You are on page 1of 18

MATERI KULIAH AZAS-AZAS MANAJEMEN

Disusun Oleh :

Drs. Marjoni Rachman, M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SAMARINDA
MATERI KULIAH AZAS-AZAS MANAJEMEN
Dosen : Drs. Marjoni Rachman, M.Si

I. Pendahuluan

Secara etimologis manajemen berasal dari kata “manage”, yang

artinya mengemudikan, memerintah, memimpin atau dapat pula diartikan

sebagai pengurusan. Istilah manajemen itu sendiri hingga saat ini belum

ada keseragaman dalam pengertiannya, karena penafsiran dari para

pakar juga berbeda-beda. Oleh sebab itu salah satu cara untuk

memahami manajemen dapat dilakukan dengan mempelajari latar

belakang manajemen yang ada pada masa kini, atau sering pula dikenal

sebagai manajemen modern.

Mempelajari latar belakang manajemen modern berarti sama

halnya dengan menengok kembali jalannya sejarah di masa yang lalu.

Memang sukar bagi kita untuk menetapkan pangkal dari mana kita harus

memulai, karena sejarah manajemen sama tuanya dengan sejarah

peradaban ummat manusia.

Manajemen itu pada mulanya timbul karena adanya keterbatasan

atau ketidakmampuan manusia akan suatu keahlian dalam usaha

mewujudkan suatu cita-cita atau tujuan tertentu. Karena keterbatasan-

keterbatasan tersebut, maka terdoronglah hasrat untuk melakukan suatu

1
kerjasama dengan maksud untuk mempermudah tercapainya tujuan

tersebut.

Pada masa peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno. Sekitar

tahun 1200 SM, sudah ada tanda-tanda adanya pengetahuan dan model

yang menggunakan tenaga manusia yang terorganisir, disamping sudah

ada pula peralatan-peralatan yang menunjang dalam menjalankan suatu

usaha meskipun sifatnya masih tradisional.

Dengan keadaan tersebut di atas menunjukkan bahwa praktek-

praktek manajemen pada saat itu sudah ada, walaupun masih sederhana

dan prosesnya pun belum dapat dikatakan ilmiah, karena belum

menggunakan metode-metode ilmiah.

Pada pertengahan abad XVIII dengan adanya “revolusi industri”

bangsa Eropa mulai menggunakan metode-metode manajemen yang

sistematis. Walaupun laju perkembangan daripada manajemen pada saat

itu masih lambat.

Manajemen yang sifatnya “konvensional”, yaitu setiap tindakan

yang selalu berdasarkan pertimbangan terhadap “tradisi” yang ada, pada

saat itu sudah ditinggalkan dan yang mereka gunakan adalah manajemen

“sistematis”. Di dalam manajemen sistematis itu seorang manager dalam

memecahkan permasalahan disamping memperhitungkan tradisi, juga

mempertimbangkan pengalaman-pengalamannya serta pengalaman-

pengalaman orang lain yang berhasil dengan baik.

2
Baru pada Abad XIX apa yang disebut dengan “Scientific

Management Movement” mulai berkembang. Beberapa tokong penting

yang mempelopori pengembangan “scientific management”, antara lain

adalah :

Frederick Winslow Taylor;

Hendry Fayol’;

Charles Babbage;

Elton Mayo, dan lain-lain

Frederick W. Taylor yang dijuluki sebagai “Bapak Manajemen

Ilmiah”, karena dia yang pertama kali mengemukakan ide tentang

manajemen yang menggunakan metode-metode ilmiah.

Menurut Taylor, kesulitan pokok yang sering dihadapi oleh para

manager adalah : kekurangan akan pengetahuan mengenai apa yang

diharapkan oleh suatu organisasi dan kesulitan dalam menyampaikan apa

yang dikehendaki oleh manager terhadap bawahannya.

Beberapa aspek baru dari manajemen yang dikemukakan oleh

Taylor pada saat itu adalah :

a) Metode ilmiah menjadi usang. Usnur-unsur setiap pekerjaan kini

ditentukan dengan cara ilmiah.

b) Perlu adanya latihan dan seleksi dari para pekerja, yang di

dasarkan pada ilmu pengetahuan.

3
c) Mutlak perlu adanya kerjasama antara manajemen dan pekerja

untuk memperoleh hasil yang baik.

Henry Fayol adalah salah satu tokoh besar yang mempelopori Ilmu

Manajemen. Fayol semasa hidupnya memegang jabatan sebagai Direktur

sebuah perusahaan besi dan baja di Perancis.

