Professional Documents
Culture Documents
Nama : Ansori Muchtar NIM : 10510071 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 07 November 2012 Tanggal Laporan : 14 November 2011 Asisten: Masyta (105090 )
Laboratorium Biokimia Program Studi Kimia Fakultas Matematika Dan IPA Institut Teknologi Bandung 2012
I.
Tujuan Menentukan angka penyabunan lemak Uji kualitatif gliserol hasil reaksi penyabunan
II.
Teori Dasar Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak. Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. asam lemak jenuh 2. asam lemak tidak jenuh Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam lipida.
III.
: 2,3 ml
sampel + pp
Terbentuk akrolein
b. Uji kolorimetri
+ NaOCl
+ HCl
Didihkan 1 menit
+ naftol
+ H2SO4
IV.
Pengolahan Data KOH sisa +HCL x =( =( ( 25 ml) = (23.3-2.3)ml x 0.5 / 25 ml = 0.42 M = G= x Mr x V = 0.42 x 56 x 0.025 L =0.588 gram KCL + H2O )x )x
Angka penyabunan : 0.588 gram / 2.5 gram lemak = 0.2352 gram Atau 235,2 mg / gram lemak
V.
Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan angka penyabunan dari lemak. Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek. Mempunyai berat molekul yang relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan relative kecil, angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu dengan yang lainnya. Pada percobaan KOH yang digunakan dilarutkan dalam alkohol hal ini dimaksudkan agar ketika dicampurkan dengan lemak maka lemak dapat larut karena lemak larut dalam alkohol dan tidak larut dalam air. Pada proses penyabunan dilakukan pemanasan. Tujuan pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi penyabunan. Pemanasan dilakukan dengan metode refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Reaksi Penyabunan :
Metode yang dilakukan untuk menentukan jumlah KOH yang dikonsumsi oleh lemak digunakan metode titrasi balik. Yaitu dengan
mentitrasi dari KOH berlebih sisa dari reaksi penyabunan. Hal ini dibuktikan warna pink jika diberikan indikator pp. Jumlah KOH total ditentukan dengan titrasi blanko. Maka jumlah KOH yang digunakan untuk proses penyabunan adalah selisih dari jumlah KOH hasil titrasi tersebut. Biasanya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang memiliki berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan lebih tinggi dari minyak yang berat molekulnya tinggi. Reaksi Balik : KOH sisa +HCL KCL + H2O
Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan berhasil atau tidak maka dilakukan berbagai uji kualitatif. Uji akrolein apabila gliserol dicampur dengan KHSO4 dan dipanaskan hati-hati, akan timbul bau yang tajam khas seperti bau lemak yang terbakar yang disebabkan oleh terbentuknya akrilaldehida atau akrolein. Oleh karena timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah dijadikan reaksi untuk menentukan adanya gliserol atau senyawa yang mengandung gliserol seperti lemak dan minyak. Pada percobaan uji ini menghasilkan bau.
Seperti halnya tes akrolein, pada tes kalorimetri, semua sampel diberi perlakuan yang sama yaitu ditambahkan NaOCl dan HCl pekat kemudian dipanaskan dilanjutkan penambahan -naftol, dan terakhir ditambahkan H2SO4 pekat. Penambahan NaOCl pada larutan mampu mereduksi kelebihan lemak kemudian terbentuk gliseril. HCl merupakan katalis yang nantinya akan mempercepat reaksi. Pemanasan dilakukan untuk membuang kelebihan asam akibat penambahan HCl tadi. Terakhir yaitu penambahan H2SO4, penambahan ini mampu memisahkan gugus yang terikat pada OH sehingga gugus benzena yang terikat pada naftol bisa berikatan dengan gugus OH yang ada pada gliserol.
Pengujian terhadap sampel yang ada menunjukkan hasil positif dimana semua sampel berubah menjadi hijau zamrud yang
menandakan sampel mengandung gliserol. Pada percobaan diperoleh warna hijau pada bagian permukaan disertai dengan timbulnya gas yang menandakan bahwa terdapat spesi gliserol.
H2C OH H2C ONa
HC
OH
+ 3 NaOCl
HC
ONa
3 HOCl + HCl
H2C
OH
H2C
ONa
H 2C
OH H2SO 4
H2C
HC
OH
3 NaCl
OH
HC
3 H2O
H2C
OH 3
H2C
VI.
Kesimpulan
Dari percobaan diperoleh angka penyabunan lemak adalah 235,2 Hasil positif terhadap uji akrolein dan uji kolorimetri VII.
Daftar Pustaka
Clark,John M. 1964. Experimental Biochemistry. WH Freeman and Company. San Franciso Eaton,David C.1980.The World of Organic Chemistry.Mc-Graw-Hill Book Company. New york. http://www.scribd.com/doc/74896752/37/H-Penentuan-Bilangan-Penyabunan Diakses tgl 13 oktober 2012 pukul 11.48 pm http://www.scribd.com/doc/50182776/45/Penentuan-Bilangan-Penyabunan Diakses tgl 13 oktober 2012 pukul 11.55 pm