You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar yang memproduksi dan mengeluarkan hormon. Hormon merupakan suatu zat kimia yang diproduksi di dalam tubuh yang mengatur aktivitas sel atau organ. Hormon-hormon ini mengatur pertumbuhan tubuh, metabolisme (proses fisik dan kimia tubuh), serta perkembangan dan fungsi seksual. Hormon yang dihasilkan akan dilepaskan ke dalam aliran darah dan mempengaruhi satu ataupun beberapa organ di seluruh tubuh.1 Kelenjar adrenal merupakan salah satu organ endokrin yang terletak di bagain superomedial dari masing-masing ginjal manusia. Kelenjar ini berwarna kuning keemasan. Berat dari kelenjar adrenal pada tubuh manusia dewasa kirakira 5 gram. Terdapat dua organ endokrin dalam kelenjar adrenal, dimana satu organ endokrin mengelilingi organ endokrin yang lain.2 Korteks adrenal merupakan bagian luar dari kelenjar yang mensintesis hormon steroid yang disebut hormon kortikosteroid. Hormon-hormon ini disintesis dari kolesterol. Hormone-hormon steroid yang dihasilkan antara lain mineralokortikosteroid, glukokortikosteroid dan androgen. Bagian dalam kelenjar, adrenal medula menyusun sekitar 20% dari kelenjar yang menghasilkan katekolamin yaitu epineprin, norepineprin dan dopamin. Secara fungsional hormon ini berhubungan dengan saraf simpatis. Hormon ini memiliki efek yang hampir sama dengan stimulasi langsung saraf simpatis dalam berbagai bagian tubuh.1,3,4 Hormon yang dihasilkan oleh tiap lapisan dalam kelenjar adrenal ini memiliki fungsinya masing-masing. Fungsi dari masing-masing hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini adalah sangat penting untuk diketahui pengaruhnya terhadap berbagai mekanisme yang terjadi di dalam tubuh. Sehingga apabila terjadi suatu kelainan akibat kerja hormon yang berlebihan atau kekurangan maka hal ini dapat dideteksi dan diatasi secara cepat. Dalam tulisan akan dibahas mengenai letak kelenjar dalam tubuh, susunan kelenjar secara histologist dan juga fungsi dari masing-masing hormon.

BAB II ISI

2.1 Anatomi Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal (kelenjar suprarenal) terletak di superior dan sedikit kearah anterior dari bagian superior tiap-tiap ginjal kanan dan kiri atau diantara bagian superomedial dari ginjal dan diaphragmatic crura.2 Kelenjar ini berwarna kuning keemasan dan terdiri dari dua area yang berbeda secara struktur dan fungsi.5 Bagian luar disebut korteks dengan medula di bagian dalamnya. Kelenjar adrenal dikelilingi oleh jaringan ikat yang mengandung perinephric fat, diselubungi oleh fascia ginjal yang menempel pada crura dari diagfragma dan dipisahkan dari ginjal oleh sedikit jaringan fibrosa.2 Ukuran dari kelenjar suprarenal pada orang dewasa yang diukur secara in vivo menggunggunakan CT didapatkan rata-rata ukuran transversal dari badan kelenjar adalah 61 mm untuk kelenjar kanan dan 79 mm untuk kelenjar kiri dan bagian kaki 28 mm (kanan) serta 33 mm (kiri) dengan berat sekitar 5 gram dimana bagian medula kelenjar berkontribusi sekitar sepersepuluh bagian dari berat total.5 Secara makroskopis kelenjar adrenal kanan dan kiri memiliki perbedaan dari segi bentuk dan hubungannya dengan organ sekitar.

