You are on page 1of 57

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat panting dan strategis dalam upaya membekali dan mempersiapkan generasi muda, tidak hanya sekedar untuk mengembangkan potensi dirinya dan untuk menjalani kehidupan secara baik di lingkungan masyarakat, akan tetapi pendidikan diharapkan dapat menerapkan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dirinya terhadap kondisi yang baik di Iingkungan masyarakat dan negaranya. Hal ini sesuai yang ditegaskan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa: "Pendidikan gnasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka meneerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis". (Depdiknas, 2003: 3). Dari penjelasan di atas jelas bahwa pendidikan nasional merupakan suatu fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk masyarakat dalam rangka meneerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai dengan nilainilai Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk

membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan antara lain ialah menjadi manusia yang

berbudi luhur. Kesehatan mental, budi pekerti luhur atau akhlak yang mulia sangat penting bagi perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, disamping kecerdasan berpikir dan kemampuan intelektual. Dan biasanya masyarakat berpandangan bahwa upaya untuk meningkatkan kecerdasan berpikir, pembangunan mental, budi pekerti dan akhlak mulia yang terhimpun dalam nilai-nilai Pancasila adalah tugas dunia pendidikan, atau lebih khusus lagi adalah tugas sekolah. Dengan melihat keadaan yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini dan menghadapi kecenderungan di masa depan maka pemerintah Indonesia telah berketetapan bahwa nilai-nilai Pancasila perlu dikembangkan kembali di sekolah, "Nilai-nilai Pancasila perlu dikembangkan lagi pengamalannya terhadap siswa di sekolah dengan maksud antara lain untuk membangun generasi masa depan agar selain cerdas juga berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Watak yang tidak bermoral perlu dicegah kehadirannya dalam pergaulan manusia". (Imam Barnabid, 2006: 25) Di lingkungan sekolah, guru mempunyai kedudukan yang sangat penting. Peserta didik sejak dari rumah sudah membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan gurunya dan akan memperoleh pelajaran tertentu. Salah satu usaha untuk menciptakan dan meningkatan nilai-nilai Pancasila yang dimaksud di atas terutama bagi kalangan siswa, maka perlu diberikan bahan pelajaran yang diintegrasikan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), karena nilai-nilai Pancasila bukanlah mata

pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan bagian integral dari mata pelajaran lain yang relevan, khususnya mata pelajaran PKn. Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah "Membina moral yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari yaitu perliaku yang memancarkan imtaq (iman dan taqwa) terhadap Tuhan Yang Mana Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan 'bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, kebudayaan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, sehingga perbedaan pemikiran pendapat atau kepentingan diatasi dengan musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya perilaku untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia? (A.Kosasih Djahiri, 1995: 10) Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa PKn adalah merupakan salah satu bidang pendidikan dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, dan merupakan paduan dari pendidikan Pancasila Kewarganegaraan yaitu pendidikan nilai dan kewarganegaraan yang membina keyakinan sikap perilaku warga negara Indonesia yang baik yaitu warga negara yang bertanggung jawab, sadar akan harga dirinya, hak dirinya, Orang lain, pemerintah dan negara serta mampu melaksanakan dalam bennasyarakat, berbangsa dan bernegara. PKn ditujukan untuk membentuk kepribadian anak didik lebih dipentingkan. Anak didik yang berilmu dan berketerampilan belum tentu

berperilaku dan berbudi pekerti mulia. Cukup banyak orang yang berilmu dan berketerampilan, tetapi karena tidak mempunyai akhlak dan budi pekerti yang mulia, mereka terkadang menggunakannya untuk hal-hal yang negatif . Namun demikian, bukan berarti orang yang berilmu dan berketerampilan tidak diharapkan, tetapi yang sangat diperlukan tentu saja adalah orang yang berilmu dan berketerampilan, serta yang berakhlak dan berperilaku mulia. Pembelajaran PKn terhadap anak didik mengaeu pada tiga aspek di atas, yakni anak didik yang mulia, susila, cakap dan terampil. Kegiatan proses belajar mengajar tidak Iain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam dunia pendidikan dipakai istilah proses interaksi edukatif. Semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Setiap tindakan guru yang lakukan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran mempunyai tujuan untuk mendidik dan bukan karena tujuan-tujuan lain. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka seorang guru harus mampu menyesuaikan strategi pengajaran dengan kondisi siswa agar tidak terjadi kesalahan pendekatan pengajaran terhadap anak didik. Salah satu sikap yang diharapkan dari pembelajaran PKn adalah tumbuhnya sikap demokrasi.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti upaya meningkatkan hasil belajar siswa hasi! belajar siswa melalui metode pembelajaran Jigsaw.

B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitiam ini adalah Apakah hasil pembelajaran kerjasama nagaramegara Asia Tenggara melalui metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kompa 2?" E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dieapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kompa 2 dalam pembelajaran kerjasama negara-negara Asia Tenggara melalui metode Jigsaw. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan perbandingan antara teori dan praktek mengenai kajian penggunaan metode Jigsaw dalam membentuk hasil belzgar siswa. 2. Bagi SD Negeri Kompa 2 diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumber informasi dan wawasan kepada guru-guru khususnya dalam menggunakan metode Jigsaw untuk dapat membentuk hasil belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn 1. Hakikat Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Setiap orang yang normal, baik pikirannya, sikap dan perilakunya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mempunyai keinginan atau citacita agar kehidupannya hari ini lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik daripada hari ini. Begitu pula terhadap siswa-siswa di sekolah terhadap hasil yang diperolehnya dalam mengikuti proses belajar mengajar ingin selalu mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Pengembangan potensi dasar yang dimiliki siswa hams sedemikian rupa dikenali sedini mungkin 0leh pihak sekolah. Pada dasamya, bila dilihat dari aspek kemampuan dan kecerdasan, siswa dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: "a) Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-rata, b) Siswa yang memiliki keeerdasan rata-rata, dan c) Siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata". (Mukhtar, 2003: 94) Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan hasil yang dieapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran dan penilaian. Hal ini dapat diperkuat dari pendapat Tulus Tuu yang mengemukakan bahwa: "Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru". (Tulus Tuu, 2004: 75) Lebih jelasnya Tulus Tuu menjelaskan bahwa hasil belajar dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Hasil belajar siswa adalah hasil yang dieapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakzm tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. b. Hasil belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kegnitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. c. Hasil belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap siswa dan ulanganulangan atau ujian yang ditempuhnya. (Tulus Tuu, 2004: 75) Pendapat lain yang dikemukakan mengenai hasil belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono mengatakan bahwa: Hasil belajar siswa merupakan suatu puncak preses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar dimana siswa mampu memeeahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar". (Dimyati & Mudjiono, 2002: 243) Anton M. Moeliono memberikan arti kata: "Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau nilai yang diberikan oleh guru ". (Anton M. Moe1iono, 2000: 700) Sedangkan menurut M. Ngalim Poerwanto menyatakan bahwa: "Hasil belajar adalah sebagai suatu yang digunakan untuk hasil-hasil pelajaran yang

diberikan oleh guru kepada siswa-siswanya". (M. Ngalim Poerwanto, 2004: 13) Selanjutnya Zaenal Arifln memberikan deilnisi tentang prestasi adalah: "Kemampuan keterampilan dari sikap seseorang dalam

