You are on page 1of 2

BPJT Bentuk Tim Penilai Pelaksanaan Landscaping

Kamis, 1 Juni 2006

JAKARTA (Suara Karya): Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menyambut baik penjaminan pemerintah atas harga lahan yang terkena proyek infrastruktur, khususnya jalan arteri maupun tol. Sebab, dengan penjaminan atau landscaping tersebut pembebasan lahan tidak akan tersendat-sendat lagi hanya karena harga yang diminta pemilik jauh lebih tinggi dari yang ditetapkan. Kepala BPJT Hisnu Pawenang mengutarakan hal itu kepada wartawan di Jakarta, Rabu kemarin. Untuk pelaksanaan landscaping tersebut akan dibentuk pula tim penilai (harga tanah) independen. "Tim penilai independen dan profesional ini mempunyai peran besar dalam menetapkan ganti rugi tanah yang bisa diterima dua belah pihak, yakni pemilik tanah maupun investor," tutur Hisnu Pawenang. Untuk itu, tim penilai independen terlebih dahulu diterjunkan melakukan survei harga (tanah) sebelum suatu kawasan ditetapkan terkena proyek jalan tol. Sedangkan langkah mencegah aksi spekulan tanah, koridor jalan yang sudah ditetapkan sebagai jalan tol tersebut tidak boleh lagi ditransaksikan tanpa seizin gubernur atau bupati/walikota. Jika terjadi lonjakan harga tanah dari yang ditetapkan sebelumnya, kata Hisnu Pawenang lebih lanjut, maka pemerintah akan ikut bertanggungjawab. "Jika sampai terjadi kenaikan harga dari yang ditetapkan sebelumnya itu misalnya sebesar 20 persen, maka 10 persen ditanggung pemerintah sedangkan yang 10 persen lagi ditanggung investor," paparnya. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia, Zainal Arifin, mengatakan dengan dilibatkannya lembaga penilai independen, proses musyawarah yang ditetapkan dalam Perpres 36/2005 yakni selama 90 hari akan berlangsung lebih cepat. "Laporan tim penilai independen dapat dijadikan pijakan dalam proses musyawarah, sehingga dapat selesai lebih cepat," kata Zainal Abidin. Menurut Karo Hukum Badan Pertanahan Nasional, Effendi Simanjuntak, dalam Perpres 36 tahun 2005 memang diberikan peran kepada lembaga/tim penilai untuk menetapkan besarnya ganti rugi tanah. "Inilah perbedaan signifikan antara Perpres 36/2005 dengan peraturan sebelumnya seperti Kepres 55/1993 yang dahulu merupakan tugas dari panitia pengadaan. Dengan begitu akan memberi perlindungan hak atas tanah, serta melindungi masyarakat dari calo tanah," katanya seraya mengingatkan bahwa yang merupakan pembangunan untuk kepentingan umum adalah yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sementara itu, pengusaha Setiawan Djody yakin sanggup membangun tol ruas Pandaan-Malang Jawa Timur meski soal pengadaan lahan masih menjadi kendala. "Saya yakin soal lahan akan mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat," kata Setiawan Djody selaku Komisaris Utama PT Setdco Intrinsic Nusantara investor tol Pandaan-Malang. Menurutnya, landscaping atau pembagian risiko antara pemerintah dan investor dalam pembebasan lahan bukan hal penting sepanjang Pemda memberikan dukungan penuh. Djody optimistis melalui modal (equity) yang dimiliki akan sanggup untuk membebaskan lahan karena prinsipnya pengadaan lahan harus menggunakan sumber dana sendiri.

"Kami sudah hitung-hitung biaya pembangunan tol tersebut, kalau jelek tentunya sudah ditaruh saja di bank. Tetapi saat ini kita percaya Pemda Jatim sanggup menangani," katanya. (Wilmar P)

You might also like