You are on page 1of 15

DAFTAR ISI

TUJUAN PERCOBAAN .......................................................................................................................... 3

TEORI DASAR ....................................................................................................................................... 3 DIURETIK ............................................................................................................................................. 3 FUROSEMIDE 10 mg/ml Inj ................................................................................................................. 9

ALAT dan BAHAN .............................................................................................................................. 11

PROSEDUR KERJA .............................................................................................................................. 11

HASIL PERCOBAAN ............................................................................................................................ 11 Data urine yang dihasilkan ................................................................................................................ 12 Tabel Pengamatan ............................................................................................................................ 13 Grafik Hubungan Urin yang Dihasilkan (ml) terhadap Waktu (menit).............................................. 13

PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 13

KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 15

KELOMPOK 3
Disusun Oleh: Bayyinah Dwiyanti Atmajasari Irfan Taufik Maria Ulfa Putri Setyo Rini Sinthi Ayesha Pharmacy IV A

FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA MEI 2010
2

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek diuretik suatu obat. 2. Mampu merumuskan beberapa kriteria diuretik dan pendekatan yang baik untuk mengatasi diuretik.

TEORI DASAR DIURETIK


Definisi Diuresis adalah penambahan volume urin yang diproduksi dan jumlah (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan air. Sambiloto termasuk tanaman yang memiliki efek diuresis karena mengandung flavonoid, dan kalium. Cara kerjanya menghambat reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan elektrolit-elektrolit yang berakibat terjadi peningkatan volume urin. Diuretika merupakan zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol). Pengaruh obat diuretic terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretic. Secara umum kerja diuretik di bagi menjadi dua golongan besar:

1. Diuretik osmotic 2. Penghambat mekanisme transport elektrolit di tubuli ginjal. Obat yang yang menghambat elektrolit di tubuli ginjal antara lain : a. Penghambat karbonik Anhidrase b. Dienzitidiazida c. Diuretik hemat kalium d. Diuretik kuat

Fungsi Ginjal 1. Memelihara kemurnian darah (mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah) 2. Meregulasi kadar garam dan cairan tubuh (pengaturan homeostatis; keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel serta volume total dan susunan cairan ekstrasel) Proses Diuresis Dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex), yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari penyaringan dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung dalam wadah (kapsul Bowman) dan disalurkan ke pipa kecil. Disini terjadi penarikan kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh (glukosa, ion-Na+ dll). Zat ini dikembalikan ke darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sedang ampas yang tersisa dirombak melalui metabolisme protein (ureum) untuk sebagian diserap kembali. Akhirnnya, filtrat dari semua tubuli ditampung di ductus colligens (penampung) yang disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin. Ultrafiltrat yang dihasilkan perhari sekitar 180 liter (dewasa) yang dipekatkan sampai hanya tersisa lebih kurang 1 liter air kemih. Sisanya, lebih dari 99% direabsorpsi dan dikembalikan pada darah. Dengan demikian, suatu obat yang cuma sedikit mengurangi reabsorpsi tubulerm misalnya dengan 1%, mampu melipatgandakan volume kemih (menjadi Ca 2,6 liter). Mekanisme Kerja Diuretika Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni: 1. Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secara aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
4

2. Lengkungan Henle. Di bagian menaiknya Ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+ diperbanyak. 3. Tubuli distal. Dibagian pertamanya, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+. 4. Saluran Pengumpul. Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini. Penggolongan diuretika 1. Diuretika Lengkungan. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem transport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya ekskresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. 2. Derivat Thiazida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Contoh obatnya adalah hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karena daya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide.
5

3. Diuretika Penghemat Kalium. Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan kombinasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberapa hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agak lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal. 4. Diuretika Osmosis. Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan ekskresi Na sedikit. Contoh obatnya adalah Mannitol dan Sorbitol. Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat dan dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaukoma. Contoh obat patennya adalah Manitol. 5. Perintang Karbonanhidrase. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-seling. Asetozolamid diturunkan sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut: CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+ Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi, obat penyakit ketinggian. Resorpsinya baik dan mulai