Gambar 1 Letak Kelenjar Adrenal serta Hubungannya dengan Organ Sekitar 5

Kelenjar adrenal kanan Memiliki bentuk piramidal dan memiliki proyeksi ke bawah yang membuatnya terlihat seperti kepala panah. Letak dari kelenjar ini berada di daerah anterior dari diagfragma dan memiliki kontak dengan Inferior Vena Cava (IVC) di bagian anteromedial serta hati di bagian anterolateral (di daerah posterior dari lobus kanan hati). Sebagian besar kelenjar adrenal kanan (bagian inferior atau dasar) terletak di bagian apeks (anterosuperior) dari ginjal kanan dan terletak sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelenjar kiri yang terletak lebih ke anteromedial dari bagian superior tengah ginjal kiri.2,5 Permukaan anterior sedikit menghadap ke arah lateral dan mempunyai dua sisi yang berbeda. Sisi medial lebih dangkal dan vertical serta terletak di bagian posterior dari IVC. Sisi lateral berbentuk triangular dan memiliki kontak dengan area kosong dari hati. Bagian terbawah dari permukaan anterior terbungkus oleh peritoneum dan terletak posterior dari batas lateral bagian kedua duodenum. Bagian posterior dibagi menjadi bagian atas dan bawah yang dibagi oleh garis melintang berbentuk seperti kurva. Bagian atas yang lebih besar berbentuk sedikit konveks dan berkedudukan di atas diagfragma sedangkan bagian bawah berbentuk konkaf yang lebih kecil berlekatan dengan bagian superior dari kutub bagian atas ginjal kanan. Batas medial dari kelenjar adrenal kanan sangat tipis dan terletak di sisi lateral dari right celiac ganglion serta right inferior phrenic artery.2,5

Kelenjar Adrenal Kiri Memiliki bentuk semilunar dan mendatar di daerah anteroposterior. Serta memiliki bentuk agak lebih besar dibandingkan dengan kelenjar kanan. Kelenjar adrenal kiri memiliki hubungan dengan limfa, lambung, pancreas dan crus diagfragma bagian kiri. Bagian medial berbentuk konveks dan bagian lateral konkaf karena dibentuk oleh perlekatannya dengan bagain medial dari kutub superior ginjal kiri. Batas superior memiliki batas yang tegas sementara batas inferior agak membulat.2

Permukaan anterior memiliki area superior yang besar dan dilapisi oleh peritoneum dari dinding posterior lesser sac yang memisahkannya dari bagian cardiac lambung dan terkadang bagian posterior dari limfa. Bagian inferior yang lebih kecil tidak dilapisi oleh peritoneum dan terletak berlekatan dengan pancreas dan arteri splenikus. Permukaan posterior dibagi menjadi daerah lateral yang berdampingan dengan ginjal dan bagian medial yang lebih kecil yang memiliki kontak dengan crus sebelah kiri dari diagfragma.2

Masing-masing kelenjar memiliki hilum dimana pembuluh limfa dan vena meninggalkan kelenjar sedangkan pembuluh saraf dan arteri memasuki kelenjar. Batas medial dari kedua kelenjar adrenal terpisah sejauh 4-5 cm, dimana di area in terdapat right crus dari diafragma, celiac ganglion, celiac trunk, dan left crus dari diafragma.5

Vaskularisasi dan Aliran Limfa Arteri Kelenjar adrenal sebagai organ endokrin memiliki vaskularisasi yang banyak. Kelenjar ini mendapatkan vaskularisasi dari arteri suprarenal superior, middle dan inferior dimana arteri ini dapat memiliki banyak cabang. Arteri suprarenal superior merupakan arteri yang berasal dari arteri prenikus inferior, cabang dari aorta abdominal yang berukuran kecil dan seringkali tidak ditemukan. Middle suprarenal arteries berasal dari sisi lateral aorta abdominal di level arteri mesentrik superior. Arteri ini mengadakan perjalanan ke atas ke arah crura dari diagfragma ke kelenjar adrenal dimana arteri ini mengadakan anastomosis dengan cabang suprarenal dari prenik inferior dan arteri renal.2,5 Vena Vena medular akan bergabung menjadi satu di daerah hilum untuk membentuk vena suprarenal. Vena kanan yang sangat pendek akan berjalan secara langsung dan horizontal ke arah posterior dari IVC. Vena asesorius terkadang

dapat ditemukan dan berjalan dari hilum kearah superomedial untuk bergabung dengan ICV di atas vena suprarenal bagian kanan.2,5 Vena suprarenal kiri yang lebih panjang berjalan kearah medial, anterior dan lateral menuju ke celiac ganglion kiri. Perjalanannya melewati bagian posterior dari badan pancreas yang bergabung dengan inferior phrenic veins dan mengalirkan isinya ke dalam vena renalis kiri.2

