You are on page 1of 8

Pengaruh Kekeruhan, pH, Alkalinitas dan Zat Organik terhadap Dosis Koagulan pada Pengolahan Air Minum ( Studi

Kasus : IPAM Ciparay PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung) Influence of Turbidity, pH, Alkalinity, and NOM on Coagulant Dose in Water Treatment (Case Study : Ciparay WTP PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung)
Muhammad Ridwan1 dan James Nobelia I.2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut, Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 1 d_canopus@yahoo.co.id dan 2jnobelia@yahoo.com

Abstrak : Air Sungai Citarum Hulu telah mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada dosis koagulan yang digunakan pada Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ciparay yang menggunakan Sungai Citarum Hulu sebagai sumber air bakunya. Sehingga dilakukan kajian terhadap parameter-paramater yang mungkin memengaruhi penentuan dosis koagulan. Parameter yang dikaji yaitu kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik. Data sekunder yang digunakan berasal dari data pengolahan air dan kualitas air baku IPAM Ciparay dengan rentang waktu sejak Januari 2006 hingga Oktober 2009. Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan metode regresi ganda, kekeruhan memiliki nilai koefisien beta baku terbesar yaitu 0,206 dibandingkan dengan parameter lainnya walaupun nilai kurang signifikan. Kata kunci : koagulan, kekeruhan, pH, alkalinitas, zat organik, metode regresi ganda Abstract: Upper Citarum River has undergone a change due to human activities. These changes result in changes in the coagulant dose used in Ciparay WTP use Upper Citarum River as a source of raw water. Studies conducted so-paramter parameters that may affect the determination of coagulant dosage. Parameters studied the turbidity, pH, alkalinity, and NOM (Natural Organic Matters). Data used from the data processing of water and raw water quality Ciparay WTP the period from January 2006 until October 2009.Based on statistical analysis using multiple regression methods, turbidity has largest standradized coefficient beta value of 0.206 compared with the other parameters though it is not significant enough. Keywords : coagulant, pH, alkalinity, NOM, multiple regression methods

PENDAHULUAN
Peningkatan urbanisasi di daerah Bandung, akumulasi dampak negatif dari limbah domestik yang tidak diolah, pembuangan limbah padat, dan limbah industri telah menyebabkan peningkatan pencemaran yang signifikan pada Sungai Citarum. Pada bagian hulu, polusi disebabkan oleh limbah domestik dan industri dari Bandung yang mengalir ke Waduk Saguling (Hermawan dan Kijima, 2009). Di Bandung, sebagian besar limbah domestik dan industri khususnya industri yang tidak termasuk dalam Progam Kali Bersih (Prokasih) tidak diolah dengan baik sehingga menyebabkan pencemaran air semakin buruk. Oleh karena itu, proses koagulasi yang baik diperlukan untuk mendukung pengolahan air agar menghasilkan air bersih yang memenuhi baku mutu sehingga perlu dilakukan kajian pengaruh kualitas air baku terhadap proses pengolahan air. Koagulasi adalah suatu proses peningkatan kecenderungan partikel-partikel kecil dalam suspensi agar terikat satu sama lain sehingga dapat terikat pada permukaan filter (AWWA, 1999). Selain itu, koagulasi juga digunakan dalam penyisihan zat terlarut agar dapat mengendap. Proses koagulasi umumnya merupakan proses untuk meningkatkan interaksi antarpartikel agar dapat membentuk aggregat yang lebih besar. Hal ini merupakan
SW1-1

komponen penting pada pengolahan air bersih konvensional yang terdiri atas gabungan proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi untuk menjernihkan air serta menyisihkan dan menon-aktifkan kontaminan mikrobiologis seperti virus, bakteri, dan telur bakteri patogen. Alum sulfat dan feri sulfat telah lama digunakan sebagai koagulan untuk menghilangkan warna pada air yang disebabkan oleh zat organik (NOM). Zat organik terdapat pada hampir semua air permukaan dan air tanah. Yu et al. (2007) menemukan bahwa pengendalian pH pada proses koagulasi yang menggunakan koagulan logam, merupakan faktor penting dalam penyisihan zat organik pada air dengan alkalinitas yang tinggi. Peningkatan alkalinitas meningkatkan efisiensi koagulan tradisional disebabkan oleh sweep flocculation. Pada alkalinitas yang lebih tinggi, koagulan yang dibutuhkan akan lebih besar untuk mencapai complete charge neutralization (Ye et al., 2007). pH optimum pada koagulasi dengan Alum bervariasi, tetapi pada umumnya berada pada rentang 5,5 hingga 7,5 (AWWA, 1990). Zat organik umumnya lebih penting daripada kekeruhan dalam penentuan dosis koagulan. Penyisihan zat organik lebih tinggi pada tingkat pH yang rendah untuk semua jenis koagulan. Selanjutnya, peningkatan penyisihan COD telah diamati pada sampel dengan pengurangan pH sebesar 0,5-2 (Vaezi et al., 2005). Berdasarkan penelitian Abdulkarim, Misau, dan Gambo (2009) Alum sulfat dapat mengurangi kekeruhan pada air yang tercampur tanah, penambahan dosis koagulan selanjutnya akan mengurangi pH air menjadi 6 6,5.

METODOLOGI
Diagram alir analisa statistik terlihat pada Gambar 1. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pengolahan air dan kualitas air baku yang berasal dari IPAM Ciparay PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung yang menggunakan Sungai Citarum Hulu sebagai sumber air baku. Data yang digunakan sejak Januari 2006 hingga Oktober 2009. Parameter-parameter yang dikaji yaitu dosis koagulan sebagai variabel terikat, dan kekeruhan, pH, alkalinitas, serta zat organik sebagai variabel bebas. Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan piranti lunak SPSS v.17 dan Microsoft Excel 2007.
Identifikasi masalah

Pengumpulan data dari PDAM Kabupaten Bandung

Statistik deskriptif

metode regresi ganda

Gambar 1. Diagram alir analisa statistik

HASIL DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif Rekapitulasi data yang diperoleh dari IPAM Ciparay ditunjukkan pada Tabel 1. Rentang data yang digunakan yaitu sejak Januari 2006 hingga Oktober 2009 yang merupakan data bulanan yang diperoleh dari rerata data harian. Pada bulan Maret 2008 hingga April 2009, terdapat data yang kosong, hal ini disebabkan karena pada rentang waktu tersebut dilakukan uji coba koagulan Sudfloc, sehingga Alum sulfat tidak digunakan sebagai koagulan.
SW1-2

Tabel 1. Rekapitulasi data IPAM Ciparay


Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei 2006 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei 2007 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2008 Januari Februari Mei Juni 2009 Juli Agustus September Oktober Debit Air (L/detik) 170,00 171,56 165,00 171,00 180,00 176,00 172,00 170,00 174,00 175,70 178,30 177,80 172,00 171,00 170,00 165,20 162,00 161,00 163,00 182,00 181,00 181,00 179,00 172,00 174,00 177,00 192,00 195,00 196,00 198,00 196,50 197,00 Dosis Koagulan (ppm) 46,00 47,00 40,00 46,00 38,00 43,00 44,00 42,41 41,00 41,00 46,00 58,00 50,02 55,24 44,12 16,70 36,58 42,41 44,85 41,95 39,62 45,23 48,58 50,36 41,32 35,47 37,34 34,92 39,69 39,13 40,74 43,26 Kekeruhan (NTU) 188,3 222,0 163,0 254,0 78,0 65,5 58,1 177,0 39,5 25,5 79,0 76,8 116,0 69,2 148,0 139,0 101,0 257,0 81,9 74,2 26,4 69,1 277,0 118,0 65,1 74,8 59,9 88,7 94,4 50,0 77,3 47,2 pH 7,50 7,40 7,50 7,50 7,40 7,40 7,50 7,50 7,40 7,40 7,50 7,30 7,50 7,50 7,50 7,40 7,40 7,40 7,40 7,40 7,40 7,50 7,40 7,30 7,20 7,30 7,50 8,03 7,40 7,79 7,24 7,85 Alkalinitas (mg/L) 47,0 42,0 62,0 58,0 51,0 62,0 77,0 60,0 52,0 97,0 79,0 91,0 90,0 63,0 70,0 91,0 75,0 82,0 82,0 77,0 100,0 98,0 105,0 81,0 64,0 81,0 84,0 56,0 68,0 59,2 61,7 63,4 Zat Organik 22,6 28,2 21,7 20,8 5,5 6,7 10,7 9,2 6,7 7,4 12,8 12,8 12,5 13,2 14,7 19,0 13,2 14,7 14,7 6,4 9,5 9,7 10,4 9,7 13,1 17,4 21,7 23,1 2,5 8,7 4,9 6,6

(Sumber : PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung) Tabel 2 yang menunjukkan analisa deskriptif, diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan SPSS v.17. Lima parameter yang dikaji (dosis koagulan, kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik) memiliki jumlah data (n) lebih besar dari 30, sehingga dapat diasumsikan data-data tersebut berdistribusi normal.

SW1-3

Tabel 2. Statistik deskriptif


Koagulan N Valid Missing Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Sum Percentiles 25 50 75 32 0 42.4981 1.24235 42.4100 46.00 7.02777 49.390 -1.121 .414 5.431 .809 41.30 16.70 58.00 1359.94 39.6375 42.4100 46.0000 Kekeruhan 32 0 108.1531 12.12786 78.5000 25.50a 68.60552 4706.717 1.194 .414 .519 .809 251.50 25.50 277.00 3460.90 65.2000 78.5000 145.7500 pH 32 0 7.4441 .03246 7.4000 7.40 .18360 .034 1.059 .414 3.749 .809 1.03 7.00 8.03 238.21 7.4000 7.4000 7.5000 Alkalinitas 32 0 72.7906 2.92460 72.5000 62.00a 16.54406 273.706 .157 .414 -.843 .809 63.00 42.00 105.00 2329.30 60.4250 72.5000 83.5000 Zat organik 32 0 12.8375 1.10325 12.6500 14.70 6.24090 38.949 .638 .414 -.211 .809 25.70 2.50 28.20 410.80 7.7250 12.6500 16.7250

Grafik hubungan antara dosis koagulan, kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik terhadap waktu terlihat pada Gambar 2. Dosis koagulan, kekeruhan, dan pH cenderung berkurang walaupun hanya sedikit (Gambar 2a, 2b dan 2c). Sedangkan alkalinitas, dan zat organik cenderung mengalami kenaikan walaupun hanya sedikit (Gambar 2d dan 2e).
70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September Dosis Koagulan (mg/L) 300 Kekeruhan (NTU) 250 200 150 100 50 0 Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September

(a)

(b)

SW1-4

8,2 8 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 6,4 6,2 Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September

120 Alkalinitas (mg/L) 100 80 60 40 20 0 Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September

pH

(c)
35,00 30,00 Zat Organik 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September Januari Mei September

(d)

(e) Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu dengan (a) dosis koagulan, (b) kekeruhan, (c) pH, (d) alkalinitas, dan (e) zat organik. Gambar 3 memberikan prediksi mengenai hubungan antara dosis koagulan dengan parameter lainnya (kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik). Kekeruhan, alkalinitas, dan zat organik memiliki sedikit kecenderungan korelasi positif, terlihat bahwa seiring dengan peningkatan kekeruhan, alkalinitas, dan zat organik menyebabkan peningkatan pada dosis koagulan. Sebaliknya, pH memiliki sedikit korelasi negatif terhadap dosis koagulan, sehingga jika terjadi peningkatan pH akan menyebabkan penurunan dosis koagulan.

(a)
SW1-5

(b)

(c) (d) Gambar 3. Grafik hubungan antara dosis koagulan dengan (a) kekeruhan, (b) pH, (c) alkalinitas, dan (d) zat organik. Multiple Regression Regresi ganda (multiple regression) digunakan untuk menjelaskan (memprediksi) varian pada interval terikat, berdasarkan kombinasi interval linier, dikotomis, atau dummy variabel terikat. Multiple regression dapat menetapkan bahwa satu set variabel bebas menjelaskan proporsi varian pada variabel terikat pada tingkat signifikan (melalui uji R2), dan dapat membuat prediksi relatif pentingnya variabel bebas (dengan membandingkan bobot beta). Tabel 3 menunjukkan korelasi antarparameter yang dianalisa. Berdasarkan tabel, diketahui bahwa peningkatan kekeruhan atau alkalinitas akan menyebabkan peningkatan dosis koagulan, karena kekeruhan dan alkalinitas memiliki korelasi positif dengan dosis koagulan. Sebaliknya, pH dan zat organik memiliki korelasi negatif dengan dosis koagulan, sehingga peningkatan pH atau zat organik akan menyebabkan penurunan dosis koagulan. Korelasi pada Tabel 3 hanya menunjukkan hubungan antara dosis koagulan dengan salah satu parameter lainnya, bukan korelasi antara dosis koagulan dengan seluruh parameter. Pada kenyataannya dosis koagulan tidak ditentukan oleh satu parameter saja, sehingga perlu dilakukan analisa selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara dosis koagulan dengan parameter lainnya. Selain itu, signifikansi korelasi antarparameter pada Tabel 3 kurang signifikan karena nilai Sig.(1-tailed) lebih besar dari 5% (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kekeruhan, pH, alkalinitas, maupun zat organik, tidak selalu menyebabkan perubahan pada dosis koagulan. Tabel 3. Korelasi antarparameter
Koagulan Pearson Correlation Koagulan Kekeruhan pH Alkalinitas Organik Sig. (1-tailed) Koagulan Kekeruhan pH Alkalinitas 1.000 .121 -.118 .007 -.101 . .254 .260 .485 Kekeruhan .121 1.000 .002 -.106 .471 .254 . .495 .283 pH -.118 .002 1.000 -.249 .198 .260 .495 . .085 Alkalinitas .007 -.106 -.249 1.000 -.198 .485 .283 .085 . Organik -.101 .471 .198 -.198 1.000 .291 .003 .139 .139

