You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

Bahu manusia merupakan sendi yang mobilitasnya paling tinggi. Mobilitas ini mendukung ekstremitas atas dengan range of motion (ROM) yang luas seperti gerakan adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi dan perputaran 3600 pada sumbu sagital. Bahu pun mendukung pergerakan lain seperti protraksi skapula, retraksi, elevasi dan depresi. ROM yang luas dari bahu ini juga membuatnya menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan ini dikompensasi oleh otot rotator, tendon, ligamen dan glenoid labrum.1 Pada tahun 2006, kurang lebih 7.5 juta orang pergi ke dokter dengan masalah pada bahu, termasuk strain dan sprain pada bahu dan lengan atas. Lebih dari 4.1 juta datang dengan masalah pada rotator cuff.2 Cedera bahu sering terjadi pada atlet dengan intensitas latihan yang sering, berulang, seperti berenang, tennis dan angkat beban. Cedera pada bahu juga dapat terjadi dalam kegiatan sehari-hari seperti membersihkan tembok, memasang tirai dan berkebun.2

BAB II ANATOMI BAHU

Bahu atau pectoral girdle tersusun dari tulang yang menghubungkan ekstremitas dan tulang aksial. Bahu tersusun dari 2 tulang yaitu klavikula dan skapula.1

A. OSTEOLOGI Skapula Skapula merupakan tulang berbentuk segitiga yang berfungsi sebagai tempat melekatnya otot. Empat otot rotator cuff yang berorigo pada skapula. Otot-otot tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis.1

Gambar 2.1. Anatomi bahu, penampang lateral Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com. Tanggal 23 Desember 2012.

Trapezius, serratus anterior, rhomboids dan levator skapula berinsersio pada skapula dan berperan dalam mobilisasi dan stabilitas skapula. Skapula dapat mudah bergerak karena adanya otot-otot ini. Skapula memiliki 4 tonjolan, spine, akromion, korakoid dan glenoid. Fossa glenoid terletak pada sudut lateral dari skapula. Fossa glenoid berbentuk oval tidak beraturan dan dapat disamakan dengan bentuk koma terbalik. Fossa glenoid berartikulasi dengan kepala humerus membentuk sendi glenohumeral yang merupakan sendi utama dari bahu.1

Klavikula Kalvikula merupakan tulang berbentuk huruf S yang terletak pada bagian anterior dari bahu. Klavikula memiliki 2 artikulasi yaitu sterniklavikular dan akromioklavikular. Sendi sternoklavikular terbentuk dari sisi medial klavikula yang berartikulasi dengan manubrium sterni. Ini merupakan satu-satunya hubungan antara tulang aksial dan ekstremitas atas. Klavikula memberikan perlindungan pada arteri subclavia, vena subklavia dan pleksus brakialis.1

Gambar 2.2. Anatomi otot bahu, penampang anterior Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com. Tanggal 23 Desember 2012.

Kepala Humerus Bagian proksimal dari humerus disebut sebagai kepala humerus. Kepala humerus berartikulasi dengan fossa glenoid. Hanya 25% dari kepala humerus yang bersinggungan dengan fossa glenoid. Glenoid labrum adalah cincin fibrokartilaginosa yang melekat pada lingkar luar fossa glenoid, berperan dalam memberikan kedalaman dan stabilitas.1

B. ARTIKULATIO Sendi Sternoklavikula Sendi sternoklavikular merupakan satu-satunya hubungan antara tulang aksial dengan ekstremitas atas. Sendi sternoklavikular memberikan gerakan elevasi ke atas 30-350, pergerakan anteroposterior 350 dan rotasi 44-500 dengan klavikula sebagai sumbu.1

Sendi Akromioklavikular Sendi akromioklavikular (AC) merupakan satu-satunya hubungan antara klavikula dan skapula. Terbentuk dari bagian distal klavikula yang berartikulasi dengan akromion. Sendi AC terbungkus oleh kapsul sendi diartrodial yang menyatukan kapsul sendi dan ligamen caracoakromial: ligamen trapezoid dan konoid.1

