You are on page 1of 3

M.

K Sosiologi Umum (KPM130) Praktikum ke-7

Hari, Tanggal : Jumat, 9-11-2012 Ruangan : CCR1.05 Bahan Bacaan: Sistem Pondok, Wariso Ram Hanhan Nur Handayani/ G44124005 Asisten: 1. Fajar Febriyadi F14100060 2. Putri Amalia H34100066

1. Ikhtisar Sebagian besar migran sirkuler berasal dari rumah tangga desa yang hanya memiliki lahan sempit dan rata-rata berpendidikan rendah. Pada umumnya mereka berada dalam keadaan ketidakcukupan yaitu tidak cukup lahan untuk bertani, tidak cukup pendidikan untuk memperoleh pekerjaan dalam sektor formal, dan tidak cukup modal untuk berusaha di desanya. Sebagian migran sirkuler yang telah cukup lama melakukan sirkulasi desa kota dan telah berhasil menghimpun modal mencoba memulai mendirikan usaha dengan menggunakan tenaga orang lain. Usaha yang mereka lakukan dikenal sebagai usaha sisa karena para pemilik modal umumnya tidak tertarik untuk bergerak dalam usaha ini. Mereka biasanya memulai usahanya dengan modal terbatas, menggunakan peralatan sederhana dan keterampilan yang mudah dipelajari. Pengalaman sebagai penjual dan karyawan merupakan modal besar yang berharga dalam pengembangan usaha mereka. Jenis usaha yang dilakukan bersifat padat karya dengan azas kerukunan atau azas kekeluargaan yang menjadi sendi utama, walaupun tujuan utama sistem pondok adalah keuntungan ekonomi. Berdasarkan besarnya sumbangan tenaga kerja migran sirkuler (penghuni pondok boro) dalam proses produksi dan penjualan hasil, sistem pondok dapat digolongkan dalam empat kelompok. Pertama, sistem pondok dimana setiap anggota mempunyai kedudukan sama (sistem pondok gotong royong). Kedua, sistem pondok dimana kedudukan pemilik pondok (pengusaha pondok) berkedudukan lebih mirip dengan kedudukan kepala rumah tanga daripada majikan dan kedudukan para penghuni pondok boro mirip dengan kedudukan anggota rumah tangga daripada karyawan (sistem pondok rumah tangga). Ketiga, sistem pondok dimana telah dikenal diferensiasi tenaga yang bertugas dalam proses produksi (karyawan) dengan tenaga yang bertugas dalam pemasaran hasil produksi (penjual) (sistem pondok usaha perseorangan). Keempat, sistem pondok dimana pemilik pondok tidak melibatkan diri dalam kegiatan produksi ataupun pemasaran barang (sistem pondok sewa). Selain keempat sistem itu terdapat pula sistem pondok yang merupakan campuran. Ada pula sistem pondok yang tidak mempunyai karyawan, karena pondok tersebut tidak memproduksi barang, tetapi hanya menampung para penjual saja. Hampir semua pemilik pondok boro berperan sebagai pelindung bagi para penghuni pondok. Pemilik pondok boro bertanggung jawab atas kehadiran migran sirkuler di pondok boro miliknya dan bertanggung jawab pada urusan administrasi dari para penghuni pondok di tingkat RT/ RW atau tingkat desa. Berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh penghuninya, pondok boro

