You are on page 1of 72

47

PENDAFTARAN & PENDATAAN


(Ps. 9 & 10 )

PENDAFTARAN : WP AKTIF mendaftarkan OP & SP MENGGUNAKAN SPOP SPOP hrs diisi : Jelas, Benar, Lengkap Tanda Tangan SPOP dikirim ke KPPBB dl waktu 30 hari, apabila lewat 30 hr terbit Surat Tegoran, Apabila SPOP kembali, terbit: SPPT,STTS,DHKP PENDATAAN : FISKUS AKTIF

PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)

WAJIB PAJAK MENGISI SPOP

JELAS BENAR LENGKAP DITANDATANGANI

NOMOR OBJEK PAJAK (NOP)


STRUKTUR NOP Misalnya NOP : 31.73.050.001.004-0056.0 Kode 31.73.050.001 adalah kode wilayah kelurahan Rawasari, kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat Kode 004 adalah kode blok 004 di kelurahan tersebut Kode 0056 adalah nomor urut 0056 di blok tersebut Kode 0 adalah kode khusus

MATRIK PERBANDINGAN

UU PBB
Subjek
Orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasa dan/atau memanfaatkan atas bangunan Bumi dan/atau bangunan sama

UU PDRD

Objek Tarif NJKP NJOPTKP


Sebesar 0,5% 20% s.d. 100% (PP 25 Tahun 2002 ditetapkan sebesar 20% atau 40%) Setinggi-tingginya Rp24 Juta 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) atau 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)

Bumi dan/atau bangunan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan 0,2% Paling Tinggi 0,3% Tidak Dipergunakan Paling Rendah Rp10 Juta 0,3% x (NJOP-NJOPTKP)

PBB Terutang

48

TATA CARA PEMBAYARAN


WP langsung ke Bank/K.Pos TP Melalui PB/Transfer Uang Melalui Petugas Pemungut/Petugas Jemput Bola Pembayaran PBB Melalui ATM

TATA CARA PEMBAYARAN.


( Ps. 11 )

49

SPPT

6 BULAN 1BULAN 1 BULAN

SKP
KPP Pratama

STP
TEMPAT PEMBAYARAN

(Bank,Kant.Pos dan Giro atau tempat yg ditunjuk).

50

PENAGIHAN DAN SANKSI ADMINISTRASI PBB


SPOP
30 HARI

DIKEMBALIKAN

TIDAK

SKP + denda 25% Dari POKOK

SPPT

ya
SPOP tdk Benar SKP + 25% dari Selisih Pajak

6 bulan
Jatuh Tempo

1 bulan
STP + Bunga 2% Per bln maks 24 bl

1 bulan

7 hari
Jatuh tempo tegoran

21 hari

SP

KLN

Permintaan jadual Waktu & tempat lelang

2x24 jam tercepat SPMP 10 hari

51

KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


( Ps. 15 dan 16 )

Peraturan Direktur Jenderal Pajak No: PER-25/PJ./2009 Tgl.16 Maret 2009 Stdd PER-16/PJ./2010

52

TIMBULNYA KEBERATAN PBB


WP tdk sependapat dengan fiskus atas isi SPPT / SKP mengenai : Keluasan bumi dan/atau bangunan NJOP Bumi dan/atau Bangunan Perbedaan penafsiran UU/Peraturan :NJKP

53

SYARAT-SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN


Syarat Formal : 1. Pengajuan dl waktu 3 bln 2. Dl keadaan terpaksa dpt lebih dari 3 bln 3. Diajukan secara tertulis 4. Diajukan kpd Dirjen Pajak melalui KPP Pratama 5. Apabila dikuasakan hrs ada surat kuasa

54

SYARAT-SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN


Syarat Materiil : 1. Satu SPPT/SKP satu Surat Keberatan, kecuali yang kolektif melalui Lurah/Kades 2. Mengemukakan alasan yang jelas dan mencantumkan besar PBB menurut WP

55

PENGAJUAN KEBERATAN
Ketetapan sampai dengan Rp200.000,- dpt diajukan perorangan atau kolektif. Ketetapan di atas Rp200.000,- diajukan secara perorangan

56

PENELITIAN LAPANGAN
KPP Pratama : OP tdk dlm 1 Kab/Kota dengan Kanwil dan diajukan kolektif Kanwil DJP & KPP Pratama : OP tdk dlm 1 Kab/Kota dengan Kanwil dan diajukan perorangan Kanwil DJP : OP berada dlm 1 Kab/Kota dengan Kanwil DJP

MEKANISME KEBERATAN PBB

permohonan 3 bln sejak terima SPPT/SKP

diteruskan 14 hari

KANWIL DJP

WP

KPPrat. Penelitian

Banding ( 3 bln )

Keputusan (12 bln) 1. Menerima 2. Menolak

Pngdl.Pajak

3. Menambah pajak

58

SEBAB-SEBAB PENGURANGAN
(Ps.19 UU PBB; PerMenKeu:110/PMK.03/09; Tgl.17-6-09)

Karena kondisi tertentu OP yg ada hubungannya dg SP atau sebab-sebab tertentu lainnya Objek Pajak terkena bencana alam atau sebab-sebab lain yang luar biasa (maks: 100%) Ket: Bencana Alam: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor. Sebab lain yg luar biasa: kebakaran, wabah penyakit tanaman, wabah hama tanaman

59

KONDISI TERTENTU OP yg ada hubnya dgn SP dn/a karena sebab2 tertentu lainnya
Objek Pajak yg Wpnya op veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya ( 75%) Objek Pajak berupa pertanian/perkebunan/ perikanan /peternakan yg hasilnya sangat terbatas milik op yang berpenghasilan rendah (maks:75%) Objek Pajak milik op berpenghasilan rendah yg NJOPnya meningkat krn perub.lingk dan dampak pembangunan (maks: 75%) Objek Pajak milik op yg penghasilannya semata-mata dari pensiunan shg kewajiban PBB sulit dipenuhi (maks: 75%) Objek Pajak milik op yg berpenghasilan rendah shg kewajiban PBBnya sulit dipenuhi (maks: 75%) Objek Pajak milik badan yg mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pd thn pajak sebelumnya shg tdk dpt memnuhi kewajiban rutin (maks: 75%)

Tata Cara Pengajuan Pengurangan PBB


Berdasarkan permohonan WP Dapat diajukan secara: a. perseorangan utk SKP b. perseorangan atau kolektif utk SPPT Permohonan kolektif (SPPT) dapat diajukan: > Sebelum SPPT terbit (khusus Veteran) utk ketetapan maks. 500 juta > Setelah SPPT terbit: 1). Khusus Veteran dng ketetapan maks: 500 juta 2). Orang Pribadi selain Veteran dng ketetapan maks: 200 ribu 3). Karena bencana alam dan sebab lain yang luar biasa dengan ketetapan PBB maks: 500 juta

Tata Cara Pengajuan Pengurangan PBB


Pengajuan secara perseorangan: a. satu permohonan utk 1 SPPT/ SKP b. Diajukan tertulis dl bah Indonesia kpd Kepala KPP Pratama dg mencntumkan %tase pengurangan disertai alasan yang jelas c. dilampiri fotokopi SPPT/SKP d. ditandatangani WP (bukan WP: Srt Kuasa Khusus utk WP Badan dan WP pribadi dg pajak terutang >2 juta; Srt Kuasa utk WP pribadi dg pajak terutang maks; 2juta. e. diajukan dlm waktu 3 bln sejak diterima SPPT atau sejak bencana alam atau sebab lain yg luar biasa, dan 1 bln sejak diterima SKP atau 1 bln sejak diterima SK Keberatan (kecuali Force Mayeur) f. tidak memiliki tunggakan PBB thn pajak sebelumnya, kecuali karena bencana alam dan sebab lain yg luar biasa g. tidak diajukan keberatan, atau telah diterbitkan SK Keberatan dan tdk diajukan banding.

Tata Cara Pengajuan Pengurangan PBB


Pengajuan secara kolektif: a. Satu permohonan utk bbrp objek dg Tahun Pajak yg sama b. Diajukan secara tertulis dg mencantumkan %tase pengurangan dan alasan yg jelas kpd Kepala KPP Pratama melalui pengurus LVRI atau Organisasi lainnya atau Kepala Desa/Lurah. c. Diajukan paling lambat tgl 10 Januari tahun pajak bersangkutan d. Tidak memiliki tunggakan PBB tahun pajak sebelumnya (kecuali bencana alam dan sebab lain yg luar biasa) e. Dilampiri fotokopi SPPT f. Diajukan dlm waktu: 3 bln sejak terima SPPT/sejak terjadinya bencana/sejak sebab lain yg luar biasa (kec: force mayeur) g. Tidak diajukan keberatan atas SPPT yg dimohonkan pengurangan

