumnya berkembang secara ametabola. Contoh hewan kelas ini adalah kutu buku.

Pterigota (bersayap), merupakan kelompok Insecta yang sayapnya berasal dari tonjolam luar dinding tubuh yang disebut Eksopterigota.

Eksopterigota dibedakan menjadi beberapa ordo berdasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya : Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit. Misalnya kecoa, jangkrik, dan gansir. Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang. Contohnya walang sangit (Leptocorisa acuta), dan kutu busuk (Cymex rotundus). Homoptera memiliki dua pasang sayap yang sama panjang. Contohnya wereng coklat (Nilaprvata lugens), kutu daun (Aphis), dan kutu kepala (Pediculus humanus). Odonata memiliki dua pasang sayap seperti jala. Contohnya adalah capung (Pantala).

Endoptrogota dibedakan menjadi : Coleptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal, misalnya kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoptera diminica). Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, dengan sayap depan lebih besar daripada sayap belakang. Misalnya semut rangrang (Oecophylla saragillina), semut hitam (Monomorium sp), lebah madu (Apis indica), dan tawon (Xylocopa latipes). Diptera hanya memiliki satu pasang sayap. Misalnya nyamuk (Culex sp), nyamuk malaria (Anopheles sp), nyamuk demam beradarah (Aedes aegypti), lalat rumah (Musca domestica), lalat buah (Drosophila melanogaster), dan lalat tse-tse (Glossina palpalis). Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe mulut penghisap, misalnya kupu-kupu sutera (Bombyx mori), dan kupu-kupu elang (Acherontia atropos). Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya memiliki satu pasang atau bahkan tidak punya sayap sama sekali. (Levine, 1990).

a. Sistem pencernaan pada Insecta Insecta memiliki sistem pencernaan yang lengkap dan organ yang jelas untuk perombakan makanan dan penyerapan zat-zat makanan. b. Sistem pernafasan pada Insecta Insecta bernafas dengan sistem trakea yang berupa tabung bercabang yang dilapisi dengan kitin. Oksigen masuk secara langsung dari trakea ke sel-sel tubuh. Sistem trakea membuka bagian luar tubuh melalui spirakel, yaitu pori-pori yang dapat membuka dan menutup untuk mengatur aliran udara dan membatasi hilangnya air. (Soulsby, 1982).

c. Sistem sirkulasi pada insecta Sistem sirkulasi insecta berupa sistem sirkulasi terbuka dengan organ sebuah jantung pembuluh yang berfungsi memompa hemolimfa melalui sinus homosol (rongga tubuh). d. Sestem pengeluaran (ekskresi) pada insecta Sistem pengeluaran insecta berupa tubulus malphigi yang melekat pada bagian posterior saluran pencernaan. e. Sistem saraf pada insecta Sistem saraf insecta terdiri dari pasangan tali saraf ventral dengan beberapa ganglia segmental. Beberapa segmen ganglia anterior menyatu membentuk otak yang terletak dekat antena, mata, dan organ indera lain yang terpusat dikepala. (Jasin, 1987). 2. Kelas Myriapoda Myriapoda adalah kelas dari anggota hewan Invertebrata yang termasuk dalam filum arthopoda. Contohnya keluwing dan kelabang merupakan binatang yang menakutkan karena apabila menggigit dapat menyebabkan kematian. Tubuhnya tersusun oleh beberapa segmen selain kepala. Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh yang beruas-ruas dan setiap ruas memiliki satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan abdomen (Perut). Hewan ini banyak dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak mengandung sampah, misalnya kebun dan dibawah bebatuan. (Yahya, 2009). Ciri-ciri Myriapoda adalah : Tubuh bersegmen (beruas) tidak mempunyai dada jadi hanya kepala dan perut. Pada setiap ruas perut terdapat sepasang atau 2 pasang kaki. Pada kepala terdapat 2 kelopak mata tunggal (ocellus), satu pasang antena dan alat mulut. Susunan saraf tangga tali. Sistem pernafasan dengan trakea. Mempunyai spirakel yang terdapat pada setiap ruas tubuhnya untuk keluar masuknya udara. Sistem peredaran darah terbuka. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, cara perkembangbiakan dengan cara bertelur. Hidup di darat, misal di bawah batu, dalam tanah, humus atau tempat lembab lainnya. Klasifikasi Myriapoda : Dalam penggolongannya myriapoda merupakan gabungan dari dua kelas yaitu : a. Kelas Chilopoda Contoh : kelabang : Lithobius forticatus dan Scolopendra morsitans.

