You are on page 1of 22

BAB III

ELEKTRON DALAM LOGAM




Pada Bab I telah disebutkan bahwa pada dasarnya Fisika Zat Padat mengkaji
kristal dan elektron-elektron. Dalam pembahasan mengenai Dinamika Kisi dalam
Bab II, telah diuraikan gerakan atom-atom dalam kristal sebagai akibat dari adanya
rambatan gelombang, mekanik maupun termal, serta berbagi sifat yang
ditimbulkannya. Pada Bab II ini, giliran elektron yang mendapat bagian untuk
dibahas secara khusus, mengingat gerakan elektron dalam zat padat sangat berbeda
dari gerakan atom-atom dalam kristal.
Secara umum setiap jenis bahan padat yang disusun oleh atom-atom selalu
mengandung elektron-elektron. Namun demikian, elektron-elektron tersebut ada yang
terikat erat pada ikatan atom-atom dan ada juga yang bebas. Elektron dikatakan bebas
bilamana elektron tersebut dapat bergerak oleh karena suatu hal (misalnya medan
listrik) secara bebas dari satu titik ke titik lain di seluruh kristal. Elektron yang
bersifat demikian disebut elektron bebas. Sedangkan elektron yang tidak dapat
bergerak bebas, yaitu elektron yang terikat dalam atom maupun ikatan antar atom,
disebut elektron terikat.
Struktur ikatan pada bahan loham memungkinkan zat padat jenis ini
mengandung elektron bebas. Sedangkan bahan bukan logam lainnya, yaitu bahan-
bahan yang mempunyai ikatan ionik atau kovalen, tidak memiliki elektron bebas.
Dengan adanya elektron bebas ini logam mempunyai sifat-sifat yang khas, antara lain
merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik serta permukaannya
mengkilat (sifat pantulnya baik).



3.1 ELEKTRON BEBAS KLASIK
Dalam pendekatan ini elektron-elektron dapat dipandang seperti partikel gas
ideal. Sebagai contoh, perhatikan logam natrium (
11
Na). Atom natrium memiliki
konfigurasi elektron : 1s
2
-2s
2
-2p
6
-3s
1
. Elektron-elektron pada orbitan 1s sampai
dengan 2p membentuk struktur kulit penuh. Elektron-elektron ini bersama dengan inti
atom membentuk teras atom.
Sedangkan elektron yang ke 11 pada orbitan 3s merupakan elektron valensi.
Elektron valensi inilah yang menjadi elektron bebas apabila atom-atom natrium
membentuk kristal logam. Lihat kembali Ikatan logam pada Bab I.





Secara umum bila suatu logam mempunyai rapat massa
m
tersusun oleh
atom-atom dengan elektron valensi Z, dan massa atom yang bersangkutan M, maka
konsentrasi elektron bebas pada logam tesebut adalah :

M
zN
n
A
m
=

N
A
adalah bilangan Avogadro. Konsentrasi elektron pada persamaan (3.1) tersebut
dinyatakan dalam satuan elektron/cm
3
atau elektron/m
3
dan biasanya hanya ditulis
cm
-3
atau m
-3
.


3.1.1 Hantaran Listrik
Perhatikan seutas kawat sepanjang L dengan penampang A, ujung-ujung
kawat (C dan D) diberi beda potensial V
CD
, dan nilai hambatan kawat adalah R.
Dalam kawat mengalir arus listrik I serta timbul medan listrik E, seperti pada gambar
3.1. menurut Hukum Ohm, kuat arus listrik dalam kawat :


R
V
I
CD
=










Gambar 3.1 Arah arus listrik, medan listrik dan gerakan elektron dalam seutas
kawat yang diberi beda potensial.

Selanjutnya dapat ditulis rumus-rumus lainnya yang menyangkut :
(i). Rapat Arus :
A
I
J =
(ii). Kuat Medan :
L
V
E
CD
=
(iii) Hambatan :
A
L
R =

dengan menyatakan resistivitas listrik bahan kawat, dan dapat dituliskan dalam
hubungannya dengan konduktivitas listrik :

1
=

Dari persamaan-persamaan di atas, hokum Ohm seperti pada persamaan (3.2) dapat
dituliskan kembali dalam bentuk :

E J =

Semua besaran listrik di atas merupakan besaran makroskopik yang dapat diukur atau
ditentukan secara langsung. bagaimanakah mekanisme elektron menghantarkan listrik
sehingga persamaan-persamaan di atas dapat terpenuhi ?










