You are on page 1of 6

UJI VICKERS PADA KOMPOSIT SIC-Al

Tofan Tri Oktara, Ali Maschur, Anis Nur Laili, Irwan B., Khusnul Umaroh, Rohadiana DN.* Mahasiswa Pasca Sarjana Fisika FMIPA ITS.

Abstrak
Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro komposit SiC-Al dan mengetahui sifat mekanik (kekerasan) komposit SiC-Al. Uji kekerasan Vickers pada komposit SiC-Al yang telah disintering pada suhu 400 oC dan ditahan selama 20 menit. Kemudian suhu dinaikkan sampai 550oC dengan waktu penahan 2 jam. Untuk mengetahui kekerasan sampel dilakukan dengan beban 50 g terhadap tiga titik yang berbeda dan masing-masing ditekan selama 6 sekon, dan dengan fraksi volume SiC 30%-Al 70% diperoleh struktur mikro komposit yang distribusinya (filler) kurang merata dan nilai kekerasan material komposit SiC-Al sebesar 23,9 HVN

Keywords : Uji Vickers

1.

PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan ilmu dengan

brake lainnya.

disc

(rem produk

cakram) otomotif

dan yang

komponen

pengetahuan dan teknologi, dilakukan penelitian Penelitian satunya yang yang adalah disesuaikan dikembangkan ilmu bahan, kebutuhan manusia yang makin kompleks. salah yaitu

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui stuktur mikro komposit SiC-Al dan mengetahui

sifat

mekanik (kekerasan) komposit SiC-Al.

komposit. Komposit merupakan kombinasi dua bahan atau lebih yang memiliki sifat berbeda dari bahan pembentuknya,
dalam

2.

TINJAUAN PUSTAKA

misalnya komposit SiC-Al. Komposit ini


mempunyai keunggulan kekuatan dan ketahanan terhadap aus. Penggunaan komposit ini adalah sebagai material dasar komponen produk otomotif seperti gear, piston,

2.1 SILIKON KARBIDA


Silikat karbida (SiC) merupakan

senyawa kristalin yang mempunyai sifat mekanik dengan kekerasan paling tinggi dan mempunyai titik leleh tinggi yaitu sekitar 2837oC. SiC yang memiliki kemurnian paling

tinggi. Memiliki berat atom 40,1 gram, terdiri atas 70,04% Si dan 39,06% C. Sifat lainnya adalah tidak larut dalam air dan pelarut lainnya, lebih dikenal dengan nama carborundum dan moissanite.

Material sifatnya berbeda

komposit dari

merupakan masing-masing

kombinasi dua bahan atau lebih yang bahan pembentuknya. Kombinasi bahan yang baru diharapkan memiliki sifat yang lebih baik sesuai dengan tujuan pembuatannya.

2.2 ALUMINIUM Aluminium mempunyai struktur

kristal kubus pusat sisi (FCC) dengan jarijari atom sebesar 0,1431 nm. Beberapa diantara sifat fisis aluminium adalah mempunyai nomor atom 13, massa jenis 2,7 gr/cm3,dan modulus elastisitas 2386,67 N/mm. menjadi Aluminium kelabu berwarna jika perak terjadi mengkilap serta akan berubah warna muda pembentukan oksida saat di udara. Aluminium dalam keadaan murni memiliki titik leleh 6600C sedangkan paduannya antara 5500C sampai 6600C.
Aluminium termasuk logam dengan densitas yang relatif rendah yaitu sekitar 2,699 gr/cm .
3

Penyusun material komposit antara lain: logam dengan logam, logam dengan polimer, logam dengan keramik, keramik dengan polimer, dll. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan komposit, yaitu: Adanya ikatan antar permukaan yang kuat antara matriks dengan penguat. Filler harus memiliki modulus

elastisitas yang lebih tinggi daripada matriksnya..

Aluminium

2.4 METALURGI SERBUK Proses metalurgi serbuk terdiri dari berbagai pengujian. Beberapa metalurgi, yaitu: Kecepatan produk tinggi Memiliki presisi tinggi keuntungan proses macam tahapan yaitu: penyusunan, penekanan, pemanasan dan

merupakan logam yang ringan dengan sifat mekanik berupa keuletan yang lebih besar dari baja. Sifat listrik aluminium berupa konduktivitas panas yang baik. Aluminium juga memiliki massa jenis rendah reflektifitasnya tinggi terhadap panas dan cahaya serta ketahanan terhadap korosi yang baik dan non toksin. 2.3 MATERIAL KOMPOSIT

Proses dilakukan pada suhu rendah Sedangkan keterbatasan metalurgi serbuk adalah sebagai berikut: Serbuk mudah terkontaminasi jika

dan floating die bila pendorong bawah tetap sedangkan die dan pendorong atas bergerak. Penekanan merupakan salah satu cara untuk memadatkan serbuk. Terdapat dua cara penekanan yaitu penekanan dingin (cold compaction) dan penekanan panas (hot compaction).

proses penyimpanan kurang benar Sulit mendapatkan padatan yang merata Pada metalurgi serbuk, kualitas

bahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi saat pencampuran yang ditentukan oleh kehomogenan serbuk penyusunnya. Ada dua macam proses pencampuran yaitu proses kering (dry mixing) dan proses basah (wet mixing). Cara pencampuran basah lebih sering digunakan dengan menambahkan media pelarut organik (alkohol/etanol/N-butanol).