Ciri-ciri Chilopoda : Tubuh agak gepeng, terdiri atas kepala dan badan yang beruas-ruas (15-173 ruas). Tiap ruas memiliki satu pasang kaki, kecuali ruas (segmen) dibelakang kepala dan dua segmen terakhirnya. Pada segmen dibelakang kepala terdapat satu pasang taring bisa (maksiliped) yang berfungsi untuk membunuh mangsanya. Pada kepala terdapat satu pasang antena panjang yang terdiri atas 12 segmen, dua kelompok mata tunggal dan mulut. Hewan ini memangsa hewan kecil berupa insecta, molusca, cacing dan binatang kecil lainnya, sehingga bersifat karnivora. Alat pencernaan makanannya sudah sempurna artinya dari mulut sampai anus. Alat ekskresi berupa dua buah saluran malpighi. Respirasi (pernafasan) dengan trakea yang bercabang-cabang dengan lubang yang terbuka hampir pada setiap ruas. Habitat (tempat tinggal) dibawah batu-batuan/ timbunan tumbuhan yang telah membusuk. Kelas ini sering disebut Sentipede. (Djuhanda, 1980).

b. Kelas Diplopoda Contoh : kaki seribu (Julus nomerensis) Ciri-ciri Diplopoda : Tubuhnya berbentuk silindris dan beruas-ruas (25-100 segmen) terdiri atas kepala dan badan. Setiap segmen (ruas) mempunyai dua pasang kaki, dan tidak memiliki taring bisa (maksiliped). Pada ruas ketujuh, atau atau dua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi. Pada kepala terdapat sepasang antena pendek, dua kelompok mata tunggal. Hidup ditempat yang lembab dan gelap dan banyak mengandung tumbuhan yang telah membusuk. Respirasi dengan trakea yang tidak bercabang. Alat ekskresi berupa dua buah saluran malpighi. (Alan, 1994).

3. Kelas Arachnida (Araknida) Morfologi umumnya Stadium Dewasanya memiliki 8 buah (4 pasang ) kaki, berbeda dengan kelas Insecta karena stadium dewasanya hanya memiliki 6 buah (3 pasang) kaki. Alat mulut mengalami modifikasi (perubahan bentuk) yang jelas kelihatan (Kelicera, Palpus, Maksilaris, dan Hipostoma), yang berada diatas Basis Kapituli yang diperuntukkan untuk menghisap, tidak memiliki (Antena, Sayap, Mata Majemuk). Segmentasi dari tubuh Araknida berbeda diantara araknida

lainnya. Tubuh Caplak dan Tungau dapat dibedakan berdasarkan cara membaginya, sehingga namanya beragam sesuai dengan ahlinya. Secara umum tubuh arthopoda dapat dibagi menjadi 4 bagian, diantaranya : a. Kapitulum (Gnatosoma), menyerupai kepala, ditemukan alat-alat mulut antara lain : sepasang Kelisera, diantara kelisera ditemukan mulut, sepasang Palpus Maksilaris (Palpus, Pedipalpus), dengan atau tanpa cakar dan sebuah Hipostoma. b. Propodosoma, daerah pasangan kaki ke-1 dan ke-2 c. Metasoma, daerah pasangan kaki ke-3 dan ke-4 d. Opistosoma, merupakan daerah posterior. (Levine, 1990).

Pembagian tubuh seperti diatas juga dapat dibedakan menjadi 4 bagian berdasarkan kelompoknya, antara lain : a. Podosoma, kelompok Propodosoma dan Metasoma, b. Sefalotorak, kelompok Gnatosoma dan Podosoma, c. Idiosoma, kelompok Podosoma dan Opistosoma, d. Pada beberapa tungau seperti Trombiculidae, ditemukan lekuk yang dalam antara Propodosoma dan Metasoma, sehingga seolah-olah tubuh terbagi menjadi 2 bagian. Pada tungau bagian depan (Gtatosoma dengan Propodosoma) disebut Proterosoma dan bagian belakang (Metasoma dengan Opistosoma) disebut Histerosoma. Larva dari Caplak dan tungau memiliki 6 buah (3 pasang) kaki, sedangkan Nimfa dan Dewasa memiliki 8 buah (4 pasang) kaki. Setiap kaki terdiri dari 6 segmen (dimulai dari tubuh) antara lain : (1). Koksa, (2). Trohanter, (3). Femur, (4). Ganu (Patela), (5). Tibia, dan (6). Tarsus (terdiri dari sejumlah segmen termasuk Pre-tarsus dengan sepasang cakar atau alat penghisap disebut Petunia atau Karuncula).