Gambar 3.2. Elektron dalam kristal bergerak dipercepat oleh medan listrik dan
dihamburkan oleh atom-atom.

Pada gambar 3.2 elektron bergerak dipercepat ke arah kanan sebagai akibat
penerapan medan listrik ke arah kiri. Dalam gerakannya elektron menumbuk dan
dihamburkan oleh atom-atom. Tumbukan dengan atom-atom ini menimbulkan daya
hambat yang dialami elektron, yang akan mengimbangi gaya medan listrik pada
elektron. Keadaan demikian dapat diungkapkan melalui persamaan gerak sebagai
berikut :

v
m eE
dt
dv
m
* *
=

dengan m
*
menyatakan massa efektif elektron, v kecepatan elektron, e muatan
elektron, t waktu dan waktu relaksasi tumbukan (waktu antara dua kali tumbukan
berurutan). suku kedua ruas kanan pada persamaan (3.6) merupakan gaya hambat
yang seperti gaya gesek stokes pada percobaan pengukuran Viskositas cairan.
Perimbangan antara gaya oleh medan dan gaya hambatan akan menghasilkan
keadaan tunak (stationer). Bila keadaan ini tercapai maka :

0 =
dt
dv


Dengan demikian persamaan (3.6) menghasilkan :

E
m
e
v
*

=

Yaitu kecepatan akhir elektron yang disebut juga kecepatan alir (drift velocity).
Tanda minus menyatakan bahwa arah gerak elektron berlawanan dengan arah medan
listrik E yang menyebabkannya. Kecapatan elektron ini berperan dalam hambatan
listrik. Untuk membedakannya dengan kecepatan rambang (akan dibahas kemudian),
kecepatan lain dituliskannya dengan notasi V jadi :
d

E
m
e
v
d
*

=

selanjutnya, rapat arus listrik dapat didefinisikan sebagai J = (-ne)v
d

dengan n menyatakan konsentrasi elektron. Dengan mengganti v
d
seperti pada
persamaaan (3.8a), diperoleh :
*
2
m
ne
J

=

Bandingkan persamaan ini dengan hukum Ohm pada persamaan (3.5.), dihasilkan
ungkapan bagi konduktivitas listrik :

*
2
m
ne
=

persamaan terakhir menunjukkan hubungan antara besaran makroskopik ( ) dan
besaran mikroskopik bagi elektron ( )
*
m dan .
Di pihak lain, apabila diambil keadaan relaksasi, yaitu apabila medan listrik
dihilangkan (E=0), maka persamaan gerak elektron menjadi :

v
m
dt
dv
m
* *
=


yang memberikan solusi :

( ) ( )

t
d d
e v t v

= = 0

v
d
(0) menyatakan kecepatan akhir sesaat sebelum medan listrik dihilangkan. yang
merupakan waktu relaksasi dapat dinyatakan sebagai berikut :

r
v

=

adalah jarak antara dua tumbukan berurutan atau disebut juga lintasan bebas rata-
rata elektron. Sedangkan v
r
menyatakan kecepatan rambang elektron, yaitu kecepatan
elektron dalam gerakannya karena pengaruh termal (panas). Kecepatan rambang tidak
berpengaruh dalam hantaran listrik. Denagn hubungan (3.14), maka ungkapan
konduktivitas listrik (3.11) menjadi :

r
v m
ne
*
2

=

Beberapa nilai dari besaran-besaran bersangkutan diberikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Besaran listrik dari beberapa logam
Logam ( )
1 1
m ( )
3
m n
( ) det
( ) A ( )
1
ms v
r

0
*
/ m m
Na 1,07 x 10
7
4,6 x 10
28
0,9 x 10
-14
110 1,3 x 10
6
1,2
Cu 5,88 x 10
7
8,5 x 10
28
2,79 x 10
-14
420 1,6 x 10
6
1,0
Zn 1,69 x 10
7
13,1 x 10
28
- - 1,82 x 10
6
0,85
Al 3,69 x 10
7
18,06 x 10
28
- - 2,02 x 10
6
-



