Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengajar : Ir. Hesty Kurniawati, M. Sc Nama Kelompok III : M. Zainuddin Afandi 4107100054 Erwin Indra K 4109100047 Bagus Prasetyo Wibowo 4109100063 Muafaq 4109100088 Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan pertolonganNya tugas makalah peraturan statutori ini mengenai STCW Manila amandement 2010 dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ir. Hesty Anita Kurniawati, M. Sc selaku dosen pengajar mata kuliah peraturan statutory dan teman-teman sekalian seperjuangan untuk menggapai kelulusan pada mata kuliah ini dan wisuda nanti tentunya. Kami menyadari bahwa tugas makalah peraturan statutori ini mengenai STCW Manila amandement 2010 ini masih jauh dari sempurna, karena disebabkan kurangnya ketelitian dan kelalaian dalam pengerjaannya. Oleh karena itu, sangat diperlukannya saransaran yang membangun agar tugas makalah peraturan statutori ini mengenai STCW Manila amandement 2010 dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ iii BAB 1. 1.1 1.2 1.3 BAB 2. 2.1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1 Perumusan Masalah ..................................................................................................... 2 Tujuan .......................................................................................................................... 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 1 STCW ........................................................................................................................... 1 STCW Amandement 1995 ................................................................................... 2 Manila Amandement 2010 ................................................................................... 3
Sertifikat-Sertifikat SCTW .......................................................................................... 9 Penggunaan Radio Officer Pada STCW Manila amandement 2010.......................... 10 KESIMPULAN ...................................................................................................... 11
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. STCW Convention and SCTW Code ...................................................................... 1 Gambar 2.2 SCTW 1995 ............................................................................................................ 3 Gambar 2.3 SCTW 2010 ............................................................................................................ 4 Gambar 2.4 Contoh Sertifikat SCTW-95 ................................................................................... 5 Gambar 2.5 Kumpulan Dokumentasi Security Training ............................................................ 6 Gambar 2.6 The quality management system certificate............................................................ 9 Gambar 2.7 Personal Safety and Social Responsibility certificate ......................................... 10
iii
BAB 1.
1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
ABK/crew adalah, semua personil yang bekerja di kapal, bertugas mengoperasikan dan memelihara kapal serta menjaga muatannya. Awak kapal terdiri dari nahkoda dan ABK (Anak Buah Kapal). Nahkoda disebut juga kapten/master adalah pimpinan umum di atas kapal, karena kapal merupakan suatu lingkungan khusus, maka nahkoda diberikan kewenanangan otonom. Nahkoda bertanggung jawab atas keselamatan kapal, abk, muatan dan penumpangnya. Pada saat berlayar, apabila dihadapkan kepada kondisi yang memaksa dan untuk kepentingan keselamatan. Nahkoda berwenang mewakili berbagai instansi pemerintah, seperti menahan seseorang yang sulit dikendalikan dan membahayakan keselamatan kapal atau orang lain. Secara rangking jabatan, dibawah nahkoda terdapat ABK yang terdiri dari perwira dan bawahan, sedangkan menurut pembagian tugas, ABK terbagi dalam bagian dek, bagian mesin, radio operator, bagian makanan dan pelayan, pekerja ketatausahaan di kapal biasanya menjadi beban tugas perwira. Perwira bagian kapal dek terdiri darim mualim kapal yang disebut mate atau officer, dimulai dari chief mate atau mualim satu sampai mualim empat, sedangkan nama-nama jabatan bawahan dimulai dari serang atau bosun yang bertugas memimpin bawahan lalu kasap dek atau tandil yang bertanggung jawab atas persediaan bahan dan alat kerja bagian dek untuk pemeliharaan kapal. Juru mudi atau AB Sailor yang bertugas memegang kemudi selama kapal berlayar dan kelasi atau sailor yang bertugas merawat kapal. Perwira bagian mesin terdiri dari para masinis atau enginer dimulai chief enginer, kepala kamar mesin (KKM) atau masinis satu sampai masinis lima, yang kadang-kadang disebut juga asisten. Pada kapal-kapal besar biasanya terdapat juga electrician yang bertugas merawat peralatan listrik, selanjutnya jabatan bawahan dimulai dengan mandor, forman atau oiler number one yang berfungsi sebagai pemimpin bawahan bagian mesin, kemudian kasap atau store keeper yang tugasnya mengurus alat kerja bagian mesin, lalu filter yang mempunyai tugas khusus seperti mengelas dan membubut. Juru minyak/Oiler bertugas menjaga kamar mesin, mengawasi dan menyediakan keperluan bagi mesin mesin yang dijalankan. Jabatan terendah pada bagian mesin adalah wiper yang bertugas menjaga kebersihan kamar mesin.
