You are on page 1of 26

LAPORAN AKHIR METROLOGI INDUSTRI

MODUL: III PENGUKURAN KEBULATAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 13


KHAIRUL ANWAR 1007121613 RENHARD NIPTRO G 1007113735 PANGGIH DWI RAHARJO 1007113746 ESAU PANDIANGAN S 0907136053

LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

2011

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan metrologi tentangPENGUKURAN KEBULATAN laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan Proses pengukuran kebulatan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan lapoaran ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir kata Wassalamualaikum Wr. Wb. juga dapat digunakan

sebagai referensi bagi para pembaca untuk memahami dan mempelajari tentang

Pekanbaru,

Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii ..................................................................................................................iii DAFTAR TABEL...........................................................................................iii BAB I...........................................................................................................1 PENDAHULUAN............................................................................................1 1.1 Latar Belakang...................................................................................1 1.2 Tujuan Praktikum...............................................................................1 1.3 Alat Alat.............................................................................................2 1.4 Benda ukur........................................................................................3 1.5 Pelaksanaan Praktikum.....................................................................4 BAB II..........................................................................................................4 TEORI DASAR..............................................................................................5 2.1 Pengertian.........................................................................................5 2.2 Dial Indikator....................................................................................6 2.3 Prinsip Kerja.......................................................................................7 2.4 Bagian-Bagian Dial Indikator.............................................................7 2.5 Cara Penggunaan Dial Indikator......................................................10 2.6 Metode Pengukuran Kebulatan........................................................10 BAB III.......................................................................................................12 DATA PENGAMATAN..................................................................................13 3.2 Perhitungan.....................................................................................13 BAB IV.......................................................................................................15 ANALISA DATA...........................................................................................15 4.1 Analisa Pengamatan........................................................................15 5.1 Kesimpulan......................................................................................20 ii

5.2 Saran..............................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20 LAMPIRAN..................................................................................................22

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL
Tabel.3. 1 Hasil Pengamatan ...................................................................13

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jam ukur/dial indikator adalah alat ukur pembanding yang digunakan dalam industripermesinan dibagianproduksi dan kamar ukur.prinsif kerjanya secara mekanik dimana gerak linier sensor menjadi gerak putaran jarum jam penunjuk. Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan menggunakan alat ukur. Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat, dengan demikian kita harus mentolerir ketidak bulatan dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal: Membagi beban sama rata, Menentukan umur komponen, Menentukan kondisi suaian, Menentukan ketelitian putaran, Memperlancar pelumasan. 1.2 Tujuan Praktikum Praktikum dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Memahami prinsip dasar proses pengukuran kebulatan 2. Dapat menggunakan dan mengoperasikan alat ukur kebulatan 3. Mampu menganalisa hasil pengukuran kebulatan 4. Mampu mengambil kesimpulan hasil pengukuran kebulatan

MODUL 3/KELOMPOK 13

1.3 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah
1. Satu Unit Dial Indikator

Gambar. 1 Dial Indikator

2. Meja Rata Digunakan sebagai tempat kedudukan dial indikator

Gambar. 2 Meja Rata

MODUL 3/KELOMPOK 13

3. Water pass Digunakan untuk mengukur kerataan kedudukan meja rata yang akan digunakan pada pengukuran kebulatan

Gambar. 3 Water pass

4. V Blok

Gambar 4 V Blok

1.4 Benda ukur Benda ukur yang digunakan adalah: 1 Sebuah benda kerja yang berbentuk selinder

Gambar. 5 Benda Kerja

MODUL 3/KELOMPOK 13

1.5 Pelaksanaan Praktikum


1.