3.1.2. Resistivitas Listrik
Dari persamaan (3.4) dan (3.11) dapat diperoleh rumusan bagi resistivitas
listrik :

2
*
1
ne
m
= =

Tumbukan elektron dengan penghambur dalam kristal dapat dibedakan atas dua
faktor, yaitu :
(i) Karena vibrasi kisi atau tumbukan dengan fonon
(ii) Tumbukan dengan atom-atom takmurnian (impuritas).
Apabila tumbukan dengan fonon menghasilkan waktu relaksasi dan tumbukan
dengan atom impuritas menghasilkan waktu relaksasi
f

i
, maka dapat dituliskan :

i f

1 1 1
= =

Dengan demikian, resistivitas listrik pada persamaan di atas berubah menjadi :

i f
ne
m
ne
m

2
*
2
*
+ =

yang selanjutnya dapat ditulis :
i f
+ =

Pada suhu rendah (T<<) tidak ada fonon, jadi 0
f


sehingga
i
=
f
=
. Sebaliknya pada suhu tinggi (T>>) konsentrasi fonon meningkat,
sehingga tumbukan dengan fonon menjadi dominan. Akibatnya dan dengan
demikian . Jadi jelas bahwa resistivitas listrik tergantung pada suhu (T),
terutama sebagai akibat tumbukan dengan fonon. Untuk menampung kebergantungan
pada T ini, maka lebih tepat dituliskan sebagai berikut :
i f
>>

( ) ) (T T
f i
+ =

f
(T) dapat diturunkan berdasarkan teeori kinetik gas dan memiliki bentuk :

T
Mk
T
D
f
2
'
) (

=

Dengan M massa atom dalam kristal, k tetapan gaya antar atom dan suhu Debye.
Pesamaan (3.19) disebut hukum Matthiessen. Hukum ini menyimpang pada suhu
rendah (mendekati T=0, dan penyimpangan ini disebut efek Kondo. Lihat gambar 3.3
dan 3.4.
D


















Gambar 3.3. Kurva ( ) T menurut Hukum Matthiessen dan efek Kondo.















Gambar 3.4. Resistivitas listrik tembaga (Cu) dengan takmurnian Ni dalam
beberapa konsentrasi.













3.2 ELEKTRON BEBAS KUANTUM

Elektron sebagai partikel kuantum harus memenuhi :
(i) Prinsip eksklusi (larangan) Pauli, yaitu setiap keadaan elektron
dengan energi tertentu hanya dapat ditempati oleh dua buah
elektron dengan spin yang berlawanan. Lihat gambar 3.5a.
(ii) Probabilitas menempati suatu keadaan tertentu sesuai dengan
statistik Fermi-Dirac. Lihat gambar 3.5b.











Gambar 3.5 a. Keadaan elektron yang memenuhi prinsip eksklusi Pauli
b. Fungsi distribusi Fermi-Dirac.

Pada suhu T=0
o
K, fungsi distribusi Fermi-dirac memiliki bentuk :

>
<
=
f
f
E untukE
E untukE
E f
; 0
; 1
) (
3.21


Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi (T>0) :

( )
( )
1
1
/

=
T k E E
B F
e
E f
3.22

k
B
tetapan Boltmann dan E
F
adalah energi Fermi
Berkaitan dengan tenaga Fermi tersebut dapat didefinisikan kecepatan
elektron pada tingkat Fermi (v
F
) sebagai berikut:

2
*
2
1
F F
v m E =
3.23

(3.23.) Pada suhu T=0
oK
, kecepatan elektron :

F
v v


Bila digambarkan dalam ruang kecepatan ( )
z y x
v v v , , akan diperoleh
permukaan Fermi yang berbentuk permukaan bola dan disebut bola
Fermi, seperti pada gambar 3.6. Pada suhu 0
o
k tidak ada titik di luar bola,
artinya bahwa kecepatan elektron maksimum adalah v
F.
















Gambar 3.6. a. Bola Fermi dalam ruang kecepatan pada kuadran I
b. Proyeksi bola Fermi pada bidang v
y
-v
z

Kecepatan elektron pada tingkat Fermi cukup besar. Untuk logam dengan
energi Fermi sebesar 5 eV, kecepatannya :

1 6
2
1
31
1 19
2
1
10
10 1 , 9
. 10 6 , 1 5 2
*
2

(
(

=
(

=
ms
kg x
eV J x x x
m
E
V
F
F


Jika konsentrasi elektron dalam logam adalah n, maka energi Fermi
logam yang bersangkutan :
( )
3
2
2
2
3
* 2
n
m
E
F

=
3.24

Konsep bola Fermi dapat digunakan untuk menjelaskan hantaran listrik
dalam logam. Perhatikan kembali gambar dalam ruang kecepatan dalam
gambar 3.6b. Gerakan elektron karena pengaruh termal (tanpa medan
listrik) tidak menghantarkan arus listrik, karena :

0 v
i
i
=

r
3.25

Setiap titik dalam bola Fermi, yang menggambarkan elektron dengan
kecepatan tertentu selalu memiliki titik pada posisi berlawanan, yang
melukiskan elektron dengan kecepatan yang sama tetapi berlawanan
arah. Dan bila ini dijumlahkan (secara vector) untuk seluruh populasi
elektron, seperti pada persamaan (3.25), akan memberikan nilai nol.
Dengan kata lain secera efektif tidak ada aliran elektron, sehingga tidak
ada hantaran (arus) listrik.
Kini perhatikan gambar 3.7a., dengan adanya medan listrik E ke
arah kanan, elektron memiliki kecepatan alir v
d
ke arah kiri dan ini
berarti bola Fermi bergeser ke kiri sejauh v
d
. Pergeseran ini
menghasilkan elektron konduksi yang diwakili oleh volume bola yang
diarsir. Perhitungan jumlah elektron konduksi dapat dilakukn dengan
menggunakan gambar 3.7b.Jumlah elektron sisanya (yang tidak
berkonduksi) dinyatakan oleh bagian volume bola yang tidak diarsir, dan
bentuknya mendekati bangun elipsoida.



















Gambar 3.7 a. Pegeseran ke kiri bola Fermi akibat medan listrik E ke
kanan menghasilkan elektron konduksi (bagian terrasir)
b. Bagian bola Fermi sisanya yang mengandung elektron
tak berkonduksi berbentuk elipsoida (bagian tidak
terarsir).

Setengah sumbu panjang elipsoida :
F
v a
3.26
karena sedangkan setengah sumbu pendek :
F d
v v <<

(
d F
v v b = 2
2
1
)
3.27

dan volume elipsoida :

2
3
4
ab V
elip
=
3.28

Selanjutnya, volume bagian bola yang berisi elektron konduksi (bagian
terarsir) ialah selisih antara volume bola Fermi dan volume elipsoida :

( )
2
3
1
2
3
4
2
3
4
2
3
1
3
3
4
3
3
4
2
2
1
3
4
3
3
4
d F d F
d F d F F F
d F F F
v v v v
v v v v v v
v v v v V



=
+ =
=


Perbandingan antara jumlah elektron konduksi dan jumlah elektron total :

F
d
F
d
F
d
F
d F d F
v
v

v
v
v
v

V
v v v v
V
V

2
2
4
1
3
3
4
2
3
1
2
3
4




Karena v
d
<<v
F
. Jumlah elektron yang menghantarkan arus apabila
jumlah elektron bebas total n adalah :

n
v
v

n
V
V
n
F
d
(

=
(

= '
3.29
Rapat arus pada tingkat Fermi :

d
F
F
d
F
env
v
v
v
en
env J
=
(

=
=


Gantikan v
d
seperti pada persamaan (3.8), akan diperoleh :

E
* m
ne
J
F
2

=
3.30

F
adalah waktu tumbukan elektron pada tingkat Fermi. Sedangkan
selanjutnya bila persamaan (3.30) dibandingkan dengan hukum Ohm
(3.5) menghasilkan :
*
2
m
ne
F

=
3.31

dengan :
F
F
F
v

=
3.32

F

adalah lintasan bebas elektron rata-rata pada tingkat Fermi. Tampak


bahwa persamaan (3.31) adalah sama dengan persamaan (3.11) Ini berarti
bahwa teori elektron bebas klasik dan teori elektron bebas kuantum dapat
menerangkan gejala hantaran listrik pada logam.