SW1-6

Organik N Koagulan Kekeruhan pH Alkalinitas Organik

.291 32 32 32 32 32

.003 32 32 32 32 32

.139 32 32 32 32 32

.139 32 32 32 32 32

. 32 32 32 32 32

Tabel 4. Hasil Model


Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .233a .054 -.086 7.32328 a. Predictors: (Constant), Organik, Alkalinitas, pH, Kekeruhan b. Dependent Variable: Koagulan

Tabel 5. ANOVA
Model 1 Regression Residual Sum of Squares df Mean Square 83.054 4 1448.023 27 53.630 F Sig. 20.763 .387 .816a

Total 1531.077 31 a. Predictors: (Constant), Organik, Alkalinitas, pH, Kekeruhan b. Dependent Variable: Koagulan

Tabel 6. Koefisien beta


Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 (Constant) Kekeruhan pH Alkalinitas B 69.243 .021 -3.411 -.013 Std. Error 57.540 .022 7.535 .083 .206 -.089 -.030 -.187 Beta t Sig. 1.203 .239 .966 .343 -.453 .654 -.154 .878 -.852 .402

Organik -.210 .247 a. Dependent Variable: Koagulan

Nilai R2 pada model bernilai 0,054 sehingga kurang signifikan (Tabel 4), hasil yang diharapkan memiliki nilai R2 lebih besar dari 0,8. Hasil perhitungan ANOVA (Tabel 5) menunjukkan bahwa model memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,816. Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga model yang dianalisa kurang signifikan. Koefisien beta baku (Standardized Coefficient Beta) digunakan dalam penentuan variabel bebas (kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik) yang paling berpengaruh pada variabel terikat (dosis koagulan). Kekeruhan memiliki nilai koefisien beta baku terbesar yaitu 0,206 dibandingkan dengan variabel bebas lainnya (Tabel 6) sehingga kekeruhan memiliki pengaruh terbesar dalam penentuan dosis koagulan dibandingkan dengan pH, alkalinitas, maupun zat organik. Namun perlu diperhatikan bahwa keempat variabel bebas yang diuji memiliki nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05, sehingga keempat variabel tersebut kurang signifikan terhadap dosis koagulan.
SW1-7

KESIMPULAN
Pada IPAM Ciparay, dosis koagulan ditentukan oleh lebih dari satu parameter. Kekeruhan memiliki pengaruh terbesar dalam penentuan dosis koagulan diantara pH, alkalinitas dan zat organik. Kekeruhan memiliki korelasi positif terhadap dosis koagulan, sedangkan pH, alkalinitas, dan zat organik memiliki korelasi negatif. Meskipun kekeruhan, pH, alkalinitas dan zat organik memiliki pengaruh terhadap penentuan dosis koagulan, keempat parameter tersebut kurang signifikan sehingga perlu dilakukan kembali kajian pada parameter lain yang mungkin memengaruhi dosis koagulan selain kekeruhan, pH, alkalinitas, dan zat organik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini didanai sebagian oleh PHKI.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, M., A.B. Misau dan B. Gambo. 2009. Effects of Coagulants as Mitigation Measure on Clay Turbidity in Earthen Pond Water. EJEAFChe, 8 (4), [256-262]. AWWA. 1990. Water Treatment Plant Design. New York: McGraw-Hill, Inc. AWWA. 1999. Water Quality and Treatment A Handbook of Community Water Supplies. New York: McGraw-Hill, Inc. Hermawan, P. dan Kijima, K. 2009. Conflict Analysis of Citarum River Basin Pollution in Indonesia: A Drama-theoretic Model. J Syst Sci Syst Eng (Mar 2009) 18(1): 016037. Vaezi, F., Mohagheghian, A., Nouri J., Eshraghian, M.R. dan Ghasri, A. 2005. Improvement of NOM Removal from Water Resources by Modifying the Coagulation Process. Iranian J Env Health Sci Eng, 2005, Vol. 2, No. 1, pp. 43-49. Ye, C., Wang, D.S., Shi, B., Yu, J.F., Qu, J., Edwards, M. dan Tang, H. 2007. Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects. Volume 294, Issues 1-3, 15 February 2007, Pages 163-173. Yu, J.F., Wang, D.S., Yan, M.Q., Ye, C., Yang, M. dan Ge, X. 2007. Optimized Coagulation of High Alkalinity, Low Temperature and Particle Water: pH Adjustment and Polyelectrolytes as Coagulant Aids. Environ Monit Assess (2007) 131:377386.

SW1-8

You might also like