Page 1
Page 2
BAB 2.
2.1 STCW
PEMBAHASAN
Konvensi Internasional tentang standar pelatihan, sertifikasi dan pengawasan (STCW) 1978 mengatur standar untuk nakhoda, mualim, dan petugas jaga yang berada pada kapalkapal niaga di laut lepas. Sesuai dengan tahunnya STCW tersebut diadopsi pada tahun 1978 oleh konferensi di Organisasi Maritim Internasional (IMO) di kota London. Aturan STCW ini mulai berlaku pada tahun 1984. STCW 1978 adalah yang pertama untuk menetapkan persyaratan dasar untuk menetapkan persyaratan dasar untuk pelatihan, sertifikasi, dan petugas jaga untuk ABK/crew di perairan/tingkat internasional. Sebelumnya standar pelatihan, sertifikasi pelatihan dan perwira petugas jaga ditetapkan oleh masing-masing pemerintah yang terkait, biasanya praktek kinerjanya tidak mengacu pada negara lain.
Konvensi ini mengatur tentang standar minimum yang berkaitan dengan pelatihan, sertifikasi dan petugas jaga untuk pelaut yang harus dipenuhi pada aturan negara yang digunakan pada kapal tersebut/flag state. Konvensi ini tidak berurusan pada tingkat
pengawakan : ketentuan IMO di daerah ini dilindungi oleh peraturan 14 dari bab V pada konvensi internasional untuk keselamatan jiwa di laut (SOLAS) 1974, yang persyaratan yang
Page 1
Page 2
d) Penempatan tanggung jawab pada pihak, termasuk yang mengeluarkan izin, dan negara bendera mempekerjakan warga negara asing, untuk memastikan pelaut memenuhi standar obyektif kompetensi e) Persyaratan waktu istirahat bagi tenaga pengawas/penjaga. 2.1.2 Manila Amandement 2010 Konferensi diplomatik negara anggota Konvensi STCW, yang diselenggarakan di Manila Filipina, pada tanggal 21-25 Juni 2010, telah mengadopsi beberapa perubahan mendasar terhadap Konvensi STCW dan STCW code. Maksud dari amandemen-amandemen tersebut (dikenal sebagai Amandemen Manila) adalah untuk meningkatkan standar profesionalisme dari para pelaut serta untuk meningkatkan keselamatan pelayaran, keamanan dan perlindungan terhadap lingkungan laut. Amandemen-amandemen tersebut memperbarui standard kompetensi untuk mengakomodir teknologi terbaru, memperkenalkan persyaratan dan metodologi baru untuk diklat dan sertifikasi, serta meningkatkan mekanisme untuk menjalankan ketentuan-ketentuan dalam konvensi STCW oleh administrasi Negara Bendera (Flag State) dan Negara Pelabuhan (Port State), serta menjelaskan secara spesifik persyaratanpersyaratan yang berkaitan ketentuan jam kerja dan istirahat, pencegahan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta standard medical fitness bagi para pelaut. Bahan sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan informasi atas persyaratan-persyaratan inti dari Manila Amandemen, untuk membantu komunitas maritim Indonesia guna
Page 3
Beberapa perubahan yang paling signifikan adalah : 1. Changes to minimum rest hours Para perwira dan rating yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau jaga kamar mesin, atau anak buah kapal lainnya yang diberi tugas berkaitan dengan keselamatan, pencegahan polusi, dan keamanan harus diberikan periode istirahat, sebagai berikut: a. Minimum 10 jam istirahat dalam periode waktu 24 jam. b. 77 jam istirahat dalam 7 hari periode. c. Jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari 2 periode, yang mana salah satunya harus berdurasi sedikitnya selama 6 jam dan interval waktu antara periode yang berlangsung secara terus menerus tidak boleh melampui 14 jam. d. Pengurangan jam istirahat menjadi 70 jam istirahat dalam periode 7 hari diperbolehkan untuk waktu yang tidak melampaui 2 minggu berturut-turut. Nakhoda harus menempatkan pengumuman yang memuat pembagian jam kerja di atas kapal, yang berisikan informasi jadual kerja/istirahat harian selama berlayar dan selama di pelabuhan, pada tempat yang mudah terlihat dan diakses di atas kapal, dalam bahasa yang dipergunakan di atas kapal dan dalam bahasa Inggris, untuk memudahkan bagi semua anak buah kapal. Dokumentasi waktu istirahat harian harus terpelihara dengan baik dan ditandatangani oleh nahkoda, atau perwira yang ditunjuk oleh nahkoda. Salinan
Page 4
Page 5
dengan memasukkan modul untuk memberikan perhatian lebih pada pencegahan polusi terhadap lingkungan laut, komunikasi yang efektif dan human relationship di atas kapal. Setiap pelaut pemegang sertifikat ini diwajibkan untuk setiap 5 (lima) tahun sekali untuk mengikuti diklat pembaruan dengan tujuan mempertahankan standard kompetensi.