3.3 RAPAT KEADAAN (DENSITY OF STATE) ELEKTRON

Pada Bab II telah dipelajari jumlah keadaan fonon dalam selang
frekuensi
( )
atau bilangan gelombang (q) yang dinyatakan dengan
rapat keadaan fonon g( ) atau g (q). Sementara ini, dan q berhubungan
satu sama lain melalui hubungan dispersi (q). Ekuivalen dengan fonon,
jumlah elektron dalam selang energi (E) atau bilangan gelombang (k)
juga dinyatakan dengan rapat keadaan g(E) atau g (k). Besaran g dan k
berhubungan satu sama lain melalui ungkapan energi kinetik :

2
2
* 2
k
m
E

=


untuk kasus 3-dimensi ungkapan energi dapat ditulis :

( )
2 2 2
2
* 2
z y x
k k k
m
E + + =



dengan :
nz
L
k ny
L
k nx
L
k
z y x
2
;
2
;
2
= = =
n
x,
n
y,
n
z
masing-masing bilangan kuantum dan L ukuran bahan logam
yang ditinjau. Dalam ruang-k dapat dilukiskan permukaan Fermi seperti
pada gambar 3.8.






















Gambar 3.8 Permukaan Fermi dalam ruang k


Dari gambar 3.8 dapat ditentukan jumlah elektron yang mempunyai bilangan
gelombang antara k dan k+dk adalah :

( )
dk
k

L
x x
L
dk k

volume
1
x Spin tas Multiplisi x
Satu sel vol.
bola Vol.Kulit
dk k g
2
2
3 3
2
1
2
2
4

=
(

=
=


atau :
2
2
) (

k
k g =

Untuk menentukan ( ) E , gunakan hubungan :

g(k)dk = g(E)dE

dan persamaan (3.33). Dari sini akan didapat hubungan :

( ) ( )
dE
dk
k g E g =
Substitusikan persamaan (3.33) dan (3.35) ke dalam persamaan (3.37), yang memberi
hasil :
( )
2
1
2
3
2 2
* 2
2
1
E
m
E g
(
(

=



yaitu rapat keadaan elektron sebagai fungsi dari energinya.


3.4. KAPASITAS DAN KONDUKTIVITAS PANAS
Pada suhu yang lebih besar dari 0
o
K, bahan logam selain mengandung
elektron juga terdapat fonon di dalamnya. Elektron dan fonon inilah yang berperan
dalam menentukan nilai baik kapasitas panas maupun konduktivitas panas.


3.4.1. Kapasitas Panas
Kapasitas panas logam dengan adanya elektron dan fonon dapat ditulis
sebagai berikut :
C
logam
= C
fonon
+ C
elektron

Dengan menggunakan model elektron bebas klasik, energi rata-rata elektron pada
suhu T, sebagaimana gas ideal adalah :

( ) RT T k N E
B A
2
3
2
3
= =

Sehingga kapasitas panas elektron :

R
T
E
C
elektron
2
3
=

=

Sementara itu, seperti pada Bab II, kapasitas panas fonon :

R C
fonon
3 =

Dari persamaan (3.39), (3.41) dan (3.42) jelas bahwa kapasitas panas logam :

R R R C
am
2
1
2
3
log
4 3 = + =

Sementara menurut hasil eksperimen untuk semua zat padat diperoleh nilai kapasitas
panas 3R. Jadi, model elektron bebas klasik tidak dapat menerangkan kapasitas
panas logam.

Di pihak lain, menurut model elektron bebas kuantum energi rata-rata elektron
pada suhu T :
( )
F
B
A
E
T k
N E
2
=

Kapasitas panas elektron :
k
R
T
E
C
elektron
2 =

=
Definisikan suhu Fermi :
B
F
F
k
E
T =

Sehingga :
F
elektron
T
T
R C 2 =

Dari perhitungan yang lebih eksak dihasilkan :

F
B
elektron
E
T Rk
C
2
2

=

3.4.2. Konduktivitas Panas
Pada sebuah batang logam, bila ujung-ujung batang mempunyai suhu yang
berbeda, akan terjadi aliran panas dari ujung batang yang bersuhu lebih tinggi ke
ujung yang lebih rendah. Dalam gambar 3.9, aliran energi panas persatuan waktu dan
persatuan luas batang,













Gambar 3.9. Aliran energi panas batang yang ada ujung-ujungnya terdapat
perbedaan suhu.
dinyatakan oleh :
dx
dT
K Q =

(
dx
dT
)adalah gradien suhu, dan K menyatakan konduktivitas panas bahan logam. tanda
minus (-) diambil agar Q bernilai positif untuk K yang bernilai positif, oleh karena
gradien suhu <O.
Dalam bahan logam konduktivitas panas merupakan sumbangan oleh elektron
dan fonon sehingga dapat dituliskan :