Gambar 2 Vaskularisasi Kelenjar Adrenal5

2.2 Histologi Kelenjar Adrenal Tiap kelenjar memiliki dua bagian, korteks dan medula. Masing-masing bagian memiliki asal embriologi dan fungsi yang berbeda. Bagian luar atau korteks memiliki warna kekuningan membangun sekitar 80-90 % dari organ dan bagian dalam yang kecil serta berwarna lebih gelap merupakan medula kelenjar.1,2,5 Korteks adrenal berasal dari mesoderm, dibagi menjadi tiga bagian yang memiliki batas yang tidak terlalu tegas yaitu zona glomerulosa, fasciculate dan retikularis.1,2,5 Zona glomerulosa merupakan lapisan yang paling luar dan menyusun sekitar 5 % dari volume adrenal. Terdiri dari sel-sel yang berbentuk kolumnar dan tersusun berkelompok membentuk deretan bundar atau

melengkung yang dikelilingi oleh kapiler darah, inti bulat gelap dan sitoplasma mengandung granula-granula basofil dan tetes lemak yang Nampak seperti vakuola. Zona ini menghasilkan hormon mineralokortikoid (aldosteron).6

Gambar 3 Gambaran Histologi Lapisan Kelenjar Adrenal6

Zona fasikulata merupakan zona yang paling tebal yaitu 65% dari volume adrenal. Sel-sel pada lapisan ini berbentuk polihedral, memiliki inti vesikuler, besar dan letak sentral, dan sitoplasma memiliki sedikit basofil. Selnya disebut spongiosit karena memiliki banyak tetesan lemak yang memberikan gambaran vakuola yang besar. Selnya tersusun secara lurus radial dengan ketealan satu atau dua sel dan berjalan tegak lurus. Zona ini

menghasilkan hormon glukokortikoid (cortisone dan cortisol) serta androgen (dehydroepiandostrerone).1,6 Zona retikularis merupakan lapisan yang tipis, yaitu 7% volume adrenal, terletak dianatar zona fasikulata serta medula adrenal. Susunan sel memperlihatkan pola yang tidak teratur membentuk anyaman serta memiliki bentuk sel yang bermacam-macam. Dalam zona ini dihasilkan Dehydroepiandrosterone (DHEA) dan androstenedione.6 Sedangkan bagian medula berasal dari neural crest yang secara fungsional berhubungan dengan dan diregulasi oleh sistem saraf simpatis. Bentuk sel polihidral, inti vesikuler, sitoplasma dengan potassium bikarbonat menunjukkan granula-granula halus berwarna coklat yang merupakan reaksi kromafin, sehingga sel-sel ini sering disebut dengan sel-sel khromafin. Bagian ini mensekresikan katekolamin (epineprin/adrenalin dan norepineprin/noradrenalin) ke dalam aliran darah sebagai respon terhadap neuron presinap untuk mengaktivasi tubuh ke dalam status flight or fight sebagai respon terhadap stress traumatik. Epineprin juga dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dilatasi dari bronkiole serta mengubah pola aliran darah sebagai mekanisme persiapan terhadap gerakan fisik.1,2,6

2.3 Fisiologi Kelenjar Adrenal Seperti yang telah disebutkan bahwa kelenjar adrenal terdiri dari bagian korteks dan medula. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda dan menghasilkan hormon yang berbeda. Bagian medula kelenjar adrenal

menghasilkan katekolamines dimana sintesisnya dipengaruhi oleh respon terhadap stimulasi simpatik sedangkan bagian korteks menghasilkan steroid hormon (mineralokortikosteroid, glukokortikosteroid dan DHEA) yang sintesisnya dipengarungi oleh angiotensin II (mineralokortikosteroid) dan ACTH.1

Hormon Korteks Adrenal Semua hormon steroid, termasuk hormon yang dihasilkan oleh bagian korteks kelenjar adrenal disintesis dari kolesterol yang disediakan oleh lowdensity lipoprotein (LDL) di dalam plasma. LDL dari plasma berdifusi ke cairan

interstisial dan berikatan dengan reseptor spesifik yang disebut coated pitch di membran sel korteks adrenal. Coated pitch ini lalu di endositosis dan dibentuklah vesikel yang melakukan fusi dengan lisosom dan melepaskan kolesterol yang dapat digunakan untuk sintesis dari hormon steroid adrenal. Saat kolesterol telah memasuki sel, kolesterol akan segera dibawa ke mitokondria untuk diubah menjadi pregnenolone oleh enzim cholesterol desmolase. Kejadian ini diregulasi oleh adanya mekanisme timbal balik (feedback mechanism).1

Gambar 4 Proses Sintesis Hormon di Korteks Adrenal1

Pada tiap-tiap zona pada korteks adrenal, sintesis steroid didahului oleh faktor yang berbeda-beda sebagai kontrol dalam sekresi hormon. Sebagai contoh, ACTH akan menstimulasi sekresi kortisol sedangkan angiotensin II akan memicu

sekresi dari aldosteron. Sehungga apabila terdapat konsentrasi dari ACTH ataupun angiotensin II yang tinggi dalam plasma maka akan lebih banyak kolesterol diambil dan dirubah menjadi pregnenolone sebagai bakal dari sintesis hormon steroid.3,4

a.

Mineralokortikosteroid Mineralokortikosteroid dihasilkan di zona glomerulosa korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon terbanyak yang dihasilkan (90 % dari aktivitas mineralokortikosteroid) dan memiliki nilai poten yang sangat tinggi. Selain aldosteron, beberapa hormon lain yang termasuk dalam

mineralokortikosteroid yaitu desoxycorticosterone yang memiliki nilai poten 1/30 dari aldosteron namun disekresikan dalam jumlah yang sangat sedikit; corticosterone yang memiliki aktivitas mineralokortikosteroid ringan; 9aFluorocortisol; cortisol; dan cortisone.7 Mekanisme regulasi sekresi aldesteron berhubungan erat dengan regulasi dari cairan ekstraselular, konsentrasi elektrolit, volume cairan ekstraselular, volume darah, tekanan arteri dan berbagai aspek yang berhubungan dengan fungsi ginjal. Sekresi aldosteron dipengaruhi oleh halhal berikut : Kenaikan konsentrasi potasium dalam cairan ekstraseluler akan meningkatkan sekresi dari aldosteron. Peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin akan meningkatkan sekresi aldosteron. Peningkatan konsentrasi sodium dalam cairan ekstrasel akan sedikti menurunkan sekresi aldosteron. ACTH dari anterior pituitary diperlukan untuk sekresi aldosteron tetapi memiliki efek yang sedikit dalam pengontrolan laju sekresi.1,4 Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari aldosteron yaitu: 1. Aldosterone dapat meningkatkan reabsorbsi dari sodium dan eksresi potassium dalam tubular ginjal. Sehingga aldosteron dapat membantu mempertahankan sodium tetap berada pada cairan ekstraselular sementara sekresi dari potassium di urin dapat ditingkatkan.1

2.

Terlalu banyak aldosteron yang beredar dapat meningkatkan volume cairan ekstraseluler serta dapat meningktakan tekanan arteri namun hanya memiliki efek yang sedikit terhadap konsentrasi sodium pada plasma. Hal ini terjadi karena saat terjadi penyerapan sodium dalam tubulus ginjal, terjadi juga penyerapan air yang secara simultan akan berpengaruh terhadap penambahan cairan ekstraselular sehingga konsentrasi sodium dalam plasma akan tetap.1,7

Gambar 5 Regulasi garam dan Air pada Ginjal yang Dipengaruhi oleh Aldosteron 4

3.

Peningkatan tekanan arteri yang disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron meningkatkan ekskresi ginjal terhadap garam (pressure natriuresis) dan air (pressure diuresis). Hal ini disebut dengan aldosteron escape. Pada keadaan ini terjadi keseimbangan antara

10

penyerapan dan pengeluaran air dan garam oleh ginjal tetapi aldosteron masih tersedia dalam jumlah yang banyak. Pada keadaan ini, akan terjadi hipertensi karena paparan terus menerus terhadap aldosteron. Sebaliknya, saat sekresi aldosteron menjadi nol maka banyak garam diekskresikan di urin, bukan hanya kehilangan sodium dan klorida di ekstraseluler namun juga cairan ekstraseluler akan menurun sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan mengurangi volume darah. Akibatnya akan terjadi syok sirkulasi.1,3,7
4.

