Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
DASAR HUKUM KETENTUAN UMUM PENANGANAN, PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN KECELAKAAN KERETA API JENIS DAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN KERETA API DATA KECELAKAAN KERETA API CONTOH FORMAT DAN ANALISIS KECELAKAAN CONTOH PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API
PENUTUP
DASAR HUKUM
UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; PP No.56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian; PP No.72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api; KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan Reglemen R 23
KETENTUAN UMUM
Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian a. Perkeretaapian Suatu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. b. Kereta Api Adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api c. Prasarana Perkeretaapian Adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan d. Sarana Perkeretaapian Adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel
KETENTUAN UMUM
e. Fasilitas Operasi Kereta Api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan. f. Lalu Lintas Kereta Api Gerak sarana perkeretaapian di jalan rel g. Angkutan Kereta Api Kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan kereta api
(3) Hasil pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dibuat dalam bentuk rekomendasi wajib ditindaklanjuti oleh Pemerintah, Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian, dan Penyelenggara Sarana serta dapat diumumkan kepada publik
(1) Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan/atau Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib membiayai pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api
(2) Biaya pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diasuransikan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 pasal 177
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api diatur dengan Peraturan Pemerintah
1. Peristiwa Luar Biasa (PL) Adalah kejadian dan keadaan yang menyebabkan tertib perjalanan kereta api menyimpang dari peraturan perjalanan, namun tidak menimbulkan kecelakaan
2. Peristiwa Luar Biasa Hebat (PLH) Adalah kecelakaan kereta api yang mengakibatkan orang tewas, luka parah atau menimbulkan kekusutan/kerusakan hebat
JENIS KECELAKAAN KERETA API 1. 2. 3. 4. 5. Tabrakan KA dengan KA Anjlokan Terguling Banjir / Longsor Lain Lain
Menurut PP 72 Tahun 2009 pasal 110 ayat (3) menyatakan bahwa Tabrakan Kereta api dengan kendaraan umum bukan merupakan kecelakaan perkeretaapian
2. Faktor Prasarana
3. Sumber Daya Manusia Operator
4. Eksternal
5. Alam
SARANA
PRASARANA
MANUSIA
EKSTERNAL
Masyarakat tidak disiplin melintasi perlintasan sebidang Bangunan liar disekitar jalan rel mengganggu pandangan bebas masinis Vandalisme, pencurian alat penambat, melempar kaca. Terjadinya bencana alam, gempa bumi, longsor, banjir, dll
Pengereman tidak Adanya kecrotan (mud Masinis tidak malaksanakan bekerja dengan baik pumping) standar prosedur Kerusakan pada as Jalan rel tidak laik operasi yang dan roda Bantalan kayu ditetapkan As patah rapuh (melanggar Bearing macet Rel patah kecepatan) Pembebanan tidak Wesel rusak Pengaturan dinasan merata Badan jalan kurang baik sehingga Kelebihan Beban longsor/amblas menimbulkan Kurangnya Jembatan kurang laik kelelahan fisik perawatan sarana, Kurangnya Faktor fisik tidak menggunakan perawatan ngantuk, tertidur, suku cadang standar. Terjadinya karat dsb (jembatan besi)
Tabrakan KA dengan KA
5
68 5 3 11 92
3
110 7 3 16 139
3
99 8 8 8 126
5
41 7 8 8 69
3
25 4 6 4 42
1
23 2 1 6 33
2
19 2 0 2 25
2
3 4
Anjlokan
Terguling** Banjir / Longsor
5
120 100
Lain - Lain
Jumlah
Tabrakan KA dengan KA 80 Anjlokan Terguling** Banjir / Longsor 40 20 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* Lain - Lain
60
2006
1 2 3 MENINGGAL LUKA BERAT LUKA RINGAN 50 76 52 178
2007
34 128 164 326
2008
45 78 73 196
2009
57 122 76 255
2010
79 93 104 276
2011
39 45 28 122
2012*
4 8 37 49
JUMLAH TOTAL
Dari diagram tersebut penyebab kecelakaan yang paling dominan pada tahun 2011 adalah faktor Eksternal yaitu sebesar 47 %
PROSENTASE FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN KERETA API TAHUN 2009 S/D 2011
7% 29%
24%
15% 25%
Dari diagram tersebut penyebab kecelakaan yang paling dominan 3 tahun terakhir dari tahun 2009 s/d 2011 adalah : Sarana Prasarana SDM Eksternal Alam : : : : : 24 % 15 % 25 % 29 % 7 %
Prasarana Eksternal
DITJEN PERKERETAAPIAN
TKP
Koordinasi
Evakuasi korban Penanganan Rintang Jalan (jika ada) Perbaikan fasilitas pengoperasian sarana dan prasarana perkeretaapian
Pengumpulan data dilapangan yang meliputi : Kronologis kejadian Kerusakan Sarana Kerusakan Prasarana Korban Jiwa Gangguan Operasi (Rintang Jalan) Kerugian Material Pembuatan sketsa lokasi kejadian Dokumentasi Pembuatan laporan sementara / awal
PENINJAUAN LAPANGAN
Laporan hasil penelitian kecelakaan termasuk faktor yang berkontribusi menyebabkan kecelakaan kereta api
Monitoring
2.