Fayol adalah orang pertama yang menganalisis dan merinci

kaidah-kaidah/fungsi-fungsi manajemen, yakni forecasting, planning,

organizing, commanding, coordinating dan actuating. Dia juga

menyatakan secara tegas bahwa manajemen dapat dan bisa dipelajari.

Tokoh lain yang mempelopori gerakan Manajemen Ilmiah adalah

Charles Babbage, seorang maha guru Matematika dari Cambridge

University di Inggris.

Di dalam bukunya yang berjudul “The Economy of Manufacture”,

Babbage mengatakan bahwa pentingnya efisiensi di dalam proses

produksi suatu barang, dalam hal ini adalah efisiensi para pekerja.

Efisiensi yang dimaksud oleh Babbage tersebut terdiri dari :

a) Penghematan dalam mendidik pekerja.

b) Penghematan dalam memakai material belajar.

c) Menghemat waktu dan menghindari perpindahan kerja.

d) Penghematan dalam tukar menukar alat kerja.

e) Pekerja lebih ahli.

f) Penggunaan tenaga mesin untuk mengganti tenaga manusia.

4
Pada tahun 1924 seorang tokoh bernama Elton Mayo mengadakan

penelitian mengenai pengaruh sinar lampu pada hasil pekerjaan di pabrik

Howthorne. Penelitian ini dikenal dengan sebutan “Howthorne Study” dan

penemuan-penemuannya mengenai penagruh emosi seseorang terhadap

hasil kerja.

Elton Mayo juga menginterpretasikan manajemen sebagai

kepemimpinan terhadap orang-orang dan merupakan tugas sosial

seseorang terhadap orang lain.

Tokoh lainnya adalah Russel Rob. Russel mengatakan bahwa

para manager dapat lebih banyak belajar dari pengalaman berabad-abad

dari organisasi militer, tetapi harus selalu mengingat prinsip bahasa

organisasi yang dipilih, yaitu tergantung pada kondisi dan jenis hasil yang

ingin mereka peroleh. Russel beranggapan bahwa manajemen

merupakan teknik horizontal dan dapat diterapkan pada segala jenis

aktivitas.

Demikianlah beberapa orang pionir Ilmu Manajemen dan tentu saja

masih banyak lagi tokoh-tokoh lain yang juga berjasa mengembangkan

“Scientific Management” yang kita kenal pada saat ini.

II. Pengertian Manajemen

Pada umumnya istilah manajemen berhubungan dengan usaha

untuk mencapai tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber-

sumber yang tersedia seefektif dan seefisien mungkin.

5
Untuk memperjelas pengertian manajemen itu, maka berikut ini

akan dikutip beberapa pendapat dari para ahli manajemen. Walaupun

pendapat-pendapat tersebut berbeda-beda antara yang satu dengan yang

lain, tetapi pada hakekatnya mempunyai unsur-unsur yang sama.

Menurut George R. Terry, manajemen adalah pencapaian suatu

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha-usaha orang lain.

Pada bagian lain Terry juga mengatakan bahwa manajemen

adalah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan planning,

organizing, actuating dan controlling, dimana pada masing-masing bidang

digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian, dan yang diikuti

secara beruntun dalam rangka usaha mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya.

James Stoner berpendapat bahwa manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-

usaha para anggota suatu organisasi dan penggunaan sumber daya lain

yang ada dalam organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya Ordway Tead mengatakan bahwa “management is the

process and agency which direct and guides the operations of an

organization in the realizing of estabilished aims”. ( Manajemen adalah

proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-

kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan ).

6
Di dalam Encyclopedia of the Social Sciences dikatakan bahwa

manajemen adalah suatu proses, dengan proses mana pelaksanaan

suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

Sementara itu John F. Mee mengatakan bahwa manajemen adalah

seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal,

demikian pula mencapai kesehajteraan dan kebahagiaan maksimal, baik

bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang

sebaik mungkin kepada masyarakat.

Kemudian John D. Millet mengatakan bahwa management is the

process of directing and facilitating the work of people organized in formal

group to achieve a desired goal”. ( Manajemen adalah proses memimpin

dan melancarkan pekerjaan dari orang-orang yang terorganisir secara

formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan ).

Dari pendapat para ahli tersebut di atas, maka diperoleh beberapa

intisari dari pengertian manajemen tersebut. Bahwa manajemen itu

dikatakan sebagai seni dan juga sekaligus ilmu pengetahuan.

Dengan demikian maka dapat didefinisikan bahwa manajemen itu

adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan

pengawasan daripada sumber daya, khususnya sumber daya manusia

dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efektif

dan efisien.

7
Bertolak dari pengertian manajemen tersebut, maka kita dapat

membahas atau mempelajari lebih lanjut segala aspek yang ada di dalam

Ilmu Manaejemen tersebut.

III. Pendekatan-Pendekatan Manajemen

Pemikiran tentang manajemen telah dipengaruhi oleh banyak

disiplin ilmu pengetahuan yang telah mapan, seperti Ilmu Ekonomi,

Teknik, Hukum, Administrasi Negara, Psikologi, Sosiologi dan lain-lain.

Pengaruh dari disiplin-disiplin ilmu tersebut menyebabkan berbagai

pikiran tentang manajemen berbeda, dan antara yang satu dengan yang

lain pun berbeda pula. Peristiwa ini menimbulkan berbagai macam aliran

manajemen, teori manajemen, ajaran manajemen maupun berbagai

pendekatan dalam Ilmu Manajemen.

Berbagai buku teks telah membahas adanya bermacam-macam

pendekatan manajemen dan jika buku-buku teks tersebut kita gabung,

maka akan kita jumpai sedikitnya terdapat 12 pendekatan manajemen

yang masing-masing mempunyai identitas yang jelas.

Pendekatan yang pertama adalah pendekatan empirikal atau

kasus. Di dalam pendekatan ini dipelajari pengalaman-pengalaman,

peristiwa-peristiwa atau kasus-kasus daripada manajemen. Atas dasar

pengalaman, peristiwa dan kasus dapat dipelajari bagaimana sukses

diraih atau bagaimana kegagalan seseorang terjadi.

8
Kelemahan utama di dalam pendekatan empirikal ini adalah bahwa

pengalaman saja belumlah cukup untuk merumuskan pedoman tindakan

di masa depan, sebab kondisi yang ada di masa yang akan datang hampir

tidak pernah sama dengan kondisi di masa lalu. Untuk itu agar

pendekatan empirikal ini dapat dilakukan secara lebih efektif diperlukan

cara berfikir kreatif untuk meramalkan kondisi-kondisi masa depan melalui

gejala-gejala yang ada pada masa kini.

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan inter-personal. Cara

mempelajari manajemen melalui pendekatan inter-personal ini adalah

dengan mempelajari hubungan antar-pribadi yang terjadi dalam

organisasi.

Dasar pemikiran pendekatan inter-personal ini adalah bahwa usaha

untuk mencapai tujuan tidaklah mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri

atau melalui pribadi-pribadi, melainkan para pribadi ini harus bekerjasama

dengan pribadi-pribadi lain. Dalam bentuk kerjasama tersebut terjadilah

kontak hubungan pribadi dan dalam hubungan pribadi ini terjadi peristiwa

manajemen yang menjadi obyek penelitian.

Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan perilaku kelompok.

Dengan menggunakan pendekatan ini dapat diperoleh rumusan tentang

berbagai faktor yang mempengaruhi tindakan manusia dalam mencapai

tujuannya atau yang lebih dikenal sebagai faktor lingkungan manajemen

dan organisasi.

9
Dengan bantuan Ilmu Sosiologi, di dalam pendekatan perilaku

kelompok ini dapat dipelajari hubungan antar kelompok. Dalam hubungan

antar kelompok dapat ditemukan adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tindakan seseorang dalam kegiatan manajemen dan

organisasi.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sikap, kebiasaan,

tekanan, konflik, perbedaan budaya, organisasi informal, kondisi sosial,

insentif dan lain sebagainya.

Pendekatan yang keempat adalah pendekatan sistem sosial

kerjasama. Pendekatan ini mempelajari manajemen dengan mempelajari

hubungan manusia di dalam sistem sosial kerjasama.

Dalam sistem sosial kerjasama ternyata faktor distribusi akan hasil

kerjasama sangat mempengaruhi kerjasama itu sendiri. Dengan demikian

pendekatan ini memperkenalkan kaidah keadilan bagi suksesnya suatu

kerjasama antar manusia dalam kelompok kerjasama antar mereka.

Pendekatan yang kelima adalah pendekatan sistem sosial teknikal.

Akibat kemajuan di bidang teknologi yang dirintis sejak zaman revolusi

industri, penggunaan alat-alat kerja dan mesin-mesin yang semakin

canggih telah memberikan pengaruh yang besar dalam keseimbangan

kerjasama antar manusia.

Oleh sebab itu kaidah keadilan saja tidaklah cukup untuk menjamin

kelangsungan kerjasama antar manusia, tetapi sistem keteknikan juga

harus dipertimbangkan dan dibuat keseimbangan antara sistem sosial

10
dengan sistem keteknikan tersebut, guna menjamin kelancaran

kerjasama.

Pendekatan yang keenam adalah pendekatan teori keputusan.

Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa sukses dan tidaknya usaha

mencapai tujuan tergantung pada pemilihan alternatif kegiatan mencapai

tujuan itu sendiri.

Hal tersebut dapat dimaklumi karena untuk kegiatan mencapai

tujuan memang memiliki banyak alternatif, banyak jalan dan cara.

Dengan alat bantu analisis berupa model-model dan matematika

( operation research ), maka pilihan alternatif keputusan akan bertambah

baik.

Pendekatan yang ketujuh adalah pendekatan sistem. Pendekatan

ini di dalam mempelajari manajemen menggunakan teknik sistem

manajemen secara total, kemudian dipelajari sub-sub sistemnya, seperti

perencanaan, pengorganisasian, dan sebagainya.

Sumbangan pendekatan sistem ini pada Ilmu Manajemen adalah

dapat diketahuinya hubungan yang teratur antara sub-sub sustem

manajemen, sehingga berdasarkan pengetahuan ini orang dapat

menciptakan mesin-mesin untuk kepentingan manajemen.

Pendekatan yang kedelapan adalah pendekatan operasional.

Pendekatan ini mempelajari manajemen dengan mempelajari praktek-

praktek para manager. Hasilnya para manager di dalam menjalankan

11
tugasnya ternyata menggabungkan berbagai ilimu pengetahuan untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya.

Dengan demikian di dalam pendekatan operasional ini tugas

manager adalah memilih berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan

untuk mengetahui masalah dalam praktek manajemen.

Pendekatan yang kesembilan adalah pendekatan peran tim

manajemen. Pendekatan ini mempelajari manajemen dari sisi

“bagaimana” para manager bekerja.

Dari hasil pengamatan para pendukung pendekatan peran tim

manajemen ini disimpulkan bahwa para manager tidak pernah bekerja

sendirian, melainkan mereka bekerja secara tim. Kesimpulan pendekatan

ini adalah pembedaan peran manager yang dapat dibedakan ke dalam 4

(empat) peran, yaitu :

1. Sebagai Produser;

2. Sebagai Administrator;

3. Sebagai Enterpreneur;

4. Sebagai integrator.

Pendekatan yang kesepuluh adalah pendekatan kontingensi atau

situasional. Pendekatan ini didasarkan kepada kelemahan-kelemahan

pada pendekatan empirikal atau kasua, yaitu bahwa kasus yang sama

tidak pernah terulang lagi karena situasi dan kondisi yang terus berubah.

12
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka para penganut pendekatan

kontingensi atau situasional ini menganjurkan agar setiap keputusan

manajemen menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat

keputusan itu diambil.

Pendapat utama para penganut pendekatan kontingensi atau

situasional ini adalah bahwa tidak ada resep terbaik untuk mengatasi

masalah tertentu selain menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi

yang berbeda.

Pendekatan kontingensi atau situasional ini memaksa para

manager untuk terus memantau perubahan situasi dan kondisi yang

terjadi. Dengan demikian peran riset dan pengembangan menjadi bagian

penting dalam aktivitas manajemen.

Pendekatan yang kesebelas adalah pendekatan matematikal. Para

pakar menemukan bahwa setiap hubungan dapat dibuatkan model

matematikalnya. Misalnya hubungan pemakaian bahan baku dengan

jumlah yang dapat diproduksi dengan bahan baku yang tersedia.

Sebagai contoh, bahan baku yang tersedia ada 2.000 unit. Produk

A setiap unit memerlukan bahan baku sebanyak 4 unit dan produk B

unitnya memerlukan bahan baku sebanyak 5 unit. Model matematika dari

hubungan ini adalah : 4A + 5B = 2.000.

Didasari oleh penemuan tersebut, maka manajemen pun dapat

dipelajari dengan model matematika tersebut.

