You are on page 1of 2

Abu Batubara Lebih Radioaktif dari Sampah Nuklir

Juni 14, 2009 at 11:38 am 19 komentar


*Diambil dari kucingfisika.com Konsep populer mengenai energi nuklir dengan jelas diperlihatkan pada The Simpson. Batubara, dianggap bertanggungjawab atas beberapa masalah, seperti kecelakaan pada pertambangan, hujan asam, dan emisi gas rumah kaca. Selama beberapa dekade, sejumlah penelitian membuat berbagai pertanyaan. Yang akhirnya berujung pada satu kesimpulan yang mengejutkan: sampah yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batubara ternyata lebih radioaktif daripada yang dihasilkan dari sampah nuklir. Faktanya, abu yang berterbangan produk yang dihasilkan dari pembakaran batubara untuk menghasilkan energi mengandung 100 kali radiasi daripada sampah nuklir. Sebagai tambahan, batubara ternyata mengandung uranium dan thorium, keduanya merupakan elemen radioaktif. Namun, pada wujud batubara kedua unsur tersebut masih pada batas aman, atau setidaknya bukan suatu masalah. Namun, ketika batubara dibakar sehingga menjadi abu, uranium dan thorium terkonsentrasi menjadi 10 kali lipat dari kondisi awalnya. Abu uranium tersebut terkadang bercampur dengan tanah dan air yang berada disekitar pembangkit listrik tenaga batubara, mempengaruhi lahan pertanian, yang akhirnya, mempengaruhi makanan. Orang-orang yang berada pada daerah rawan (stack shadow) yaitu daerah yang berada pada jarak 0,5 hingga 1 mil (0,8 hingga 1,6 km) dalam radius dari sumber asap pembangkit listrik tenaga batubara kemungkinan mengidap sejumlah kecil radiasi. Abu tersebut juga mungkin terdapat pada tambang, yang membuat resiko yang sangat potensial bagi orang-orang yang tinggal di sekitar area tersebut. Pada paper yang ditulis tahun 1978 untuk science, J. P. McBride dari Oak Ridge National Laboratory (ORNL) dan rekannya meneliti kandungan uranium dan thorium pada abu dari pembangkit energi batubara di Tennessee dan Alabama. Untuk menjawab pertanyaan seberapa berbahayakah pengaruh abu ini, ilmuwan memperkirakan radiasi disekitar pembangkit energi tenaga batubara ini dan membandingkan dengan nilai radiasi disekitar pembangkit energi tenaga uap air dan pembangkit energi tenaga tekanan air. Hasilnya, dosis radiasi dari orang-orang yang berada disekitar pembangkit energi tenaga batubara ternyata sama atau lebih besar dari orang-orang yang tinggal disekitar fasilitas nuklir. Pada salah satu keadaan yang ekstrim, ilmuwan mendapati radiasi abu pada tulang seseorang adalah sekitar 18 milirem pertahun (seperseribu rem, merupakan satuan dosis dari radiasi ionik).Sebagai pembanding, dosis dari dua pembangkit energi tenaga nuklir, berkisar antara 3 dan 6 milirem untuk periode yang sama. Dan ketika seluruh makanan tumbuh di area di sekeliling pembangkit, dosis radiasi menjadi 50 hingga 200 persen lebih banyak pada pembangkit energi tenaga batubara daripada pembangkit energi tenaga nuklir. McBride dan asistennya menyatakan seseorang yang tinggal dekat pembangkit tenaga batubara memiliki maksimum 1,9 milirem radiasi abu tiap tahunnya. Sebagai gambaran, rata rata seseorang mencatat 360 milirem dari radiasi background yang didapat dari sinar kosmik, residu nuklir, dan detektor asap.

Dana Christensen, direktur asosiasi lab untuk energi dan teknik di ORNL, mengatakan bahwa resiko kesehatan dari radiasi batubara ternyata rendah. Resiko lain seperti tersambar petir, tambahnya, adalah tiga atau empat kali lebih besar daripada efek kesehatan dari radiasi pembangkit tenaga batubara. Dan McBride dan asistennya menyatakan bahwa produk lainnya, seperti emisi dari hujan asam yang menghasilkan sulfur dioksida dan kabut asap membentuk oksida nitrat, memberikan resiko kesehatan yang lebih besar daripada radiasi. US Geological Survey (USGS) memberikan database online dari abu berdasarkan kandungan uraniumnya untuk daerah-daerah diseluruh Amerika Serikat. Pada beberapa area, abu mengandung sedikit uranium daripada beberapa batuan biasa. Pada Tennessee Chattanooga misalnya, terdapat banyak uranium pada batuan fosfat. Robert Finkelman, kordinator USGS sebelumnya dari bagian kualitas batubara yang menyaksikan penelitian pada uranium di dalam abu pada 1990, memperkirakan bahwa untuk rata-rata orang hanya memiliki kurang dari 0,1 persen dari total perkiraan radiasi background. Berdasarkan kalkulasi USGS, membeli rumah di daerah rawan (stack shadow) meningkatkan jumlah radiasi maksimum 5 persen. Tapi tetap kurang bila dibandingkan dengan keadaan radiasi sinar-X normal pertahun. Lalu mengapa sampah batubara muncul begitu radioaktif? Ini menjadi suatu materi bahasan penting: kemungkinan dari efek kesehatan yang dialami dari radiasi ternyata kecil baik pada pembangkit tenaga nuklir maupun tenaga batubara. Entah bagaimana kita dapati lebih tinggi pada batubara. Kita membicarakan tentang satu kemungkinan dari sejuta kemungkinan untuk pembangkit tenaga nuklir, ujar Christensen. Dan satu dari 10 milyar hingga seratus milyar kemungkinan untuk pembangkit tenaga batubara. Radiasi dari uranium pada batubara mungkin hanya bentuk khusus resiko kesehatan bagi para penambang, jelas Finkelman. Ini lebih pada bahaya pekerjaan daripada bahaya lingkungan ecara umum, ia mengatakan. Penambang dikelilingi oleh batu dan air tanah dan juga radon. Negara berkembang seperti India dan Cina tetap melaksanakan pemangkasan pembangkit tenaga batubara dalam satu hari setiap 7 hingga 10 hari. Namun Amerika Serikat tetap menggantungkan setengah dari seluruh pasokan listriknya dari batubara. Pembangkit tenaga batubara tetap memiliki masalah: mereka menghasilkan gas rumah kaca yang berbahaya. Dengan seluruh dunia sekarang berfokus pada perubahan iklim, tenaga nuklir mendapat respon hangat. Cina menyatakan untuk membuat kapasitas nuklirnya 4 kali lipat menjadi 40.000 megawatt pada 2020, dan AS mungkin akan membuat kuranglebih sebanyak 30 reaktor baru dalam beberapa dekade mendatang. Tapi, meskipun resiko keruntuhan inti nuklir sangat rendah, hal tersebut masih menimbulkan dampak pencarian sumber tenaga nonkarbon lainnya.

You might also like