menyesuaikan suatu hal". (Zaenal Ariiin, 1998: 22) Menurut Dimyati dan Mudjiemo belajar adalah: "Suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih balk. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun". (Dimyati dan Moedjiono, 2002: 9). Hal ini dapat diidentiilkasi bahkan dapat diukur daxi penampilan. Penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Jadi, dari pendapat tersebut dapat diidentifikasikan hasil belajar melalui penampilan. Faktor-faktor yang penting dan mendasar bagi hasil belajar siswa terdiri dari: a. Faktor kecerdasan, kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional matematis. Rumusan ini menunjukkan keeerdasan menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami, mengerti, memeeahkan problem, tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan lingkungan. Tingginya keeerdasan yang dimillki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya meneapai hasil belajar. b. Faktor bakat. Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Bakat-bakat tersebut apabila dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat meneapai prestasi yang tinggi. c. Faktor minat dan perhatian. Minat adalah kecenderungan yang besar . terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan crat. , Seorang siswa harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam

proses pembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi siswa akan berhasil dalam pembelajaran. d. Faktor motif. Motif adalah dorongan yang mernbuat seseorang berbuat sesuatu, Motif sclalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, siswa harus mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya dancapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi hasil belajarnya. e. Faktor cara belajar. Keberhasilan studi siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih. tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. f. Faktor lingkungan keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Keluarga adalah orang yang paling dekat dengan clirinya. Oleh karena itu, keluarga mempakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa. g. Faktor sekolah. Selain keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistcm dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. (Kartini Kartono, 2001: 27) Selanjutnya menurut Mukhtar dan kawan-kawan mengatakan terdapat langkah dan arah pengembangan siswa untuk mencapai kompetensi akan tergambar dalam bentuk unjuk kcrja sebagai aktivitas nyata maupun aktivitas tersembunyi, yang meliputi: a, Pengembangan penguasaan pengetahuan, yang dicirikan dengan proses mencari tahu untuk mampu menginterpretasikan informasi (process of knowing, know how, dan know why). b. Pengembangan keterampilan (tool skill development), yang dicirikan dengan ketaatan pada prosedur, tcpat waktu, tahan bosan, akurasi, dan teliti. c. Pengembangan kemampuan daya nalar atau daya pikir (thinking process/cognitive skill), yang dicirikan dengan penciptaan ide baru,

memandang masalah dengan cara baru, dan merencanakan penyelesaian masalah seara sistematik. d. Pengembangan sikap sosial (sosial attitude), yang dieirikan dengan aktivitas saling tukar infonnasi, mendengar dan menghormati ide orang lain, serta bekerja sama dalam tim. (Mukhtar, 2003: 95-96) Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain memberikan batasan hasil belajar atas dasar taksosomi Bloom dengan menggunakan hasil belajar dicapai melalui tiga kategori atau ranah (domain) yang dikenal dengan taksonomi Bloom antara lain adalah sebagai berikut : a. Daerah kognitif yang berkenaan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir yaitu mengetahui dan memeeahkan masalah. b. Daerah efektif yaitu kemampuan sikap. c. Daerah psikomotor yaitu berkenaan dengan tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual dan motorik. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002: 122) Dari definisi di atas dapat dirumuskan bahwa hasil belajar siswa adalah hasil belajar yang dieapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang dapat dinilai melalui aspek: EI), Aspek kognitif menyangkut kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. Hal ini dibuktikan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas, nilai ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. Iadi, hasil belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dieapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, Aspek ini dinilai guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran peneapaian hasil belajar siswa; b). Aspek afektif meliputi perhatian, respon, penghayatan,

pengorganisasian, dan perhatian terhadap nilai atau seperangkat nilai dan e). Aspek psikomotorik meliputi persepsi. set. respon terbimbing, respon mekanistis, dan respon kompleks. Jadi. hasil belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran peneapaian hasil belajar siswa. Di antara ketiga ranah ini, yakni kognitii afektif, psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kxemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bukan sekedar hafal Undangundang Dasar 1945 dan perundangmndamgan serta ketatanegaraan Republik Indonesia, tetapi justru melalui Proses Belajar Mengajar (PBM) diharapkan dapat mengembangkan pemahaman dan pelaksanaan UUD 1945 dan perundang- undangan lainnya serta nalar yang nyata dalam kehidupannya, sehingga dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) PKn haruslah nampak pada kreativitas siswa dalam mengajar. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) secara umum, harus disesuaikan dengan keberhasilan pencapaian pendidikan nasional yaitu: "Mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan", (Depdiknas, 2003:14)

Sedangkan

secara

khusus

tujuan

pembelajaran

Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) adalah: Membina moral yang diharapkan elapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memanearkan imtaq (iman dan taqwa) terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, kebudayaan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, sehingga perbedaan pemikiran pendapat atau kepentingan diatasi dengan musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya perilaku untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Indonesia". (Ahmad Kosasih Djahiri, 2000: 10) Dari penjelasan mengenai materi PKn di atas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran PKn merupakan wahana untuk dapat mengeembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral dan PKn bukan 1945 dan perundangmndangan serta justru melalui proses belajar

hanya sekedar hafal UUD

ketatanegaraan Republik Indonesia, tetapi

mengajar diharapkan dapat mengembangkan pemahaman dan pelaksanaan UUD 1945 dan perundang-undangan lainnya pada diri siswa serta nalar yang nyata dalam kehidupannya. Oleh karena itu, untuk dapat meneapai tingkat nalar yang nyata dengan ditunjukkan dari kemarnpuan berpikir kritis siswa maka pembelajaran materi PK.11 harus dapat dioperasionalkan melalui kerjasama tujuan kurikulum sorta harus Nampak dalam sosok program dan pola pengajaran dalam kurikulum PKn penjabarannya sampai pada tujuan pngajaran kelas, karena penjabaran tujuan khusus yang dioperasionalkan akan lebih tepat dan benar dilakukan oleh guru melalui penggunaan multi metode dalam proses pembelajaran.

Dari beberapa arti dan definisi yang dikemukakan di atas mengenai hakikat hasik belajar PKn siswa, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa rselain prestasi itu digunakan untuk mengukur kemampuan siswzy., prestasi juga dapat digunakan untuk keterampilan siswa dalam menerapkan dan atau mengimplementasikan pelajaran yang didapatkan lewat proses pendidikan dalam kehidupannya sehari-hari untuk dapat menyesuaikan diri dengan segala sesuatu, karena seerang akan dapat bertahan hidup dan maju berkembang jika mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitamya dan hal ini bisa direalisasikan lewat pendidikan. Lewat proses pendidikan dan pengajaran siswa dapat melakukan perubahan individu, apapun perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk keeakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek Organisme atau pribadi seseorang karena itu seseorang yang belajar itu tidak sama Iagi dengan saat sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan memeeahkan masalah. Keberhasilan seorang siswa untuk meneapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuat bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan sttategi pembelajaran yang variatif yang dikembangkan guru. Suasana keluarga juga dapat memberi dorongan anak

untuk berprestasi. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran. 2. Hakikat Metode Pembelajaran Jigsaw pada Pembelajaran PKn Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang di gunakan 0leh guru dan siswa dalam proses belajar tersebut. Oemar`Hama1ik mengatakan bahwa: "Dalam kurikulum telah ditegaskan, bahwa penerapan pendekatan dalam proses belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya mampu menemukan dan mengelola perolehannya. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan proses. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan ini mengaeu kepada siswa agar belajar berorientasi pada belajar bagairnana be1ajar". (Oemar Hamalik, 2003: 149) Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran, strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru pesena didik dalam manifestasi akitivitas pengajaran. Sifat umum pola itu ivararti bahwa maeammaeam dan sekuensi (urutan) tindakan yang dimaksud tampak