Siklus hidup : Metamorfosis tidak lengkap (sederhana), secara umum adalah sebagai berikut, Telur ditempatkan pada tempat tersembunyi, kemudian telur menetas dan keluarlah Larva berkaki 6 buah, larva mengalami ekdisis (pergantian kulit) dan berkembang menjadi Nimfa dengan 8 kaki dan sangat mirip dengan dewasa tetapi tidak mempunyai organ kelamin. Nimfa mengalami ekdisis untuk terakhir kalinya dan berkembang menjadi dewasa. (Radiopoetro, 1996). Anggota Arachnida meliputi kalajengking, laba-laba, tungau atau caplak. Kebanyakan hewan ini bersifat parasit yang merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Arachnida bersifat karnivora sekaligus predator. Tempat hidupnya adalah di darat.

Ciri-ciri Arachnida : Tubuh terbagi atas kepala-dada (Sefalotoraks) dan perut yang dapat dibedakan dengan jelas, kecuali Acarina. Pada bagian kepala-dada tidak terdapat antena, tetapi mempunyai beberapa pasang mata tunggal, mulut, kelisera, dan pedipalpus. Mempunyai 4 pasang kaki pada kepala-dada. Alat ekskresi dilengkapi dengan saluran malpighi dan kelenjar coxal. Alat pernapasan berupa trakea, paru-patu buku atau insang buku. Alat kelamin jantan dan betina terpisah, lubang kelamin terbuka pada bagian anterior abdomen, pembuahan internal (didalam). Sistem saraf tangga tali dengan ganglia dorsal (otak) dan tali saraf ventral dengan pasanganpasangan ganglia. Alat mulut dan alat pencernaan makanan terutama disesuaikan untuk menghisap serta memiliki kelenjar racun. Habitat (tempat hidup) di darat, pada umumnya tetapi ada pula sebagai parasit. (Soulsby, 1982).

4. Kelas Crustaceae Crustaceae adalah suatu kelompok besar dari arthopoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip. Mayoritas merupakan hewan aquatik, hidup di air tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bergerak bebas, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. (Soulsby, 1982). Ciri-ciri Crustacea adalah sebagai berikut : 1) Tubuh crustaea bersegman (beruas) dan terdiri dari sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. 2) Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu : 1 pasang antena 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya 1 pasang maksila 1 pasang maksilliped

3) Maksilla dan maksilliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. 4) Alat gerak berupa 5 pasang kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) pada sefalotoraks dan berfungsi untuk berenang, merangkak, atau menempel di dasar paerairan. 5) Setiap segmen tubuh ditutupi karapaks.

Sistem organ crustacea adalah sebagai berikut : 1) Sistem Pencernaan Makanan Crustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa mulut yang terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus, dan anus terletak pada bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak dikepala dan dada dikedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat ekskresi yang disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.

2) Sistem Saraf Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.

3) Sistem Peredaran Darah Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosiasin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah. 4) Sistem Pernapasan Pada umumnya Crustacea bernapas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya.

5) Alat Reproduksi Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crusracea rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (luar tubuh). Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang mampu melakukan autonomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). Misalnya : udang akan memutuskan sebagian pangkal kakinya, bila kita

menangkap udang pada bagian kakinya. Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenerasi.