Sendi Glenohumeral Sendi glenohumeral adalah artikulasi utama dari sendi bahu. Merupakan ball-and-socket joint terbentuk dari permukaan fossa glenoid dan kepala humerus. Kedalaman fossa glenoid bertambah dengan lingkaran fibrokartilago. Lingkaran fibrokartilago disebut glenoid labrum.1

C. LABRUM Glenoid labrum adalah sebuah cincin yang tersusun dari jaringan fibrosa yang padat. Kedalamannya rata-rata 2.5 mm, tapi labrum menambah kedalamannya. Walaupun labrum meningkatkan kedalaman dan volume dari fossa glenoid, tetapi ini tidak menignkatkan stabilitas dari sendi glenohumeral.1

D. LIGAMEN Korakoklavikular Ligamen konoid dan trapezoid menyusun ligamen korakoklavikula (CCL). Fungsinya untuk mempertahankan artikulasi dari klavikula dengan tonjolan dari skapula.1

Gambar 2.3. Sendi bahu, penampang anterior Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com. Tanggal 23 Desember 2012.

Glenohumeral Tiga ligamen glenohumeral terdiri dari: 1. Ligamen glenohumeral superior (SGHL) 2. Ligamen glenohumeral tengah (MGHL) 3. Ligamen glenohumeral inferior (IGHL) SGHL memiliki origo dan insersio yang bervariasi pada humerus dekat dengan tuberkulum minor; ligamen ini mempertahankan bagian inferior dari kepala humerus

pada bahu yang adduksi. MGHL berorigo pada labrum dan berinsersio pada medial humerus dari tuberkulum minor; ligamen ini mempertahankan bagian inferior pada bahu yang adduksi dan eksorotasi. IGHL berorigo pada labrum dan berdekatan dengan leher glenoid, insersio pada leher anatomis humerus dan mempertahankan kepala humerus anterior dan posterior.1

Korakohumeral Ligamen korakohumeral (CHL) berorigo pada batas bawah dan lateral dari processus korakoid dari skapula dan berinsersio pada tuberkulum mayor. Fungsi biomekanik dari ligamen ini belum terlalu dipahami, tetapi sepertinya memiliki fungsi sebagai suspensi dari kepala humerus.1

E. ROTATOR CUFF Otot supraspinatus, infraspinatus, teres minor dan subskapularis menyusun rotator cuff. Otot dan tendon dari rotator cuff membentuk sambungan disekeliling anterior, superior dan posterior dari kepala humerus dan fossa glenoid dari bahu dengan menekan sendi glenohumeral.1

Tabel 1.1. Origo, insersio, gerakan dan nervus pada rotator cuff Otot Supraspinatus Origo Fossa supraspinatus Infraspinatus Fossa infraspinatus Teres minor Insersio Tuberkulum mayor humerus Tuberkulum mayor humerus Gerakan 300 Eksorotasi lengan Eksorotasi lengan Endorotasi lengan Nervus

Abduksi lengan Nervus supraskapula Nervus supraskapula Nervus aksillaris Nervus subskapularis atas dan bawah

2/3 atas batas Tuberkulum lateral skapula mayor humerus Tuberkulum minor humerus

Subskapularis

Fossa subskapularis pada permukaan anterior skapula

Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com. Tanggal 23 Desember 2012.

F. BURSA SUBAKROMIAL/SUBDELTOID Bursa subakromial terletak pada penampang superior dari tendon supraspinatus. Bursa berperan sebagai bantalan dan mengurangi gesekan pada gerakan antara akromion dan otot-otot rotator cuff. Terkadang bursa subakromial memanjang ke lateral dan membentuk bursa subdeltoid.1

Gambar 2.4. Anatomi bahu, penampang posterior Sumber: Kishner S. Shoulder Joint Anatomy. 2011. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com. Tanggal 23 Desember 2012.