bekerja dalam 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox. Penggunaan Diuretika, digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung. 1. Hipertensi Guna mengurangi darah seluruhnya hingga tekanan darah (tensi) menurun. Derivat thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretika lengkungan pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek antihipertensifnya. Mekanisme kerjanya berdasarkan penurunan daya-tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretis. Thiazida memperkuat efek obat-obat hipertensi beta blocker dan ACE inhibitor, sehingga sering dikombinasikan dengannya. 2. Gagal jantung (decompensatio cordis) Cirinya adalah peredaran tak sempurna dan terdapat cairan berlebihan di jaringan, sehingga air tertimbun dan terjadi udema, misalnnya pada paru-paru. Begitu pula pada sindro nefrotis yang bercirikan udema tersebar akibat proteinuria hebat karena permeabilitas dipertinggi dari membran glomeruli. Pada busung perut dengan air tertumpuk di rongga perut akibat cirrosis hati. Untuk indikasi ini terutama digunakan diuretika lengkungan, dalam keadaan parah akut secara intravena. Thiazida dapat memperbaiki efeknya pada pasien dengan insufiensi ginjal. Thiazid juga digunakan dalam situasi di mana diuresis pesat bisa mengakibatkan kesulitan, seperti pada hipermetrofi prostat. Efek Samping 1. Hipokaliemia, yaitu kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretika dengan tempat kerja di bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K+ dan H+ karena ditukarkan dengan ion Na+. Akibatnya adalah kadar kalum plasma dapat turun di bawah 3,5 mml/liter. Keadaan ini terutama terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida atau bumetamida, mungkin bersama thiazida. Gejalanya berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang aritmia jantung. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau

yang diobati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. 2. Hiperurikemia akibat retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amirolida. Diduga disebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tinggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka. 3. Hiperglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubungan dengan sekresi insulin yang ditekan. Terutama thiazida dan efek antidiabetika oral diperlemah olehnya. 4. Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total dan trigliserida. Pengecualian adalah indapamida yang praktis tidak meningkatnya kadar lipid tersebut. 5. Hiponatriema. Akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun keras dengan akibat hiponatriema. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi, dan kolaps. 6. Lain-lain: gangguan lambung-usus, rasa letih, nyeri kepala, pusing, dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetemida dalam dosis tinggi. Interaksi Kombinasi dari obat-obat lain bersama diuretika dapat menimbulkan interaksi yang tidak dikehendaki, seperti: Penghambat ACE, dapat menimbulkan hipotensi yang hebat, maka sebaiknya baru diberikan setelah penggunaan diuretikum dihentikan selama 3 hari. Obat-obat rema (NSAIDs) dapat agak memperlemah efek diuretis dan antihipertensif akibat retensi natrium dan airnya. Kortikosteroida dapat memperkuat kehilangan kalium.

Aminoglikosida: ototoksisitas diperkuat berhubung diuretika sendiri dapat menyebabkan ketulian (reversibel).

Antidiabetika oral dikurangi efeknya bila terjadi hiperglikemia. Litiumklorida dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya ekskresi.

Kehamilan & Laktasi Thiazida dan diuretika lengkungan dapat mengakibatkan gangguan elektrolit di janin dan kelainan darah pada neonati. Diuretika hanya dapat digunakan pada fase terakhir kehamilan ataas indikasi ketat dan dengan dosis yang serendah-rendahnya. Spironolakton & amilorida dianggap aman digunakan oleh beberapa negara seperti Swedia. Furosemida, HCT dan Spironolakton mencapai susu ibu dan menghambat laktasi.

FUROSEMIDE 10 mg/ml Inj


http://medicastore.com/obat/2420/FUROSEMID.html

Deskripsi: Furosemida adalah diuretik derivat asam antranilat. Aktivitas diuretik furosemida terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemida ditingkatkan dengan efek vasodilatasi dan penurunan hambatan vaskuler sehingga akan meningkatkan aliran darah ke ginjal. Furosemida juga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma. Komposisi: Tiap ml Injeksi mengandung 10 mg furosemida Indikasi: Pengobatan edema yang menyertai payah jantung kongestif, sirosis hati dan gangguan ginjal termasuk sindrom nefrotik. Pengobatan hipertensi, baik diberikan tunggal atau kombinasi dengan obat antihipertensi. Furosemida sangat berguna untuk keadaan-keadaan yang membutuhkan diuretik kuat. Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.