b. Semua pelaut dipersyaratkan untuk mengikuti diklat keterampilan berkaitan dengan pengenalan dan kesadaran terhadap keamanan sesuai dengan ketentuan pada seksi AVI/6 paragraf 1-4 pada STCW code. Untuk pelaut yang didesain untuk menangani tugas keamanan juga harus memenuhi ketentuan kompetensi sebagaimana tertera pada seksi A-VI/6 paragraf 68 pada STCW code. Batas waktu persyaratan pemenuhan sertifikat dimaksud sampai dengan tanggal 1 Januari 2014. 4. Medical certification Sertifikat medis dikeluarkan sesuai dengan persyaratan saat ini hingga tahun 2017. Setelah tanggal ini, semua sertifikat medis harus dikeluarkan sesuai dengan standar amandemen Manila 2010, meskipun dalam praktek administrasinya diharuskan untuk memenuhi standar baru tersebut sebelum 2017.
Page 6
Page 7
Page 8
Page 9
2.3 Penggunaan Radio Officer Pada STCW Manila amandement 2010 Markonis/radio officer/Spark bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal dari marabahaya baik itu yg ditimbulkan dari alam seperti badai, ada kapal tenggelam, dll. Untuk penggunaan radio officer yang diatur pada STCW Manila Amandement 2010 belum ada bahasan mengenai penggunaan radio officer sejak STCW Amandement 1995. Aturan pelatihan itu termasuk dalam STCW regulation IV/2 tentang standar pelatihan
minimum untuk radio officer/operator. Namun ada wacana bahwa pelatihan mengenai pendidikan dan pelatihan keahlian GMDSS radio operator (STCW Reg.IV/2) akan dimulai pada tanggal 1 Juli 2013.
Page 10
BAB 3.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari tugas makalah peraturan statutory mengenai STCW Manila amandement 2010adalah : 1. STCW Manila amandement 2010 tersebut mengahsilkan 13 poin hasil perubahan dari amandemen sebelumnya : a. Changes to minimum rest hours b. STCW certification security training c. Medical certification d. Changes to competence tables e. Leadership and teamworks f. Training record books g. Mandatory security training h. Refresher training i. Tanker training j. New seafarer grades nad certification k. Medical standards l. Prevention of unsafe alcohol use
2. Terdapat wacana untuk melakukan pendidikan dan pelatihan keahlian GMDSS radio operator (STCW Reg.IV/2) yang akan dimulai pada tanggal 1 Juli 2013. Jadi penggunaan radio officer/operator sampai sekarang masih belum diterapkan sejak STCW amandemen 1995.
Page 11
DAFTAR PUSTAKA
(2009, Mei 9). Retrieved September http://pelabuhantelukbayur.blogspot.com 26, 2012, from Orang Pelabuhan:
(2011, Desember 26). Retrieved September 26, 2012, from Heri's Blogger: http://heriamrah.blogspot.com (2011, Desember 16). Retrieved http://rahmatcorps.blogspot.com (2011, February 8). Retrieved http://bp3iptrisakti16.blogspot.com September 26, 2012, from Rahmat blog's:
September
26,
2012,
from
BP3IP
Trisakti:
(2012, September 20). Retrieved September 26, 2012, from Peraturan Pengawakan Kapal: http://pelayaran.net (2012, September 17). Retrieved September 26, 2012, from STCW: http://wikipedia.com IMO. (2011). Retrieved September 26, 2012, from IMO Website: http://www.imo.org
Page 12