digunakan/diperakan guru dan peserta didik pada berbagai ragam evenzs pengajaran. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah "Suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk meneapai

tujuan pembe1ajaran". (Oemar Hamalik, 2003: Manusia yang terlibat dalam system pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, termasuk tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, alat peraga, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, laboratorium, komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi praktek, belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Dalam proses tersebut guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan untuk mempemleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan keterampilan dan pembentukan kepribadian. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pedemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya guru pun selalu

menggunakan metode yang lebih dari satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan

yang lain. Kebanyakan ahli pendidikan pengajaran mengatakan bahwa pengajaran adalah teijemahan dari instruetion atau teaehing. Menurut Arif S. Sadiman dikatakan bahwa: Instruction mencakup semua events yang mungkin mempunyai pengamh langsung kepada proses belajar manusia dan bukan saja terbatas pada events (peristiwa-peristiwa) yang dilakukan oleh guru dosen instruktur. Instruction itu meliputi pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan cetakan, gambar, program televisi, film, slide, kaset audio atau kombinasinya". (Arif S. Sadiman, 2001: 17)

Pengajaran hanyalah salah satu bentuk instruction. Dan, pengajaran sering dikondisikan sebagai proses aktivitas belajar-rnengajar di kelas pengajaran yang tentunya bersifat formal. Kelas pengajaran, jangan hanya diartikan sebagai terbatas oleh ruangan dengan ukuran tertentu yang permanen untuk berlangsungnya belajar-mengajar. Pengentian kelas harus dikonotasikan sebagai suatu sistem yang bukan saja berupa ruangan atau bagian dari bangunan sekolah. Kelas merupakan tempat atau wadah berlangsungnya pengajaran (be1ajar-mengajar) baik di dalam ruangan yang biasa dipakai, di laboratorium, lapangan, dan sebagainya. Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi, Tugas guru sebagai pendidik menurut Syaiful Bahri Djamarah berarti:

Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kepada anak didik. Tugas gum sebagai pengajar berani meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik, sedangkan sebagai pelatih guru berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik". (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 37) Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipereayakan orang tua siswa dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik diperlukan, agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas gum sebagai orang tua kedua, setelah orang tua anak didik di dalam keluarga. Dengan demikian, guru sebagai seerang pendidik, pengajar dan pelatih untuk dapat melaksanakan tugasnya diperlukan suatu desain pengaiaran yang merupakan suatu preses analisis dari kebutuhan dan tujuan belajar, pengembangan Y materi, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik, mencobakan merevisi kegiatan mengajar dan penilaian peserta didik. Menurut Nana Sudjana Pembelajaran kooperarif adalah : "Tindakan guru melaksanakan reneana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabei pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi) agar dapat mempengamhi para siswa meneapai tujuan yang telah ditetapkan? (Nana Sudjana. 2001: 147)

Pendapat lain mengenai pembelajaran kooperatif menurut J.J. Hasibuan dan Moedjiono yaitu: Pola umum perbuatan guru dan murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dan rentetan perbuatan guru murid di dalam penstiwa belajar mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru dan murid dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur intruksional. (JJ . Hasibuan dan Moedjiono, 2002: 3) Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain pembelajaran kooperatif adalah: "Pembelajaran kooperatif mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha meneapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk meneapai tujuan yang telah digariskan." (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002: 5) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah pola umum tindakan guru atau praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui eara tertentu yang diberikan kepada anak didik dan dinilai lebih efektif sena lebih efisien. Dengan perkataan lain gaya mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru, dalam melaksanakan praktek mengajar di kelas. Selanjutnya menurut Mukhtar dan kawan-kawan mengatakan terdapat langkah dan arab pengembangan pembelajaran knoperatif untuk mencapai kompetensi akan tergambar dalam bentuk unjuk kerja sebagai aktivitas nyata maupun aktivitas tersembunyi bagi guru, yang meliputi:

a. Pengembangan penguasaan pengetahuan, yang dieirikan dengan proses mencari tahu untuk mampu menginterpretasikan informasi (proeess of knowing, know how, dan know why) b. Pengembangan keterampilan (tool skill development), yang dieirikan dengan ketaatan pada prosedur, tepat waktu, tahan bosan, akurasi, dan teliti. c. Pengembangan kemampuan daya nalar atau daya pikir (thinking processcognitive skill), yang dieirikan dengan peneiptaan ide baru, memandang masalah dengan cara baru, dan mereneanakan penyelesaian masalah secara sistematik. d. Pengembangan sikap sosial (sosiol attitude), yang dieirikan dengan aktivitas saling tukar informasi, mendengar dan menghormati ide orang lain, serta bekerja sama dalam tim. (Mukhtar, 2003: 94) Jika dibandingkan penjelasan-penjelasan mengenai pembelajaran kooperatif di atas, maka menurut Cucu Komara dan Deuis Fitni terdapat perbedaan pengertian persepsi mengenai konsepsi pembelajaran: a. Strategi adalah sebagai penentuan pilihan atau berbagai kemungkinan terhadap apa yang akan direneanakan dan dilaksanakan seseerang (guru). Jadi menunjukkan suatu pemikiran abstrak konsepsional. b. Ada pun dalam pandangan Nana Sudjana memandang strategi sebagai tindakan nyata yang taktis dan sudah spesiiik sifatnya atau menentu. (Cucu Komara dan Deuis Fitni, 2003: 35) Untuk dapat mengukur mengenai penggunaan pembelajaran kooperatif di sekolah, maka menurut Cucu Komara dan Deuis Fitni dapat didasarkan pada cirri-ciri pembeiajaran kooperatif berikut ini: a. Penyusunan Materi Pelajaran Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam penerapan belajar tuntas di sekelah dasar adalah penyusunan materi pelajaran. Pokok-pokok materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum hendaknya disusun lebih spesiiik lagi menurut urutan yang logis, fungsional, dan sistematis. Materi pelajaran sebaiknya disusun dalam satuan pelajaran-satuan pelaj aran yang lebih kecil.

b. Penyusunan Tujuan Pembelzjaran Khusus Penerapan konsep belajar tuntas juga hams memperhatikan masalah penyusunan tujuan pembelajaran khusus. Sebenamya, tujuan pembelajaran khusus ini merupakan kelanjutan dari langkah pertama, yaitu penyusunan materi pelajaran. Oleh karena itu, penyusunan tujuan pembelajaran khusus selalu berpedoman pada materi pelajaran. Pada tujuan pembelajaran khusus itu dieantumkan tolok ukur, sasaran atau tujuan belajar, dan kondisi yang dibutuhkan untuk menguasai suatu materi pelajaran. Untuk itu, tujuan pembelajaran khusus hendaknya disusun sangat terperinei, spesiiik, dan operasional. c. Pelaksanaan Tes Pelaksanaan tes ini berguna untuk mengetahui taraf kemampuan atau penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran. Pelaksanaan tes ini diselenggarakan pada setiap akhir suatu satuan peiajaran diajarkan kepada siswa. d. Penyediaan Kondisi Belajar Dalam belajar tuntas, kondisi belajar yang optimal merupakan faktor pendukung bagi keberhasilzm siswa dalam meneapai materi pelajaran, Untuk itu, guru dituntut untuk berusaha agar mampu meneari dan meneiptakan - media pelajaran yang dapat memberikan kesempatan belajar bagi siswa. Guru dituntut untuk dapat mengembangkan media pelajaran yang berhubungan dengan materi dalam satuan pelajaran yang sedang diajarkarmya. Variasi toknik mengajar, pembentukan kelompok kel0mpok belajar, pemberian umpan balik, dan pemberian perbaikan dalam membantu memeeahkan kesulitan belajar siswa. (Cucu Komara dan Deuis Fitni, 2003: 24-27) Untuk membantu proses berpikir guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatii Ahmad Rohani dalam The Teacher as a Decision Maker mengatakan bahwa guru hendaknya memiliki 4 kompetensi, yaitu: a. Memiliki pengetahuan tentang "belajar dan tingkah laku" manusia (peserta didik) sorta mampu menerjemahkan teori itu ke dalam situasi yang riil. b. Memiliki sikap yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah, pesefta didik, teman sejawat, dan mata pelajaran yang dibina, e. Menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan.