Meja rata dilakukan pengecekan dengan menggunakan water pass dengan menggunakan metode union jack (vertikal dan horizontal)

2. Benda ukur diberi tanda pada pinggirnya dan diberi nomor urut searah jarum jam (1 sampai dengan 12)
3. Alat dan benda ukur diletakkan di atas meja rata 4. Letakan benda ukur pada V blok, kemudian diatur sehinggan sensor jam ukur

menempel pada permukaan benda ukur yaitu pada posisi nomor 1 5. Atur ketinggian sensor jam ukur sehinggan jarum menunjuk nol 6. Putar (angkat) benda ukur dengan hati-hati dan perlahan sehingga sensor jam ukur kurang lebih pada posisi nomor 2, baca kedudukan jam ukur 7. Ulangi prosedur nomor 6 sampai seluruh posisi benda ukur diperiksa (dilakukan oleh pengamat A) 8. Lakukan pengukuran dengan cara membalik arah putaran benda ukur (dari nomor 12 sampai 1)
9. Dengan tanpa mengubah set up, ulangi prosedur nomor 6 sampai 8 (dilakukan

oleh pengamat B) di mana kedudukan sensor jam ukur tidak tepat pada posisi garis yang bernomor, melainkan lebih kurang pada tengah-tengah selang antara kedua garis bernomor. (dari selang di antara nomor 1 dan 2 s/d nomor 12 dan 1, kemudian diputar balik).
10. Buat grafik kebulatan dari benda ukur pada kertas grafik koordinat polar dengan

menggunakan metode least square.


11. Lakukan analisis kebulatan dengan menggunakan software pengukuran kebulatan

dengan menggunakan metode yang lain.lalu bandingkan. BAB II


MODUL 3/KELOMPOK 13 4

TEORI DASAR 2.1 Pengertian Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan menggunakan alat ukur. Pengukuran kebulatan merupakan salah satu dari tipe pengukuran yang tidak berfungsi menurut garis. Kebulatan dan diameter adalah dua karakter geometris yang berbeda, meskipun demikin keduanya saling berkaitan. Ketidakbulatan akan mempengaruhi hasil pengukuran diameter, sebaliknya pengukuran diameter tidak selalu akan menunjukan ketidakbulatan. Sebuah benda yang berbentuk silinder pada dasarnya dalam perbedaan tempat punya perbedaan jari-jari. Dengan menggunaakan alat ukur dial indikator pada benda ukur poros hasil proses bubut/palat bubut, serta alat bantu V blok dan dial standar kita dapat melakukan pengukuran kebulatan untuk memeriksa kebulatan benda tersebut. Dial indikator dapat digunakan untuk mengukur perubahan ketinggian pada permukaan suatu benda. Jadi dapat diketahui benda tersebut memiliki permukaan yang rata atau tidak. Dengan memanfaatkan prinsip yang sama, sebuah benda yang berbentuk silinder dapat diperiksa kebulatannya. Dengan menetapkan suatu titik pada sisi silinder sebagai acuan (titik nol) kemudian melakukan pengukuran terhadap titik lain dapat diketahui apakah terjadi pelekukan atau penggundukan yang mempengaruhi kebulatan kebulatan benda tersebut dan seberapa besar nilainya. Dalam mesin-mesin atau peralatan teknis, banyak sekali ditemukan komponen-komponen yang mempunyai penampang bulat, baik berupa poros, bantalan, roda gigi dengan dimensi kecil seperti pada halnya jam tangan sampai dengan komponen yang berdimensi besar.

MODUL 3/KELOMPOK 13

Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat, dengan demikian kita harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai peranan penting dalam hal: Membagi beban sama rata Menentukan umur komponen Menentukan kondisi suaian Menentukan ketelitian putaran Memperlancar pelumasan Saat kebulatan dibicarakan, selain penyebab dan cara penanggulangan ketidak bulatan, pasti akan mengait dengan cara mengukur kebulatan dan bagaimana cara menyatakan harga ketidakbulatan, karena sampai saaat ini ada beberapa defenisi mengenai parameter kebulatan. Ketidak bulatatan merupakan salah satu jenis kesalahan bentuk dan umurnya amat berkaitan dengan beberapa kesalahan bentuk lainya seperti:
Kesamaaan sumbu dan konsentrisitas (concentricity) Kelurusan (straighness) Ketegaklurusan (perpendicularity) Kesejajaran (parallelism) Kesilindrikan (clindricity)