Klasifikasi Crustacea adalah sebagai berikut : Berdasarkan ukuran tubuhnya, Crustacea dikelompokan menjadi : 1. Entomostraca (udang tingkat rendah) Kelompok Entomostraca umumnya merupakan penyusunan zooplankton, adalah melayanglanyang dalam air dan merupakan makanan ikan. Hewan ini dikelompokkan menjadi 4 ordo, yaitu: Branchiopoda Contohnya : Daphnia pulex dan Asellus aquaticus. Hewan ini sering disebut kutu air dan merupakan salah satu penyusun zooplankton. Pembiakan berlangsung secara Parthenogenesis. Ostracoda Contoh : Cypris candida dan Codona suburdana. Hidup di air tawar dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat bergerak dengan antena. Copecoda Contoh : Argulus indicus dan Cyclops. Hidup di air tawar dan laut, dan merupakan plankton dan parasit, segmentasi tubuhnya jelas. Cirripedia Contoh : Lepas atau Bernakel, Sacculina. Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentuk cakram dan hidup dilaut melekat pada batu atau benda lain. Cirripedia ada yang bersifat parasit. Cara hidup Cirripedia beraneka ragam. Salah satu diantaranya adalah Bernakel yang terdapat pada dasar kapal, perahu, dan tiangtiang yang terpancang di laut atau mengapung di laut. 2. Malakostraca (udang tingkat tinggi) Hewan ini kebanyakan hidup di laut, adapula yang hidup di air tawar. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks yaitu kepala dan dada yang bersatu serta abdomen (perut). Hewan ini dikelompokkan menjadi 3 ordo, yaitu : Isopoda Tubuhnya pipih, dorsiventral, berkaki sama. Contoh : Onicus asellus (kutu perahu) dan Limnoria lignorum. Keduanya adalah pengerek kayu.

Stomatopoda Contoh : Squilla enpusa (udang belalang). Hidup di laut, bentuk mirip belalang sembah dan mempunyai warna yang mencolok. Belakang kepala mempunyai karapaks. Kepala dilengkapi dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan antena.

Decapoda (si kaki sepuluh) Yang termasuk kedalam ordo ini adalah udang dan ketam. Hewan ini mempunyai sepuluh kaki dan merupakan kelompok udang yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Decapoda banyak digunakan sebagai sumber makanan yang kaya akan protein. Contohnya adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. Kepala-dada menjadi satu (Cephalothorax) yang ditutupi oleh karapax. Tubuh mempunyai 5 pasang kaki atau sepuluh buah kaki sehingga disebut juga hewan si kaki sepuluh. Hidup di air tawar, dan beberapa higup di laut. (Levine, 1990).

Peranan Crustacea bagi kehidupan manusia Jenis Crustacea yang menguntungkan manusia dalam beberapa hal, antara lain : Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster dan kepiting. Dalam bidang ekologi, hewan ini yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal anggota Branchiopoda, Ostracoda, dan Copepoda.

Sedangkan beberapa Crustacea yang merugikan antara lain : Merusak galangan kapal (perahu) oleh anggota Isopoda. Parasit pada ikan dan kura-kura, misal oleh anggota Cirripeida dan Copepoda. Merusak pematang sawah atau saluran irigasi misalnya ketam. (Alan, 1994).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Oktober 2012 bertempat di Laboratorium Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.

3.2. Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Alat Lup (Kaca Pembesar) Baki plastik Killing jar Sarung tangan karet Kepiting Udang Laba-laba Kalajengking Bahan Klorofrom

3.3. Cara Kerja (Prosedur Kerja)

Spesimen kepiting, udang, labalaba dan kalajengking Diamati bagian-bagian tubuh dari spesimen dengan menggunakan Lup lalu bandingkan dengan yang ada pada referensi buku. Hasil pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Gambar Hasil Pengamatan (Udang) seluruh bagian badan a b

Bagian Tubuh a. Mata b. Abdomen c. Antena d. Antenula e. Statocyst f. Sefalotoraks

Ciri-ciri 1. Pembagian tubuh : dua bagian yaitu sefalotoraks dan abdomen. 2. Alat tambahan pada sefalotoraks : sepasang antena, sepasang mata, kaki jalan yang berjumlah 6 buah (3 pasang), dan Statocyst (alat keseimbangan).

g. Kaki jalan h. Kaki renang i. c d sefalotoraks a e f b g c h i a. Mata b. Statocyst c. Sefalotoraks d. Antena e. Mandibula f. Mulut Ekor (telson)

Sefalotoraks udang terdiri dari : 1. Sepasang antena 2. Mulut 3. Sepasang mandibula 4. Tiga pasang kaki jalan 5. Mata, dan 6. Statocyst

g. Kaki jalan d e f g

abdomen

a. Ekor kipas (telson) b. Kaki renang c. Abdomen (6 segmen)

Pada bagian abdomen (perut) terdapat : ekor kipas yang berjumlah 5 helai, kaki renang yang berjumlah 5 pasang, dan abdomen yang berjumlah 6 segmen.

