Professional Documents
Culture Documents
Oleh : Rosyid Abdul Hamid (H0512105) PETERNAKAN C UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
KATA PENGANTAR
Pertama, penulis ingin mengucapkan rasa syukur atas segala kelimpahan yang telah diberikan oleh Tuhan YME sehingga pembuatan makalah yang berjudul Peranan Nilai Ketuhanan di Dalam Menghadapi Globalisasi dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila secara khusus dan secara umum bertujuan memberikan sedikit pengetahuan mengenai peranan sila pertama Pancasila di dalam menghadapi ancaman negatif globalisasi kepada siapa saja yang dengan tidak sengaja membaca tulisan ini. Rasa terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada pihak-pihak tertentu yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, diantaranya : 1. Kedua orang tua penulis, yang tak henti-hentinya mendoakan penulis dalam menggapai cita-cita 2. Dosen Makul Pancasila, Drs. H. Utomo, M.Pd. yang telah memberikan materi mengenai nilai Pancasila 3. Para sahabat yang telah memberi dukungan dan semangat Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun isi materi yang masih banyak kejanggalan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan masukan yang bersifat membangun agar penulis dapat memperbaiki penulisan-penulisan makalah maupun laporan yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .. i Kata Pengantar .. ii Daftar Isi ... iii BAB I Pendahuluan ... 1 BAB II Rumusan Masalah . 2 BAB III Pembahasan . 3 Peranan sila pertama dalam menghadapi dampak globalisasi .. 3 Cara menanamkan nilai secara efektif .. 5 BAB IV Penutup 6 Kesimpulan 6 Saran . 6 Daftar Pustaka
iii
BAB I PENDAHULUAN
founding fathers (pendiri bangsa) Republik ini memilih dan merumuskan suatu dasar filosofi yang secara objektif sesuai dengan realitas bangsa ini, yaitu suatu dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia yang sila pertamanya berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, di tengah-tengah negara atheis, sekuler serta negara teokrasi. Perumusan dasar filosofi Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki ciri khas jika dibandingkan dengan tipe negara atheis dan negara sekuler. Oleh karena itu dalam negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, kehidupan agama tidak dapat dipisahkan sama sekali dari kehidupan bangsa, seperti yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Secara filosofis Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung dalam sila pertama Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar falsafat negara Indonesia, sehingga sila pertama tersebut sebagai dasar filosofis bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan dalam hal hubungan negara dengan agama. Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia bukan mengatur ruang akidah umat beragama melainkan mengatur ruang public warga negara dalam hubungan antar manusia. Negara dalam hubungan ini cukup menjamin secara yuridis dan memfasilitasi agar warga negara dapat menjalankan agama dan beribadah dengan rasa aman, tentram, dan damai. Sebenarnya peranan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam menghadapi dampak negatif globalisasi itu muncul dari kesadaran individu masing-masing dalam memeluk dan menjalankan akidah atau agamanya sendiri-sendiri. Karena pada dasarnya setiap agama mengajarkan paham kebaikan yang itu berarti dapat menangkal kejahatan. Di Indonesia sendiri ada 6 agama yang saat ini diakui oleh undang-undang, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, dan Kong Hucu. Masing-masing agama tersebut pada dasarnya mengajarkan umatnya untuk senangtiasa berbuat kebaikan, itu berarti agama memiliki peranan sebagai pencegah kejahatan. Hak kebebasan memeluk agama sendiri diatur didalam UUD 1945 pasal 28E ayat (1) & (2), yang berbunyi : (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai hati nuraninya. Dengan mudah sebenarnya kita bisa mengatakan bahwa agama bagi manusia adlah pedoman hidup selaku makhluk ciptaan Tuhan yang ditetapkan-Nya sebagai penguasa tunggal (khalifah) terhadap kehidupan di bumi ini. Agama pula yang menerangkan kepada kita tentang kedudukan kita manusia di hadapan makhluk lainnya, dengan agama kita tahu dari mana kita berasal dan kita akan kembali. Manusia merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan juga memiliki akal, pikiran, dan perasaan, dia bisa menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukannya. Agama islam sendiri mengajarkan umatnya untuk senangtiasa Fastabiqul Khoirot yang berarti berlomba-lombalah kamu dalam kebajikan dan bukan dalam hal kejelekan.
Kita perlu mempelajari ilmu agama untuk mencegah pengaruh negatif globalisasi karena ajaran agama mengajarkan tentang akidah, hubungan manusia dengan Tuhan (hablul minallah), hubungan sesama manusia (hablul minnanas), dan hubungan manusia dengan alam. Agama mengajarkan kita dan mengenalkan mana perbuatan yang haq (baik) dan perbuatan yang bathil (jelek). Perbuatan yang boleh dilakukan dan yang menjadi larangan-Nya Itulah mengapa kita perlu mempelajarinya. Dalam konferensi agama-agama di Malaysia pada 1997, sejumlah intelektual dan aktivis beragam agama di Asia-Pasifik menyatakan keyakinannya akan peran moral agama dalam menghadapi dampak negatif globalisasi. Prof Tan Chee-Beng misalnya, guru besar antropologi di Hongkong, mengatakan bahwa basis moral masyarakat China membutuhkan kontribusi etika Konfusian dan pandangan hidup transendental yang disediakan oleh ajaran-ajaran Konfusian dan Tao. Demikian pula Buddha dan Hindu untuk konteks India; Yahudi, Kristen, dan Islam untuk konteks global (Globalization: The Perspectives and Experiences of the Religious Traditions of Asia-Pafisic, 1998). Dalam konteks yang sama, agama juga mengajarkan tujuan perdamaian, keadilan, dan kesalehan hidup yang diharapkan memainkan peran moralprofetiknyadalam menghadapi isu-isu negatif globalisasi tersebut. Melalui peran moral-profetik, agama diyakini dapat terus membendung ketidakadilan sosial, penindasan, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, rasisme, hedonisme dan nihilisme. Tidak hanya mempelajarinya, kita juga perlu mengamalkan dan menghayati ajaran agama yang kita percayai sehingga ketaqwaan sebagai hasil dari segala tingkah laku belajar itu menyatu dengan kepribadian serta dapat tercermin dalam perilaku sehari-hari. Perkataan taqwa berasal dari bahasa Al-Quran yang berarti taat dan takut. Maka bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti secara terus menerus taat atau takut kepada Tuhan serta memperhatikan ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat sesuai dengan petunjuk dan contoh para Utusan Tuhan yang diutus ke dunia ini.
dan setiap hari secara konsisten memberitahu tentang perilaku mana yang berdosa dan yang mendatangkan pahala karena perilaku manusia kelak akan dipertanggungjawabakan dihadapan-Nya.
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan
Mudahnya pengaruh negatif globalisasi dikarenakan oleh factor luar (eksternal) atau dari luar bangsa Indonesia dan factor dalam (internal) atau respon diri terhadap dampak negatif globalisasi yang berkaitan dengan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME. Dampak negatif tersebut dapat ditangkal dengan mempelajari ilmu agama dan menanamkannya sejak dini serta mengamalkan setiap ajaran yang dibawa oleh Utusan Tuhan YME sebagai implikasi ketaqwaan seorang hamba kepada sang Pencipta alam semesta.
b. Saran
Hendaknya pengamalan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa di mulai dari diri kita sendiri, yaitu dengan mendalami nilai dan norma agama yang kita yakini. Dan selanjutnya ditularkan kepada keluarga dan lingkungan sekitar. Karena nilai dan norma agama dapat dijadikan pegangan hidup dan sebagai pengatur pembatasan tingkah laku seseorang yang dinilai menyimpang dari nilainilai luhur bangsa akibat globalisasi.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 1985. Pedoman Peningkatan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bagi Siswa SD, SMTP dan SMTA. Jakarta : Proyek Pembinaan Kesiswaan Jakarta tahun 1984/1985. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi diakses pada Kamis, 18 Oktober 2012 jam 14.15 WIB. http://hi.unifa.ac.id/globalisasi-fenomena-masyarakat-dunia/ diakses pada Kamis, 18 Oktober 2012 jam 14.35 WIB. http://budisusilosoepandji.wordpress.com/2012/06/07/revitalisasi-nilai-luhurpancasila-dalam-kehidupan-nasional/ diakses pada Rabu, 24 Oktober 2012 jam 07.38 WIB. http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/membangun-masyarakatdemokratis-yang-berkeadaban/ diakses pada Rabu, 24 Oktober 2012 jam 07.40 WIB. http://blog.sunan-ampel.ac.id/muhsholihuddin/files/2010/10/PancasilaPenjabaran-nilai-nilai-Pancasila-uraian-sila-demi-sila.ppt diakses pada Rbu, 24 Oktober 2012 jam 08.20 WIB.