Kebulatan dapat diukur dengan cara sederhana yang meskipun tidak memberikan hasil yang memuaskan dapat kita terima untuk memprtimbangkan kualitas geometrik dari komponen yang tidak menuntut persyaratan yang tinggi. Alat ukur kebulatan dibuat dengan persyaratan pengukuran kebulatan, dan pada beberapa jenis mampu digunakan pula untuk mengukur berbagai kesalahan bentuk. 2.2 Dial Indikator Proses pengukuran secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses membandingkan suatu parameter atau variabel dengan suatu parameter atau variabel
MODUL 3/KELOMPOK 13 6

yang dianggap sebagai acuan (patokan) dan acuan inilah yang biasa disebut orang sebagai standar. Dial indikator adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kebulatan suatu benda.Berdasarkan jenis alat ukur, Dial Indikator termasuk jenis alat ukur pembanding (komparator) . Karena alat ukur ini biasa digunakan untuk pembanding atau komparator, angka yang ditunjukan alat ukur ini merupakan selisih ukuran benda ukur dengan ukuran benda standar. Hasil pengukuran adalah merupakan jumlah angka yang ditunjukan oleh alat ukur tersebut dengan ukuran benda standar. Sedangkan menurut proses pengukuran geometri Dial Indikator termasuk proses pengukuran tak langsung yaitu pengukur yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur dari jenis pembanding, standar dan alat ukur bantu. Dimensi benda ukur adalah jumlah harga yang ditunjukan oleh alat ukur pembanding dengan dimensi alat ukur standarnya 2.3 Prinsip Kerja Prinsip kerja Dial Indikator menggunakan pengubah mekanik (kinematika) yang menerusakan serta merubah isyarat sensor yang biasanya berupa gerakan translasi mejadi gerakan rotasi. Yaitu pasangan roda gigi dengan batang gigi dari sistem roda gigi yang diterapkann pada jam ukur (dial indikator). 2.4 Bagian-Bagian Dial Indikator Alat ukur ini terdiri dari sensor, pengubah batang gigi, roda gigi dan pegas serta bagian penunjuk berupa jarum dan skala. Pada bagian penunjukyang berupa jam untuk membaca skala hasil pengukuran dibutuhkan posisi mata yang tegak lurus jarum skala, untuk menghindari kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran. Kesalahan hasil pembacaan sering disebut dengan kesalahan paralak.

MODUL 3/KELOMPOK 13

Gambar.6 Bagian bagian Dial Indikator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini adalah: Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits batang gigi(rack;misalnya 0,25 mm) akan memutar roda gigi pasangannya (pinion) sebesar 1/zp putaran(zp;jumlah gigi pinion, misalnya 10) putaran pinion diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan roda gigi. Bila perbandingan pasangan roda gigi sebesar z2/z1(misalnya 50/10) dan satu putaran penuh jarum penunjuk dinyatakan dengan n skala (misalnya 100) mka kecermatan jam ukur ini dapat dirancang dengan rumus: Kecermatan= 1 skala= = 0,005 ; mm

Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) ftak mungkin di buat dengan profil

involute ideal. Oleh seba b itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih kecil daripada ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan dengan hanya salah satu giginya yang saling berhimpit (sisi gigi
MODUL 3/KELOMPOK 13 8

lainnya tak saling bersinggungan, jadi ada celah di antaranyauntuk menjaga jangan sampai pasangan roda macet gara-gara ada kesalahan profil yang berharga positif) Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar tetap fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik dahulu untuk sepanjang celah gigi sebelum berfungsi penuh memutar roda gigi yang diiputar. Kejadian ini dinamakan sebagai keterlambatan gerakan balik (back-lash) Back-lash yang terjadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk akan mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang berubahubah jika sensor sedikit berubah (bergetar) Untuk mengurangi efek back-lash digunakan back lash ccompensator yaitu roda gigi pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi pemutar utama. Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor bergerak naik dengan daya dorong berasal dan ensor. Roda gigi pemutar arah kebalikan berfungsi saat sensor bergerak turun dengan daya dorong pegas spiral (energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik. Tekanan ringan diberikan sensor permuakaan benda pengukuran) berasal dari pegas penekanan batang gigi ukur (tekanan

Gambar.7 Prinsip Pengubah Mekanik Yang Diterapkan Pada Jam Ukur

MODUL 3/KELOMPOK 13

2.5 Cara Penggunaan Dial Indikator Pengukuran kebulatan dilakukan dengan memutar benda ukur sejauh 360 dan sensor menyentuh permukaan benda ukur yang diukur kebulatannya. Pengukuran dilakukan untuk menemukan penyimpangan kebulatan benda ukur terhadap lingkaran sempurna. Hal tersebut merupakan hal yang sangat esensial dalam kontrol produksi mekanik.

Gambar. 8 Cara Penggunaan Dial Indicator

2.6 Metode Pengukuran Kebulatan Least Squares Circle. referensi Least Squares Circle (LSC) adalah metode yang paling umum digunakan. Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengarn luas daerah yang berada pada luar. Hal ini dapat dilihat pada gambar

MODUL 3/KELOMPOK 13

10

Gambar. 9 Least Squares Circle

Minimum Circumscribed Circle Metode Minimum Circumscribed Circle (MCC) menghitung lingkaran standar dengan jari-jari minimum yang dapat menutupi profil data. Hal ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar. 10 Minimum Circumscribed Circle

MODUL 3/KELOMPOK 13

11

Maximum Inscried Circle Metode Maximum Iscribed Circle (MIC) menghitung lingkaran standar

dengan jari-jari maksimum yang ditutupi profil data. Hal ini dapat dilihat pada gambar

Gambar.11 Maximum Inscribed Circle

Minimum Zone Circle Metode Minimum Zone Circle (MZC) menghitung dua lingkaran konnsentrik yang menutupi profil data seperti memisah arah radial minimum. Hal ini dapat dilihat pada gambar:

Gambar.12 Minimum Zone Circle

BAB III
MODUL 3/KELOMPOK 13 12

DATA PENGAMATAN 3.1 Pengamatan A dan B Tabel.3. 1 Hasil Pengamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 11 12 Pengamat A Simpangan indikator m 1 2 Average -2 2 0 1 0 0,5 0 4 2 0 1 0,5 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 4 2 4 4 4 3 2 2,5 0 2 1 0 2 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5 11 12 Pengamat B Simpangan indicator m 1 2 Average -2 1 -0,5 -1 1 0 5 1 3 0 1 0,5 4 1 2,5 3 0 1,5 0 4 2 0 4 2 -2 12 5 11 -2 1,5 -2 10 4 -1 0 -0,5

3.2 Perhitungan Pengamat A

Perhitungan tiap titik


1.

=0 m
13

MODUL 3/KELOMPOK 13

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

=0,5 m =2 m

=0,5 m =1 m =0 m =1 m =2 m =4 m =1,5 m =1 m =1 m
Pengamat B

Perhitungan tiap titik


1.

=-0,5 m

MODUL 3/KELOMPOK 13

14

2.