http://bahayadiabetes.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61:furosemide&ca tid=34:bahaya-hipertesi&Itemid=69 Pemerian: putih atau hampir putih, bedak dari kristal/jernih. Praktis tidak larut di dalam air dan di dalam dichloromethane; agak larut di dalam alkohol; dapat larut di dalam aseton. Larut dalam larutan encer alkali hidroksi. Lindungi dari cahaya. (Martindale edisi 35) Furosemid merupakan turunan yang merupakan diuretik kuat dan bertitik kerja dilengkungan Henle bagian menaik. Sangat efektif pada keadaan udema diotak dan paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam dan bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya. Reabsorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t1/2 30-60 menit, ekskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu. Efek samping yang umum berupa hiponatremia, gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk) dan kolaps. Pada injeksi intravena terlalu cepat dan jarang terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi. Hipokalemia reversibel dapat pula terjadi (Tjay dan Rahardja, 2002). KELAS OBAT DAN MEKANISME: furosemide adalah diuretik kuat (air pil) yang digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Di ginjal, garam (terdiri dari natrium dan klorida), air, dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk ke dalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah diserap ke dalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh. Furosemide bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan yang mendalam output urin (diuresis). Masa kerja furosemida biasanya 2-3 jam, sedang waktu paruhnya tergantung pada fungsi ginjal. Karena agen ansa bekerja pada sisi luminal tubulus, respon diuretik berkaitan secara positif dengan ekskresi urin. Sebagai efek diuretiknya agen ansa mempunyai efek langsung pada peredaran darah melalui tatanan beberapa vaskuler. Furosemida meningkatkan aliran darah di dalam korteks ginjal (Katzung, 2001). Awal tindakan setelah oral adalah dalam waktu satu jam, dan diuresis berlangsung sekitar 6-8 jam. Tindakan awal setelah injeksi adalah lima menit dan durasi diuresis adalah dua jam. Efek yang diuretik furosemide dapat menyebabkan penurunan natrium, klorida, tubuh air dan mineral lainnya. Furosemide menimbulkan efek samping sebagai berikut : anemia, sensasi abnormalitas kulit, kejang kandung kemih, penglihatan kabur, konstipasi/sembelit, kram, pusing, demam, iritasi mulut dan lambung, kemerahan, sedikit ikterik, kejang otot, telinga berdengung, fotosensitivitas,
10

inflamasi vena, mual, jaundice. Biasanya frekuensi urin maksimal sampai enam jam setelah dosis pertama, dan akan menurun setelah mengkonsumsi furosemide dalam waktu beberapa minggu. http://www.drugs.com/pdr/furosemide.html http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/medmaster/a682858.html http://www.medicinenet.com/furosemide/article.htm

ALAT dan BAHAN


Alat: - Alat suntik - Timbangan - Gelas ukur 50ml - Kandang metabolisme - Sarung tangan - Stopwatch Bahan: - Tikus satu ekor - Injeksi furosemid

PROSEDUR KERJA
1. Tikus diambil dari kandang. 2. Tikus ditimbang. 3. VAO tikus dihitung. 4. Tikus diinjeksikan furosemid secara intraperitoneal. 5. Pengamatan dilakukan ada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90. 6. Ukur dan catat jumlah urin yang dihasilkan pada menit di atas.

HASIL PERCOBAAN

Tikus ditimbang

Injeksi intraperitoneal

tikus sesaat setelah injeksi

11

KELOMPOK 1, 2, 3

15 menit 1ml

30 menit 4,5ml

45 menit 4,5ml

60 menit 1,5ml

75 menit 1,5ml

90 menit 0,5ml

KELOMPOK 4, 5, 6

15 menit 0ml

30 menit 1ml

45 menit 1,5ml

60 menit 0ml

75 menit 0,5ml

90 menit 2ml

Data urine yang dihasilkan


KELOMPOK 1, 2, 3 Furosemid 20mg/KgBB; Konsentrasi 10mg/ml VAO = Berat (kg) x Dosis (mg/KgBB) Konsentrasi (mg/ml) = 0,282 kg x 20mg/KgBB 10mg/ml = 0,564ml

KELOMPOK 4, 5, 6 Furosemid 30mg/KgBB; Konsentrasi 10mg/ml VAO = Berat (kg) x Dosis (mg/KgBB) Konsentrasi (mg/ml) = 0,330 kg x 30mg/KgBB 10mg/ml = 0,99ml
12