3.
2. K .....
3. K ..... 4. K .....
6. K ......
7. K ...... 8. K ......
10. K .....
11. K ..... 12. K .....
Korban
Awak KA Penumpang Lain - Lain Total
Meninggal
Luka Berat
Luka Ringan
Total
KECELAKAAN TABRAKAN KA
Sta. Penimur
Petak jalan
Lintas
Sta. Niru
KRONOLOGIS KEJADIAN
Perjalanan KA BBR 36 Relasi : Tarahan Tanjungenim Baru Susunan : CC 2029001 dan CC 2029005 44 gerbong terbuka (kosong) Di Sta Tigagajah berhenti untuk melakukan pergantian masinis dan asisten masinis dan berangkat kembali pada pukul 02.50 WIB Di Sta Penimur berjalan langsung pada pukul 05.44 setelah diberi blok aman dari PPKA Sta Niru BBR 36 direncanakan untuk BLB di jalur I Sta Niru dan bersilang dengan KA SCT 2 Rencana BLB dikarenakan adanya keterlambatan pemberangkatan KA BBR 36 selama 18 jam dan KA SCT 2 selama 30 menit
Perjalanan KA SCT 2 Relasi Susunan : Sukacinta Kertapati : CC 2018911 16 gerbong datar (container isi batubara)
Berangkat dari Sta Sukacinta pukul 02.25 BBR 36 direncanakan untuk BLB di jalur I Sta Niru dan bersilang dengan KA SCT 2 Rencana BLB dikarenakan adanya keterlambatan pemberangkatan KA BBR 36 selama 18 jam dan KA SCT 2 selama 30 menit
ANALISA
Petak jalan di sekitar lokasi kejadian terdapat lengkungan yang mengurangi jarak pandang bebas masinis sehingga mengurangi waktu masinis untuk melakukan pengereman. KA SCT 2 seharusnya BLB di jalur II Sta Niru karena direncanakan bersilang dengan KA BBR 36, namun KA SCT 2 tidak berhenti walaupun aspek sinyal keluar arah Sta Penimur tidak aman.
Pada saat KA SCT 2 melanggar sinyal, petugas rumah sinyal dalam keadaan tidur sehingga tidak mengetahui masinis KA SCT 2 melanggar sinyal sehingga tidak melaporkan ke PPKA Sta Niru. Sehingga dalam satu petak jalan terdapat 2 Kereta Api dan terjadi tabrakan
SKETSA KECELAKAAN TABRAKAN KA BABARANJANG 36 DENGAN KA SUKACINTA 2 DI KM 336+9/0, HARI MINGGU 19 FEBRUARI 2012
3,478 KM 7, 354 KM
STASIUN PENIMUR
S U
RUMA H SINYA L
S M
S M
RUMA H SINYA L
S S U K
STASIUN NIRU
336 + 9/0
S K
AKIBAT BENTURAN YANG KERAS ANTARA KEDUA KERETA API MENGAKIBATKAN KA BBR 36 TERBAKAR
KA SCT 2 SEHARUSNYA BLB NAMUN BERJALAN LANGSUNG WALAUPUN ASPEK SINYAL KELUAR TIDAK AMAN
Tarah
Tj.
