You are on page 1of 5

Relativisme Seorang relativis percaya bahwa tidak ada kebenaran objektif, yang ada hanyalah cara-cara bersaing satu

sama lain untuk menanggapi sesuatu dan bersaing pula untuk mengetahui tentang sesuatu itu. Seperti di katakana Pascal: Apa yang benar menurut Pyreness mungkin salah menurut yang lain. Realitas tidak memiliki makna terpisah dari apa yang diyakini nyata oleh kelompok-kelompok yang meyakininya. Cara kita meyakini modernisme, yakni meyakini ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah begitu saja, dan menganggapnya Superior daripada bentuk pengetahuan-pengetahuan yang lain, mungkin sukar menerima pandangan Foucault tersebut. Namun, relativis akan beragumen bahwa pengetahuan dalam praktik ilmiah sekalipun wacana ilmiah, sebagaimana disebut Foucault tidak dapat dikatakan superior secara subjektif daripada bentuk-bentuk pengetahuan lain yang mungkin di yakini benar pada waktu dan tempat yang berbeda. Jadi, demikian kata relativis, meyakini suatu konsep bahwa dunia seperti apa adanya karena diciptakan Tuhan, bahwa sihir menyebabkan nasib sial bahwa konjungsi planet-planet dapat menyembuhkan penyakit kulit, atau apa saja contohnya bukanlah keyakinan salah atau benar kecuali kalau dilihat dari perspektif orang yang meyakininya, dan bukan dari sudut pandang orang lain yang menggunakan definisi kebenaran yang berbeda (dalam hal ini, ilmiah). Relativisme dan Konstruksi Sosial Pengetahuan Ilmiah Pada tahun 1962, Kuhn, seorang ahli sejarah ilmu pengetahuan menerbitkan buku berjudul The Structure of Scientific Revolution yang menimbulkan dampak besar terhadap cara ilmu pengetahuan dan pengetahuan ilmiah yang selama ini dipahami. Sebagai akibatnya Kuhn berargumen menentang klaim bahwa ilmu pengetahuan mengumpulkan pengetahuan dengan cara yang sepenuhnya objektif, hanya berhubungan dengan fakta-fakta dan menyingkirkan penilaian. Argumentasinya adalah bahwa produksi kebenaran ilmiah selalu dipengaruhi oleh gaya dan trend, oleh politik dan digunakannya kekuasaan, dan oleh pilihan tentang apa yang seharusnya diketahui dan apa yang seharusnya tidak, sama seperti bentuk-bentuk lain produksi manusia. Daya tarik ilmu pengetahuan bagi proyek moderenitas adalah klaim yang berbeda dari bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, hanya berkaitan dengan fakta-fakta, memberikan bukti yang dapat didemonstrasikan, dan memberikan kemampuan bagi pengetahuan tertentu. Sebagai akibatnya, argumen Kuhn merepresentasi pembinasaan besar-besaran landasan teoristis modernis yang selama ini mapan. Kuhn mengklaim bahwa suatu kajian tentang sejarah ilmu alamiah menunjukan bagaimana suatu proses seleksi yang berbasis nilai selalu terjadi, bahwasanya ilmuan tidak hanya harus memilih fenomena mana yang harus diteliti tetapi mereka harus memilih suatu pendekatan teoristis untuk melakukan penelitian tersebut. Selanjutnya, kata Kuhn, pilihan ini selalu dilakukan dalam konteks-konteks social, selalu ada pengaruh social dan politik yang mempengaruhi bagaimana ilmuan melaksanakan pekerjaan mereka. Dalam hal ini ia menguraikan dengan berargumen bahwa setiap pengetahuan ilmiah diproduksi dari suatu tradisi tertentu, atau yang disebut paradigma, yang menentukan penelitian apa yang dilakukan dan bagaimana dilaksanakan. Sejarah suatu ilmu pengetahuan adalah sejarah bangun dan jatuhnya paradigma-paradigma. Untuk suatu masa mungkin hanya satu paradigma yang menonjol, dan setiap gagasan yang mengancaminya

akan disingkirkan dari pusat panggung. Pada masa seperti itu, karya ilmiah mengambil bentuk yang disebut Kuhn sebagai Ilmu Normal. Hampir semua karya ilmuan berkerja didalam paradigma dominan tersebut, dan cara pandang yang berbeda dalam memandang dunia dianggap aneh. Dalam hal ini, paradigma dominan menjalankan kekuasaan dan melestarikan dominansi itu sebagai Dogma. Bangun dan Jatuhnya Paradigma: Kasus Dunia Kedokteran Medisin (ilmu kedokteran) memberikan contoh kontemporer yang baik untuk menggambarkan bangunjatuhnya paradigm. Meski banyak bentuk terapi tersedia seperti homepati, hipnoterapi, akupuntur, penyembuhan keyakinan, hidroterapi, dan banyak lainnya, praktik kedokteran barat didominasi oleh satu versi kebenaran medis. Pengembangan medis (Inggris direpresentasikan oleh British Medical Association, BMA), lembaga-lembaga dana, lembaga penelitian dan rumah sakit penelitian, semua praktik medis dengan sendirinya mengikuti bentuk terapi. Ada satu cara dominan dalam memandang sakit (sebagai gejala yang berasal dari organic dan dapat diobati dengan intervensi fisik, misalnya dengan obat atau pembedahan). System medis pinggiran lambat laun mulai dihargai. Versi penjelasan mereka tentang apa yang membuat orang sakit, dan bagaimana mereka seharusnya diobati, memperoleh legitimasi semakin besar. Dalam kenyataan kita dapat menyaksikan mulai surutnya kedokteran ortodok sebagai paradigm dominan, dan munculnya suatu dunia dimana versi-versi alternative mengenai kebenaran medis bersaing satu sama lain secara setara untuk mendapatkan pasien dan pendanaan dan untuk legitimasi dan otoritas. Kuhn mendeskripsikan bagaimana runtuhnya suatu paradigm dominan pada setiap ilmu pengetahuan menimbulkan masa ketidakpastian dalam ilmu pengetahuan itu suatu waktu yang ia sebut revolusi. Sebagaimana dalam semua revolusi, kepastian lama ditinggalkan, versi-versi kebenaran bersaing dan kebingungan bertambah. Perdamaian dan kepastian hanya akan dating kembali apabila seorang pemenang muncul dari konflik diantara orang-orang yang punya peluang menjadi raja. Namun hal ini hanya akan terjadi apabila kekuasaan salah satu dari yang bersaing tadi begitu besar sehingga para pesaingnya dikalahkan. Dari posisinya yang baru yang dominan itu paradigm pemenang tersebut dapat mulai mendikte praktik ilmu pengetahuan versinya, dan pengetahuan dan kemajuan dapat berpacu kembali dalam waktu. Akibatnya munculnya paradigm dominan yang baru berarti dihasilkannya suatu versi baru kebenaran dan kepastian. Menurut Trigg: ilmuwan pernah yakin suatu substansi yang disebut phlogiston tetapi sekarang tidak lagi. Mereka pernah yakin bahwa atom tidak dapat dibagi lagi, tetapi sekarang mereka terus melakukan penelitian untuk menemukan lebih jauh partikel-partikel sub atom yang lebih kecil (Trigg, 1985, hlm 13) Kuhn nenggunakan gambar seekor bebek atau kelinci, untuk menunjukkan bagaimana dunia dilihat secara berbeda setelah distruksi suatu pradigma lama yang dominan, dan munculnya paradigma baru. Kuhn (1962) mengatakan: Apa yang dahulu adalah bebek dalam dunia ilmiah sebelum revolusi adalah kelinci pada masa sesudah itu Mengapa para ilmuwan mengubah paradigma mereka? Oleh karena munculnya suatu paradigma dominan adalah hasil dan pengaruh-pengaruh social, melalui praktik politik persuasive, kita menduga

pengaruh-pengaruh yang berada di balik keputusan ilmuwan secara individual untuk meninggalkan kevakinan yang ia sebelumnya pegang demi untuk paradigma baru. Kuhn mengatakan bahwa ilmu wan memilih suatu paradigma baru: karena sejumlah alasan dan biasa beherapa alasan pada saat yang sama. Sebagian dari alasan-alasan ini, tergantung pada keunikan riwayat hidup dan kepribadian ilmuan yang bersangkutan. Bahkan nasionalitas atau reputasi inovator dan guru-guru sebelumnya kadangkadang dapat memainkan peranan yang signilikan (Kuhn 1962, hIm. 151). Jadi ilmu pengetahuan tidaklah tetap, tidak pula sebagai pengumpul bukti mengenai realitas yang bebas-nilai. Ilmu pengetahuan sebenarnya adalah kekuatan yang mendorong komunitas ilmuwan yang percaya ke arah tertentu dan melakukan kajian ilmiah menurut arah tersebut pada suatu masa dalam searah, dan dalam kondisi sosial tertentu. Dominasi suatu paradigma dan pengetahuan orang-orang yang meyakininya bukanlah disebabkan oleh monopoli atas kehenaran. Melainkan ini adalah monopoli atas kekuasaan, dan sebagai akihatnya wahananya untuk mengontrol secara sosial apa yang dipandang sebagai kebenaran. Jadi, produksi pengetahuan ilmiah terjalin dari pilihan-pilihan, preferensi, dan penilaian yang tidak secara bebas dipilih oleh ilmuwan, melainkan bersifat ko1ekti(seperti orkestra) dan didorong oleh aktivtas politik dan suatu pembentukan ilmiah. Inilab sebabnya mengapa relativis mengatakan bahwa pengetahuan ilmiah tidak berkuasa karena benar, pengetahuan ilmiah itu henar karena herkuasa. Hal ini dinyatakan eksplisit oleh filosof relativis ilmu pengetahuan. Paul Feyerabend (1924-94). Menurut Trigg, Feyerabend menyatakan: Tidak ada lagi cara yang lebih tepat untuk merujuk kepada realitas daripada melalui tradisi tertentu di mana kita adalah bagian daripadanya. Bukannya realitas yang mengontrol keyakinan kita, sekurangkuragnya hingga batas tertentu, nampaknya seoIah-olah kevakinan atas suatu tradisi memerlukan apa yang dipandang sebagai nvata (real). Di dalam salah satu daripadanya, kita berilusi bahwa pengetahuan itu dapat dan/atlau sudah diproleh. Namun, pada saat kita lihat bahwa banyak tradisi yang berkonflik memiliki tujuan yang sama,kita menyadari, ini terikat, bahwa penilaian tentang kebenaran hanya memiliki validitas relatit Tradisi-tradisi itu memegang teguh tradisi yang kita terikat padanya, bukan untuk orang luar (Irig, 144. hnil.I 16). Sosiologi ilmu pungetahuan, penelitian asal-usul sosialpolitik dari kepastian atau kebenaran paradigmatik tertentu oleh karena semua menjadi sangat penting. Trigg mengatakan begini: Masyarakat atau tradisi menentukan apa yang kita anggap sebagai pengetahua, apa yang kita yakini atau klaim kita tahu adalah semata-mata produk kekuatan sosial yang mungkin tak sengaja kita abaikan [rigg. 1985, h1n. 16). Hal ini dapat terjadi baik pada tingkatan stuktural maupun interpretif Pada tingkatan struktur, wahana institusional dan ideologikal yang digunakan oleh komunitas ilmiah dalam upaya mlakukan kontrol politik dan sosial atas produksi pengetahuan haruss diungkapkan (digali). Pada tingkat tindakan dan interpretasi, konstruksi pengetahuan ilmiah sebagai hasil interaksi dan negosiasi yang hermakna dalam seting laboratorium seharusnya menjadi topik. Inilah sebabnya mengapa relativis mengatakan:

Reaiitas tidak memiliki tindakan yang terpisah dan apa yang diyakini nyata oleh kelompok tertentu Konsep yang sangat mendasar mengenai dunia objektif, yang independen dari semua sudut pandang, menjadi hilang. Dengan demikian, ontologi menjadi tergantung pada epistemologi. Apa yang ada kita lihat sebagai produk dan strategi kita untuk menemukan sesuatu. Jika epistemologi kita berubah, maka keyakinan kita pun berubah menjendi apa yang nyata. (Trigg, 1985,hlm 22) Argumen semacam ini menjadi antitesis dan kiaim-kiaim mengenai pengetahuan yang dibangun oleh para pendukung proyek modernitas. Sebagaimana yang kita saksikan, bagi modernis penggunaan akal pikiran, yang menjadi eksemplar dalam ilmu pengetahuan, memungkinkan manusia untuk menemukan kebenaran tertentu mengenai hakikat realitas, untuk memahami sebab-musabab kehidupan social menurut cara pandang ilmu alamiah memahami bekerjanya alam. Pengetahuan seperti itu memberikan kita peluang untuk mencapai kemajuan, perkembangan sosial dan kebebasan dan kemerdekaan individu. Semakin banyak kita menemukan, semakin baik kita mengkonstruksi dunia: lebih banyak kita tahu, semakin besar kesempatan kita untuk mencapai emansipasi manusia. Pada Bab 4, kita membicarakan pandangan Max Weber, yang menggagas konstruksi masyarakat modern yang rasional merepresentasikan pemenjaraan dan destruksi jiwa manusia. Relativis juga demikian, meski untuk alasan yang berbeda, juga meninggalkan jejak keraguan tcrhadap asumsi optimistis yang menjalin gagasan modernitas. Karena dari sudut pandang ini kebenaran itu relative dan merupakan produk duna sejarah dan sosial di mana kita terimplikasi, pengetahuan itu sendiri harus dipahami sebagai dikonstruksi secara sosial. Bagi relativis. tidak ada cara untuk mencapai kepastian mengenai realitas. Kebenaran dan pengetahuan adalah spesifik secara sejarab dan budaya apapun yang kita ketahui dikonstruksi untuk kita, pengetahuan kita itu adalah produk waktu dalam sejarah dan lokasi dunia di mana kita menemukan diri kita sendiri. Apapun sosiologi struktural yang kita gunakan apakah kita mendefinisikan proses sebagai produk wacana-wacana yang terjalin satu sama lain, sebagai sosialisasi gagasan-gagasan yang dominan, sebagai indoktrinasi ideologi, atau apa saja relativis tidak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa kita dan apa yang kita ketahui adalah ciptaan sosial. Sebenarnva, dari sudut pandangan ini, kita mau tak mau terkurung dalam wacana/tradisi waktu dan tempat fakta bahwa kita ditentukan oleh tenomena tersebut berarti tidak ada jalan bagi kita untuk balik ke belakang lalu melakukan penilaian obyektif. Dan bahkan kriteria yang kita gunakann untuk menilah benar dan salah juga adalah kosntruksi sosial yang disediakan untuk kita oleh dunia sosial kita. Seperti dikatakan Feyerabend Setiap tradisi, setiap bentuk kehidupan, memiliki standartnya sendiri untuk menilai perilaku manusia, seseorang akan menggunakan standart kelompok darimana mereka berasal: Standar orang hopi, jika iya adalah orang hopi; protestan fundamentalis, jika ia fundamentalis (Feyerabend, l981, hIm. 27). Jika klaim reIativis seperti ini benar, maka bagi proyek modernitas ini adalah bencana. Argumentasinya adalah bahwa meskipun kesosialan kita dapat mewujudkankan kehidupan yang tertib namun kesosialan itu menoIak untuk memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui realitas sesungguhnya kecuali realitas menurut sudut pandang kita sendiri. Kontruksi teoriteori sosiologi tidak memberikann tanda datangnva fajar kebenaran dan kemerdekaan, karena prespektif itu adalah produk sosial itu sendiri dan tidak dapat dikatakan benar atau salah jadi berbeda saja.

Implikasi dari argument relativis seperti dibicarakan tadi mengundang banyak pendapat tentang apa kita harus meninggalkan harapan untuk menemukan kebebnaran atau pengetahuan tentang suatu realitas obyektif, dan menerima bahwa semua pembahasan Sosiologi bahkan semua pendapat yang dikonstruksi manusia tentang realitas memiliki validitas yang setara. Tidak ada satu pun teori yang dapat menunjukkan jalan menuju suatu utopia modern, kita berjalan keluar waktu tatkal kita sendiri harus meyakini suatu teori besar suatu metanarasi yang menjelaskan semua sejarah dan kehidupan sosial, seperti fungsionalisme. Marxisme atau feminisme. Tak satu pun teori besar itu yang memiliki kredibilitas kalau kita bawa ke konteks relativisme. Oleh karena itu kita harus menerima bahwa kita hidup di dunia post modern, dimana desain teoritis besar adalah mutlak, dan dunia di mana begitu banyak klaim akan kebenaran akan bersaing satu sama lain untuk memperoleh dukungan kita ,fakta bahwa sebagian dan teori-teori ini, seperti misalnya kiaim Foucault bahwa kita tidak punya pilihan atas apa yang kita pikirkan. padahal teori-teori tersebut tidak sepakat satu sama lain, tidaklah mengubah kebenaran tentang karakter pluralistik pengetahuan. Bagi post-modernis. inilah satu-satunya kebenaran. Argumentasi mereka adalah bahwa kita harus menerima bahwa konsep-konsep modernis seperti nalar dan kemajuan telah mewarnai kehidupan kita, tanpa kita sadari, atau kehidupan kita di masa depan. Marilah kita mempelajari sebagian gagasan postmodernis, dan pendekatan-pendekatan alternatil yang dilancarkan oleh ahli-ahli tertentu yang mengkritik mereka, dalam dua bab terakhir berikut.

You might also like