(Kepiting) seluruh tubuh a b

a. Antena b. Mata c. Capit d. Kaki jalan e. Mulut

Pada ketiping terdapat : sepasang antena, 5 pasang kaki yang sepasang paling depan termodifikasi menjadi sepasang capit, mulut, mata, dan kaki jalan yang berjumlah 3 pasang, dan kaki renang yang berjumlah sepasang.

d tampak bawah a

e b a. Mulut b. Capit c. Kaki jalan Pada bagian bawah terlihat : mulut, capit yang berjumlah sepasang, kaki jalan yang berjumlah tiga pasang dan kaku renang yang berjumlah sepasang yang berbentuk seperti dayung.

d. Kaki renang

d tampak atas a b c a. Mata b. Karapaks c. Kaki renang d. Capit d e. Mulut f. Kaki jalan Pada bagian atas kepiting dapat terlihat : sepasang mata, karapaks yang keras, sepasang kaki renang di bagian belakang, sepasang capit di bagian depan, mulut, dan kaki jalan.

(Laba-laba) seluruh badan c a b

a. Kalisera (sengat) b. Antena peraba c. Kaki d. Sefalotoraks e. Abdomen

Pada laba-laba ini padat terlihat bagian-bagiannya yaitu : sepasang kalisera (sengat) yang didalamnya terdapat pedipalpus (capit), sefalotoraks, kaki yang berjumlah 4 pasang, dan abdomen yang dapat mengeluarkan kelenjar benang yang terdapat di bagian bawah abdomen.

e bagian sefalotoraks b c a. Kaki b. Kalisera a c. Antena peraba d. Sefalotoraks e. Mata Pada bagian sefalotoraks terdapat : kaki yang berjumlah 4 pasang, kalisera (sengat), antena peraba, mata yang berjumlah dua kelompok yang masingmasing kelompok berjumlah 4 mata (jadi mata berjumlkah 8 mata). d bagian abdomen e a. Spineret b. Abdomen (opistosoma) Pada bagian belakang atau abdomen terdapat abdomen (opisosoma) yang di bagian ujung bawah nya terdapat spineret yang dapat mengeluarkan kelenjar benang halus (jaring). a b

4.2. Pembahasan A. Udang

a. Morfologi udang (Penaeus sp) Tubuh udang terdiri atas sefolotoraks dan abdomen. Sefalotoraks (kepala dada) merupakan penyatuan bagian kepala dan badan. Udang memiliki rangka luar (eksoskeleton) dari kitin yang keras. Rangka luar yang keras ini karena mengandung zat kapur. Dibagian kepala terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Pada setiap segmen abdomen terdapat kaki renang. Pada ujung abdomen terdapat kaki daun (uropod). (Anomim, 2010). Kepala udang terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maksila.kepala udang juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod), yang terdiri dari 2 pasang maksila, dan 3 pasang maksiped. Perut (Abdomen) udang terdiri atas 6 ruas dan juga terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sift udang aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka memangsa sama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder) serta mencari makan lewat organ sensor. Spesies udang memiliki 6 stadia naupli, 3 stadia protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa. (Haliman 2005 diacu dalam Pranoto 2007). b. Anatomi udang (Penaus sp) Strukur tubuh Tubuh udang bersegmen (berruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang) nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu : Dua pasang antena, Satu pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya, Satu pasang maksila, dan Satu pasang maksiliped. (Cherian dan Sim, 1994).

Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan kedalam mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel didasar perairan.

c. Sistem Organ udang Sistem Pencernaan Makanan udang berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan. Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus, dan anus terletak dibagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau harti yang terletak dikepala dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi yang disebut kelenjar hijau yang terletak didalam kepala. (Eldred dan Hutton diacu dalam Muzaki, 2004). Sistem Saraf Susunan saraf udang adalah sistem tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai. Sistem Peredaran Darah Sistem peredaran darah Crustacea disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung haemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah. Sistem Pernafasan Pada umumnya Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya, (Brown dan Patlan, 1974). Alat Reproduksi Alat reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea tingkat rendah. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal (diluar tubuh). Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian kulit. Udang dewasa melakukan ekdisis dua kali setahun, sedangkan udang yang masih muda mengalami ekdisis dua minggu sekali. Selain itu udang mampu melakukan autonomi (pemutusan sebagian anggota tubuhnya). (Sihombing, 2005). Habitat Udang umumnya terdapat dimana-mana di perairan, dipesisir pantai sampai ke laut dan di air tawar.