KECELAKAAN ANJLOKAN KA 435 COMMUTER RELASI ANTARA STASIUN BOGOR STASIUN JAKARTA KOTA DI KM 47+6/7 PETAK JALAN ANTARA STASIUN BOGOR STASIUN CILEBUT
KRONOLOGIS KEJADIAN
1. Pada hari Kamis tanggal 4 September 2012, KA 435 Commuter relasi antara Stasiun Bogor Stasiun Jakarta Kota diberangkatkan dari Stasiun Bogor pada pukul
06:07 WIB, pada saat masuk menjelang sinyal muka Stasiun Cilebut di KM 47+6/7, rangkaian ke-3 KA 435 Commuter mengalami anjlokan sebanyak 4 as dan rangkaian ke-4 mengalami anjlokan sebanyak 2 as pada pukul 06:15 WIB. 2. Pada kereta ke-3, roda depan mengarah pada sepur dua (arah Jakarta), sedangkan roda belakang mengarah ke sepur satu (arah Bogor). Pada kondisi tersebut kereta masih berjalan dengan kecepatan rendah karena pada stasiun tersebut kereta dijadwalkan berhenti. Dengan adanya as roda yang tidak 1 sepur menyebabkan badan kereta melintang, sedangkan pada stasiun tersebut terdapat peron tinggi sehingga badan kereta menghantam peron
ANALISA SEMENTARA
Pada sambungan rel, jumlah baut pada klem sambungan tidak lengkap hanya ada 3 dari seharusnya 6 buah ,dengan jumlah baut yang kurang maka kekuatan ikat antar rel yang disambung menjadi tidak rigid (kaku) dan dimungkinkan terjadinya lendutan pada sambungan. Dengan adanya lendutan maka dimungkinkan permukaan sambungan kepala rel tidak rata sehingga terjadi pukulan/hentakan roda ke kepala rel. Pukulan yang berulang-ulang tersebut akan menimbulkan fatique (kelelahan bahan) terhadap rel lebih cepat
ANALISA SEMENTARA
Bentuk patahan berupa lengkungan yang terjadi pada sambungan rel (patahan dari kepala rel 3 cm, panjang patahan 12 cm dari sambungan). Patahan merupakan patahan lama, hal ini dibuktikan dengan adanya karat pada patahan rel
KEJADIAN KECELAKAAN TABRAKAN KA MUTIARA SELATAN DENGAN KA KUTAJAYA SELATAN DI STASIUN LANGEN
CIKAMPEK CIREBON
BANDUNG
BANJAR
KROYA
KRONOLOGIS
Pada hari Jumat tanggal 28 Januari 2011 Pkl. 02.20 Kereta Kutojaya Selatan ekonomi (KA 174 dari Bandung menuju Kutoarjo) berhenti di sepur 3 Stasiun Langen (antara Stasiun Banjar-Stasiun Kroya), untuk bersilang dengan KA Mutiara Selatan; Pada saat yang sama, kereta Mutiara Selatan (Surabaya Bandung / KA 103) masuk stasiun Langen sehingga menabrak KA Kutojaya Selatan yang berhenti di Sepur 3,
seharusnya KA Mutiara Selatan menunggu sinyal aman di luar stasiun dan setelah diberi tanda aman masuk stasiun langen menggunakan sepur 2.
37
BANJA R BANDUNG
KROY A YOGYA
SKETSA KECELAKAAN TABRAKAN KA 103 MUTIARA SELATAN DENGAN KA 174 KUTOJAYA SELATAN DI STASIUN LANGEN, BANJAR PADA HARI JUMAT, 28 JANUARI 2011, PUKUL 02.20 WIB
STASIUN LANGEN
Sinyal Keluar
Sinyal Keluar
II
III
KA 103 Mutiara Selatan
BANDUNG
PURWOKERTO
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN