You are on page 1of 7

2.

TEORI BELAJAR KONSEP DAN PENERAPANNYA DI SD


PENDAHULUAN Jika teori dapat didefinisikan sebagai pendapat sistematis untuk menerangkan dan menjelaskan suatu fenomena serta memberi makna terhadap fenomena tersebut, maka teori belajar dapat diartikan sebagai pendapat sistematis untuk menerangkan dan menjelaskan fenomena belajar itu (Pamantung, 1988 : 2). Teori belajar yang akan dibahas berikut ini adalah teori belajar konsep. Setelah membaca materi ini, Anda diharapkan dapat lebih mengenal, memahami, memaknai, dan menerapkan teori belajar konsep dalam suatu proses pembelajaran di SD.

1. Belajar Konsep Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategorikategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan halhal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu.

Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser, 1984). Tujuh dimensi konsep menurut Flavell (1970) adalah: a. atribut b. struktur c. keabstrakan d. keinklusifan e. generalitas/keumuman f. ketepatan g. kekuatan atau power Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi mental dari pengalaman responsif terhadap stimulus.

2. Cara Individu Memperoleh Konsep-konsep Menurut teori Ausubel (1968), individu memperoleh konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep

merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan 2

terdekatnya. Misalnya, pada saat seorang anak yang baru berumur 2 tahun memanggil Bapak dan Ibunya pertama kali karena setiap hari Bapak dan Ibunya selalu bersama-sama anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan saat tidur adalah Ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah Bapak. Sedangkan asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan dan belalai. Dengan demikian anak dapat membedakan antara konsep gajah dengan hewan-hewan lain.

3. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep Empat tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier (Dahar, 1996:88) adalah sebagai berikut: 1). Tingkat konkret Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Misalnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu ia bisa

mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah mencapai tingkat konkret. Dengan demikian dapat dikatakan juga anak mampu membedakan stimulus yang ada di lingkungannya terhadap kelereng tersebut. Pada saat ini anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya.

2). Tingkat identitas Seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi. 3). Tingkat klasifikatori Pada tingkat ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah. 4). Tingkat formal Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal.

4. Strategi Pembelajaran Konsep Ada 2 strategi utama yang dapat digunakan untuk pembelajaran konsep, yaitu melalui pendekatan inkuiri dan pendekatan ekspositori. Pada pendekakatan inkuiri, para peserta didik dapat diperlihatkan sekelompok benda yang berbeda yang satu sekelompok benda yang merupakan contoh dari konsep yang ingin disampaikan, dan sekelompok benda yang lain merupakan yang bukan contoh dari konsep yang ingin disampaikan. Cara penyampaiannya dapat bermacam-macam dari

pengkelompokkan secara tertulis atau melalui bentuk gambar maupun suara. Selanjutnya, para peserta didik diminta untuk melakukan permainan tebak-tebakan. Mereka diminta melengkapi kelompok benda 4

yang merupakan contoh konsep dan juga yang bukan contoh konsep. Mungkin diantara mereka ada yang berhasil mengkategorikan kelompok benda yang contoh dan bukan contoh konsep tersebut, dan adapula yang tidak berhasil. Pada akhirnya, para peserta didik akan tergiring dan termotivasi untuk berfikir dan menemukan contoh-contoh dari konsep yang dimaksud yang mereka kembangkan sendiri. Pendekatan inkuiri lebih cocok digunakan untuk peserta didik di kelas-kelas awal SD, tentunya dengan bimbingan guru. Strategi kedua untuk mengajarkan konsep adalah dengan pendekatan ekpositori. Berbeda dengan inkuiri, pada pendekatan ekspositori, peserta didik dimotivasi sejak awal untuk menemukan contoh-contoh yang dikembangkannya sendiri untuk mengkategorikan sebuah konsep. Namun demikian, tetap guru harus menjelaskan secara rinci tentang konsep yang dibicarakan. Pendekatan ekspositori lebih sesuai digunakan di kelas-kelas tinggi di SD, karena para siswa di kelas tinggi di SD sudah dapat diajak berpikir detil, dan komprehensif.

LATIHAN 1. konsep! 2. konsep! 3. Menurut Anda, mengapa konsep perlu diajarkan pada anak? Berikan contoh pembelajaran konsep melalui dimensi asimilasi Berikan contoh pembelajaran konsep melalui dimensi formasi

PANDUAN LATIHAN INDIVIDU/KELOMPOK Di bawah ini merupakan panduan Anda dalam menjawab latihan no 1 hingga 3 di atas:

1. Konsep diajarkan pada anak dalam rangka menambah pengetahuan anak terhadap sesuatu. Anak akan lebih memahami sesuatu apabila pendidik mengajarkan melalui konsep, dibanding mengajarkan langsung benda atau pengetahuan. 2. Ada dua langkah dalam pembelajaran yang berbasis teori belajar konsep, yaitu penemuan konsep-konsep yang akan diajarkan dan perencanaan pelajaran yang mencakup penentuan tingkat pencapaian konsep dan analisis konsep. 3. Hal yang harus dipertimbangkan pada saat kita memberikan pembelajaran konsep adalah perkembangan kognitif atau usia peserta didik dan tingkat pencapaian konsep yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dirumuskan. Disini guru harus tetap

berpedoman kepada kurikulum yang berlaku sehingga menambah kejelasan orientasi tujuan pendidikan. 4. Individu memperoleh konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, sedangkan asimilasi konsep terjadi setelah individu bersekolah.

UMPAN BALIK Apabila Anda menjawab latihan di atas dengan kata kunci: 1. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif, sebagai suatu bentuk belajar penemuan. Contohnya adalah ketika anak melihat benda, dll. 2. Asimilasi konsep terjadi secara deduktif; disini biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan, belalai. Dengan demikian, istilah belalai dapat membedakan konsep gajah dengan hewan lain. 6

3. Jika seseorang tidakmemahami konsep tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, maka tidak dapat dibayangkan akibatnya. Perilaku kontradiktif yang sangat mungkin dialaminya adalah memberikan respon terhadap stimulus dari orang dewasa yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu penting memberikan pembelajaran konsep pada anak sejak dini.

Jika jawaban yang Anda berikan mencerminkan kata kunci di atas, maka Anda sudah memahami teori belajar konsep ini.

You might also like