Klasifikasi Udang Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Crustacea : Paneasuicea : Panaesuides : Panaesus : Panaesus sp

B. Kepiting a. Morfologi Kepiting Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki pertama dimodifikasi menjadi capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Dihampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (Raninoida misalnya), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh mexillied. Carapace tidak membentuk sebuah rostum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (Phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, namun struktur yang berbeda. (Wordpress, 2012). Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting, dimana rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapaksnya. Duri akhir pada kedua sisi karapaks relatif lebih panjang dan lebih runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Bila kepiting hanya hidup di perairan payau, seperti hutan bakau atau pematang tambak, rajungan hidup di dalam laut. Rajungan memang tergolong hewan yang bermukim di dasar laut, tapi malam hari suka naik ke permukaan untuk mencari makan. Makannya rajungan disebut juga swimming crab alias kepiting yang bisa berenang. Induk rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dari pada kepiting, dan karapaksnya memiliki duri sebanyak 9 buah yang terdapat pada sebelah kanan kiri mata. Bobot rajungan dapat mencapai 400 gram, dengan ukuran karapaks sekitar 300 mm (12 inch), rajungan bisa mencapai 18 cm, capitnya kokoh, panjang dan berduri. Pada dasarnya ciri-ciri dari kepiting ini tidak jauh berbeda dengan udang, karena kepiting dan udang masih dalam satu kelompok kelas yaitu kelas Crustacea.

Klasifikasi Kepiting Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Crustacea : Decapoda : Portunidae : Scylla : Scylla sp

C. Laba-laba a. Morfologi Laba-laba Laba-laba memiliki tubuh yang terdiri dari dua bagian, yaitu sefalotoraks (kepaladada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau caput (kepala) dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk berjalan. Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut. Pada bagian abdomen (perut atau opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat banyak spigot tang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa. Pada beberapa kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa, dan membawa kantung telur pada beberapa laba-laba lainnya. Pada khelistra (alat untuk menggigit yang terletak di anterior sefalotoraks) terdapat bagian yang terdiri atas bagian dasar yang kuat (paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletk didalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom di bagian dasar kalisera. Mulut laba-laba terletak tepat dibelakang kaslisera. Sebagian besar laba-laba mampunyai 8 mata yang terletak did bagian depan sefalotoraks. Mata laba-laba berupa mata sederhana (ocelli) biasanya berjumlah tida atau empat pasang mata yang terletak pada bagian atas sefalotoraks tersusun dua baris. Susunan mata pada sefalotoraks disetiap spesies konstan. Susunan mata ini digunakan sebagai formula untuk membedakan beberapa famili dan genus. Sepasang pedipalpi pada laba-laba terdiri atas

enam ruas, dan muncul persis di belakang mulut. Struktur ini sangat peka terhadap rangsangan dari luar.

Klasifikasi Laba-laba Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Arachnida : Araeae : Araneidae : Araneus : Araneus diadematus

BAB V KESIMPULAN Arthropoda adalah hewan yang memiliki ciri khusus berkaki ruas. Tubuh Arhtopoda terdiri atas caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Semua jenis hewan yang termasuk filum arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang beruas-ruas. Arthropoda merupakan filum yang besar di bumi. Ukuran tubuh arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm. Namun kebanyakan berukuran kecil. Begitu pula dengan bentuk arthropoda pun beragam. Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, tripoblastik selomata, dan bagian tubuhnya bersegmen. Arthropoda dapat hidup di air tawar, laut, di tanah, dan praktis di semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies dari filum ini.

DAFTAR PUSTAKA Alan, W. 1994. Arthropods of Human and Domestic Animals. A Guide to Preliminary Identification. 1st Ed. Chapman & Hall. Djuhanda, Tatang. 1980. Kehidupan dalam Setetes Air. ITB: Bandung. Hala, Yusminah. 2007. Dasar Biologi Umum II. Alauddin Press: Makassar. Jasin, M. 1987. Zoologi in Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya. Levine, N. D. 1990. Parasitologi Veteriner. Terjemahan gatut Ashadi. UGM Press: Surabaya. Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga: Jakarta. Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, Arthropods, and Protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed. Bailliere Tindal London.

You might also like