Professional Documents
Culture Documents
Tujuan umum
Memberikan kompetensi kepada mahasiswa kedokteran, yang jika diterapkan sesuai rancangannya, akan mendorong mahasiswa mempunyai pengetahuan, kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk diagnosis dan tatalaksana demam tifoid.
Mahasiswa kedokteran harus bisa memahami pentingnya demam tifoid sebagai penyebab utama kesakitan sistem gastrointestinal anak di Indonesia
Mahasiswa kedokteran harus mampu mengenali faktor risiko yang menjadi predisposisi demam tifoid Mahasiswa kedokteran harus mampu untuk menegakkan diagnosis demam tifoid secara cepat dan merawatnya dengan tepat. Mahasiswa kedokteran harus mampu menerapkan praktik pencegahan untuk mencegah demam tifoid.
Tujuan khusus
Menentukan definisi demam tifoid Memahami epidemiologis demam tifoid sebagai penyebab utama kesakitan sistem gastrointestinal di Indonesia Mengenali anak risiko lebih besar terkena demam tifoid Memahami patogenesis dan patofisiologinya. Menggunakan uji laboratorium yang tepat untuk diagnosis demam tifoid, termasuk memanfaatkan pemeriksaan serologis dan kultur untuk mengidentifikasi organisme Memutuskan perawatan yang sesuai dan mendukung. 4
Epidemiologi
Demam tifoid masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang Indonesia salah satu daerah endemis (tiada hari tanpa penderita). Masalah utama standart hygiene dan sanitasi yang buruk. Penyebaran dipercepat oleh: 1. urbanisasi 2. kepadatan penduduk 3. masalah sumber air minum 4. industri pengolahan makanan yang masih 5 rendah
Angka kejadian demam tifoid: WHO: > 12,5 juta kasus per tahun Negara maju: 0,2 0,7 kasus per 100.000 penduduk (Eropa Barat, AS, dan Jepang), bersifat insidentil (pelancong yang baru berkunjung ke negara miskin) Negara berkembang: bervariasi antara 10 540 kasus per 100.000 penduduk
Di Indonesia: 1. Sifatnya endemik jarang epidemik 2. Sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah 3. Ditemukan sepanjang tahun tidak tergantung musim 4. Insiden tertinggi pada anak-anak
Angka kejadian 350 810 kasus per 100.000 penduduk (tahun 2003) Merupakan penyakit infeksi usus urutan kedua setelah GE ketepatan dan kecepatan dalam diagnosis dan pengobatan angka kejadian dapat diturunkan
Definisi
1. Penyakit menular akut bakterimia, perubahan pada RES yang difus, pembentukan mikroabses, ulserasi nodus Peyer di distal ileum 2. Penyakit infeksi akut yang bersifat sistemik di usus halus kuman S. typhi demam 1 minggu atau lebih disertai gangguan saluran cerna dengan atau tanpa gangguan kesadaran 3. Butler (1991): penyakit infeksi akut karena S. typhi yang ditandai dengan demam berkepanjangan, delirium, rose spots, dan kadang disertai komplikasi perdarahan dan 9 perforasi usus.
ETIOLOGI
Salmonella typhosa, cholerasuis, enteridis Isolasi oleh Gaffkey (1884) Bacil Gram negatif motil, berkapsul Flagella Tidak berspora Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu
10
ETIOLOGI
Salmonella typhosa
11
Struktur Antigen S. typhosa 1. Antigen virulen (Vi) Pada Bagian yang paling luar (kapsul), yang melindungi seluruh permukaan sel Polimer Polisakarida ( LPS ) Antigen Vi dapat meghambat proses aglutinasi antigen O oleh antiserum O, melindungi proses fagositosis makrogfag Menentukan Virulensi Kuman (Daya invasi dan keganasan) Komponen pembuatan vaksin 12
ETIOLOGI
Struktur antigen
13
2. Antigen dinding sel O (Ohne Hauch) Antigen Somatik ( pada badan kuman ) Antigen dinding sel merupakan polisakarida Antibodi yang dibentuk bersifat IgM 3. Antigen flagella H (Hauch) Pada Flagel, merupakan komponen protein Antibodi yang dibentuk bersifat IgG
14
4. Outer Membran Protein (OMP) Bagian diluar peptidoglikan, yang membatasi sel dengan lingkungannya, berupa protein porin Sebagai barier fisik , pengendali masuknya zat Reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin Antigen yang penting dan spesifik
