You are on page 1of 12

Tugas Individu 15 Oktober 2012 LAPORAN TUTORIAL MODUL I IMUNODEFISIENSI (SYNDROM NEZELOF & SYNDROM DIGEORGE)

OLEH: Nama : Nikmatulhusna Amirullah

No. Stambuk : 11 777 013 Kelompok Tutor : 3 (Tiga) : dr. Nurfaitah Sp.PD dr. Risqa BLOK SISTEM HEMATOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Skenario Seorang anak laki laki umur 14 bulan telah 8 kali menderita infeksi virus dan jamur dalam 14 bulan. Infeksi tersebut akhirnya sembuh meskipun sangat lambat dan infeksi jamur berespon baik terhadap anti jamur. Pada pemeriksaan radiologi paru baru - baru ini untuk menyingkirkan pneumonia terdapat kelainan yaitu tidak y=tampak bayanan thymus.

1.2

Kata Sulit Infeksi Virus Jamur Radiologi Pnemumonia Anti Jamur

1.3

Kata Kunci Anak laki laki umur 14 bulan 8 kali menderita infeksi virus dan jamur dalam 14 bln. infeksi jamur berespon baik terhadap anti jamur Pemeriksaan radiologi tidak nampak bayangan thymus

1.4

Pertanyaan 1. Jelaskan struktur anatomi dan fisiologi thymus dan paru paru ! 2. Apa pengertian immunudefisiensi? Faktor apa saja yang menyebabkan immunudefisiensi ! 3. Mengapa nampak ? 4. Sebutkan dan jelaskan ada berapa immunodefisiensi ! 5. Bagaimna patomekanisme infeksi virus dan jamur ? 6. Mengapa infeksi sembuhnya lama meskipun telah di obati ? 7. Bagaimana respon imun terhadap infeksi virus dan jamur ? 8. Bagaimana mekanisme obat anti jamur terhadap infeksi jamur ? 9. Deferensial diagnosis ! 10. Bagaiman penatalaksanaan terhadap kelainan tersebut ! pemeriksaan radiologi bayangan thymus tidak

BAB II PEMBAHASAN Kata Sulit 1. Infeksi Invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh; secara klinis mungkin tidak tampak (infeksi subklinis) atau tetap lokalisata dengan cedera seluler akibat metabolisme

kompetitif, toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen-antibodi. 2. Virus Salah satu diantara golongan agen infeksi yang sangat kecil, dengan beberapa perkecualian tidak dapat dilihat dengan

mikroskop cahaya, dan ditandai dengan tidak ada metabolisme yang independen dan hanya mampu bereplikasi di dalam sel pejamu yang hidup. 3. Jamur Organisme eukarotik heterotrofik yang hidup sebagai saproba atau parasit. 4. Radiologi Cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif dan energi pancaran serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit dengan memakai radiasi pengion maupun non pengion. 5. Pneumonia Radang paru dengan konsolidasi dan eksudasi.

Faktor penyebab imunodefisiensi 1) 2) Imunosefisiensi Primer : Genetik Imun odefisiensi Sekunder : Malnutrisi, Kanker, Pengobatan dengan Imunosupresan, Infeksi, Penyakit Berat, Penyinaran, Kehilangan Ig dan Stress.

Kerja antijamur terhadap infeksi jamur Mekanisme kerja obat antijamur Saat ini difahami bahwa obat antijamur memiliki 3 titik tangkap pada sel jamur. Target pertama pada sterolmembran plasma sel jamur, kedua mempengaruhi sintesis asam nukleat jamur, ketiga bekerja pada unsur utama dinding sel jamur yaitu kitin, glukan, dan mannooprotein. Kebanyakan obat antijamur sistemik bekerja secara langsung (seperti golongan polien) pada sterol membran plasma dan bekerja secara tidak langsung (seperti golonganazol).Sedangkan golongan ekinokandin secara unik bekerja pada unsur utama dinding sel1,3 glukan. 1. Sterol membran plasma : ergosterol dan sintesis ergosterol Ergosterol adalah komponen penting yang menjaga integritas membran sel jamur dengan cara mengatur fluiditas dan keseimbangan dinding membran sel jamur. Kerjaobat antijamur secara langsung (golongan polien) adalah menghambat

sintesisergosterol dimana obat ini mengikat secara langsung ergosterol danchannel iondimembran sel jamur, hal ini

menyebabkan gangguan permeabilitas berupa kebocoranion kalium dan menyebabkan kematian sel. Sedangkan kerja antijamur secara tidak langsung (golongan azol) adalah mengganggu biosintesis ergosterol dengan caramengganggu demetilasi ergosterol pada jalur sitokrom P450 (demetilasi prekursor ergosterol).