BAB III PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM

Pemeriksaaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip pemeriksaan. Teknik pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap individu, tetapi pada dasarnya dibutuhkan suatu pemeriksaan yang rutin atau baku, tahap demi tahap agar pemeriksaan tidak

berulang. Pemeriksaan fisik juga disesuaikan dengan keadaan dan kondisi penderita, misalnya penderita yang memerlukan penanganan darurat maka pemeriksaan fisik yang dilakukan seperlunya sesuai dengan kebutuhan yang ada.4 A. ANAMNESIS Anamnesis terdiri dari: a. Autoanamnesis Dicatat tanggal saat melakukan anamnesis dari dan oleh siapa. Ditanyakan persoalan: mengapa datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; biarkan penderita berceritera tentang keluhan sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai ketidakberesan; bagian apa dari anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab ada pengertian yang berbeda misalnya sakit di kaki, yang dimaksud kaki oleh orang awam adalah anggota gerak bawah dan karenanya tanyakan bagian mana yang dimaksud, mungkin saja lututnya.4 Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu pengetahuan tentang penyakit.4 Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan:4 1. Sakit atau nyeri Sifat dari sakit atau nyeri: Lokasi setempat atau meluas atau menjalar Apa ada penyebabnya; misalnya trauma Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan Bagaimana sifatnya: pegel atau seperti ditusuk-tusuk atau rasa panas atau ditarik-tarik, terus-menerus atau hanya waktu bergerak atau istirahat dan seterusnya Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul

2. Kekakuan atau kelemahan

Kekakuan pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku atau disertai nyeri, sehingga pergerakan terganggu? Apakah yang dimaksud kelemahan berupa instability atau kekuatan otot menurun atau melemah atau kelumpuhan? 3. Kelainan bentuk atau pembengkokan Angulasi atau rotasi atau discrepancy (pemendekan atau selisih panjang). Benjolan atau karena ada pembengkakan. b. Allo anamnesis Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang menderitakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil atau bayi atau orang tua yang sudah mulai demensia (pikun) atau penderita yang tidak sadar atau sakit jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan alloanamnesis, misalnya:4 Allo anamnesis mengenai bayi tentunya dari ibu lebih cocok daripada ayahnya Atau mungkin pada saat ini karena kesibukan orang tua, maka pembantu rumah tangga dapat memberikan keterangan yang lebih baik Juga pada kecelakaan mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan keterangan yang lebih baik, terutama bila yang diantar tidak sadarkan diri

B. PEMERIKSAAN FISIK Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (status lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melakukan Total Care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperhatikan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.4 a. Gambaran umum Perlu menyebutkan:4,5 1. Keadaan umum (K.U): baik atau buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu: Kesadaran penderita; apatis, soporus, koma, gelisah Kesakitan Tanda vital seperti tensi, nadi, pernapasan dan suhu

2. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut (abdomen: hepar, lien), kelenjar getah bening serta kelamin.

3. Kemudian: ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang) b. Keadaan lokal Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota terutama mengenai status neurovaskular. Pada pemeriksaan ortopedi atau muskuloskeletal yang penting adalah (Apley):4,5 1. Look (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:4,5 Cicatrix (jaringan parut baik yang alamiah maupun yang buatan; bekas pembedahan) Caf au lait spot (birth mark) Fistula Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hiperpigmentasi Benjol atau pembengkakan atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa, misalnya rambut di atasnya Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas) Jalannya (gait, waktu masuk kamar periksa)

2. Feel (palpasi) Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari posisi netral atau posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si pasien, kerena itu perlu selalu diperhatikan wajah pasien atau menanyakan perasaan si pasien.4,5 Yang dicatat adalah:4 Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya edema, terutama daerah persendian Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, cacat letak kelainannya (1/3 proksimal atau tengah atau distal) Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi; benjolan yang terdapat di permukaan tulang atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskular. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan itu perlu dideskripsi (tentukan) permukaannya, konsistensinya dan pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan ukurannya.4,5

3. Move (pergerakan terutama mengenai lingkup gerak) Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.4 Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dulu, selain untuk mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan, juga untuk mengetahui gerakan normal si penderita. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar kita dapat berkomunikasi dengan sejawat dan evaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.4 Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fraktur).4 Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari setiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metrik.4,5 Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak.4 Kekakuan sendi disebut ankilosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra artikuler atau ekstra artikuler.4 Intra artikuler: kelainan atau kerusakan dari tulang rawan yang menyebabkan kerusakan tulang subkondral; juga didapat oleh karena kelainan: ligamen dan kapsul (simpai) sendi. Ekstra artikuler: oleh karena otot atau kulit.

