You are on page 1of 10

BAB II PEMBAHASAN 2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA PRA KAWIN DAN PERKAWINAN A.

Aspek sosial budaya pada prakawin mencakup a. Makanan/minutan b. Istirahat c. Perlindungan dari iklim/cuaca d. Kesehatan e. Pendidikan f. Interaksi Social/Komunikasi dengan sesama g. Keyakinan diri (confidance) h. Adanya prinsip benar-benar salah Dewasa ini makin banyak ditemukan perlakuan diskriminatif terhadap kaum remaja, yang menganggap seks adalah tabu dan perlu ditutup-tutupi sehingga banyak remaja yang tidak mengerti akan seks dan pola hidup yang tidak terbuka tentang seks pranikahan. Ada juga yang melarang anak keluar rumah bila menjelang perkawinan yang bertujuan untuk menghindari marabahaya. Bagi anak perempuan dianjurkan untuk merawat tubuh dengan luluran dan berpuasa. Tidak boleh diberi suntikan TT karena dianggap diberikan suntikan KB sehingga lama untuk mendapatkan anak. B. Aspek sosial budaya dasar pada perkawinan Begitu banyak kebudayaan yang berkembang dimasyarakat, untuk perkawinan adat dan kebudayaan yang berbeda. Perkawinan menurut adat Minang Perkawinan/memilih jodoh harus dipilih dari luar sukunya. Perkawinan yang ideal dahulu hdala kawin dengan anak perempuan mamak, kadang-kadang juga kawin dengan kemenakan ayah, perkawinan dengan saudara perempuan bekas istri/suazi saudara perempuan juga dibolehkan (Gride Exchange)

Dalam masyarakat minangkabau perkawinan sebenarnya tidak mengenal adalah mas kawin yang diberikan pihak pria lepada wanita. Yang terpenting adalah adanya pertukaran antara pihak pria dengan wanita berupa cincin dan keris. Perkawinan adat Jawa Perkawinan yang dibolehkan hdala perkawinan antara 2 orang yang terikat karena hubungan kekerabatan Ada beberapa perkawinan masyarakat jawa: a. b. c. d. Ngarang wuluh : Perkawinan seseorang duda dengan seorang wanita salah satu adik dari almarhum istrinya. Wayuh : perkawinan lebih dari seorang istri. Kumpul kebo : Laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam satu rumah dalam kurun waktu tertentu akan tetapi belum menikah secara resmi. Pisah Kebo : perpisahan suazi istri tidak diikuti perceraian secara resmi.

Perkawinan adat Bali Perkawinan di Bali sedapat mungkin dilakukan diantara orang-orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Bila seorang anak perempuan kawin dengan pria yang leih rendah derajat kastanya dianggap akan membawa malu kepada keluarga serta menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak perempuan itu. Apabila ini terjadi secara fisik suami istri akan dihukum untuk beberapa lama ketempat yang jauh dari tempat asalnya. Perkawinan adat Dayak Perkawinan ideal dan amat di ingini yaitu : perkawinan diantara 2 orang bersaudara sepupu yang kakek-kakekya bersaudara kandung dan perkawinan 2 orang bersaudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara kandung. Bagi orang dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah dengan orang dari suku bangsa lain, laki-laki asing tersebut bersedia untuk tunduk kepada adat mereka dan berdiam didesa mereka.

Perkawinan adat Bugis Perkawinan yang ideal menurut adat bugis perkawinan antara bersaudara sepupu sederajat dari pihak ayah atau ibu. Walaupun ada yang ideal tapi bukan merupakan hal yang diwajibkan Perkawinan adat Batak Perkawinan yang dianggap ideal adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dengan demikian seorang lakilaki batak sangat pantang kawin dengan orang wanita dari marganya sendiri dan juga dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayah. 2.2 ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN PADA TIAP TRIMESTER KEHAMILAN A. Pada trimester I Pada trimester timbul beberapa gangguan Seperti : Tidak datangnya haid - Lebih sering buang air kecil - Payudara mulai mengeras dan membesar - Mudah letih dan lelah - Mual, pusing dan ingin muntah Seringkali pada awal kehamilan terjadi perubahan pola makan dan menginginkan makanan-makanan (ngidam) Seperti : Ingin makan yan asam - Tidak mau makan makanan yang beraroma keras dan harus di dapat pada saat yang diinginkan. B. Pada trimester II Aspek sosial budaya yang berpengaruh pada trimester II antara lain : tubuh. 4 Emosi tidak stabil Perubahan bentuk tubuh karena perut sudah mulai membuncit Gejolak perubahan emosi karena janin sudah mulai bergerak Marning sikness (mual, muntah, pusing) sudah berkurang sehingga Turunya rasa percaya diri berhubungan dengan perubahan bentuk

sudah dapat beraktifitas seperti biasanay.