Kelebihan aldosteron dapat menyebabkan hipokalemia dan kelemahan otot sedangkan terlalu sedikit aldosteron akan menyebabkan hiperkalemia dan menimbulkan efek toksik pada jantung. Kehilangan potassium tidak hanya dilepaskan melalui urin namun saat kadar aldosteron tinggi, potassium dari cairan ekstrasel juga akan masuk ke dalam sel sehingga dapat menganggu daya eksitasi dari serabut saraf dan otot serta menghambat transmisi dari potensial aksi. Namun apabila terjadi kekurangan aldosteron dan peningkatan konsentrasi potassium maka dapat terjadi toksisitas dari jantung, kontraksi otot jantung akan melemah dan menyebabkan aritmia dan dapat berujung pada gagal jantung.1

b.

Glukokortikosteroid Kortisol merupakan salah satu glukokortikosteroid yang memiliki nilai poten yang sangat tinggi dan memiliki aktivitas glukokortikosteroid terbesar (sebanyak 95%). Hormon lainnya yang termasuk kedalam

glukokortikosteroid yaitu kortikosteron; kortison yang termasuk hormon sintetik dan memiliki sifat sama potennya dengan kortisol; prednisone (hormon sintetik) yang memiliki nilai poten empat kali lebih besar dibandingkan kortisol; metilprednisolon (hormon sintetik) memiliki nilai poten lima kali lebih besar dibanding kortisol; dan deksametason yang juga merupakan hormon sintetik dan memiliki nilai poten 30 kali lebih besar dibandingkan kortisol.7

11

Kortisol memiliki efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein dan juga lemak. Disamping itu kortisol memiliki fungsi dalam melawan stress dan inflamasi. Dalam metabolisme karbohidrat, kortisol memiliki kemampuan untuk : Meningkatkan stimulasi dari glukoneogenesis. Hal ini terjadi karena kortisol memiliki efek meningkatkan enzim yang diperlukan untuk mengubah sama amino menjadi glukosa dalam sel hati serta kortisol dapat menyebabkan mobilisasi asam amino dari jaringan

ekstrahepatik terutama dari otot. Sebagai akibat dari peningkatan glukoneogenesis, akan terjadi pula peningkatan penyimpanan glikogen didalam sel hati.1,4 Penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Mekanisme penyebabnya belum diketahui secara pasti. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh glukokortikosteroid yang dapat mengurangi oksidasi dari NADH ke NAD+ yang diperlukan dalam proses glikolisis sehingga dapat menyebabkan penurunan penggunaan glukosa oleh sel.1 Meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah dan menyebabkan adrenal diabetes dimana administrasi dari insulin hanya dapat menurunkan sedikit konsentrasi glukosa dibandingkan dengan diabetes oleh karena kerusakan pankreas karena resistensi jaringan terhadap insulin.1,3,7 Efek kortisol terhadap metabolisme protein antara lain dapat : Mengurangi protein seluler di seluruh sel dalam tubuh kecuali di hati melalui katabolisme protein yang tidak diikuti oleh sintesis protein baru. Meningkatkan protein hati dan plasma Meningkatkan asam amino dalam darah, menghambat transport asam amino ke sel ekstraepatik dan dan mempercepat transport ke sel intrahepatik. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya laju deaminasi asam amino oleh hati; meningkatnya sintesis protein di hati; meningkatkan protein plasma; dan meningkatkan konversi dari asam amino ke glukosa (glukoneogenesis).1

12

Kortisol juga memiliki efek terhadap metabolisme lemak yaitu dapat memobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa, meningkatkan kadar asam lemak dalam plasma dan meningkatkan penggunaannya untuk produksi energi serta mempercepat oksidasi asam lemak dalam sel. Hal ini berguna saat terjadi kelaparan dimana tidak tersedianya glukosa sebagai bahan pembentuk energi maka akan terjadi pergeseran penggunaan lemak sebagai bahan untuk pembentukan energi. Namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam untuk terjadi dibandingkan dengan penurunan insulin.1,3 Walaupun kortisol memiliki efek sedang terhadap mobilisasi asam lemak dari jaringan adipose, orang yang memiliki kadar kortisol yang tinggi akan mengalami obesitas dengan deposisi lemak yang terbanyak pada area dada dan kepala yang memberikan seseorang tersebut penampakan buffalolike torso dan moon face. Obesitas ini diduga terjadi akibat stimulasi yang berlebihan untuk makan dan lemak akan dibentuk di jaringan lebih cepat daripada proses mobilisasi dan oksidasinya.3,7