2. Sintesis asam nukleat : Kerja obat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah dengan caramenterminasi secara dini rantai RNA dan menginterupsi sintesis DNA.Sebagai contohobat antijamur yang mengganggu sintesis asam nukleat adalah 5 flusitosin (5 FC),dimana 5 FC masuk ke dalam inti sel jamur melalui sitosin permease.Di dalam sel jamur 5 FC diubah menjadi 5 fluoro uridin trifosfat yang menyebabkan terminasi dinirantai RNA. Trifosfat ini juga akan berubah menjadi 5 fuoro deoksiuridin monofosfatyang akan menghambat timidilat

sintetase sehingga memutus sintesis DNA. 3. Unsur utama dinding sel jamur: glukans dinding sel jamur memiliki keunikan karena tersusun atas mannoproteins, kitin dan dan glukan yang menyelenggarakan berbagai fungsi, diantaranya menjagarigiditas dan bentuk sel, metabolisme, pertukaran ion pada membran sel. Sebagaiunsur penyangga adalah glukan. Obat antijamur seperti golongan ekinokandinmenghambat pembentukan 1,3 glukan tetapi tidak secara kompetitif. Sehinggaapabila glukan tidak terbentuk, integritas struktural dan morfologi sel jamur akan mengalami lisis.

Syndrom Nezelof 1. Pengertian Syndrom Nezelof adalah golongan penyakit dengan gambaran imun yang sama. Semua penderita dengan sindrom ini rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba. Imunitas sel T nampak jelas menurun. Defisiensi sel B variabel dan kadar Ig spesifik dapat rendah, normal atau meningkat (disgammaglobulinemia). Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak ada.

2. Epidemiologi Sindrom ini disebut sebagai penyakit langka orang dalam AS sekitar 200.000

3. Etiologi Dengan penyakit ini, ada penurunan fungsi dari kedua B dan sel T, dan ini disebabkan oleh cacat genetik bawaan yang membuat selsel ini berfungsi pada tingkat yang rendah. Meskipun kondisi ini dikenal sebagai masalah warisan, penyebab pastinya belum diketahui dan penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang sindrom Nezelof itu. 4. Patomekanisme Berdasarkan etiologi syndrome nezelof terjadi akibat gangguan genetik, yaitu terjadinya mutasi gen yang menkode BTK (bruton tiroksikinase), dimana BTK ini berfungsi sebagai pematangan sel B dan terjadi gangguan pada sum sum tulang sehingga produksi sel B dan sel T terganggu. Hal ini mengakibatkan sel B dan sel T keluar sebelum waktunya, sehingga proteksi tubuh terganggu mengakibatkan pathogen yang masuk tidak mampu difagosit oleh system pertahanan tubuh.

5. Gejala Klinis Seorang anak dengan sindrom Nezelof mungkin memiliki gejala berikut: diare persisten. jumlah yang sangat tinggi dari bakteri, virus, infeksi jamur, atau protozoa. infeksi yang mengancam kehidupan yang lebih, dan kurang responsif terhadap pengobatan dibandingkan pada bayi lain dengan sistem kekebalan fungsional. penyakit lain termasuk pneumonia, meningitis, dan infeksi darah. paparan cacar dapat menyebabkan infeksi berbahaya paru-paru

dan otak. radang paru-paru kronis adalah komplikasi umum pneumonia.

6. Diagnosis Dengan penyakit ini, ada penurunan fungsi dari kedua B dan sel T, dan ini disebabkan oleh cacat genetik bawaan yang membuat selsel ini berfungsi pada tingkat yang rendah. Meskipun kondisi ini dikenal sebagai masalah warisan, penyebab pastinya belum diketahui dan penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang sindrom Nezelof itu.

7. Penatalaksanaan Pengobatan sindrom Nezelof tergantung pada tingkat keparahan masalah sistem kekebalan tubuh. Beberapa anak mungkin berhasil diobati dengan IVIG dan antibiotik saja, sementara yang lain mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang, yang

menggantikan sistem kekebalan tubuh yang rusak dengan fungsi satu.

8. Prognosis Pasien yang didiagnosis dengan sindrom ini biasanya Nezelof menderita infeksi berulang dari beberapa sumber, termasuk bakteri, virus, dan jamur, yang dapat mengancam kehidupan. Infeksi oportunistik bertahan sepanjang hidup seseorang, dan juga dapat menyebabkan peningkatan risiko tumor dan kanker. Pengobatan dengan antibiotik dan IVIG ameliorates beberapa hal ini. Prognosis akhir tergantung pada tingkat keparahan masalah.