C. Pada trimester III Aspek sosial budaya yang berpengaruh antara lain : Kesiapan mental menunggu kelahiran sibuah hati Kegembiraan mengubah perilaku dan tindakan sang ibu dalam

menentukan dan membeli perlengkapan si buah hati selama hamil menurut kepercayaan/kebudayaan di masyarakat ada kegiatan kegiatan yang tidak boleh dilakukan seperti : pagi. Dalam masa kehamilan bidan berperan aktif dalam menjelaskan kepada ibu hamil atas dampak positif dan negatif dari kepercayaan-kepercayaan yang beredar di masyarakat. 2.3 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA KALA I-IV PERSALINAN A. Kala I (pembukaan 1- pembukaan lengkap) Pada masa ini bidanmemberikan motivasi dan dukungan kepada ibu agar ibu kuat dalam menghadapi proses persalinannya sehingga proses persalinan akan berjalan dengan lancar selain bidan memberikan motivasi dan dukungan, pihak keluarga juga mempersiapkan tempat melahirkan, biasanya dipakai ruang tengah, karena ruang tengah leibh lapang dari ruang kamar. Ruang yang lapang sangat diperlukan sebagai termpat melahirkan kareana lebih mudah meletakkan berbagai macam alat yang diperluakan. Sebagai besar masyarkat juga mempercayai budaya-budaya yang beredar dilingkungan masyarakat pada masa kala I ini seperti : Meminum air rumput fatimah Memakan kuning telur mentah 5 Jangan tidur siang takut bayinya jadi besar Jangan duduk atau berdiri di pintu nanti persalinannya lama Jangan duduk ditembok nanti ari-arinya langket Ibu hali tidak boleh menyakiti/membunuh binatang Ibu hamil tidak boleh memakai selendang yang dibulatkan keleher Di akhir kehamilan trimester III ibu hamil dilanjutkan untuk minum

karena takut bayinya dililit tali pusat air kelapa muda makn nenas agar bayinya lahir bersih, dan juga disuruh jalan

Masyarakat percaya dengan minuman air rumput fatimah dapat mempercepat pembukaan dan mempermudah jalannya kelahiran bayi. B. Kala II (persalinan) Budaya budaya yang beredara di masyarakat seperti : Apabila pada saat melahirkan diambang pintu, maka perempuan yang akan melahirkan disuruh berbaring. Pada saat akan melahirkan, semua orang yang ada dirumah harus tengan dan duduk menjauhi tempat bersalin. Anak-anak dilarang membuat segala jenis kebisingan atau kegaduhan. Anggota keluarga yang lain selalu dalam keadaan siap dalam memberikan bantuan atau pertolongan yang diminta mak bidan. Disini ada 2 orang bidan yang berperan dalam melakukan pertolongan pada persalinan, yaitu mak bidan bawah dan mak bidah atas menduduki tempat masing-masing. Bidan bawah bertujuan menyambut bayi, memotong tali pusat dan membersihkan tembuni (plasenta). Sedangkan mak bidan atas bertugas membersihkan badan ibu yang melahirkan C. Kala III (kelahiran plasenta) Setelah tali pusat dipotong dengan pemotong pusat, pusat yaitu dengan sebilah bambu yang telah ditajamkan, baru plasenta dikeluarkan. Tembui (plasenta) dibersihkan bersih-bersih kemudian dimasukkan periuk tanah disertai dengan sedikit asam garam yang telah disediakan. Tembuni disebut dengan kakak bayi. Agar anak tidak sakit, tembuni tersebut harus ditanam dengan baik pad suatu tempat dengan suatu upacara. Penanaman itu dilakukan setelah anak tanggal pusat. Selama tali pusat itu tanggal dan lepas, tembuni yang disimpan dalam priuk itu dijaga dengan baik di rumah. D. Kala IV (setelah kelahiran placenta) Sementara itu, bidan atas membersihkan badan bayi yang baru melahirkan dari darah dan kotoran. Setelah bersih dipakaikan kain bersih lalu diangkat dan dibaringkan diatas tempat tidur yang telah disediakan dengan posisi bersadar, setelah itu didahinya dilumuri dengan air sepang atau kayu sepang yang disebut pilis. Pilis air sepang ini. Menjaga urat-urat mata. Pada bagian-bagian yang digosokkan minyak kepala. Setelah itu diberi minum segelas air kunyit yang telah digiling dan disaring untuk mengobati luka bagian dalam ketika melahirkan. 6