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita sendiri disuruh menggerakkan) dan pasif (dilakukan oleh pemeriksa).4,5 Selain pencatatan pemeriksaan penting untuk mengetahui gangguan gerak, hal ini juga penting untuk melihat kemajuan atau kemunduran pengobatan.4 Dibedakan istilah contraction dan contructure:4 - Contraction: apabila ada perubahan fisiologis - Contructure: apabila sudah ada perubahan anatomis Selain diperiksa pada posisi duduk dan berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan jalan. Jalan perlu dinilai untku mengetahui apakah pincang disebabkan karena:4 - Instability - Nyeri - Discrepancy - Fixed deformity

BAB IV PEMERIKSAAN FISIK BAHU

A. GEJALA Nyeri adalah gejala yang paling sering dikeluhkan. Tetapi nyeri pada daerah bahu bukan berarti nyeri bahu. Jika pasien menunjuk pada bagian atas bahu pikirkan mungkin kelainan terletak pada sendi akromioklavikular atau nyeri alih dari leher. Nyeri pada sendi bahu dan rotator cuff, biasanya pada aspek depan dan luar dari sendi, terkadang sampai bagian tengah lengan atas.5 Hati-hati terhadap kemungkinan nyeri alih. Kelainan pada mediastinum, seperti cardiac ischemia memiliki gejala nyeri pada bahu. 5 Kelemahan mungkin dapat timbul sebagai hilangnya kekuatan, pikirkan ke arah kelainan neurologis, atau pada ketidakmampuan untuk mengabduksikan bahu secara mendadak mungkin saja terdapat ruptur tendon. Tetapi ada juga kelemahan pada beberapa gerakan dan kelemahan karena nyeri. 5 Instabilitas mungkin sangat jelas (bahu saya seperti keluar dari sendinya saat saya mengangkat tangan saya); atau mungkin bunyi klik saat mengangkat lengan, atau sensasi dead arm seperti pada pemain tenis saat akan melakukan servis. 5 Kekakuan mungkin bersifat progresif dan berat; frozen shoulder. 5 Bengkak mungkin melibatkan sendi, otot atau mungkin tulang; pasien tidak akan mengetahui perbedaannya. 5 Deformitas mungkin melibatkan pengecilan otot, prominensia sendi akromioklavikular, winging skapula atau posisi lengan menjadi tidak normal. 5 Kehilangan fungsi biasanya dikaitkan kesulitan saat berpakaian dan berdandan, atau ketidakmampuan mengangkat benda. 5

Tabel 4.1. Nyeri pada Daerah Bahu Nyeri alihan Spondilosis servikal Kelainan mediastinum Cardiac ischemia Kelainan rotator cuff Tendinitis Ruptur Frozen shoulder

Kelainan sendi Artritis glenohumeral

Instabilitas Dislokasi

Artritis akromioklavikular

Subluksasi

Lesi tulang Infeksi Tumor

Cedera saraf Terjepitnya nervus supraskapula

Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition. Hodder Arnold: London. 2010: p.337.

B. TANDA Pasien harus diperiksa secara keseluruhan dari depan dan belakang. Kedua ekstremitas superior, leher, gambaran skapula dan dada bagian anterior harus terlihat. 5 1. Inspeksi (Look) 5 Kulit. Lihat apakah terdapat luka, jangan lupa periksa bagian aksila. Bentuk. Kedua ekstremitas harus dibandingkan. Bahu yang tidak simetris, winging skapula, pengecilan otot deltoid, supraspinatus dan infrapsinatus, dan dislokasi akromioklavikula paling baik dilihat dari belakang; bengkak pada sendi akromioklavikular atau sternoklavikular atau pengecilan dari otot pectoralis paling baik dilihat dari depan. Efusi dari sendi menyebabkan bengkak ke bagian anterior dan biasanya terlihat di aksila. Pengecilan dari otot deltoid mungkin terjadi karena ada lesi pada nervus dan pengecilan dari otot supraspinatus mungkin terjadi karena ada cedera yang luas atau lesi pada nervus supraskapula. Tonjolan khas Popeye dari ruptur otot bisep dapat dilihat dengan mudah bila sendi siku difleksikan. Posisi. Jika lengan tertahan pada posisi endorotasi, pikirkan dislokasi posterior pada bahu. 2. Palpasi (Feel) 5 Kulit. Inflamasi dari sendi akan mempengaruhi suhu disekitarnya. Tulang dan jaringan lunak. Struktur yang dalam dipalpasi dengan hati-hati, mengikuti anatomi permukaan yang ada. Dimulai dari sendi sternoklavikular, menyusuri klavikula ke arah lateral menuju sendi akromioklavikular, dan meraba bagian anterior dari akromion serta bagian atasnya. Batas anterior dan posterior dari gleniod harus dipalpasi. Dengan bahu ditahan dalam posisi ekstensi, tendon dari supraspinatus dapat diidentifikasi tepat di bawah segmen anterior dari akromion. Krepitasi pada tendon supraspinatus saat bergerak menunjukkan adanya tendinitis atau robekan.

3. Pergerakan (Move) 5

Gambar 4.1. Pemeriksaan sendi bahu. Pemeriksaan gerak aktif paling baik dari belakang pasien, perhatikan baik-baik simetrisitas dan koordinasi dari pergerakan skapulo-thorak dan gleno-humeral. (a) Abduksi; (b) Batas dari abduksi gleno-humeral; (c) Abduksi penuh dan elevasi, kombinasi dari pergerakan skapulo-thorak dan gleno-humeral. (d) Batas pergerakan dari gleno-humeral sesungguhnya didapatkan dengan membatasi pergerakan dari skapula dengan meletakkan tangan pada bagian atas dari skapula. (e) Eksorotasi. (f,g) Pergerakan yang lebih rumit meliputi abduksi, rotasi, fleksi atau ekstensi dari bahu. (h) Memeriksa ada atau tidaknya kelemahan pada otot serratus anterior. (i) Memeriksa ada atau tidaknya nyeri pada supraspinatus. Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition. Hodder Arnold: London. 2010: p.338.

Gerakan aktif. Gerakan diamati pertama dari depan kemudian dari belakang, dengan posisi pasien berdiri atau duduk. Abduksi bersumbu pada coronal plane dan fleksiekstensi pada sagital plane. Abduksi dimulai dari 00; pada fase awal pergerakan semuanya bertumpu pada sendi glenohumeral, semakin lengan diangkat skapula mulai berotasi pada toraks dan pada 600 terakhir gerakan murni skapulo-toraks (karenanya gerakan kesamping yang melebihi 900 lebih sering disebut elevasi daripada abduksi). Transisi dari gleno-

humeral ke skapulo-toraks dapat terganggu dengan kelainan pada sendi atau disfungsi dari stabilitas tendon disekitar sendi. Pada keadaan ini abduksi mungkin (1) sulit dilakukan, (2) lingkup gerak terbatas atau (3) gangguan pada ritmik, skapula bergerak terlalu awal dan membuat efek seperti mengangkat bahu. Jika gerakan terlalu menyakitkan, pusat dari sakitnya harus diidentifikasi; nyeri saat ditengah abduksi pikirkan tendinitis pada rotator cuff minor atau suprapsinatus; nyeri saat akhir abduksi sering kali karena artritis dari akromioklavikular.

Gambar 4.2. Ritme skapulo-humeral. (a-c) Fase awal abduksi, pusat dari gerakan ada pada sendi gleno-humeral. Semakin tinggi terangkat, skapula mulai berotasi pada toraks. (c) Pada fase akhir abduksi, gerakan makin didominasi oleh skapulo-toraks (d) Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition. Hodder Arnold: London. 2010: p.339

Fleksi dan ekstensi diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lengannya kedepan kemudian ke belakang. Normalnya adalah 1800 pada fleksi dan 400 pada ekstensi.

Gambar 4.3. Lingkup gerak normal bahu. (a) Abduksi dari 00 sampai 1600 (atau bahkan 1800), tetapi hanya 900 yang berpusat pada sendi gleno-humeral; sisanya adalah dari pergerakan

skapula. (b) Eksorotasi biasanya 800 dan endorotasi biasanya lebih rendah karena terhalang oleh tubuh. (c) Dengan lengan pada posisi abduksi yang tepat, endorotasi dapat dilakukan tanpa terhalang oleh tubuh. Sumber: Solomon L, et al. Apley`s System of Orthopaedics and Fractures. Ninth Edition. Hodder Arnold: London. 2010: p.339

Gerakan pasif. Untuk memeriksa lingkup gerak gleno-humeral skapula harus ditahan; hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksa menekan secara lembut pada bagian atas bahu dengan satu tangan dan tangan yang lainnya menggerakkan lengan. Kekuatan. Untuk memeriksa serratus anterior (long thoracic nerve, C5, 6, 7) pasien diminta melakukan gerakan mendorong tembok; jika ototnya lemah maka skapula tidak akan terfiksir pada toraks dan akan menonjol (winged scapula). Pectoralis mayor diperiksa dengan menyuruh pasien melakukan gerakan bertolak pinggang. Pemeriksaan sistem lainnya. Pemeriksaan tulang belakang bagian servikal (sumber paling sering dari nyeri alih), pemeriksaan untuk mencari adanya kelemahan sendi dan pemeriksaan neurologis.

Pemeriksaan Fisik Bahu Pemeriksaan Saraf Terjepit

Pemeriksaan Neer Posisi: pasien duduk atau berdiri dan pemeriksa dalam posisi berdiri. Fiksasi: skapula ipsilateral untuk mencegah protraksi. Pemeriksaan: elevasi secara pasif ke depan dari lengan. Perhatian khusus: nyeri pada bahu. Nyeri dapat diatasi dengan injeksi 10 ml lidokain di bawah akromion sapek anterior. - Latar belakang: penjepitan tuberkulum mayor, degenerasi supraspinatus dan bursa subakromial terhadap akromion.

Pemeriksaan Hawkins-Kennedy - Posisi: duduk atau berdiri, dengan lengan pada posisi 900 elevasi ke depan pada sumbu skapula. - Fiksasi: stabilisasi skapula untuk meminimalisasi rotasi ke depan saat melakukan manuver endorotasi. - Pemeriksaan: endorotasi pasif pada bahu sampai nyeri timbul. - Perhatian khusus: nyeri pada endorotasi paksa. - Latar belakang: tuberkulum mayor memaksa tendon supraspinatus terhadap ligamen korakoakromial.

Pemeriksaan Empty can

- Posisi: duduk atau berdiri, bahu abduksi 900, adduksi horizontal 300 dan endorotasi penuh. - Fiksasi: pemeriksa meletakkan tangan pada bagian atas lengan atas. - Pemeriksaan: pasien mempertahankan posisi ini sambil diberikan tahanan ke bawah. - Perhatian khusus: kelemahan otot, jangan lupakan nyeri. - Latar belakang: pemeriksaan kekuatan otot supraspinatus. Subskapularis, infraspinatus dan teres minor tidak bergerak pada posisi ini. Komentar untuk pemeriksaan saraf terjepit Pemeriksaan Neer dan Hawkins-Kennedy dapat digunakan sebagai skrining, dan pemeriksaan empty can dapat digunakan sebagai konfirmasi pada kelainan bahu. Pemeriksaan rotator cuff

External rotation lag sign - Posisi: duduk dengan memungungi pemeriksa. Bahu pada posisi abduksi 200, siku pada posisi fleksi 900 dan maksimal eksorotasi -50 untuk mencegah terjadinya elsatik rekoil pada bahu. - Fiksasi: pemeriksa menahan siku dan pergelangan tangan pada posisi di atas. - Pemeriksaan: pasien diminta menahan posisi ini sambil pemeriksa melepas pergelangan tangan. - Perhatian khusus: kemampuan pasien untuk menahan lengan diposisi yang sama. Saat tangan terjatuh (lag sign), hasilnya berarti positif. - Latar belakang: lag sign lebih dari 50 menjurus pada (parsial) robekan tendon infrapsinatus atau supraspinatus.

Drop arm test Posisi: telentang atau duduk dengan lengan direntangkan ke samping. Fiksasi: tidak perlu fiksasi. Pemeriksaan: pasien diminta mengabduksikan lengan ke samping. Kemudian minta pasien meurunkan lengannya secara perlahan. - Perhatian khusus: saat pasien menurunkan lengan secara perlahan, jika terdapat kelainan maka lengan pasien akan jatuh dengan cepat. - Latar belakang: pada awalnya pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya robekan pada tendon supraspinatus. Tetapi belakangan digunakan juga untuk mengetahui adanya robekan pada tendon infraspinatus.

Supine impingement test - Posisi: pasien telentang dengan lengan berada di atas meja periksa. - Fiksasi: pemeriksa mengelevasi lengan sampai maksimal. - Pemeriksaan: tangan pada posisi supinasi dan lengan di adduksikan ke telinga. Maka lengan akan berada pada posisi endorotasi. - Perhatian khusus: hasil positif jika didapatkan rasa nyeri yang bertambah. - Latar belakang: pemeriksaan ditujukan untuk mengetahui adanya robekan pada rotator cuff. Nyeri timbul akibat penyempitan dan penekanan pada celah subakromial.

Belly press test - Posisi: pasien duduk dengan tangan (yang akan diperiksa) pada perut. - Fiksasi: tidak perlu fiksasi. - Pemeriksaan: pasien diminta menekan perut menggunakan tangan sampai terjadi endorotasi maksimal. - Perhatian khusus: pasien merasakan kelemahan dan tidak dapat melakukan endorotasi maksimal. Siku terjatuh ke belakang dan endorotasi tidak terjadi. Gerakan menekan tersebut terjadi karena adanya ekstensi dari bahu dan fleksi pergelangan tangan. - Latar belakang: untuk mengetahui penurunan fungsi dari endorotasi pada bahu. Komentar untuk pemeriksaan rotator cuff: External rotation lag test merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk otot infraspinatus dan supraspinatus. Prosedur drop arm test dapat menghasilkan positif palsu untuk pemeriksaan pada otot supraspinatus dan infraspinatus. Supine impingement test dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan parsial atau komplit pada rotator cuff. Bell press test merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk robekan subskapular. Pemeriksaan untuk lesi anterior ke posterior pada labrum superior

Anterior slide test

- Posisi: berdiri atau duduk, tangan pada pinggang dengan ibu jari ke arah belakang. - Fiksasi: pemeriksa meletakkan satu tangannya pada bahu dari posterior dengan jari telunjuk di atas aspek anterior dari akromion. Dan tangan yang satu lagi di belakang siku. - Pemeriksaan: tahanan diberikan ke arah depan dan atas pada siku dan lengan atas. Pasien diminta untuk menahan tahanan ini. - Perhatian khusus: nyeri atau bunyi klik pada bahu yang diperiksa. - Latar belakang: pergeseran kepala humerus anterior dan superior memberikan tekanan pada labrum superior. Gerakan ke atas menyebabkan traksi dari tendon bisep dan meregangkan kompleks labral.