Gambar 6 Mekanisme Regulasi Glukokortikoid dan Efek yang Dihasilkan Secara Garis Besar1

Efek anti inflamasi yang dimiliki oleh kortisol bekerja saat tahap awal dari proses inflamasi maupun saat inflamasi sudah terjadi dengan mengurangi

13

secara cepat proses inflamasi serta mempercepat penyembuhan. Proses ini terjadi karena kortisol dapat menstabilisasi membrane lisosom; mengurangi permeabilitas dari kapiler dan mencegah kehilangan plasma ke jaringan; mengurangi pembentukan prostaglandin dan leukotrien; menekan sistem imun yang menyebabkan berkurangnya produksi limposit; dan juga mencegah terjadinya demam dengan mengurangi pelepasan interleukin yang berguna sebagai eksitasi terhadap sistem kontrol temperatur di hipotalamus.1 c. Androgen Hormon androgen yang dihasilkan kelenjar adrenal antara lain DHEA, DHEA sulfate dan androstenedione. Hormon ini memiliki aktivitas androgen yang minimal dan memiliki kontribusi terhadap pembentukan karakteristik seksual sekunder apabila sudah mengalami konversi di peripheral ke dalam bentuk yang lebih poten yaitu testosterone dan dihydrotestosteron. Androstenedion merupakan hormone yang lebih siap untuk dikonversi menjadi testosteron.3,7 Pada pria dengan fungsi gonad yang normal, konversi dari androstenedion menjadi testosteron hanya sekitar 5% dari seluruh produksi androstenedione dan efek secara fisiologis tidak terlalu jelas terlihat. Namun, apabila sekresi hormon androstenedion terjadi berlebihan pada anak laki-laki maka dapat mengakibatkan pembesaran penis imatur dan perkembangan dari karakteristik seksual sekunder yang lebih awal.3 Fungsi abnormal dari kelenjar androgen dapat dilihat pada Cushing Syndrome, adrenal carcinoma, dan congenital adrenal hyperplasia. Pada keadaan-keadaan ini akan terjadi hipereksresi dari androgen adrenal serta meningkatkan konversi di perifer ke testosterone dan menyebabkan tingginya kadar androgen yang pada wanita bermanifestasi dalam bentuk jerawat, hirsutism dan virilisasi.3

Hormon Medula Adrenal Katekolamin (norepineprin, epineprin dan dopamin) disekresikan di medula adrenal. Sekresi katekolamin terbanyak pada kelenjar medula adrenal manusia adalah epineprin (sekitar 80%). Sintesis dari katekolamin berawal dari

14

asam amino tirosin yang diambil oleh sel kromafin di medula yang kemudian diubah menjadi epineprin dan norepineprin melalui beberapa proses.7

Gambar 7 Proses Sintesis dari Molekul Katekolamin7

Pengaturan dari sekresi medula adrenal tergantung dari kontrol secara neuronal dan juga sekresi secara selektif melalui respon terhadap stress. Sekresi katekolamin rendah pada keadaan basal bahkan sekresi epineprin dan norepineprin menurun lebih jauh pada saat tertidur. Peningkatan sekresi medula adrenal merupakan bagian dari rangsangan simpatis terhadap situasi berbahaya.3,7 Katekolamin memiliki reseptor yang berbeda-beda di setiap jaringan tubuh. Ada dua tipe reseptor katekolamin yaitu reseptor tipe dan reseptor tipe . Reseptor tipe sensitive terhadap adrenalin dan noradrenalin, sedangkan reseptor lebih sensitive terhadap adrenalin.7 Dalam tiap-tiap jaringan, katekolamin menimbulkan berbagai macam efek. Efek yang ditimbulkan berkaitan dengan persiapan dalam menghadapi suatu stres. Oleh karena itu hormon katekolamin ini disebut sebagai hormon yang membantu dalam flight and fight response.1,3,7 Beberapa efek yang ditimbulkan oleh katekolamin dalam beberapa sistem yaitu : Kardiovaskular : Meningkatkan denyut jantung Meningkatkan kontraksi otot jantung Vasokonstriksi pembuluh darah pada kulit dan membran mukosa Respirasi Pengendoran Adrenalin noradrenalin otot-otot brachial dan bronchiolar yang

mengakibatkan dilatasi bronkus dan bronkiolus memiliki efek yang lebih kuat dibandingkan