d. Memiliki keterampilan teknis dalam mengajar, antara lain keterampilan mereneanakan pelajaran, bertanya, menilai peneapaian peserta didik, menggunakan strategi mengajar, mengelola kelas, dan memotivasi peserta didik. (Ahmad Rohani HM, 2002: 69) Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif di sekolah tidak terlepas dari kegiatan guru dan poranan siswa dalam proses belajar mengajar. Ini berarti, semakin mampu guru mengelola dan melaksanakan dan menerapkan strategi bolajar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar, serta semakin aktif siswa dalam melaksanakan peranannya, maka akan semakin mantap penerapan belajar di sekolah. Jadi, dapat dipastikan bahwa peluang untuk meneapai penguasaan siswa secara optimal terhadap materi pelajaran menjadi semakin tinggi. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam meningkatkan. Prestasi belajar siswa karena dapat membentuk siswa yang aktif dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasamya adalah pola umum tindakan guru atau praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui eara tenentu yang diberikan kepada anak didik dan dinilai lebih efektif serta lebih eiisien. Dengan perkataan lain strategi mengaiar adalah politik atau taktik yang digunakan guru, dalam melaksanakan/praktek mengajar di kelas. Pembelajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan, juga faktor kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya,

keadaan peserta didik, dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode pengajaran menurut Ahmad Rohani harus

memiliki "Relevansi dengan tujuan, relevansi dengan bahan, relevansi dengan kemampuan guru, relevansi dengan keadaan peserta didik, dan relevansi dengan situasi pengajaran (Ahmad Rohani HM, 2002: 1 18) Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan yang diantaranya adalah: a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya. b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya. e. Situasi dengan berbagai keadaannya. d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya. e. Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 184-185) Dengan memperhatikan dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan metode pengajaxan dalam interaksi belajar memegang peranan penting dalam meneapai tujuan, karena metode merupakan eara atau alat sistematis berupa pilihampilihan yang dapat digunakan untuk macam-macam kepentingan pengalaman belajar. Adapun pengertian pembelajaran kooperatif menurut Dirjen Dikdasmen Depdiknas adalah "Merupakan cara penyajian bahan pengajaran dengan disertai maeam-maeam penggunaan metode pengajaran seperti:

ceramah, diskusi, Tanya jawab, penelitian tugas, problem solving, role playing, VCT dan lain-lain". (Depdiknas, 2002: 82) Penggunaan pembelaj aran kooperatif terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, metivasi dan belajar siswa, Tujuan penggunaan multi metode menurut Aswan Zain dimaksudkan untuk: a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan pelajaran yang diberikan guru. b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan balk dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah Adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya mengzn ar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. d. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Pengmasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. e. Mendorong anak didik untuk belajar Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatii (Aswan Zain, 2002: 181-185) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran jigsaw pada pembelajaran PKn adalah pola umum tindakan guru atau

praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang diberikan kepada anak didik dan dinilai lebih efektif serta lebih efisien. Dengan kata lain gaya mengajar adalah politik atau taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan mengajar di kelas dengan cara mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. B. Kerangka Pikir Tindakan Media pembelajaran yang menunjang terwujudnya proses

pembelajaran yang berhasil haruslah mampu memberikan jaminan ke arah tereapainya tujuan mengajar, yaitu untuk mendorong para siswa agar dapat berpikir dan bertindak secara mandiri, kreatif, dan mampu beradaptasi, dengan mernberikan kesernpatan kepada siswa untuk memanfaatkan semua bakat dan kemampuan, balk jasmani dan r0hani. Tanpa adanya media pembelajaran tidak dapat mengantarkan siswa untuk meneapai tujuan mengajar tarsebut, maka sulit untuk dicapai tujuan mengajar yang maksimal. Telah diketahui bahwa dalam menggunakan suatu media

pembelajaran seorang guru harus menyadari bahwa siswa yang dihadapi mempunyai perbedaan individual dan gaya yang berbeda dalam belajar. Beberapa siswa mungkin lebih bersifat visual dalam belajar, artinya mereka dapat belajar dengan balk apabila ia melihat seseorang mengerjakannya, sementara siswa lain lebih bersifat auditorial, artinya mereka mempunyai kemampuan mendangar dan menghafal, tanpa perlu melihat secara langsung

apa yang dikerjakan oleh orang lain. Kelompok siswa yang lain lebih bersifat kinestetik, artinya mereka akan belajar dengan baik apabila mereka langsuug bergerak, bekerja, atau melakukan aktivitas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka semakin efektif suatu penggunaan media dalam proses pembelajarau yang diberikan oleh guruterhadap siswa, maka akan memberikan hubungan atau pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa. Proses pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah yang dalam pelaksanaannya sekolah diberi kebebasan inemilih strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, sena kondisi nyata sumber daya yang tersedia dan siap didayagunakan di sekolah, Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mnerapkan metode pembelqaran Jigsaw dalam proses belajar mengajar. C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah Jika pembelajaran keijasama Negara-negara Asia Tenggara melalui metode Jigsaw pada siswa kelas 5 SD Negeri Kompa 2, maka hasil belajar siswa akan meningkat."

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif Classroom Action Research atau penelitian Tindakan yang bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, memaparkan,

melukiskan suatu fenomena tertentu dan berusaha untuk ditarik kesimpulan. B. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian ini penulis lakukan di SD Negeri Kompa 2. Adapun waktu penelitian yang penulis lakukan selama 6 bulan dimulai dari bulan Januari 2009 sampai dengan Juni 2009. C. Sumber Data Untuk mendapatkan data penelitian penulis mengambil sumber data yang bersifat data primer yang berasal dari kepala sekolah, guru, dan siswa, sedangkan data sekumder adalah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan maslaah penelitian. Informan berjumlah 3 orang berasal dari siswa. Sedangkan key informan berjumlah 2 orang guru. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini unmk memperoleh data yang akurat dan diyakini kebenarannya maka penulis menggunakan teknik :

l. Telaah Dokumen dan Studi Kepustakaan. Kegiatan ini penulis lakukan dengan membaea, mengkaji dan

mengumpuikan teori-teori, literature-literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian. 2. Studi Lapangan. Dalam teknik penulis melakukan beberapa kegiatan yang diantaranya : a. Observasi atau pengamatan, yaitu mengamati suatu fenomena, peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan secara langsung yang digunakan sebagai sumber hukum bahan penelitian. b. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada responden untuk mendapatkan informasi yang Iebih jelas dan kemungkinan dalam kuesioner. c. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan masalah penelitian. d. Catatan lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dengan eara meneatat mengenai temuan-temuan langsung dari hasil pengamatan yang tidak tereneana htau terprogram tetapi berkaitan dengan obyek penelitian.

E. Langkah-Langkah Panelitian. Langkah-langkah penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) siklus yaitu: Siklus I Siklus pertama dalam Classroom Action Research ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi sebagai berikut: Perencanaan (Planning) a. Penulis melakukan analisis terhadap fimgsi dan manfaat liasil belajarsiswa. b. Membuat pedoman wawaneara, pedoman Observasi, menyiapkan alat dokumentasi dan catatan lapangan c. Menyiapkan lembar pengamatan berupa format wawancara yang diberikan kepada siswa untuk diisi. d. Menearattingkathasil belajar siswa. e. Penulis berparan sebagai penilai mengenai hasil belajar siswa, f. Menentukan waktu umuk mengamati hasil belajar siswa. Pelaksanaan (Acting) a. Penulis mengumpulkan 36 orang siswa dan memberikan penjelasan tentang pengtingnya fungsi dan manfaat hasil belajar siswa. b. Melaksanakan wawancara, melihat dan mendokumentasikan kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode pembelajaran jigsaw.

c. Penulis membagikan daftar isian mengenai hasil belajar siswa. d. Mengumpulkan dahar isian siswa menyangkut pelaksanaau metode pembelajaran jigsaw. e. Penulis menilai dan mengevaluasi tentang hasil belajar siswa dan metode pembelajaran jigsaw. f. Setelah melakukan kegiatankegiatan di atas, selanjumya dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw. Pengamatan (Observation) a. Situasi kegiman metode jigsaw. Dalam hal ini penulis mengamati mengenai hasil belajar siswa dan metode pembelajaran jigsaw. b. Keaktifan siswa dalam metode pembelajaran jigsaw. Refleksi (Reflecting) Penelitian tindakan kelas ini berhasil apbila memenuhi beberapa syarat sebagian besar siswa memiliki hasil belajar siswa. Siklus II Seperti halnya siklus pertama, siklus kedua pun terdiri dari pereneanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refieksi. Perencanaan (Planning) a. Penulis menentukan waktu luntuk mengumpulkan siswa yang masih tidak memiliki hasil belajar siswa.

b. Penulis menyiapkan materi untuk memberikan penjelasan kembali ni mengenai siklus c. Menyiapkan pedoman wawaneara terhadap kepala sekolah dan guru senior mengenai hasil belajar siswa dan metede pembelajaran jigsaw. Pelaksanaan (Acting) a. Penulis mengunjungi kelas untuk melihat pelaksanaan metode 1 pembelajaran jigsaw pada siklus I. b. Penulis melaksanakan wawaneara berdasarkan reneana hasil refleksi pada siklus pertama. Setelah melakukam persiapan wawaneara penulis selanjumya melakukan wawaneara kepada informan fungsi dan manfaat tentang hasil belajar siswa dari hasil

menyzmgkut hasil belajar siswa dan metode pembelajaran jigsaw. c. Setelah melakukan kegiatamkegiatan di atas, selanjutnya dilakukan pembelqjaran dengan menggunakan metode jigsaw, Pengamatan (Observation) Penulis melakukan pengamatsn terhadap aktivitas siswa dan perhatian sekolah dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan metode pembelajaran jigsaw. Refleksi (Reflecting) Penulis melakukan refleksi terhadap pelakszmaan siklus kedua dun menyusun rencana (replanting) untuk siklus ketiga.

Siklus III Siklus ketiga merupakam putaran ketiga dari siklus pertama dan kedua. Perencanaan (Planning) Penulis membuat rencana penelitian berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua. Setelah melakukan penelitian pada siklus I dan H selanjutnya penulis membuat rencana wawancara dan Observasi. Pelaksanaan (Acting) a. Penulis melaksanakan pengamatan hasil belajar siswa dan metode pembelajaran Jigsaw b. Setelah melakukan kegiatan di atas, selanjutnya dilakukan

pembelaiaran dengan menggunakan metode Jigsaw. Pengamatan (Observation) Penulis melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa dan metode pembelajaran jigsaw. Setelah penulis melakukan wawaneara dengan inferman dan key infomian, maka selanjumya penulis melakukan pengamatan terhadap peningkatan basil belzgar siswa dan metode pembelajaran jigsaw.

Refleksi (Rflecting) Penulis melakukan reileksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga danjmenganalisis unmk serta membuat kesimpulan atas hasil belajar siswa dan metode pembelajaran jigsaw. H. Analisis Data Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis seeam deskriftif untuk melihat keeenderungan yang te1jadi dalam kegiatan penelitian. Dimana penelitian dikatakan berhasil jika upaya meningkatkau hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran Jigsaw dalam pembelzjaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas 5 SD Negeri Kompa 2, dalam kategori baik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengolahan Data Tabel di bawah ini merupakan hasil penyajian dari peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran kerjasama Negarwnegara Asia Tenggara pada siswa kelas 5 SD Negeri 2 Kompa dilakukan penulis sebanyak 3 siklus. Dimana pada siklus I dari 34 orang siswa terdapat 18 orang siswa yang tidak mampu memahami hasil belajar siswa, dan setelah dilakukan pembelajarzm pada siklus II mengalami perubahan hanya 13 orang yang tidak mampu dan pada siklus III hampir seluruh siswa telah memiliki peningkatan dalam hasil belajar siswa. Tabel 1. Hasil Evaluasi belajar siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 I 80 60 50 70 50 60 100 80 70 80 60 30 40 40 80 80 Siklus II 80 60 50 70 50 60 100 80 70 80 60 30 40 40 80 80 Nilai rata-rata III 80 60 50 70 50 60 100 80 70 80 60 30 40 40 80 80 80 60 50 70 50 60 100 80 70 80 60 30 40 40 80 80

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Ratarata

80 60 40 80 50 80 60 30 30 70 50 80 30 30 70 50 100 90

80 60 40 80 50 80 60 30 30 70 50 80 30 30 70 50 100 90

80 60 40 80 50 80 60 30 30 70 50 80 30 30 70 50 100 90

80 60 40 80 50 80 60 30 30 70 50 80 30 30 70 50 100 90

Setelah diadakan perbaikan pembelajaran dapat diketahui bahwa pada siklus I ratarata kelas di bawah 62 dan terdapat I8 orang siswa yang nilai rata-ratanya di bawah 62. Pada siklus II rata-rata kelas masih di bawah 62 dan terdapat 18 siswa nilai rata-ratanya di bawah 62. Pada siklus III ratarata kelas di atas 67 dan masih terdapat 16 siswa yang nilai rata-ratanya di bawah 67

Dari grafik di atas dapat dikatakan bahwa pada siklus I menghasilkan rata- rata sebesar 62, siklus ll sebesar 65 dan pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 67. Dari ketiga siklus tersebut menghasilkan rata-rata sebesar 61. hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga siklus yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pembelajaran

kerjasama Negara-negara Asia Tenggara mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III. Tabel 2. Nilai rata-rata Siklus 1

No 1 2 3 4 5 6 7 8 Juml ah

Nilai 3 4 5 6 7 8 9 10 34

Jumlah Siswa 5 3 5 5 4 9 1 2 211

Jumlah Nilai 15 12 25 30 28 72 9 20 52,92%

Prosentase Kurang Sedang Baik 14,70 % 8,82% 14,70 % 14,70 % 11,76 % 26,47 % 2,94 % 5,88 % 11,76 11,76 35,29 % % %

Keterangan Nilai Ratarata Kelas = 211 34 = 6,20

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebzmyak 52,92 % kemampuan kompetensi siswa masih kurzmg, 11,76 % sedang, dan 35,29 % baik. Hal ini memmjukkan bahwa pada sik1us 1 rata-rata siswa memiliki nilai pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara yang masih kurang. Tabel 3. Nilai rata-rata Siklus 2

No

Nilai

1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 7 9 8 10 Jumlah

Jumlah Jumlah Prosentase Siswa Nilai Kurang Sedang Baik 3 9 8,82% 4 16 11,76% 5 25 14,70% 6 36 17,64% 5 35 14,70% 8 64 23,52% 1 9 2,94% 2 20 5,88% 34 214 52,92% 14,70% 26,46%

Keterangan Nilai Ratarata Kelas = 214 34 = 6,29

Dari tabel di alas menunjukkan bahwa sebanyak 52,92 % kompetensi siswa masih kurang, 14,70 % sedang, dam 26,46 % baik, Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II rata-rata siswa telah mengalami peningkatan nilai pembelajaran pembelajaraan kerjasama Negaramegara Asia Tenggara.

Tabel 4. Nilai ratarata pembelajaran Siklus 3 No Nilai Jumlah Jumlah Prosentase Siswa Nilai Kurang Sedang Baik 1 3 2,94% 2 8 5,88% 2 10 5,88% 12 72 35,29% 5 35 14,70% 9 72 26,47% 1 9 2,94% 2 20 5,88% 34 227 14,7 49,99 35,29% Keterangan Nilai Ratarata Kelas = 227 34 = 6,67

1 3 2 4 3 5 4 6 5 7 6 8 7 9 8 10 Jumlah

Dari tabel di atas npenunjukkan bahwa sebanyak 14,7 % kompetensi siswa masih kurang, 49,99 % sedang, dan 35,29 % baik. Hal ini menunjukkam bahwa pada siklus III rata-rata nilai PKn siswa telah mengalami peningkatan. B. Deskripsi Temuan dan Refleksi Berdasarkan temuan tersebut dan hasil diskusi dengan rekan sejawat, penulis melakukan perbaikan sabanyak 3 Siklus adapun langkahlangkah yang ditempuh adalah: 1. Guru telah melakukan upaya paningkatan terhadap siswa dalam penggunaan jigsaw. 2. Melakukan kegiatan meialui pemberian agar siswa lebih paham. 3. Memberikan latihamlatihan sesuai dengan waktu yang tersedia. 4. Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran selama 3 Siklus hasil evaluasi yang diperoleh siswa mengalami peningkatan proses pembelajaran pembelajaran kerjasama Negarwnegara Asia Tenggara.

C. Pembahasan Hasil refieksi siklus perbaikan ke 1, 2 dan 3 temyata menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan nilai siswa dalam proses pembelajaran pembeiajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara dari hasil refieksi proses pembelajaran pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara diketahui pada siklus 1 masih ada siswa yang beium dapat memahami materi pembeiajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara, waktu jigsaw ada siswa yang tidak serius dimana mereka hanya ngobrol saja karena mereka beium memahami pembelajaran pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara. Pada siklus 2 setelah diberikan latihan-latihan soal dan pemberian tugas di rumahs ternyata siswa yang tadinya masih kurang mampu sudah menunjukkan kemajuan dalam materi pembeiajaran pembelajaran

kerjasama Negara-negara Asia Tenggara. Pada siklus 3 sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan soal materi pembelajaran pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara. Dalam kegiatan kelompok pada jigsaw diketahui bahwa disiplin dan kerjasama siswa sudah tampak baik. Pendidik sebagai komponen sumber daya insani yang melaksanakan garapan pendidikan. Fungsinya memberikan layanan umuk kelanearan proses pembelajaran kepada peserta didik, juga alat bantu mengajar adalah

komponen yang berfungsi memberi kemudahan belajar kepada peserta didik melalui alat/bahan yang dirancang untuk memberi kemudahan belajar. Seorang guru senantiasa dihadapkan dengan siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda, untuk itulah kita perlu memahami motivasi daram diri siswa dan berusaha untuk mengelolanya dengan baik untuk membantu mereka berhasil meneapai tujuan tertentu. Tingkat motivasi belajar cenderung berkorelasi dengan hasil belajar. Artinya semakin kuat/tinggi tingkat motivasi belajar yang menarik, menantang siswa berpikir dan berperan aktif akan mempengaruhi siswa secara aktif. Guru juga harus mampu menyampaikan informasi dengan tepat sehingga informasi tersebut dapat dipahami oleh siswa. Gaya penyajian yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran berpengaruh terhadap perhatian siswa dengan itu materi pelajaran hendaknya disajikan dengan eam yang menarik sehingga rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran meningkat. Penerapan prinsip dan teknik mengajar seorang guru dalam pelaksanaan tipe jigsaw terhadap siswa di kelas haruslah dilakukan dengan diferensiasi pelayanan terhadap ketiga kelompok. Dalam hal ini, ada 3 (tiga) jenis program yang paling banyak dilakukan, yaitu :

1)

Sistem

pengayaan,

yaitu

pembinaan

siswa

yang

memiliki

kemampuan dan keeerdasan luar biasa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat

pendalaman, setelah siswa yang bersangkutan menyelesaikan tugastugas yang diprogramkan atau disediakan oleh guru sama dengan siswa-siswa lainnya. 2) Sistem percepatan, yaitu pembinaan siswa yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa dengan memperbolehkan siswa yang bersangkutan untuk naik kelas satu tingkat secara meloncat atau menyelesaikan program regular yang ditetapkan dalam jangka waktu yang lebih singkat (akselerasi). 3) Pengelompokkkan khusus, yaitu pembinaan siswa yang memiliki kemampuan dan keeerdasan luar biasa dengan cara siswa yang bersangkutan dikumpulkan di suatu tempat dan diberi kesempatan secara khusus untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa dapat memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelaj aran sangat diperlukan. Untuk dapat mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran jigsaw pada pembelajaran kexjasama Negaranegara Asia Tenggara di SDN Kompa 2 maka penulis melakukan langkah-

langkah penelitian yang terdiri dari tahap 1, 2, dan 3 dengan cara melakukan pengamatan, wawancara (informant dan key informant) dan dokumentasi. Penelitian ini dengan agenda peneliti melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara kelas dan penerapan jigsaw. Dari ketiga tahap yang penulis lakukan diketahui dari hasil observasi dan tindakan yang penulis lakukan maka pembahasannya adalah sebagai berikut : 1. Siklus I Dalam siklus l penulis melakukan kegiatan-kegiatan yang terdiri dari Perencanaan, Pengamatan, Pelaksanaan, dan Refleksi. Perencanaan penulis lakukan dengan eara menyusun pedoman wawancara yang akan diberikan kepada informan dan key informan, selain itu juga mempersiapkan peralatan yang dapat digunakan untuk proses dokumentasi (foto) tentang penerapan jigsaw. Pengamatan penulis lakukan terhadap lingkungan sekelah, kegiatan belajarmengajar dan melakukan pengamatan terhadap sumbensumber belajar yang dapatdi gunakan untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar. Pelaksanaan penelitian penulis lakukan dengan eara mengunjungi kelas untuk mengetahui bagaimana keefektifan penerapan jigsaw.

Hasil refleksi dari siklus pertama ini dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar melalui penerapan jigsaw telah dilakukan dengan maksimal hal ini dapat diketahui dari hasil pengamatan dan wawaneara yang penulis lakukan terhadap guru di kelas yang penulis kunjungi. Dapat diketahui bahwa penerapanjigsaw rata-rata telah dijalankan secara efektif hal ini dapat diketahui bahwa dari 3 kelompok yang penulis amati diketahui bahwa dari kelompok I sampai dengan kelompok 3 menunjukkanPers entase yang cukup baik yaitu sekitar 60% 90% sedangkan kelompok l perlu ditingkatkan lagi keefektifannya yaitu hanya sekitar 40% hal ini dikarenakan masih belum terarahnya kepribadian siswa sehingga dalam proses belajar mengajar tanpa siswa masih ribut atau kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. 2. Siklus II Setelah mengetahui hasil dari siklus I selanjutnya penulis melakukan penelitian pada siklus II dengan kegiatan pereneanaan, pelaksanaan, pengamatan dan reileksi untuk mengamati lebih lanjut aktivitas belajar mengajar, melakukan wawancara dan dokumentasi. Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan diketahui bahwa penerapan jigsaw mengalami peningkatan.

3. Siklus III Setelah dilakukan penelitian pada siklus I dan II selanjutnya penulis melakukan tindakan pada siklus III yang berupa pereneanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang bertujuan untuk melakukan tindakan pemeeahan masalah dan menarik kesimpulan dari hasil siklus I dan II. 4. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Upaya meningkatkan basil belajar siswa melalui metode

pembelajaran jigsaw pada pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara di SD Negeri 2 dengan cara menerapkan mempersiapkan satuan pembelajamn, mengenali materi yang akan disampaikan, menyampaikan materi pelajaran, menggunakan metode pembelajaran yang variatii melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan jigsaw di SD Negeri Kompa 2 memperhatikan 3 (Liga) hal yang menjadi sentral dalam proses pengajaran yaitu siswa, tujuan dan guru yang diharapkan dari ketiga sentral tersebut dapat meneiptakan situasi pembelajaran yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar dengan menggerakkan segala sumber daya sekolah melalui penggunaan strategi belajar mengajar yang tepat. Sehingga, jika dirangkai ketiga komponen tersebut maka proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian komunikasi antara

siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan. Untuk membantu guru dalam meneapai target pembelajaran. Karena sumber belajar itu menjadi salah satu komponen system pengajaran, maka hams bekmjasama, saling berhubungan, dan saling keterganmngan dengan komponen-komponen pengajaran lainnya, bahkan ia tidak bisa ada/berjalan secara terpisah/ sendiri tanpa berhubungan dengan kompenen lainnya. Dalam rangka memanfaatkan metode jigsaw di SD Negeri Kompa 2 maka setiap guru ditekankan dan diharapkan nmtuk memahami lebih dahulu beberapa kualiiikasi yang dapat menunjuk pada suatu sumber belajar untuk dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Secara umum, guru di SD Negeri Kompa 2 sebelum mengambil keputusan terhadap penentuan sumber belajar, maka dipertimbangkan segi waktu, tenaga, biaya dan manfaat dari penggunaan sumber belajar dalam proses belajar mongajar. Jadi kemampuan guru di SD Negeri Kompa 2 dalam menerapkan model pembelajaran jigsaw adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk menggunakan sumber belajar yang dipakai dalam setiap proses belajar mengajar dengan tujuan agar proses belajar mengajax dapat berjalan efektif dan eiisien. Kemampuan guru dalam menerapkan jigsaw di SD Negeri Kompa 2 memperhatikan segi-

segi ekonomis, teknisi, praktis, dan bersifat fleksibel sehingga sumber belajar yang digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi kelas. Dengan adanya penerapan metoide jigsaw maka diharapkan hasil belajar siswa meningkat. Kegiatan belajar siswa dikatakan baik, apabila gl membelegarkan seluruh potensi diri/belajamya efektif eifisien dan optimal. Selanjutnya pangorbanan bila yang dikatakan bahwa belajar dengan efektif bila dengan

minimal dapat diraih hasil optimal/diharapkan, dan eiisien

bersangkutan atau manyelesaikan hal tadi dengan waktu yang

minimal. Dan hasil belajar disebut optimal bila basil tersebut minimal sesuai dengan target pengajaran, dan lebih baik bila melebihi target tersebut. Menyadari betapa pentingnya jigsaw dalam proses pendidikan dan pengajaran, maka guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan jigsaw yang diharapkan dapat tereapainya proses belajar mengajar yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa D. Temuan Penelitian Dari hasil pengamatan yang penulis iakukan, maka temuan penelitian di lokasi penelitian adalah sebagai berikut : l. Dalam menerapkan jigsaw terdapat kendala di antaranya terdapat beberapa materi pelajaran yang tidak ada sumber belajar yang lengkap dan kurang berfungsinya secara maksimal tentang penggunaan sumber belajar yang berhubungan dengan praktikum.

2. Penyediaan buku panduan dalam penerapan jigsaw perlu disesuaikan dengan jumlah peserta didik sehingga tidak menghambat proses belajar siswa. 3. Dalam peningkatan preses pembelajaran pembelajaran kerjasama Negara negara Asia Tenggara melalui jigsaw perlu diupayakan peningkatan kompetensi guru dalam hal kemampuan mengajar, kreativitas, inovatif dan pemilihan metode mengajar yang efektif 4. Peningkatan hasil belajar siswa sedikit banyaknya telah tercapai yang ditunjukkan dari adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik dalam segi pengetahuan, kemampuan dan perilaku.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Hasil pembahasan data hasil tes dijelaskan bahwa pada siklus I menghasilkan rata-rata sebesar 62, sildus II sebesar 65 dan pada siklus III memgalami peningkatan sebesar 67. Dari ketiga siklus tersebut

menghasilkan rata-rata sebesar 61, hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga siklus yang penulis lakukan dapat siketahui bahwa proses pembelajaxan kerjasama Negaranegara Asia Tenggara mengalami peningkatan. Hal itu menunjukkan bahwa hipotesis terbukti sebagai berikut, "Jika pembelajarau kerjasama Negara-negara Asia Tenggara melalui metode jigsaw, maka hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kompa 2 meningkat. B. Implikasi Upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kompa 2 telah dilakukan dengan baik. Neskipun masih terdapat faktor yang menyebabkan penerapan jigsaw sedikit terganggu yaitu kumngnya dukungan dan motivasi siswa terhadap peneapaian hjuan pembelaiaran dan Sumber belajar belum sepenuhnya terpenuhi secara lengkap. Implikasi dalam penelitian ini adalah diperlukan upaya baik dilakukan oleh guru maupun kepala sekolah agar dapat menerapkan .Hgsaw dapat dijalankan seefektif mungkin sehingga dapat mendukung dalam

pencapaia proses pembelajaran kerjasama Negara-negara Asia Tenggara yang efektif.

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

I.