Biceps load II test - Posisi: telentang dengan lengan diabduksikan 1200 dan eksorotasi maksimal, siku 900 dan lengan bawah supinasi. - Fiksasi: pemeriksa memegang siku dan pergelangan tangan pasien. - Pemeriksaan: pasien diminta memfleksikan sikunya sambil ditahan oleh pemeriksa. - Perhatian khusus: nyeri atau nyeri yang bertambah saat dilakukan tahanan pada fleksi siku. - Latar belakang: labrum superior terlepas dari glenoid dan membuat nyeri bertambah. Komentar untuk pemeriksaan untuk lesi anterior ke posterior pada labrum superior Karena spesifisitasnya yang tinggi, anterior slide test dapat digunakan dalam mengkonfirmasi lesi superior labrum anterior to posterior (SLAP). Biceps load II test sebagai diagnostik untuk lesi SLAP. Pemeriksaan Instabilitas

Apprehension test - Posisi: telentang atau duduk, abduksi 900 dan maksimal eksorotasi. - Fiksasi: pemeriksa memegan pergelangan tangan pasien dengan satu tangan. Tangan yang satu lagi memegang aspek posterior dari kepala humerus. - Pemeriksaan: maksimal eksorotasi pada aspek posterior dari kepala humerus sekaligus memberikan dorongan ke depan. - Perhatian khusus: tahanan yang mendadak akan terasa pada bahu dan nyeri. - Latar belakang: kombinasi gerakan dan dorongan ke anterior menyebabkan bahu menjadi subluksasi.

Relocation test - Posisi: pasien telentang, lengan abduksi 900 dan siku fleksi 900. - Fiksasi: dengan satu tangan, pemeriksa menahan lengan bawah dan tangan yang satu lagi pada kepala humerus. - Pemeriksaan: pemeriksan menggerakkan bahu secara eksorotasi dan lengan bawah diayunkan seperti tuas dengan satu tangan. Tangan yang satu lagi memberikan gaya ke arah posterior pada kepala humerus. - Perhatian khusus: nyeri yang meredan dan pasien dapat melakukan gerakan eksorotasi. - Latar belakang: pemberian gaya ke arah posterior membuat kepala humerus kembali ke posisinya.

Anterior release test - Posisi: pasien dalam posisi telentang, lengan abduksi 900 dan siku fleksi 900. - Fiksasi: dengan satu tangan menahan lengan bawah dan tangan yang lain pada kepala humerus. - Pemeriksaan: pemeriksa memberikan tekanan ke posterior pada kepala humerus dalam posisi lengan pada eksorotasi maksimal. Kemudian kepala humerus dilepas. - Perhatian khusus: nyeri yang timbul mendadak, nyeri yang bertambah atau perasaan seperti terlepas. - Latar belakang: melepaskan tekanan ke arah posterior membuat kepala humerus subluksasi ke anterior. Komentar mengenai pemeriksaan instabilitas Apprehension, relocation dan anterior release test digunakan sebagai alat diagnostik pada instabilitas anterior, terutama saat apprehension test positif.

Pemeriksaan akromioklavikular

O`brien test

- Posisi: pasien berdiri dan pemeriksa berada di belakang pasien. Lengan pasien fleksi 900 ke depan, adduksi 10-150 dan maksimal endorotasi. - Fiksasi: pemeriksa memegang lengan bawah pasien. - Pemeriksaan: pemeriksa memberikan tahanan ke arah bawah dan pasien diminta untuk menahan tahanan tersebut. Setelahnya telapak tangan pasien dalam posisi supinasi, dan ulangi pemeriksaan. - Perhatian khusus: nyeri pada sendi akromioklavikular, lebih terlihat pada endorotasi paksa. - Latar belakang: dengan pemeriksaan ini, akromion didorong ke tuberkulum mayor dan menekan sendi akromioklavikular.

Acromioclavicular joint tenderness test (pemeriksaan nyeri pada sendi akromioklavikular) - Prosedur: tidak dijelaskan oleh Walton dkk, tetapi tertulis bahwa dilakukan palpasi pada sendi akromioklavikular. Hasil positif bila saat palpasi pasien merasa nyeri. Komentar untuk pemeriskaan akromioklavikular O`brien test dapat digunakan untuk konfirmasi karena spesifisitasnya yang tinggi. Palpasi sendi akromioklavikular dapat digunakan pada semua keluhan pada sendi akromioklavikular dengan O`brien test negatif, karena sensitivitas pemeriksaan ini cukup tinggi.

You might also like