Syndrom Digeorge 1. Defenisi Syndrom digeorge adalah suatu kelainan congenital dalam perkembangan tymus yang disertai dengan pematangan sel T yang tidak sempurna.

2. Epidemiologi Insiden DGS di Dunia adalah 1 : 2000-4000 pada populasi. Ras dab jenis kelamin tidak mempunyai kecenderungan terhadap penyakit ini.

3. Etiologi Penyebab sindrom DiGeorge adalah defisiensi sel T dengan sebab yang tidak diketahui. Penderita tidak atau sedikit memiliki sel T dalam darah, KGB dan limpa. Defisiensi tersebut disebabkan oleh defek dalam perkembangan embrio dari lengkung faring ke 3 dan 4, yang terjadi pada sekitar 12 minggu sesudah gestasi. Baik kelenjar timus maupun kelenjar paratiroid terkena. 4. Patofisiologi DGS adalah hilangnya kromosom 22q11 dimana terdapat

penghapusan 2-3 juta pasang basa (Kb) pada lengan panjang kromosom 22. Daerah ini rawan mikrodelesi karena kehadiran nonallelic, mengapit, rendah salinan sekuens DNA berulang di daerah, yang mengarah pada tidak sama menyebrang antara 22s kromosom selama meiosis, penghapusan satu gen kritis atau gen berseblahan beberapa diduga menjadi dasar dari syndrome ini. Meskipun beberapa gen didaerah ini telah dipetakan, yang gen boleh dihapus untuk menyebabkan syndrome ini masih belum diketahui. Gen TBX1 mungkin satu gen penting dikawasan dihapus. Beberapa pasien memiliki penataan ulang kromosom yang melibatkan kromosom 22.

Mutasi pada gen TBX1 pada individu dengan fenotip DGS tapi tanpa mikrodelesi 22q11, 2 telah ditemukan, menunjukan bahwa gen ini adalah gen kritis. Hasil penghapusan ini adalah cacat saat pengembangan yang melibatkan kantung faring ketiga dan keempat yang disebabkan oleh cacat migrasi dari sel pial neural pada minggu keempat embryogenesis. Bagian bagian dari kepala, jantung dan leher, thymus dan paratiroid ini berasal dari kantung faringeal.

5. Manifestasi Klinis Bayi dengan sindrom Digeorge menunjukkan gejala hipokalsemi selama 24 jam pertama sesudah lahir yang sering disertai dengan kelainan jantung dan ginjal kongenital. Bayi dengan sindrom ini juga menunjukkan infeksi kronik oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan mikrobakteria rekuren. Penampilan muka berubah, berbentuk mulut ikan dangan telinga letak rendah.

6. Diagnosis Laboratorium Lakukan hibridisasi in situ fluorescent (IKAN) untuk mendeteksi penghapusan 22q11, dalam hubungannya dengan analisis

kromosom standar untuk mendeteksi penyusunan ulang kromosom dan kelinan kromosom lainnya. Namun, array genom hibridisasi komparatif (aCGH) adalah tes yang lebih baik dan harus dilakukan bukan IKAN dengan analisis kromosom standar. CGH array akan mendeteksi penghapusan delesi kromosom lain / duplikasi kromosom jika peghapusan 22 klasik tidak ada. Hal ini juga dapat memberikan perbaikan dari breakpoints.

7. Penatalaksanaan Untuk pengobatan sindrom Digeorge dilakukan transplantasi dengan timus fetal. Perbaikan terjadi dengan timbulnya sel T satu minggu kemudian. Timus fetal yang digunakan hendaknya tidak lebih tua dari 14 minggu agar dapat menghindari reaksi GVH yang terjadi bila limfosit matang diberikan ke donor yang imunodefisien.

8. Prognosisnya Buruk bila tidak diobati.

BAB III DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland,W. A. Newman.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.Jakarta:EGC.2011 2. (Gupta AK, Copper EA.Update in antifungal therapy of dermatophytosis.Mycopathologia (2008) 166;353-367) 3. Syndrom digeorge diunuduh dari http://emedicine.medscape..com/articel/1115755-overview 4. Vinay Kumar, MD, FRCPath et al.Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7.EGC 5. Bratawidjaja, Karnen Garna et al. Imunologi Dasar Edisi Ke-9 FKUI.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.2010

You might also like