13
Pendekatan yang terakhir atau pendekatan yang keduabelasI

adalah pendekatan peran manajerial. Pendekatan ini mempelajari

manajemen dari “apa” yang dilakukan para manajer sehari-hari.

Para penganut pendekatan peran manajerial ini menemukan

bahwa apa yang dikerjakan oleh para manager tidak sama seperti

digambarkan sebelumnya, yakni melakukan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan, tetapi melakukan

pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Kepala dalam organisasi;

2. Pemimpin dalam organisasi;

3. Wakil organisasi dalam bertindak keluar;

4. Penerima informasi;

5. Penterjemah informasi;

6. Juru bicara/humas organisasi;

7. Wirausaha;

8. Penangkal gangguan organisasi;

9. Pembagi sumber daya dalam organisasi;

10. Negosiator bagi organisasi.

14
IV. Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen

Pada pembahasan terdahulu telah disinggung secara sepintas

mengenai fungsi-fungsi dasar manajemen. Pendapat para ahli mengenai

fungsi-fungsi dasar manajemen ini terdapat banyak sekali pandangan

yang berbeda-beda satu sama lain, namun pada dasarnya pendapat-

pendapat tersebut mempunya beberapa kesamaan.

George R. Terry di dalam bukunya yang berjudul “Principles of

Management” merumuskan bahwa fungsi-fungsi dasar manajemen itu

terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling.

Menurut Terry keempat fungsi dasar manajemen tersebut sangat

fundamental dalam setiap proses manajemen, hingga dia mengemukakan

pula semacam alat untuk mengingat-ingat ( Memory Device ), yaitu apa

yang disebut oleh Terry dengan istilah POAC.

Luther Gullick mengemukakan bahwa tugas manager dalam

pelaksanaan manajemen meliputi fungsi-fungsi yang dapat dirumuskan

dengan memory deviceI POSDCORB, yaitu planning, organizing, staffing,

directing, coordinating, reporting dan budgeting.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pendapat

para pakar mengenai fungsi-fungsi dasar manajemen, maka berikut ini

disajikan beberapa pendapat.

15
Pendapat Para Pakar Tentang Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen
Pakar Fungsi Dasar Manajemen
Henry Fayol Planning, Organizing, Commanding, Coordinating
dan Controlling
Louis A. Allen Leading, Planning, Organizing dan Controlling
Lindall F. Urwick Forecasting, Planning, Organizing, Commanding,
Coordinating dan Controlling
William H. Newman Planning, Organizing, Assembling Resources,
Directing dan Controlling
Harold Koontz & Cyrill Planning, Organizing, Staffing, Directing dan
O’Donnell Controlling
Luther Gullick Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting dan Budgeting
George R. Terry Planning, Organizing, Actuating dan Controlling

Dari uaraian di atas ternyata bahwa dalam berbagai teori yang

nampak beraneka ragam itu terdapat banyak kesamaan yang

fundamental, hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa berbagai fungsi

dasar manajemen yang dikemukakan oleh para pakar tersebut memang

merupakan fungsi-fungsi yang terdapat dalam proses manajemen, namun

sudut pandang dan pengelompokkannya yang berbeda.

Namun demikian di dalam prakteknya pendapat George R. Terry

lebih banyak dijadikan sebagai acuan. Hal ini disebabkan karena

disamping lebih sederhana, disebabkan pula karena fungsi-fungsi dasar

manajemen yang dikemukakan oleh para pakar yang lain sudah tercakup

di dalam keempat fungsi dasar manajemen yang dikemukakan oleh

George R. Terry.

16
Fungsi Coordinating misalnya, menurut Terry fungsi ini juga

terdapat dalam proses manajemen, namun sudah tercakup di dalam

keempat fungsi dasar yang dikemukakannya. Demikian pula halnya

dengan Leading, menurut Terry fungsi tersebut di dalam proses

manajemen memang ada, namun sudah tercakup di dalam fungsi

Actuating.

Kemudian Forecasting, sebagai tahap pertama dalam proses

manajemen. Para ahli lainpun sepakat bahwa kegiatan Forecasting

tersebut terdapat dalam proses manajemen, namun sudah tercakup atau

merupakan bagian dari fungsi dasar Planning.

Sedangkan Directing menurut Terry fungsi tersebut bagian anau

unsur daripada fungsi dasar Actuating. Atau dengan kata lain bahwa di

dalam fungsi dasar Actuating sudah tercakup pula fungsi Directing.

17

You might also like