MEKANISME PENGURANGAN PBB


KANWIL DJP
permohonan 3 bln sejak terima SPPT/ 1 bln sejak terimaSKP diteruskan 10 hari ( >500jt s/d 1,5 M )

57

KP Pratama
(maks.500 juta)

WP

Dit.Jen.Pajak Pen.Lap.
( > 1,5 M )

Keputusan: KPP, maks: 3 bln Kanwil, maks: 4 bln DJP, maks: 6 bln Keputusan sesuai permoh. WP

Keputusan 1. Menerima sel/sbgn 2. Menolak

Lewat waktu: Dikabulkan

63

PEMBETULAN DAN PEMBATALAN


(Ps. 16 & 36 KUP)

PEMBETULAN (Perdirjen 37/PJ/2008) : Salah tulis, salah hitung, kekeliruan penerapan uu/peraturan dlm SPPT/SKP/STP PEMBATALAN (PMK 111/PMK.03/2009): OP tidak ada, Hak SP thd OP batal (put.pengadilan), OP menjadi Fasum/Fasos,SPPT ganda

DALUWARSA

1. DASAR HUKUM
Pasal 49 UU KUP 1983 Pasal 13 dan 15 UU KUP 2000 dan 2007

2. PRODUK PENETAPAN PBB


SPPT; SKP; STP.

25

3. WAKTU DALUWARSA
untuk Tahun Pajak 2002 dan sebelumnya, daluwarsa 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya Tahun Pajak; untuk Tahun Pajak 2003 sampai dengan Tahun Pajak 2007, daluwarsa pada akhir Tahun Pajak 2013; untuk Tahun Pajak 2008 dan seterusnya, daluwarsa 5 (lima) tahun sejak berakhirnya Tahun Pajak.

26

1. DASAR HUKUM
Pasal 49 UU KUP 1983 Pasal 22 ayat (1) UU KUP 2000 dan 2007 Pasal II angka 1 UU KUP 2007

2. PRODUK PENAGIHAN PBB


STP Walaupun SPPT dan SKP juga merupakan dasar penagihan pajak (Pasal 12 UU PBB), tetapi yang dapat dilakukan penagihan aktif hanya STP (STP yang tidak dilunasi ditagih dengan Surat Paksa).

27

3. WAKTU DALUWARSA
untuk Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya, daluwarsa 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya Tahun Pajak; untuk Tahun Pajak 2008 dan seterusnya, daluwarsa 5 (lima) tahun sejak STP diterbitkan.

28

DALUWARSA PENETAPAN Tahun Pajak 2002 dan sebelumnya


2002
2001 2000 2012 2011 2010

dstnya

Tahun Pajak 2003 sampai Tahun Pajak 2007


2003 2004 2005 2006 2007 2013

Tahun Pajak 2008 dan seterusnya


5 (lima) tahun setelah berakhirnya Tahun Pajak Keterangan: Tahun Pajak Tahun Penetapan (STP)
29

DALUWARSA PENAGIHAN Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya


2007
2006 2005 dstnya 2017 2016 2015

Tahun Pajak 2008 dan seterusnya


5 (lima) tahun sejak diterbitkan STP

Keterangan:

Tahun Pajak Tahun Penagihan


30

DALUWARSA PENETAPAN DAN PENAGIHAN Tahun Pajak 2002 dan sebelumnya


2002 2001 dstnya 2000 2012

2011 2010

Tahun Pajak 2003 sampai Tahun Pajak 2007


2003 2013

2004
2005 2006 2007

2014
2015 2016 2017 Tahun Pajak Tahun Penetapan (STP) Tahun Penagihan 31

Keterangan:

DALUWARSA PENETAPAN DAN PENAGIHAN Tahun Pajak 2008 dan seterusnya


2008 dstnya 2013 2018

Keterangan:

Tahun Pajak Tahun Penetapan (STP) Tahun Penagihan 32

Pasal 22 KUP ayat 2


diterbitkan Surat Paksa; ada pengakuan utang pajak dari WP baik langsung maupun tidak langsung; diterbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (5), atau SKPKBT sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (4); atau dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

33

KETENTUAN BAGI PEJABAT


( Ps. 21 & 22 )

Pejabat yg dlm jabatannya/tugasnya berkaitan langsung dg objek pajak, wajib: a. Menyampaikan lapbul. mengenai mutasi & perubahan op kpd DJP b. Memberikan ket yg diperlukan atas permintaan DJP Pejabat yg tdk memenuhi kewajiban dikenakan sanksi sesuai per/peruu yg berlaku

SANKSI PIDANA
( Ps.24 )

75

KEALPAAN

1. Tidak mengembalikan SPOP 2. Menyampaikan SPOP ttp isinya tdk lengkap / tdk benar dan menimbulkan kerugian bagi negara .

PIDANA KURUNGAN MAKSIMUM 6 BULAN ATAU DENDA . SETINGGI-TINGGI NYA 2 X PAJAK TERUTANG.

76

SANKSI PIDANA
( Ps. 25 ayat(1 )

KESENGAJAAN

PIDANA KURUNG AN SELAMA-LAMA NYA 2 TAHUN ATAU DENDA SETINGGITINGGINYA 5 X PAJAK TERUTANG

1. TIDAK MENGEMBALIKAN SPOP 2. MENYAMPAIKAN SPOP TTP ISINYA TDK LENGKAP / TDK BENAR 3. MEMPERLIHATKAN SURAT / DOKUMEN PALSU / DIPAL SUKAN 4. TIDAK MEMPERLIHATKAN / MEMINJAMKAN SURAT DO KUMEN LAINNYA 5. TIDAK MENYAMPAIKAN / MENUNJUKKAN DATA YANG DIPERLUKAN .

PBB sektor Perkebunan


(PER-64/PJ/2010)
Areal Produktif: areal yg sdh ditanami meliputi tanaman blm menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) Areal Belum Prouduktif: a. Sdh diolah belum ditanami b. Belum diolah Areal Emplasemen: digunakan utk berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya Areal lainnya: a. tdk produktif/tdk dimanfaatkan (rawa,cadas, jurang,dll) b. jalan: utama, produksi, kontrol

PBB sektor Perkebunan


( PER-64/PJ/2010)
Nilai Tanah/m2 areal perkebunan = Nilai Areal prod+Blm Prod+Empl+Lain Luas Areal Prod+Blm Prod+Empl+Lain N.Tanah/m2 > Konversi : Tabel Klas = NJOP Tnh/m2 Bangunan Emplasemen: a. Nilai B tiap jenis= luas tiap B x Nilai/m2 b. Nilai B /m2 = Jml Nilai seluruh Bangunan Jml Luas seluruh Bangunan Nilai B/m2 > Konversi: Tabel Klas = NJOP Bng/m2

21

Perkebunan (SE-149/PJ/2010)

Areal Emplasemen N.Tanah=Luas x NDT/m2


Areal lain: a.Tdk produktif: N.Tanah= Luas xNDT/m2 b. Jalan N.Tanah= Luas x NDT/m2

Areal Produktif (TBM &TM) Nilai Tanah= NDT + SIT NDT = Luas x NDT/m2

Areal Belum Produktif a.sdh diolah blm ditanami Nilai Tanah= Luas x NDT/m2 b.belum diolah Nilai Tanah= Luas x NDT/m2

PBB SEKTOR KEHUTANAN ( SE-73/PJ.6/1999 tgl.16-12-1999 )


1. 2. 3. 4. 5. 6. Hasil Bersih = Pend.Kotor Biaya Eksploitasi Pend.Kotor = Total hasil prod dl thn pajak sebelumnya x Harga pasar kayu bulat thn pajak berjalan ( harga pasar 1 Januari ) Biaya Eksploitasi : Penanaman ( Perhutani ) Pemeliharaan & Perawatan hutan (Perhutani) Pengendalian kebakaran & pengamanan Penebangan ( upah kerja & peralatan ) Pengangkutan ke Log Ponds/ Log yards PBB dan PSDH areal blok tebangan thn lalu

24

25

Areal Produktif = areal blok tebangan sesuai RKT : areal yg pohon2nya dapat ditebang. Areal blm/tdk produktif = hutan non blok tebangan : areal yg pohon2nya blm dpt di tebang. Areal lain : tdk ada tegakannya (rawa, payau, waduk/danau, digunakan pihak ke 3 Log Ponds : areal perairan tempat penimbunan kayu Log Yards : areal daratan tempat penimbunan kayu

26

Perhutanan HPH/HPHH/IPK/ IZIN LAIN

Areal Emplasemen NJOP=NJOP Tanah Areal Lain NJOP=NJOP Tanah

Areal Produktif ( RKT ) NJOP= 8,5 x HB setahun Areal Blm/Tdk Prod. NJOP = NJOP Tanah

Log Pond NJOP=NJOP perairan

27

Perhutanan ( HPHTI )

Areal Emplasemen NJOP=NJOP Tanah

Areal Lain NJOP=NJOP Tanah

Areal Produktif NJOP= NJOP T + SBPHTI

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN

28

NON MIGAS

ENERGI PANAS BUMI MIGAS NON MIGAS GALIAN C

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS ( SE-48/PJ./2011 )


Areal Produktif : Areal yg telah di eksploitasi/menghasilkan bahan tambang NJOP = 9,5 x hasil bersih galian tambang dlm satu tahun Hasil Bersih = Pend.Kotor hasil penjualan galian tambang setahun biaya eksploitasi di mulut tambang ( Run On Mine )

29

30

SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS


Areal Blm Produktif : Areal yg blm menghasilkan tapi sewaktu-waktu akan menghasilkan ( tahap penyelidikan umum, eksplorasi, dan konstruksi ) NJOP = NJOP Tanah Luas areal yg dikenakan sbb: Penyel.Umum = 5% dari luas areal WKP Eksplor. th 1 s/d 5 = 20% dari luas areal WKP Eksplor. Perpanjangan I & II = 50% luas WKP Pemb.Konstruksi s/d Prod. = luas areal WKP

31

SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS


Areal Tdk Prod : Areal yg sama sekali tdk menghasilkan galian tambang. NJOP = NJOP Tanah Areal Emplasemen : Areal yg diatasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan NJOP = NJOP Tanah Areal Lain : Areal Perairan yg digunakan utk pelabuhan khusus pertambangan NJOP = NJOP Perairan

32

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C ( SE- 27/PJ.6/1999 tgl 23-4-1999 )
Areal Produktif : Areal yg telah dieksploitasi /menghasilkan bahan galian tambang. NJOP = Angka Kapitalisasi x Hasil Bersih setahun Angka kapitalisasi : sesuai jenis tambang Hasil bersih = Pend.Kotor hsl penjualan galian tambang setahun biaya eksploitasi di mulut tambang ( Run On Mine )

33

PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C


Areal Blm Produktif : Areal yg blm menghasilkan tapi sewaktu-waktu akan menghasilkan (peny.umum, eksplorasi, dan konstruksi) NJOP = NJOP Tanah Areal Tdk Produktif, Areal Emplasemen NJOP = NJOP Tanah Areal Pelabuhan Khusus Pertambangan NJOP = NJOP Perairan

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS (Perdirjen No 71/PJ/2010 )


Areal Produktif : Areal di dlm WKP yg telah dieksploitasi NJOP = Tk Kapitalisasi x Hasil penjualan Migas setahun Areal Blm Produktif : 1. Areal Penyelidikan Umum (Gen.Survey) 2. Areal Eksplorasi 3. Areal Non Producing Open 4. Areal Non Producing Plug and Abandon NJOP ( 1 s/d 4 ) = NJOP Tanah

34

35

SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS


Areal Tdk Produktif : Areal yg sama sekali tdk menghasilkan Migas NJOP = NJOP Tanah Areal Emplasemen : Areal di dlm / diluar WKP yg diatasnya terdpt bangunan/pekarangan NJOP = NJOP Tanah Areal Lainnya : Pengamanan & Tanah Kosong NJOP = NJOP Tanah Areal Perairan : Utk Pelabuhan khusus NJOP = NJOP Perairan

Objek, Subjek, dan Wajib Pajak PBB Migas


Objek PBB Migas terdiri atas permukaan bumi, tubuh bumi, dan bangunan:
Permukaan Bumi, terdiri dari: Areal Daratan (onshore) yaitu areal KKKS (di dalam maupun di luar WK) yang terletak di daratan dan perairan pedalaman; dan Areal di Perairan Lepas Pantai (offshore). Tubuh Bumi berdasarkan Hasil Produksi KKKS. Bangunan berdasarkan total luas bangunan yang dimiliki/dikuasai/ dimanfaatkan KKKS.
PERMUKAAN BUMI Areal PERAIRAN lepas pantai (offshore) PERMUKAAN BUMI Areal DARATAN (onshore atau Emplasemen Pertamina Hulu)

Garis pantai

TUBUH BUMI
(PRODUKSI)

TUBUH BUMI
(PRODUKSI)

Subjek Pajak Subjek PBB Migas adalah seluruh KKKS yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan sesuai luas Wilayah Kerja yang dikuasainya. Wajib Pajak Subjek Pajak sebagaimana di atas yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi Wajib Pajak PBB Migas.
52

Alur Pendaftaran, Perhitungan, Penerbitan SPPT, Pembayaran, dan Bagi Hasil Penerimaan PBB Migas
Setoran Hasil Bersih Migas Bagian Negara pada rekening Menteri Keuangan di BI
2. SPOP se luruh OP 7. Permintaan Pemindahbukuan pembayaran 8. Permintaan Pemindahbukuan pembayaran 9. Permintaan Pemindahbukuan

1.SPOP

KKKS

BPMIGAS

DITJEN PAJAK

DITJEN
6. SPPT

DITJEN
PERBENDAHARAAN

ANGGARAN

BI

3. SPOP per kab/kota

4. Usul Perhitungan

5. Koreksi/ Persetujuan

6. SPPT

10. Pemindahbukuan dana PBB Migas

KPPBB/KPP KPPBB/KPP PRATAMA KPPBB/KPP PRATAMA PRATAMA

BO III PBB BO III BO III PBB PBB

BANK PERSEPSI PBB


SETORAN WP PBB SEKTOR LAINNYA:
11. Bagi Hasil Penerimaan PBB Migas Perkotaan Pedesaan Perkebunan Perhutanan Pertamb. Non Migas

KAB/KOTA (64,8%)

PROPINSI (16,2%)

PUSAT (10%)

BP (9%)

*)

Pelaksanaan Pemindahbukuan Pembayaran PBB Migas per triw., sesuai SEB DJP & DJLK No. 630/4568, 24 Sept 2001:
Triw 1 Triw 2 Triw 3 Triw 4 Pelunasan : : : : : 15 15 15 15 15 maret mei agustus november desember

3,5% insentif bagi kb/kt yang masuk target PBB pds & pkt

Sek. Pedesaan 10% Pst - 90% Kb/Kt Sek. Perkotaan 20% Pst - 80% Kb/Kt Sek. Perhutanan 65% Pst - 35% Kb/Kt Sek. Pertambangan 70% Pst - 30% Kb/Kt Sek. Perkebunan 60% Pst - 40% Kb/Kt

6,5% dibagi rata ke seluruh kb/kt

53

ALUR Pendaftaran, Perhitungan, dan Penerbitan SPPT

1
KKKS

SPOP
(April Mei)

BPMIGAS

seluruh SPOP
(Juni Juli)

DITJEN PAJAK

Surat DJP: penyampaian SPOP & Petikan: a. SPOP Onshore b. Petikan data Offshore & Hasil Produksi per Kab/Kota
(Agustus September)

PRATAMA

KPPBB/KPP KPPBB/KPP PRATAMA KPP PRATAMA

4 5

Surat KPP: Usulan Perhitungan berdasarkan data SPOP


(September Oktober)

Surat DJP: Persetujuan atas Usulan Perhitungan


(Oktober - Nopember)

Surat KPP: SPPT Objek PBB Migas dicetak berdasarkan Persetujuan DJP
(Nopember Desember)

54

40

PBB SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI (SE- 25/PJ.6/1999 tgl 23-4-1999)

Areal Produktif : Areal di dlm WK PSP yg telah di eksploitasi dan menghasilkan energi panasbumi. NJOP = 9,5 x Hasil Penjualan Energi Panasbumi setahun Hasil Produksi : Seluruh jumlah air dan atau uap panasbumi yg diperoleh dari proses eksploitasi dan digunakan sebagai sumber energi/listrik dl ukuran Kwh

41

PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI


Areal Blm Produktif : 1. Areal Penyelidikan Umum 2. Areal Eksplorasi 3. Areal Cadangan Produksi NJOP (1 s/d 3) = NJOP Tanah Areal Tdk Produktif : Areal yg sama sekali tdk menghasilkan energi panasbumi NJOP = NJOP Tanah

42

PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI


Areal Emplasemen : Areal di dlm/di luar WKPSP yg diatasnya terdapat bangunan NJOP = NJOP Tanah Areal Lainnya : Pengamanan dan tanah Kosong NJOP = NJOP Tanah Areal Perairan : Untuk pelabuhan Khusus NJOP = NJOP Perairan

BID.USAHA PERIKANAN
( SE-22/PJ.6/99 TGL:23-4-99 )

22

PERIKANAN DARAT 1.Areal Pembudidayaan Ikan : NJOP = NJOP T + BIT 2. Areal Lain : NJOP = NJOP Tanah

PERIKANAN LAUT/SUNGAI 1. Areal Perikanan : NJOP = 10 x Hasil Bersih 2. Areal Pembudidayaan Ikan : NJOP = 8 x Hasil Bersih 3. Areal Lain : NJOP = NJOP Tanah

PBB BID.USAHA PERIKANAN (SE-30/PJ.6/1999 tgl. 17-5-1999 )


NJOP Perairan = Berdasarkan korelasi garis lurus kesamping dg klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya. NJOP Areal Pembenihan = NJOP Perairan + Biaya Investasi Pembenihan dl satu tahun ( biaya bibit dan pemeliharaan )

23

43

PENGENAAN ATAS PELABUHAN LAUT (SE39/PJ.6/1999 tgl.23-4-1999)


Areal Kolam Labuh, Tempat Labuh dan Docking. NJOP = NJOP Perairan Areal Perairan Potensial yg Belum dimanfaatkan. NJOP = setingginya kls A.30 dan lebih kecil dari tanah darat sekitarnya Areal Perairan Dangkal (utk kapal mati) NJOP = Kelas A.49

RESTITUSI PBB
(PMK 16/PMK.03/2011 dan PMK 17/PMK.03/2011

64

Sebab-sebab Restitusi : 1. Pajak dibayar > pajak terutang : a. Permohonan pengurangan dikabulkan b. Permohonan keberatan dikabulkan c. Permohonan banding dikabulkan d. Perobahan peraturan 2. Pajak dibayar yg seharusnya tdk terutang

MEKANISME RESTITUSI PBB

65

permohonan

WP

KPP Pratama

Peneitian & pemeriksaan


12 bln Keputusan 1. SKKP PBB 2. SPb 3. SKP SPMKP PBB
(1 bln)

IMBALAN BUNGA
(PerMenKeu: 121/PMK.06/2005; 5-12-05)

66

1. 2. 3.

SEBAB-SEBAB IMBALAN BUNGA : Keterlambatan penerbitan SKKP PBB Keterlambatan penerbitan SPMKP PBB Kelebihan pembayarn PBB krn Permohonan Keberatan/Banding diterima sebagian/seluruhnya 4. Kelebihan pembayaran sanksi adm krn pengurangan/penghapusan sbg akibat diterbitkan Kep.Keberatan/Put.Banding

IMBALAN BUNGA
Penerbitan SKKP PBB Penerbitan SPMKP PBB PERMOHONAN KEBERATAN / BANDING WP
terlambat Bunga 2%/bln sejak berakhirnya 12 bln stlh permohonan diterima sd terbit SKKP

67

terlambat

Bunga 2%/bln sejak berakhir 1 bln dr terbitnya SKKP sd terbitnya SPMKP

dikabulkan

SKKP PBB + Bunga 2%/bln maks.24 bln sejak bayar sd terbit SK.Keb/Put.Banding

Pengurangan/pengha pusan sanksi Adm sbg akibat terbitnya SK Keb/Put.Banding

Bunga 2%/bln maks.24 bln sejak bayar sd Terbitnya Kep.Pengur/Penghapus sanksi Adm

Pembagian Hasil Penerimaan PBB


(Ps.18 UUPBB; PerMenKeu:34/PMK.03/2005)

68

TEMPAT PEMBAYARAN PEMBAYARAN

Pelimpahan Form SSPPBB

BANK/POS&GIRO PERSEPSI .
PELIMPAHAN

Pembayaran / menukar TTS dng STTS.

BANK OPERAS. III

PEMBAGIAN
W. Pajak

P.Pemungut

10 %
Pem Pusat

9 % 16,2 % 64,8 %
BP Dati I Dati II

S-06/PJ.13/2007

69

Pembayaran PBB Pds/Pkt di TP PBB Pembayaran PBB Pkb/Pht/Ptb non-migas di Bank/Pos Persepsi dg menggunakan SSP PBB
SSPPBB merupkan dok sumber dlm penatausahaan pen negara yg digunakan sbg input item data ke sistem MPN Pembayaran PBB Pkb/Pht/Ptb ke Bank/Pos Persepsi sah setelah mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos (NTP). Atas Pembayaran/Penyetoran PBB ke Bank/Pos Persepsi WP diberikan bukti pembayaran/penyetoran berupa: a. Bukti Penerimaan Negara (BPN), atau b. Formulir SSP PBB yang diterakan NTPN serta elemen lain sebagai validasi pembayaran/penyetoran Untuk memperluas pelayanan pembayaran, semua Bank/Kantor Pos yang on-line dengan MPN di tiap-tiap kabupaten/kota ditunjuk sebagai Bank/Pos Persepsi PBB

PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PBB BAGIAN PEMERINTAH PUSAT

70

Berdasarkan Kep.Men Keu RI No. 83 / KMK.04 / 1994 Tanggal 19 Mart 1994 ,

10 %
Bagian penerimaan PBBuntuk Pemerintah Pusat dibagikan kepada DAERAH TKT II

PP No. 16 Tahun 2000 KepMenKeu No: 82/KMK.04/2000


Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah Dibagi merata kepada seluruh daerah Kab/Kot 6,5 %

71

Pem. Pusat 10 %

Dibagi sebagai insentif kpd Daerah Kab/Kot 3,5 %

Hasil Penerimaan PBB ( 100% )

Propinsi 16,2 % Kab / Kota 64,8 %

Pem. Daerah 90 %

B. Pemungutan 9%

Daerah DJP

PMK: 05/PMK.07/207 Alokasi PBB bagian Pemerintah Pusat (6,5%) yang dibagikan kpd seluruh kabupaten/kota merupakan perkiraan yg didasarkan kepada Rencana Penerimaan dlm UU APBN Tahun Anggaran Berjalan dan dilaksanakan dlm 3 tahap, yaitu: bln April, bln Agustus, dan bln Nopember tahun anggaran berjalan. Alokasi PBB bagian Pemerintah Pusat (3,5%) didasarkan pada prognosa realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan dan dilak sanakan pada bulan Nopember tahun anggaran berjalan. Dirjen Perimbangan Keuangan menerbitkan Surat Ketetapan tentang permintaan transfer Dana Bagi Hasil PBB bagian Pemerintah Pusat yang dibagikan kepada seluruh kabupaten/kota untuk masingmasing daerah. Ketetapan ini disampaikan kepada Dirjen Perbenda haraan sbg dasar pelaksanaan penyaluran dana.

72

Biaya Pemungutan PBB.

73

DirJen Pajak Propinsi BP PBB


Adalah dana yg Digunakan utk pem biayaan kegiatan Besarnya imbangan didasarkan operasional pemungutan kepada besar/kecilnya peranan PBB yg dilaksanakan masing-masing dalam pelaksanaan oleh DJP & Daerah kegiatan operasional pemungutan (masuk APBN). PBB.

Daerah

Kabupaten / Kota
Besarnya imbangan didasarkan pada keten tuan yg berlaku di ma sing-masing Daerah , Kecuali DKI Jakarta 100 % utk Propinsi.

Imbangan Pembagian BP PBB antara DJP & Daerah .

PDS Dit Jen Pajak

PKT

PKB

PHT

PTB

10 %

20 %

60 %

65 %

70 %

Pem. Daerah

90 %

80 %

40 %

35 %

30 %

KETENTUAN PIDANA
( Ps. 25 ayat (2) & ayat (3) & Ps.26 )

77

TERHADAP BUKAN WAJIB PAJAK YANG BERSANGKUTAN YANG DENGAN SENGAJA MELAKUKAN TINDAKAN : * TIDAK MEMPERLIHATKAN ATAU TIDAK MEMINJAMKAN SURAT ATAU DOKUMEN LAINYA; * TIDAK MENUNJUKKAN DATA ATAU TIDAK MENYAMPA KAN KETERANGAN YANG DIPERLUKAN ; DIPIDANA DENGAN PIDANA KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 1 (SATU) TAHUN ATAU DENDA SETINGGI-TINGGINYA Rp 2 JUTA ,( DUA JUTA RUPIAH ) . * ANCAMAN PIDANA DILIPATKAN DUA , BILA SESEORANG MELAKU KAN LAGI TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN SEBELUM LE WAT 1 (SATU) TAHUN. * TINDAK PIDANA TIDAK DAPAT DITUNTUT SETELAH LAMPAU WAK TU 10 (SEPULUH) TAHUN SEJAK BERAKHIRNYA TAHUN PAJAK YG BERSANGKUTAN.

You might also like