Tabel Pengamatan
KELOMPOK 15 1, 2, 3 4, 5, 6 1ml 0ml 30 4,5ml 1ml 45 4,5ml 1,5ml 60 1,5ml 0ml 75 1,5ml 0,5ml 90 0,5ml 2ml

Grafik Hubungan Urin yang Dihasilkan (ml) terhadap Waktu (menit)


5 Urin yang dihasilkan (ml) 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 15' 30' 45' 60' 75' 90' Waktu (menit) Kelompok 1, 2, 3 Kelompok 4, 5, 6

PEMBAHASAN
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002). Pengeluaran urin terutama digunakan untuk mengurangi sembab yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keracunan kehamilan, glaukoma, hiperkalsemia, diabetes insipidus dan sembab yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjang kortikosteroid (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Berdasarkan teori cara kerja diuretik yaitu; Tubuli proksimal penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya osmotiknya Ansa Henle penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun
13

Ductus koligentis penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain

Furosemida adalah diuretik derivat sulfonamide, yang mempunyai gugus sulfamoil di posisi meta. Aktivitas diuretik furosemida terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemida ditingkatkan dengan efek vasodilatasi dan penurunan hambatan vaskuler sehingga akan meningkatkan aliran darah ke ginjal. Furosemida juga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek diuretik suatu obat secara eksperimental pada tikus putih jantan dengan furosemid. Percobaan ini menggunakan hewan uji tikus, karena tikus merupakan hewan dengan model yang sesuai untuk evaluasi obat-obat yang mempengaruhi ginjal (Kusumawati, 2004) dan digunakan tikus jantan karena kondisi biologisnya lebih stabil bila dibandingkan dengan tikus betina. Apabila tahap persiapan telah selesai, kemudian dilakukan uji dengan pemberian furosemid yang merupakan diuretik kuat dengan dosis 20mg/KgBB dan 30 mg/BB. Data volume urin diukur pada menit ke- 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit. Data yang terkumpul merupakan data volume urin tiap waktu (ml). Dari data volume urin tiap waktu dapat dihitung volume urin kumulatif. Terdapat dua kelompok yang kelompok 1, 2, dan 3 dengan dosis 20 mg/KgBB dan kelompok 4, 5, dan 6 dengan dosis 30 mg/KgBB. Pada kelompok 1, 2, 3 didapatkan data volume urine tikus pada waktu 15 menit didapat volume 1ml, 30 menit bertambah menjadi 4,5ml, 45 menit bertambah menjadi 4,5ml, 60 menit bertambah menjadi 1,5ml, 75 menit bertambah menjadi 1,5ml, dan pada waktu 90 menit bertambah menjadi 0,5ml. Sedangkan pada kelompok 4, 5, 6 volume urine pada tikus pada waktu 15 menit volume urine 0ml, 30 menit bertambah menjadi 1ml, 45 menit bertambah menjadi 1,5ml, 60 menit menjadi 0ml, 75 menit bertambah menjadi 0,5ml, 90 menit bertambah menjadi 2ml. Berdasarkan literature diketahui bahwa t1/2 dari furosemid sekitar 30-60 menit. Hal ini sesuai dengan grafik yang ditunjukkan pada kelompok 1, 2, dan 3 volume urin yang dihasilkan semakin menurun setelah waktu 45-90 menit karena konsentrasi obat menjadi setengah didalam tubuh. Sedangkan pada kelompok 4, 5, dan 6 volume urin yang dihasilkan semakin bertambah setelah waktu 60 menit.

KESIMPULAN
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
14

keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Mekanisme kerja obat diuretik adalah kebanyakan mengurangi reabsorbsi natrium sehingga pengeluarannya melalui urin dan demikian juga dari air diperbanyak, obat ini bekerja khusus terhadap tubuli dan ditempat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Martindale edisi 35 Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text). Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Anonim,www.medicastore, 2006 http://bahayadiabetes.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61:furosemide &catid=34:bahaya-hipertesi&Itemid=69 http://www.drugs.com/pdr/furosemide.html http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/medmaster/a682858.html http://www.medicinenet.com/furosemide/article.htm http://medicastore.com/obat/2420/FUROSEMID.html

15

You might also like