Professional Documents
Culture Documents
mempunyai phobia pada anjing karena pernah digigit anjing. Sehingga setiap kali melihat anjing atau akan berjumpa dengan seekor anjing (mis: ia mendengar bahwa rumah yang akan disinggahi mempunyai seekor anjing) langsung instink ketakutan muncul disertai dengan keringatdingin, gemetaran, bahkan ada yang disertai kelumpuhan-kelumpuhan tertentu. Ketakutan dari suatu phobia tidak sama dengan ketakutan "wajar" pada anjing galak yang memang sedang siap menerkamnya. Terbentuknya phobia merupakan misteri yang kompleks. Ada individu-individu tertentu yang entah mengapa mempunyai reaksi yang bentuknya phobia untuk pengalamanpengalaman menakutkan atau mengkhawatirkan yang ia alami. Ada misteri yang tak selalu dapat dipahami didalam dunia alam bawah sadar/unconsciousness, mengapajiwa individu tersebut bereaksi demikian untuk pengalaman yang ia alami. Disebut sebagai misteri, oleh karena intensitas dan pengalaman itu sendiri tidak selalu menjadi indikator yang jelas. Ada yang hanya oleh karena pertengkaran orang tua bisa menghasilkan phobia kesendirian (takut pada saat sendiri), ada pula yang hanya oleh karena melihat maling dipukuli di pasar telah membuat seorang mempunyai phobia akan keramaian (agora-phobia). Ada individu yang pernah terpeleset dari tangga dan kemudian mempunyai phobia ketinggian (acrophobia), dan individu yang lain mengembangkan ketakutan berada dalam ruang tertutup (claustro-phobia) karena pernah dihukum dikunci dalam gudang. Penyebabnya bisa apa saja, tetapi yang menentukan sebenarnya adalah faktor bawaannya/predisposing factor. Dengan demikian, bagi konselor, pengenalan akan masa kecil klien merupakan hal yang sangat penting. Biarkan klien berceritera tentang masa kecil dan pengalamanpengalamannya kepada anda. Untuk kasus ibu diatas, phobia yang dialami sebenarnya masih belum jelas akarnya. Perlu bagi konselor untuk membiarkan dia berceritera tentang masa kecilnya dan pengalaman-pengalaman dengan kedua orang tuanya. Biasanya akarnya ada disana. Mungkin pernah ada pertengkaran kedua orang tua (mis: sampai "almost divorce") yang begitu menakutkan, dan sekarang pengalaman yang sejenis ia alami dengan suaminya. Mungkin ada masa dimana daya tahannya masih cukup baik sehingga "dorongan unconsciousness" belum membentuk phobia, tetapi kemudian dengan jalannya waktu dimana kegelisahan dan kekhawatiran kemudian terus berkepanjangan, sampai daya tahan tersebut runtuh dan phobia itu muncul. Kedua, belajar memahami pertolongan apa yang bisa dilakukan. Sebenarnya kasus-kasus phobia bukanlah kasuskasus yang dapat ditangani oleh konselor awam. Meskipun demikian, konselor-konselor awampun boleh mengenal dan belajar tentang berbagai pendekatan yang dipakai oleh para professional. Sebagai contoh, dari Behaviorist dengan pendekatan S/R (Stimulus Response). Pendekatan yang antara lain dikembangkan oleh Psikiater Joseph Wolpe dari Temple University di Philadelphia ini disebut Desensitization therapy. Prinsip dari therapy ini antara lain adalah menemukan "Hierarchy of fears/ dari the most feared sampai yang the least feared." Artinya, dengan menemukan itu, konselor akan mulai dengan yang "the least feared/yang paling sedikit memberi rasa takut," dari objek tersebut. Lalu melatih sampai klien mempunyai "cognitive changes," atau "cognitive desensitization' dimana pikirannya
dapat bekerja dengan rasionalisasi yang baik sehingga menemukan alasan cognitive untuk tidak takut lagi. Bahkan kemudian mempunyai "voluntary muscular relaxation" atau sampai klien bisa rileks menghadapi objek tersebut. Misalnya, phobia pada anjing dapat dimulai dengan "the least feared" yaitu dimulai dengan memberikan seekor anak anjing yang masih kecil dan lucu yang bisa di elus-elus, sampai klien merasa rileks dan tidak mempunyai ketakutan lagi. Saat itu klien akan mulai dapat mengembangkan "cognitive desensitization," dan merasakan tidak adanya lagi alasan untuk takut pada anjing yang kecil tersebut. Dan ... secara bertahap, dengan makin besarnya anjing tersebut, bertahap pula perasaan rileksnya tercipta dalam jiwanya. Pada akhirnya phobia pada anjing akan hilang. Melihat seekor anjing yang galakpun, jiwanya tenang dan gejala-gejala phobia tidak nampak lagi. Nah, ini hanya salah satu kemungkinan, dan konselor awam pun berhak bahkan seharusnya mulai belajar melalui bacaan-bacaan yang tersedia sehingga kemampuannya dalam pelayanan konseling makin baik.