i 1

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pondok boro buruh, pondok boro penjual, dan pondok boro produksi. 2. Analisis 1. Identifikasi Group dan Proses Pembentukannya - SPGR (Sistem Pondok Gotong Royong) Terbentuk karena adanya kesepakatan untuk bekerja sama dalam jual beli hasil kerajinan keramik. Contoh: Para migran sirkuler dari Kabupaten Demak (Jateng) yang berjualan keramik dari Kecamatan Mayong (Kabupaten Kudus, Jateng). - SPRT (Sistem Pondok Rumah Tangga) Terbentuk karena pemilik pondok boro memerlukan bantuan banyak tenaga kerja dalam proses pembuatan barang karena belum digunakannya teknologi dalam proses produksi sekaligus memerlukan tenaga kerja tersebut dalam menjual barang dagangannya. Contoh: pondok boro penjual bakso para migran sirkuler dari Malang (Jatim) dan pondok boro penjual sate ayam dari Madura (Jatim). - SPUP (Sistem Pondok Usaha Perseorangan) Terbentuk karena majikan (pemilik pondok boro) memerlukan bantuan anggota pondok dalam pengelolaan proses produksi (sebagai karyawan) dan pemasaran hasil produksi (sebagai penjual). Contoh: pondok boro produksi tahu yang dilaksanakan migran sirkuler dari Sumedang (Jawa Barat) dan dari Bumiayu (Jawa Tengah). - SPS (Sistem Pondok Sewa) Terbentuk karena adanya hubungan sewa-menyewa antara pemilik pondok dengan para migran sirkuler. Contoh: pondok boro produksi migran sirkuler dari Ciamis (Jabar) di Cimanggu (Bogor, Jawa Barat). 2. Dasar Pembentukan dan Persyaratan Group - SPGR Dasar Pembentukan: dasar kepentingan bersama untuk memperoleh penghasilan dan dasar tempat tinggal berdekatan dimana terdiri dari kawan-kawan yang berasal dari desa/ daerah yang sama. Persyaratan: Mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dilandasi azas kegotongroyongan, dan terdapat rasa saling percaya diantara sesama anggota. - SPRT Dasar Pembentukan: dasar kepentingan bersama untuk memperoleh penghasilan dan dasar tempat tinggal berdekatan dimana terdiri dari sebagian anggota pondok yang berasal dari satu desa/ daerah yang sama dan anggota pondok lain dari desa/ daerah lainnya yang sama pula. Persyaratan: Migran sirkuler bertindak sebagai pembuat dan penjual barang, sedangkan pemilik pondok boro menyediakan penginapan beserta jaminan hidup (bahan pangan dan lain-lain); dilandasi azas kekeluargaan. - SPUP Dasar Pembentukan: dasar kepentingan bersama untuk memperoleh penghasilan, dasar tempat tinggal berdekatan dimana terdiri dari sebagian anggota pondok yang berasal dari satu desa/ daerah yang sama dan anggota pondok lain dari desa/ daerah lainnya yang sama pula, dan dasar keturunan satu nenek moyang dimana antara majikan dan karyawan/

penjual sering terdapat hubungan darah. Persyaratan: Migran sirkuler dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing yaitu sebagai karyawan (untuk proses produksi) dan penjual (untuk pemasaran hasil produksi), sedangkan majikan bertindak sebagai pengelola proses produksi dan pemasaran hasil produksi, memberikan upah, bantuan penginapan, jaminan hidup (pangan), dan bantuan ekstra; dilandasi azas kekeluargaan. - SPS Dasar Pembentukan: dasar kepentingan bersama untuk memperoleh penghasilan dan dasar tempat tinggal berdekatan dimana terdiri dari anggota pondok yang berasal dari desa/ daerah yang sama. Persyaratan: Migran sirkuler bertindak sebagai penyewa, sedangkan pemilik pondok bertindak sebagai yang menyewakan tempat untuk penginapan, kadangkadang juga menyewakan tempat untuk usaha, mesin-mesin untuk produksi, peralatan untuk menjual barang dan menjual bahan baku untuk produksi; migran sirkuler bekerja dengan modalnya sendiri, peralatan miliknya sendiri, dan memakai tenaganya sendiri. 3. Derajat Kohesivitas Sistem Karakteristik Ukuran Mobilitas Efektivitas Derajat No Pondok Sosial Group Fisik Komunikasi Kohesivitas 1. SPGR Homogen Kecil Rendah Tinggi Tinggi 2. SPRT Heterogen Kecil Rendah Tinggi Tinggi 3. SPUP Heterogen Besar Rendah Tingg Tinggi 4. SPS Heterogen Besar Tinggi Rendah Rendah 5. SPC Homogen Besar Tinggi Rendah Rendah 3. Daftar Pustaka Anonim. 2003. Sosiologi Umum. Bogor: Bagian Ilmu-Ilmu Sosial, Komunikasi dan Ekologi Manusia Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB.

You might also like