K = K
fonon
+ K
elektron


dengan :
v C K
fon fonon
3
1
=

dan :
F F
F
B
F F elek elektron
v
E
T nk

v C K


(
(

=
=
2
2 2
3
1
3
1


Karena umumnya : maka : , 10 , 0
elektron fonon
K K
* 3
2 2
m
T nk
K K
F
B
elek

=


Dari persamaan (3.31) dan (3.51) dapat diambil perbandingan antara konduktivitas
panas dan konduktivitas listrik sebagai berikut :

L
k
T
K
B
=
(

=
2
3
1



L disebut bilangan Lorenz. Nilai L untuk beberapa logam ditunjukkan pada tabel3.2 .

Tabel 3.2. Bilangan Lorenz (L) untuk beberapa logam
Logam L ( )
1 1
. . .

K s kal Logam L ( )
1 1
. . .

K s kal
N
a
5,2 x 10
-9
A
1
4,7 x 10
-9
C
u
5,4 x 10
-9
C
d
6,3 x 10
-9
A
g
5,6 x 10
-9
N
i
3,7 x 10
-9
A
u
5,9 x 10
-9
F
e
5,5 x 10
-9

3.5 PITA ENERGI ZAT PADAT
Lihat kembali ilustrasi pada pasal 3.1 tentang logam natrium (Na). Pada
contoh tersebut diketahui bahwa elektron pada orbitan 3s merupakan elektron valensi.
Pada atom Na yang bebas elektron valensi terikat di dalam atom. Tetapi bila atom-
atom Na membentuk ikatan logam, elektron valensi menjadi elektron bebas. Lihat
ilustrasi pada gambar 3.10.
























Gambar 3.10 Potensial pada atom Na bebas, elektron valensi dalam keadaan
terikat (atas). Potensial pada kristal Na, elektron valensi menjadi
bebas (bawah).

Dapat dibayangkan bahwa bila elektron bergerak disepanjang kristal yang
potensialnya periodic, elektron tidak sepenuhnya bebas tetapi berinteraksi dengan
medan kristal . Fungsi gelombang elektron untuk menggambarkan gerakannya dalam
pengaruh medan kristal merupakan gabungan dari fungsi gabungan untuk elektron
bebas dan fungsi yang periodic. Fungsi yang bersangkutan disebut fungsi Bloch
dengan e
ikx
adalah fungsi untuk elektron bebas sedangkan U
k
(x) suatu fungsi uang
periodic, lihat gambar 3.11.































Gambar 3.11. Fungsi Bloch


Apabila fungsi Bloch seperti pada persamaan (3.53) digunakan untuk
menyelesaikan persamaan gerak elektron dalam potensial periodic :

( )
( ) ( ) ( ) x E x x V
dx
x d
m


= +
2
2 2
* 2


V(x) adalah potensial periodic seperti pada gambar 3.10 maka akan diperoleh solusi
yang berupa energi E sebagai fungsi K seperti ditunjukkan pada gambar 3.12.


















Gambar 3.12. Kurva E vs. K yang merupakan solusi persamaan (3.54);
membentuk struktur pita.

Energi E sebagai fungsi K untuk elektron yang bergerak dalam medan kristal
periodic, dalam gambar 3.12, menghasilkan selang energi yang terlarang (celah
energi) dan selang yang diperbolehkan (pita energi). Keadaan energi elektron seperti
ini disebut struktur pita zat padat. Sebagai akibat dari interaksi elektron dengan
medan kristal, maka elektron mengalami perubahan massa karena pengaruh medan
tersebut. massa elektron menjadi lebih besar atau lebih kecil dari massa diamnya.
Massa yang demikian disebut massa efektif (m*) dan dirumuskan :

(
(

=
2
2
2
*
dk
E d
m



dengan E adalah energi elektron sebagai fungsi bilangan gelombang k :E (k). Sebagai
contoh untuk elektron bebas energinya :

( )
2
2
2
k
m
k E
o

=

dan turunan kedua terhadap K :
o
m
dk
E d
2
2
2

=

sehingga massa efektifnya :
o
o
m
m
dk
E d
m =
(
(

=
(
(

=
2
2
2
2
2
*




Massa efektif elektron bebas sama dengan massa diamnya.

You might also like