Standar Kompetensi Memahami peran Indonesia dalam Iinkgungan negara-negara di Asia Tenggara

II. Kompetensi Dasar Menjelaskan kerjasama negaramegara Asia Tenggara III. Materi Pokok Negara-negara ASEAN IV. Indikator Kerjasama Indonesia dengan Negara-negara Asia Tenggara V. Tujuan Pembelajaran - Siswa mengenal negaramegara ASEAN - Mengetahui tujuan berdirinya negara ASEAN - Mengetahui ani kerjasama negara ASEAN - Menyebutkan hasil kerjasama negarapnegara ASEAN - Menyebutkan negara yang berperan mendirian ASEAN - Menyebutkan kerjasama di bidang POLEKSOSBUD VI. Media Pendekatan dan Metode - Pendekatan : Fakta, prosedur, konsep dan prinsip. - Metode - Media - Sumber : Jigsaw : Media massa : Buku PKn Kelas V

VII. Kegiatan Belajar Mengajar No 1 Tahap Perencanaan Waktu Kegiatan Guru Penulis melakukan analisis terhadap fungsi dan manfaat kerjasama negara-negara Asia Tenggara. Membuat pedemzm wawaneara, pedoman observasi, menyiapkan alat dokumentasi dan catatan Iapangan Menyiapkan Iembar pengamatan berupa peningkatan hasil belajar siswa. Meneatat perkembangan hasil belajar siswa Penulis berperan sebagai penilai mengenai hasil belajar siswa.

2 Persiapan 5 menit

Apersepsi

10 menit

Berdoa dan menanyakan kegiatan hari ini. - Guru menggali potensi anak/pengetahuan, pengalaman anak melalui pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Guru menjelaskan kerjasama negara-negara Asia Tenggara. Guru memberikan contohcontoh tenggang kerjasama Negaranegara Asia Tenggara, Guru menyuruh dua orang anak cara menanyakan kerjasama Negara-negara Asia Tenggara (secara bergantian). Guru menyuruh anak umuk membentuk kelompok (l kelompok 5 orang)

4 Persepsi 20 menit

5 Eksplorasi/ konsep/prinsip 165 menit

Hasil persepsi dituangkan dalam bentuk pengerjaan LKS yang telali dibum guru. Melakukan pembelajarzm dengan menggunakan metode jigsaw dengan materi tentang kerjasama Negara-negara Asia Tenggara Setelah selesai, siswa kemsep/prinsip rnenit mengumpulkan, dan masingmasing kelompok melaporkan melalui perwakilannya, dan membacakan hasil pengerjaan LKS. Berdasarkan hasil eksplorasi yang dibaeakan siswa, guru konsep memberikan penjelasan mengenai kerjasama Negara-negara Asia Tenggara. Guru memberikan tugas individu untuk menjawab beberapa pertanyaan.

Diskusi dan penjelasan konsep

10 menit

7 Pengembangan Aplikasi 10 menit

VIII. Evaluasi Jawab soal berikut dengan jawaban yang benar dan tepat! 1. Sebutkan yang temiasuk negara ASEAN! 2. Sebutkan negaramegara pendiri ASEAN! 3. Apa manfaat berdirinya ASEAN? 4. Sebutkan 2 tujuan didirikannya ASEAN! 5. Sebutkan bentukbntuk kerjasama ASEAN dalam bidang politik dan ekonomi!

Kunci Jawaban 1. Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, Timor Leste. Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina. 2. Memperkokoh ikatan solidaritas, tereiptanya perdamaian dan kerjasama yang saling menguntungkan. 3. Mempereepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial dan budaya meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional. 4. Politik Menyelesaikan permasalahan melalui meja perundingan dan menjadi kawasan bebas senjata nuklir. ` 5. Ekonomi: Membuka pusat promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi dan pariwisata. Menyediakan cadangan pangan.

IX. Kriteria Penilaian a. Nilai 4 bilajawaban sesuai dan tepat b. Nilai 3 bilajavvaban sesuai tetapi kurang tepat e. Nilai 2 bilajawaban kurang sesuai d. Nilai I bilajawaban tidak tepat , Skor Penilaian: I0 x 4 = 40 : 4 = I0

Lampiran 2 Pedoman Observasi Siklus I

NO 1 2 3 4 5 6 7 8

HAL-HAL YANG DIAMATI Keaktifan siswa dalam pelaksanaan metode jigsaw. Minat siswa dalam metode jigsaw Keaktifan siswa mengajukan penanyaan dalam Metoda jigsaw Minat siswa dalam memberi tanggapan pelaksanaan metode jigsaw Keaktifan siswa dalam memahami pelaksanaan metode jigsaw Ketaatan siswa dalam mengikuti metode jigsaw Keaktifan menjawab dalam menjawab pertanyaan Keaktifan siswa dalam memperhatikan materi pelajaran yang diberikan guru dalam metode jigsaw Fokus konsentrasi siswa dalam metode jigsaw Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Ada

Tidak

Ket

9 10

Lampiran 3 Pedoman Observasi Siklus II

NO 1 2 3 4 5 6 7 8

HAL-HAL YANG DIAMATI Keaktifan siswa dalam pelaksanaan metode jigsaw. Minat siswa dalam metode jigsaw

Ada Tidak Ket

Keaktifan siswa mengajukan penanyaan dalam Metoda jigsaw Minat siswa dalam memberi tanggapan pelaksanaan metode jigsaw Keaktifan siswa dalam memahami pelaksanaan metode jigsaw Ketaatan siswa dalam mengikuti metode jigsaw Keaktifan menjawab dalam menjawab pertanyaan Keaktifan siswa dalam memperhatikan materi pelajaran yang diberikan guru dalam metode jigsaw Fokus konsentrasi siswa dalam metode jigsaw Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

9 10

Lampiran 4 Pedoman Observasi Siklus III

NO 1 2 3 4 5 6 7 8

HAL-HAL YANG DIAMATI Keaktifan siswa dalam pelaksanaan metode jigsaw. Minat siswa dalam metode jigsaw

Ada Tidak Ket

Keaktifan siswa mengajukan penanyaan dalam Metoda jigsaw Minat siswa dalam memberi tanggapan pelaksanaan metode jigsaw Keaktifan siswa dalam memahami pelaksanaan metode jigsaw Ketaatan siswa dalam mengikuti metode jigsaw Keaktifan menjawab dalam menjawab pertanyaan Keaktifan siswa dalam memperhatikan materi pelajaran yang diberikan guru dalam metode jigsaw Fokus konsentrasi siswa dalam metode jigsaw Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

9 10

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Muhammad, Guru Dalam Pruses Belajar Mengajar, Bandung: Smar Baru Algensindo, 2002 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Dimyati, Model Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Djahiri, Achmad Kosasih, Teknik Pengembangan Pengajaran Program PKn, Bandung: Jurusan PKn IKIP, 2000 Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Eipta, 2002 Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Eipta, 2003 Hasibuan, JJ.dan Moedjiono, Prose Belajar Mengajar, Bandung: Rosdakarya, 2002 HM, Ahmad Rohani, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Eipta, 2002 Komara, Cucu dan Deuis Fitni, Strategi Belajar Tuntas di Sekolah Dasar, Bandung: Media Imtaq, 2003 Mukhtar dkk, Sekolah Berprestasi Jakarta: Nimas Multima, 2003 Poerwanto, M. Ngalim, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Nasco, 2004 Sadiman, Arif S., Sistem Instruksional, Semarang: IKIP, 2001 Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Bam, 2001 Tuu, Tulus, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo 2004

UU. N0. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Kreasi Jaya Utama, 2003 Zain, Aswan, Straregi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

You might also like