15

Gambar 8 Pengaturan Sekresi Katekolamin dan Efek yang Dihasilkan4

Pencernaan Mengendorkan otot polos pada saluran pencernaan Menghambat gerakan peristaltik Memacu konstriksi pilorik dan iliopilorik dari spingter

Saraf pusat Mengaktivasi system retikularis Memacu timbulnya kecemasan, pengambilan nafas dan tremor

Darah Mempercepat koagulasi darah Meningkatkan sel darah merah, konsentrasi haemoglobin dan protein plasma darah Meningkatkan pergerakan cairan dari darah ke ruang antar sel sehingga meningkatkan konsentrasi darah. Dalam metabolisme, katekolamin akan memicu glikogenolisis dan

glukoneogenesis di dalam hati. Noradrenalin akan memiliki fungsi dalam menghambat sekresi insulin yang diinduksi oleh glukosa dari sel pada pulau langerhans pankreas. Sekresi adrenalin dan noradrenalin akan meningkatkan

16

konsentrasi asam lemak dalam darah dengan menaikkan proses lipolisis dalam jaringan lemak dan otot. Adrenalin dapat pula meningkatkan metabolisme basal dengan meningkatkan konsumsi oksigen total.7

17

BAB III PENUTUP

Kelenjar adrenal merupakan salah satu organ endokrin yang terletak di bagain superomedial dari masing-masing ginjal manusia. Kelenjar ini berwarna kuning keemasan. Berat dari kelenjar adrenal pada tubuh manusia dewasa kirakira 5 gram. Letak kelenjar adrenal kanan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelenjar adrenal kiri. Kelenjar ini mendapatkan aliran darah dari arteri suprarenal superior, middle suprarenal arteri dan arteri suprarenal inferior. Secara histologi kelenjar adrenal dibagi menjadi bagian korteks dan medula. Tiap-tiap lapisan dalam kelenjar adrenal menghasilkan hormon yang berbeda-beda. Korteks adrenal yang terletak lebih diluar dibagi menjadi tiga zona yang menghasilkan hormon steroid. Dari luar ke dalam yaitu zona glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikosteroid, zona fascikulata yang menghasilkan glukokortikosteroid dan zona retikularis yang menghasilkan hormone androgen. Sedangkan bagian medula kelenjar menghasilkan hormon katekolamin yaitu adrenalin, noradrenalin dan dopamin. Fungsi dari mineralokortikosteroid khusunya aldosteron yaitu menjaga keseimbangan natrium dalam tubuh yang juga berhubungan dengan renin dan angiotensin. Glukokortikosteroid sendiri memiliki peran dalam mempengaruhi proses metabolisme di tubuh seperti mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Selain itu hormon ini juga berfungsi dalam mengurangi respon inflamasi. Hormon katekolamin memiliki efek yang hampir mirip dengan perangsangan saraf simpatis pada berbagai jenis organ tubuh yang dikeluarkan saat seseorang sedang berada dalam stres dan berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi keadaan yang memicu terjadinya stres. Oleh karena itu hormon katekolamin ini disebut sebagai hormon yang membantu dalam flight and fight response.

18

DAFTAR PUSTAKA

1.

Guyton A.C, Hall John E. 2006. Autonomic Nervous System and Adrenal Medulla, Adrenocortical Hormone. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia : Elsevier. 2006. Moore Keith L et al. Clinical Oriented Anatomy 6th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. 2010 ; 294-99.

2.

3.

Ganong, William F. Adrenal Medulla and Adrenal Cortex. Review of Medical Physiology 22nd Edition. Mc Graw-Hill Company. 2006. Despopoulos et al. Colour Atlas of Physiology 5th Edition. Stuttgart. Thieme. 2003. Moore Keith L et al. Essential Clinical Anatomy 4th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins. 2010 ; 199-215. Gartner Leslie P et al. Suprarenal Glands. Color Textbook of Histology 3rd Edition. Philadelphia: Elsevier Saunder. 2006 ; 317-23 Gardner David G et al. Greenspans Basic and Clinical Endocrinology 8th Edition. Adrenal Medulla and Paraganglia. Lange Mc Graw-Hill. 2007.

4.

5.

6.

7.

19

You might also like