Professional Documents
Culture Documents
TRAUMA
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun
Trauma tumpul > trauma tusuk Penyebab tertinggi kematian pada orang dewasa yg
berusia < 40 tahun Menduduki peringkat ke-5 penyebab kematian pada semua orang dewasa
TRAUMA
TRAUMA : Emergency Management
Asumsi Dasar:
1. 2.
Pasien bisa mendapatkan lebih dari 1 jejas Jejas yang nampak jelas bukan berarti yg paling penting
DEFINISI
Trauma abdomen : kerusakan terhadap struktur yang
terletak di antara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau luka tusuk. Trauma abdomen : cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen : luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganannya lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
4
KLASIFIKASI
Trauma Abdomen
Tumpul/Blunt
Jatuh, kekerasan fisik , kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi
Tembus/Penetrating
Tusukan benda tajam atau luka tembak
5
EPIDEMIOLOGI
Trauma tumpul
National Center For Injury Prevention And Control (US, 2000)
8% dari total kejadian trauma disertai trauma abdomen 83% dari cidera disebabkan oleh trauma tumpul 59% penyebab trauma merupakan kecelakaan lalu lintas
Laki:perempuan 3:2
Trauma tembus
National Vital Statistics Reports (US, 2009)
Terjadi 11.406 kasus pembunuhan dan 18.689 kasus bunuh diri dari senjata api 40% pembunuhan dan 14% kasus bunuh diri oleh cedera senjata api ke dada dan perut
Laki:perempuan 9:1
6
ANATOMI
Abdomen Luar
Abdomen depan
Batas superior = garis antar papila mammae inferior = ligamentum inguinalis dan simfisis pubis lateral = garis aksilaris anterior Pinggang (flank) Berada di antara garis aksilaris anterior dan posterior, dari ruang interkostal ke-6 sampai krista iliaka Punggung Berada di belakang garis aksilaris posterior dari ujung bawah skapula sampai krista iliaka
7
1. Hipokondrium dex
2. Epigastrium 3. Hipokondrium sin 4. Lumbal dex 5. Umbilikus 6. Lumbal sin 7. Inguinal dex
4 5 6 1 2 3
8. Suprapubik
9. Inguinal sin
ANATOMI
Abdomen Dalam
Rongga Peritoneum
Bagian atas dan bawah. Bagian atas (thoracoabdominal) meliputi diafragma, hepar, lien, gaster, dan colon transversum. Bagian bawah berisi usus halus, colon ascendens, descendens, dan colon sigmoid. Rongga Pelvis Dibentuk oleh tulang-tulang pelvis, berada di bawah ruang retroperitoneum. Berisi : rektum, VU, pembuluh-pembuluh darah iliaka, uterus. Ruang retroperitoneum Di belakang abdomen yang tidak diliputi peritoneum. Berisi pembuluh darah besar, doudenum, pankreas, ginjal, ureter, colon ascenden dan colon desenden
10
11
PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul
Trauma tembus
12
Penilaian Trauma
Anamnesis Penilaian awal dimulai di tempat cedera, dg informasi yg diberikan oleh keluarga, pasien, saksi mata, paramedis, atau polisi Mekanisme trauma, apakah trauma tumpul, tajam, tembak Pada trauma tembus, perlu ditanyakan
Jenis senjata Jarak tembak Berapa kali ditusuk Posisi saat kejadian
13
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey (ABCDE)
Secondary Survey
14
Primary Survey
ABCDE
Jika tidak ditangani SEGERA Trauma abdomen C (Circulation) problem
Secondary Survey
Identifikasi head-to-toe
Inspeksi Depan, samping, belakang Lecet atau ecchymosis Luka tembak atau luka tusuk Ecchymosis pada flank area (Grey Turner sign) menunjukkan perdarahan retroperitoneal
16
Secondary Survey
Auskultasi Suara usus normal atau hilang, pada cedera perut sering terjadi ileus paralitik Adanya suara usus di dada bisa menunjukkan adanya cedera diafragma Bruit abdominal mungkin mengindikasikan cedera pembuluh darah