Pada zaman sekarang cara persalinaan seperti diatas tidaklah banyak ditemui lagi karena disetiap pelosok/desa sudah ditempatkan bidan-bidan desa jika ada dukun beranak sekarangpun sudah dilakukan pelatihan dan pembinaan terhadap dukun beranak. 2.4 ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PERSALINAN PADA SAAT INI Sebagaimana kita ketahui pada saat ini persalinan dengan dukun beranak sudah jarana terjadi kaena disetiap pelosok / desa sudah ditempatkan para bidan desa, walau pun begitu tidak bisa kita pungkiri masih ada persalinan yang dibantu oleh dukun. Tetapi dukun pada zaman Semarang sudah diberi pelatihan untuk menolong persalinan Dukun-dukun yang sudah dibekali juga dengan alat-alat untuk menolong persalinan (dukun KIT) seperti gunting, handscoen, bethadin dan lain-lain. Dukun-dukun disetiap desa, akan dibina oleh bidan desanda masing-masing dibawah naungan puskesmas setempat. Banyak manfaat yang diperboleh oleh dukun bersalin dari pelatihan dan pembinaan yang mereka dapatkan seperti : 1. Dukun sudah bisa menggunakan sarung tangan untuk menolong persalinan 2. Untuk mengunting tali pusat dukun sudah menggunakan gunting tidak lagi dengan sembilu 3. Dukun sudah menggunakan betadin unutk luka melahirkan dan perawatan tali pusat, tidak lagi menggunakan ramuan-ramuan 4. Dukun sudah mau merujuk/mengirim pasiennya ke bidan bila tidak bisa ditanganinya lagi 5. Dukun sudah diajarkan cara mensterilkan instrumennya dengan cara merebus sebelum melakukan tindakan. 2.5 ASPEK SOsIAL BUDAYA DASAR PADA MASA NIFAS Aspek sosial yang berkaitan pada masa nifas antara lain : melahirkan Rasa lelah yang berlebihan karena mengurus si kecil 7 Peralihan perhatian lingkungan pada si bayi Ketidakmampuan ibu untuk menghindari tanggung jawab baru untuk Kekecewaan atas perubahan kondisi dan bentuk tubuh sehabis

mereawat bayinya

Merasa terkekang dan tidak bebas seperti dulu lagi pada masa-masa

ini seorang ibu bisa terkena depresi, disinilah peran suami dan keluarga untuk berbagai rasa dan membangun keterbukaan suami dan istri. Kebudayaan dan kepercayaan yang beredar di masyarakat : Yang berkaitan dengan masa nifas yaitu : (jamu) Ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang amis seperti telu, ikan Ibu post partfum harus tidur dengan posisi setengah duduk Ibu melahirkan disuruh pakai pilis dan parem Ibu harus menyusukan bayinya dari payudara sebelah kanan dulu Ibu disuruh pasang gurita selama 3 bulan Pada masyarakat cina ada kepercayaan sehabis melahirkan tidak boleh dan makanan pedas Ibu habis melahirkan disuruh minum air kunyit yang sudah dihaluskan

mandi, tidak boleh melihat matahari naik, tidak boleh melihat kaca dan lain-lain. 2.6 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR YANG BERKAITAN DENGAN BAYI BARU LAHIR (BBL) Aspek sosial yang berkaitan dengan BBL antara lain : Kesiapan diri menjadi orang tua Perubahan emosi karena penantian panjang yang membuahkan Memberikan kasih sayang dan merawat dengan ketulusan

kebahagiaan

Budaya yang beredar di masyarakat yaitu : Pusat bayi dikasih ramuan-ramuan Bayi baru lahir diberikan madu kebibirnya Bayi baru lahir harus pasang gurita dan di bedong Bayi diberi bntal beras agar kepalanya bagus Jika bayi tidur / dibawa berpergian harus memakai besi, gunting lipat, Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan pisang

dasun tunggal agar terhindar dari roh jahat.

Pada umur bayi 1-2 minggu juga diadakannya acara turun mandi yang

bertujuan syukuran atas kelahiran dan memperkenalkan bayi buat pertama kalinya dengan tanah. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dengan adanya makalah ini aspek sosial budaya dasar pada masa pra kawin perkawinan, kehamilan, persalinan. Masa nifas dan bayi baru lahir, maka kita sebagai bidan sudah dapat memahami apa-apa aspek sosial budaya yang ada dimasyarakat yang diturunkan dari nenek moyang. Dengan demikian bidan dapat memberikan informasi kepda setiap orang tentang aspek sosial budaya yang erat kaitannya dengan kesehatan Aspek sosial budaya banyak yang berdampak positif dan adapula yang bersifat negatifnya, seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan bidan diharapkan dapat memberikan motivasi dan sugesti kepada setiap pasiennya dan masyarakat. 3.2 Saran Diharapkan bagi pembaca agar lebih mengetahui aspek-aspek apa saja yang berkembang pada masyarakat saat ini, dan agar lebih memahami atau mengetahui tentang aspek-aspek sosial budaya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. Sosial Budaya Dasar, Jakarta 1996 Departemen Pendidikan Budaya Daerah Masyarakat Melayu Riau, Depdiknas Jakarta Antropologi, Bumi Aksara 1994 Sosiologi Yudistira

10

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1 1.2 TUJUAN.....................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2 2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA PRA KAWIN DAN PERKAWINAN..........................................................................................2 2.2 ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN PADA TIAP TRIMESTER KEHAMILAN....................................................................4 2.3 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA KALA I-IV PERSALINAN. 5 2.4 ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PERSALINAN PADA SAAT INI......7 2.5 ASPEK SOsIAL BUDAYA DASAR PADA MASA NIFAS.......................7 2.6 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR YANG BERKAITAN DENGAN BAYI BARU LAHIR (BBL).........................................................................8 BAB III PENUTUP...................................................................................................9 3.1 KESIMPULAN..............................................................................................9 3.2 SARAN..........................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA

ii

11

You might also like