=0 m =3 m =0,5 m =2,5 m =1,5 m =2 m =2 m =5 m =1,5 m


=4 m

3.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

=-0,5 m

BAB IV ANALISA DATA

4.1 Analisa Pengamatan

MODUL 3/KELOMPOK 13

15

4.1.1 Analisa Pengamatan A 0

5 1

2 4 Berdasarkan praktikum yang dilakukan tentang pengukuran kebulatan maka diperoleh analisa sebagai berikut: Setelah dilakukan pengukuran yang dilakukan pada 12 titik (mulai dari titik 1 sampai dengan titik 12) maka diperoleh harga pengukuran yang berbedabeda, kemudian dilakukan pengukuran kebulatan dengan membalik arah putaran pengukuran (mulai dari titik 12 sampai dengan titik 1) harga yang didapatkan juga berbeda. Dari kedua metode pengukuran tersebut dirata-ratakan kemudian
MODUL 3/KELOMPOK 13 16

hasil nilai kebulatan yang didapat ada beberapa titik yang berbeda dan ada beberapa titik yang nilai kebulatannya sama.

4.1.2

Analisa Pengamatan B -1

MODUL 3/KELOMPOK 13

17

0 -1 5

7 1

3 4

10 4 4

Berdasarkan praktikum yang dilakukan tentang pengukuran kebulatan maka diperoleh analisa sebagai berikut Seperti pada pengamatan A dengan melakukan pengukuran yang dilakukan pada 12 titik yaitu pengukuran dilakukan tidak tepat pada posisi titik yang bernomor, melainkan pada tengah-tengah selang antara kedua garis yang bernomor. (dari selang diantara nomor 1 dan 2 S/D nomor 12) maka diperoleh harga pengukuran yang berbeda-beda, kemudian dilakukan pengukuran kebulatan dengan membalik arah putaran pengukuran (dari selang diantara
MODUL 3/KELOMPOK 13 18

nomor 12 dan 11S/D nomor 1) harga yang didapatkan juga berbeda.Setelah hasil pengukuran tersebut dirata-ratakan maka hasil pengukuran sangat jauh berbeda tiap-tiap titik. 4.1.3 Perbandingan Analisa Pengamat A dan Pengamat B Setelah pengamatan A dan pengmatan B dilakukan maka dari hasil pengukuran kedua pengamatan tersebut berbeda, . kesalahan tersebut disebabkkan oleh beberapa faktor seperti ketidakcermatan operator dalam melakukan pengukuran, karena tiap pengamatan dilakukan orang yang berbeda maka hasil yang diperoleh juga berbeda. kemudian adanya ketidakcermatan alat ukur dalam peroses pengukuran serta adanya kesalahan pada benda ukur pada saat peroses pemesinan sehingga benda ukur tidak memiliki nilai kebulatan yang baik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


MODUL 3/KELOMPOK 13 19

5.1 Kesimpulan Dari peraktikum pengukuran kebulatan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dial Indikator merupakan alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kebulatan dengan ketilitian yang cukup cermat 2. Pengukuran Dial Indikator merupakan pengukuran yang berupa alat ukur pembanding, yang membandingkan selisih harga ukuran dengan ukuran standar. 3. Kesalahan- kesalahan pengukuran disebabkan operator yang melakukan pengukuran, kesalahan alat ukur yang sudah mengalami keausan, serta kesalahan bentuk benda ukur yang disebabkan oleh kesalahan pada proses pemesinan. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut: 1.Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan menguasai teori terlebih dahulu agar memudahkan dalam melakukan praktikum 2. Dalam praktikum hendaknya mengikuti perosedur yang baik 3. Bersikap serius selama melakukan pengukuran 4.pengukuran harus dilakukan dengan cermat agar hasil pengukuran akurat

DAFTAR PUSTAKA

MODUL 3/KELOMPOK 13

20

A.Hald, Statistical Theory With Engineering Applications,Jhon Willey & Sons, Inc.,New York, 1952

Modul praktikum metrologi industri, tahun 2011


Rochim Taufik. 2001. Spesifikasi, Metrology Dan Control Kualitas Geometric I. Bandung : ITB

www.scribed.com

MODUL 3/KELOMPOK 13

21

LAMPIRAN

MODUL 3/KELOMPOK 13

22

You might also like