15
Patogenesis
Invasi ke dinding sel epitel usus Proses kemampuan hidup dalam makrofag Proses berkembang biak dalam makrofag Infeksi perlu 100 rb 1 milyar kuman
16
PATOGENESIS
KUMAN Infeksi saluran cerna Basil diserap usus halus
Lamina propia
Duktus Torasikus
Sistem Portal
PATOGENESIS
Patogenesis Febris
Kuman + Endotoxin
Aktivasi faktor XII
Inflamasi lokal Sel makrofag & Lekosit PMN Sekresi Zat Pirogen FEBRIS
18
DIC
Kuman masuk melalui sal cerna ileum & plaque of peyer pembuluh darah Bakteriemi primer Kuman menuju RES yaitu hati, limpa, sumsum tulang, dan organ lain Bakteriemi sekunder
19
GEJALA KLINIS
Manifestasi pada anak tidak khas dan bervariasi Gejala Prodromal Perasaan tidak enak badan Lesu Nyeri kepala Pusing Hilang semangat
20
GEJALA KLINIS
FASE AKUT 1. DEMAM Remiten seperti anak tangga selama 2-7 hr Timbul perlahan (step ladder temperatur chart) Terutama pada Sore dan Malam hari Minggu ke dua demam kontinue mencapai 40 derajat Minggu ke-3 menurun dan ke-4 mencapai normal 21 Bradikardi relatif pada minggu ke dua
2. Gangguan GIT Bibir kering & pecah-pecah Mulut ( nafas tak sedap ) Khas LIDAH KOTOR Meteorismus Hepatosplenomegali Konstipasi atau diare (pea soup diarrhea)
22
3. Gangguan Kesadaran Apatis sampai Somnolen mulai minggu ke dua Minggu ke tiga: disorientasi, bingung, insomnia (typhoid state) Jarang Sopor, Koma atau gelisah
Wajah typhoid: Wajah tanpa ekspresi, suram ,kelopak mata setengah terbuka, dilatasi pupil, mulut dan bibir kering
23
Manifestasi Klinis
1. masa inkubasi:5-40 hari (banyak 10-14hari)
2. akhir minggu I flu like syndrome (sakit kepala, malaise, anoreksia, batuk pilek, demam remiten) 3. minggu II demam kontinyu, lidah tifoid, kesadaran menurun
4. minggu III Typhoid state gangguan saluran cerna dan kesadaran
24
KOMPLIKASI
INTESTINAL 1. Perdarahan usus 2. Perforasi usus 3. Peritonitis
25
KOMPLIKASI
EKSTRA INTESTINAL Meningitis tifoid Miokarditis Syok septik Anemia Hemolitik, Trombositopeni, DIC PARU : Pneumonia, Pleuritis, Empiema HEPAR : Hepatitis Tifosa, Colesistisis REN : Nefritis Arthritis Manifestasi neuropsikiatri, dll.
26
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium
27
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan darah tepi
Leukopenia Limfositosis relatif Anemia, Trombositopeni ringan
28
Uji Widal
Reaksi aglutinasi serum penderita deangan suspensi Ag Salmonella typhosa Titer zat anti terhadap Ag O Untuk diagnosis Titer zat anti terhadap Ag H Tidak untuk diagnosis karena tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau sudah lama sembuh Titer yang menyokong diagnosis Widal O 1/320 Widal H 1/640 Titer tergantung Pada faktor endemis daerah masing-masing Tidak selalu titer widal positif adalah tifod 29
DD
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Paratifoid A, B, C Influensa Malaria Tuberculosis Dengue Pneumonia lobaris And many more
30
TERAPI
PERAWATAN Tirah baring 3 hari bebas panas mulai duduk di tempat tidur 7 hari bebas panas mulai latihan berdiri Bila tidak sadar posisi diubah-ubah setiap 2 jam
31
TERAPI
DIET
Makanan lunak Rendah serat TKTP
32
TERAPI
Medika mentosa Antibiotik DOC : Kloramfenikol Anak : Oral 100mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis max 2g/ hari Tiamfenikol Kotrimoksasol Ampisilin, Amoksisilin Sefalosporin III Floroquinolon
33
TERAPI
Antipiretik Asam mefenamat Parasetamol Kortikosteroid Diberikan pada kasus Toksid tifoid Dexametason injeksi
34
PROGNOSIS
Umumnya prognosis baik asal penderita cepat berobat Mortalitas 6 % Prognosis jelek pada : Demam tinggi (hiperpireksia), febris kontinua Kesadaran menurun sekali (Sopor, koma, delirium) Terdapat komplikasi berat (misal dehidrasi, asidosis, peritonitis, Bronkopneumonia) Gizi Buruk (malnutrisi energi protein)
35