17
Secondary Survey
Perkusi Adanya perdarahan internal : redup Adanya udara bebas: pekak hepar menghilang Palpasi Nyeri seluruh perut Defance muskular, yang menunjukkan tanda peritonitis Pada perdarahan internal, adanya cairan bebas bisa diketahui adanya undulasi Krepitasi atau ketidakstabilan tulang costa bagian bawah berpotensi untuk terjadi cedera lien atau hepar
18
Secondary Survey
Evaluasi luka tembus Dilakukan dengan cara explorasi luka dengan anestesi lokal Bila luka menembus fascia dinding depan abdomen merupakan indikasi eksplorasi laparotomi utk memastikan organ apa saja yang terkena Luka tembak masuk dan keluar Untuk luka tembus di sela tulang-tulang costa, tidak dibolehkan eksplorasi karena menyebabkan pneumotoraks
19
Secondary Survey
Evaluasi stabilitas pelvis
Dengan melakukan pekanan pada tulang iliaka kanan dan
Rektal
Untuk mencari bukti penetrasi tulang akibat tulang panggul
patah yang patah, dan feses apakah ada darah Evaluasi tonus spingter ani penting untuk menentukan status neurologis pasien, dan palpasi dari floating prostat menunjukkan adanya cedera uretra
20
Secondary Survey
Alat kelamin dan perineum Untuk cedera jaringan lunak, perdarahan, dan hematoma Unstable pelvis berpotensi untuk cedera saluran kencing bawah, serta hematoma pelvis dan retroperitoneal
21
Secondary Survey
Nasogastrik tube Diberikan secara rutin (tanpa adanya kontraindikasi, misalnya, fraktur basis kranii) Untuk dekompresi lambung dan menilai adanya darah Jika pasien memiliki bukti cedera maksilofasial, maka diberikan orogastric tube
Kateter dan sampel urin Untuk analisis hematuria mikroskopik Jika ada cedera pada uretra atau VU, dilakukan urethrogram retrograde sebelum kateterisasi
22
Pemeriksaan Penunjang
Meliputi : Foto Rontgen Pemeriksaan laboratorium Focused Assessment with Sonography for Trauma (FAST) Computed Tomography (CT-Scan) Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) Laparoskopi
23
Penatalaksanaan
Perawatan pra-Rumah Sakit Evaluasi cepat terhadap masalah yang mengancam jiwa, memulai tindakan resusitasi, dan memulai transportasi cepat ke perawatan definitif Pasien cedera dengan risiko perdarahan yg terus-menerus membutuhkan transportasi yg cepat ke rumah sakit terdekat Mengamankan jalan napas, menempatkan IV line besar, cairan IV harus berlangsung dalam perjalanan
24
Penatalaksanaan
Perawatan Rumah Sakit
Primary survey Airway (A) Prioritas pertama adalah penilaian ulang jalan napas C-spine in-line imobilisasi Pasang orothrakeal tube dan suction Jika intubasi diindikasikan, dilakukan nasotracheal atau intubasi endotrakeal Jika intubasi tidak berhasil, lakukan krikotiroidotomi
25
Penatalaksanaan
Breathing (B) Ventilasi yang memadai dinilai dengan auskultasi kedua bidang paru-paru Pasien apnea, hipoventilasi, atau takipnea memerlukan bantuan pernapasan Berikan oksigen dengan masker nonrebreather
26
Penatalaksanaan
Circulation (C) Sirkulasi yang turun biasanya disebabkan oleh hipovolemia dari perdarahan Identifikasi hipovolemia dan tanda-tanda syok Resusitasi dengan memasang IV line besar untuk memberikan cairan kristaloid hangat dan mengendalikan perdarahan eksternal
27
Penatalaksanaan
Pada trauma tumpul abdomen, perlu dilakukan: Bed rest, puasa Pasang cairan IV AB Profilaksis Pasang NGT, DC Pasang lingkar perut Monitoring :
KU, anemia Tensi, Nadi, RR, Suhu tubuh Lingkar perut isi NGT, produksi urine Hb serial tiap 1 2 jam
28
Indikasi Bedah Vital Sign tidak stabil Evisceration Impalement Peritonitis Tanda2 perdarahan
Trauma tembus
Eksplorasi luka
Tembus peritoneum?
Ya meragukan Tidak
DPL
Observasi
Laparotomi
+ DPL
- DPL
Manajemen Operatif
Indikasi untuk laparotomi : Trauma tumpul abdomen dg hipotensi dan dugaan perdarahan intraabdominal secara klinis Trauma tumpul abdomen dengan DPL + atau FAST+ Hipotensi pada luka tembus abdomen Luka tembak melintasi rongga peritoneum Eviserasi isi abdomen Perdarahan gaster, rektum, genitourinaria pada trauma tembus Adanya peritonitis Udara bebas, udara retroperitoneal, atau ruptur diafragma pada trauma tumpul Klinis memburuk selama observasi
30
Laparotomi
Ketika laparotomi diindikasikan, antibiotik spektrum luas
diberikan Insisi pada garis tengah biasanya lebih banyak dipakai Jika ada laserasi organ berongga harus dijahit Dilakukan eksplorasi seluruh isi abdomen
31
Manajemen Perioperatif
Observasi pre-op Bukan hanya tanda vital (TNRS) saja USG FAST, CT-Scan, urine, GCS, laboratorium, dapat digunakan untuk OBSERVASI Kontinu dan, jika mungkin, oleh orang yang sama Pasien STABIL juga harus OBSERVASI periodik Pasien TIDAK STABIL harus OBSERVASI KETAT jika perlu, setiap saat
32
Manajemen Perioperatif
Observasi Pasca Operasi Keadaan umum (kesadaran, Tanda Vital) Cairan (balance, intake, output) Intake: infus, NGT, oral Output: urine, feces, NGT, drain, IWL (insensible water loss) Post-op bleeding (drain, incision site) Obat-obatan
33
34
Identitas Pasien
Nama
: Sdr. E.P. / laki-laki Usia : 17 tahun Alamat : Sugiharjo Tuban Pekerjaan : pekerja pabrik Suku : Jawa Status : belum menikah Agama : Islam No. RM : 040381 / Jamsostek Tgl MRS : 21 November 2012 / pukul 22.00
Anamnesis
Keluhan Utama: luka tusukan benda tajam pada dinding
Primary Survey
Airway: bebas
Breathing: napas spontan, gerakan dinding dada simetris,
RR=20x/mnt Circulation: warna kulit kemerahan, nadi karotis 100x/mnt, kuat angkat, teratur. Tdk ada perdarahan eksternal aktif Disability: GCS 15, pupil 3 mm isokor, RC (+), lateralisasi (-) Exposure: luka terbuka tepi rata di regio lumbal dextra ukuran panjang 3 cm, lebar 2 cm, disertai eviserasi omentum Primary survey teratasi
Secondary Survey
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dg temannya setelah 15 menit sebelumnya ditusuk senjata tajam di perutnya oleh orang tak dikenal saat menonton konser band ibukota di alun-alun Tuban. Pasien ditusuk 1x dari arah depan. Sejak dari TKP sampai RSUD dr. Koesma pasien sadar. Pasien bisa berjalan sendiri. Mual (-), muntah (-) RPD : RPK : -
Secondary Survey
Keadaan umum: baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 Tanda Vital:
TD = 120/80 mmHg Nadi = 100x/menit, reguler, kuat angkat Suhu axilla = 36,7 C RR = 20x/menit
Secondary Survey
Kepala: normocephal, jejas (-), brill hematom (-), battles
sign (-), bloody rhinore (-), bloody otorrhea (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), sianosis (-), dispneu (-) Leher: jejas (-), pembesaran limfonodi (-) Thorax:
Inspeksi: jejas (-), gerakan dinding dada simetris Perkusi: sonor
Secondary Survey
Jantung:
Inspeksi: Ictus cordis tdk tampak Palpasi: Ictus cordis tdk teraba Perkusi: batas jantung tidak membesar Auskultasi: S1S2 tunggal, suara tambahan (-)
Abdomen: Inspeksi: luka terbuka tepi rata di regio lumbal dextra ukuran panjang 3 cm, lebar 2 cm, disertai eviserasi omentum, tdk terdapat perdarahan aktif Auskultasi: bising usus (+) normal Perkusi: timpani, redup di regio lumbal dextra Palpasi: soepel Pelvis: jejas (-), stabil Ekstremitas: akral hangat, jejas (-), krepitasi (-)
41
Diagnosis Pre op
Trauma tembus abdomen dg eviserasi omentum
Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm, extra 1 L
Rawat luka, tutup luka dg kasa betadin (tanpa
memasukkan omentum ke cavum abdomen) Injeksi cefotaxim 2x1 gram IV, skin test Injeksi ketorolac 3x1 amp IV Pasang DC, monitor produksi urin Cek DL, LFT, RFT, hemostatis, GDA Konsul dokter spesialis bedah, advis laparotomi eksplorasi cito, puasa
Monitoring pre op
Jam 22.00 22.15 22.30 22.45 23.00 TD Nadi RR 20 20 20 20 20 Suhu 36,7 36,7 36,7 36,6 36,7 GCS Input 456 456 456 456 456 RL I RL II RL III RL III RL III Output 170 cc dibuang 0 cc 0 cc 10 cc 30 cc BU ++ ++ ++ + + 120/80 100 110/80 98 110/80 98 110/70 100 120/80 98
23.30
24.00
120/80 96
120/80 94
20
20
36,5
36,6
456
456
RL III
RL III
50 cc
90 cc
00.30
120/80 94
20
36,6
456
RL III
110 cc
Diff Count
Leukosit Trombosit Hati
-/-/-/78/20/2
12.700 387.000
0-3/0-1/50-70/20-40/4-10
4.000 11.000/cmm 150.000 500.000/cmm
SGOT
SGPT Ginjal BUN Kreatinin Glukosa GDS Faal Hemostatis PTT
23
29 15,3 0,63 113 25,1
37 U/L
42 U/L 6 20 mg/dL 0,6 1,1 mg/dL <140 mg/dL 27,4 39,3 detik
APTT
13,6
Laparotomi
Terdapat darah 200 cc di cavum abdomen
Laserasi omentum, laserasi colon transversum 1 cm Omentektomi Jahit colon transversum Cuci cavum abdomen hingga bersih
Follow Up
Tanggal
23-112012 24-112012 25-112012
S
Nyeri luka operasi, kentut (-), demam (-) Nyeri luka operasi, kentut (+) Nyeri luka operasi berkurang, kentut (+)
O
GCS= 15, TD=110/70, N=90, RR=20, T=36,8. PU=1000cc, drain= 300cc GCS= 15, TD=120/70, N=86, RR=20, T=36,8. PU=1100cc, drain= 100cc GCS= 15, TD=120/70, N=88, RR=20, T=36,6. drain= 50cc
P
Inf RL 20tpm Inj cefotaxim 2x1 Inj ketorolac 3x1
26-112012 27-112012
Tdk ada keluhan GCS= 15, TD=120/70, N=84, RR=20, T=36,8. Tdk ada keluhan GCS= 15, TD=120/70, N=84, RR=20, T=36,8.
Trauma tembus abdomen dg eviserasi omentum dan laserasi colon transversum post laparotomi
Inf RL 20tpm Inj cefotaxim 2x1 Inj ketorolac 3x1 MSS, aff DC Inf RL 20tpm Inj cefotaxim 2x1 Inj ketorolac 3x1 (KP) Aff drain Inf RL 20tpm Inj cefotaxim 2x1 Inj ketorolac 3x1 (KP) Acc KRS Cefadroxil 2x500mg As. Mef 3x500mg
49