Selama

penekanan,

terdapat

pergeseran antar pertikel maupun partikeldinding cetakan, maka dari itu distribusi tekanan tidak merata keseluruh padatan sampel. Akibat hasil dari yang itu akan mempengaruhi ditemukan umumnya diperoleh pada

setelah dikeluarkan dari cetakan. Sering cacat cacat pada pellet, tersebut berbentuk

laminasi, tutup diujung (end cap) dan tutup cincin (ring cap). 2.5 PRESSING Penekanan (pressing) adalah 2.6 SINTERING Sintering adalah suatu proses yang meliputi pembakaran (pemanasan pada temperatur tinggi) yang secara global menurunkan energi bebas disertai perubahan dimensional. Dalam proses ini terjadi kenaikan kohesi antara partikelpartikel penyusun benda dan pemadatan melalui proses eliminasi porositas. Selama proses diperlukan energi agar sistem dapat

kompaksi yang secara simultan dengan pencetakan dari bubuk atau granular dalam cetakan die atau mold. Tahapan tahapan pencetakan dalam die adalah (1) pengisian die dengan bubuk, (2) kompaksi dan pembentukan, dan (3) mengeluarkan dari cetakan. Dikenal beberapa metoda penekanan, single action: bila pendorong atas saja yang bergerak, double action : bila kedua pendorong bergerak, die tetap;

berubah, terjadi perubahan ukuran butir (grain). Proses ini adalah proses untuk termodinamika irreversible 3. METODOLOGI PENELITIAN

mengubah kumpulan-kumpulan partikel yang tidak stabil menjadi lebih stabil. Dalam teknik metalurgi serbuk, sintering merupakan tahapan yang penting.

3.1 ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Timbangan digital

Terdapat sintering, intermedier yaitu dan

tiga tahap pada susunan

tahapan awal, akhir. keadaan partikel

dalam tahap Secara awal 4) Pompa penekan hidrolik 5) Peralatan oven/ furnace 6) Gerinda dan pengampelas 7) Mikroskop optik Bahan yang digunakan sebagai penyusun komposit adalah: 1) Serbuk logam aluminium (Al) 2) Serbuk silikon karbida (SiC) 3) Larutan alkohol 96% 4) Zinc stearat tidak 2) Magnetik stearer 3) Cetakan sampel die (mold)

tahap

mikrostruktural sintering ke atau satu dan

terdapat pemuaian, belum terjadi proses berubah. Selama sintering, pada tahapan terjadi penyusunan kembali untuk (rearrangement), yaitu sedikit gerakan rotasi partikel-partikel mempertinggi jumlah kontak antarpartikel dan pembentukan kaitan antarbutir (neck). Dalam tahapan intermedier (kedua), ukuran kaitan antar butir tumbuh dan porositasnya menurun dikarenakan gerakan mendekat partikel-partikel. Pada tahapan ini mulai terjadi pertumbuhan butir (grain growth). Dalam tahap akhir, terjadi eliminasi porositas melalui difusi batas butir dan pertumbuhan butir. Parameter sintering, sintering diantaranya dan

3.2 PROSEDUR PENELITIAN Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

adalah temperatur, waktu, lingkungan kecepatan pemanasan, kecepatan pendinginan.

1.

Penimbangan serbuk silikon karbida dan aluminium dengan prosentase SiC 30% dan Al 70% (mSiC = 1,874 g dan mAl = 4,177 g).

Untuk

mengetahui

kekerasan 50 g

sampel dilakukan dengan beban

terhadap tiga titik yang berbeda dan masing-masing ditekan selam 6 sekon.

2.

Mencampur kemudian

kedua

bahan

dan dengan 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan uji metalografi dengan menggunakan mikroskop optik diperoleh gambar sebagai berikut:

melarutkannya

alkohol 96% dalam magnetic stearer kurang lebih 30 menit. 1. Campuran kedua serbuk Al dan SiC kemudian dimasukkan ke dalam cetakan die yang telah diolesi dengan zinc stearat pada dinding cetakan kemudian di lakukan penekanan (compaksi) dengan tekanan 30 kN dalam waktu kurang lebih 20 menit. 2. Sampel/produk hasil penekanan di sintering dalam ruang vakum dengan suhu presintering 400oC dan ditahan selama 20 menit. Kemudian suhu dinaikkan sampai 550oC dengan waktu penahan 2 jam. 3.3 UJI METALOGRAFI Struktur mikro dari sampel diketahui uji metalografi dengan mikroskop optik. Sebelumnya sampel di amplas sehingga diperoleh permukaan sampel yang halus dan mengkilap. 3.4 UJI KEKERASAN VICKERS

Gambar 1. Mikro sampel komposit SiC-Al (M 450 X) [1=matrix, 2=filler]

Berdasarkan gambar 1 diperoleh hasil pengamatan stuktur mikro pada sampel setelah dipres dan disinter, tampak distribusi filler (Al) dalam matriks (SiC) dengan perbesaran 450x. Pada sampel menunjukkan distribusi yang kurang merata. Hal ini disebabkan karena tekanan kompaksi yang dilakukan kurang besar akibatnya sampel yang terbentuk kurang padat.

BerdasarkanSedangkan uji kekerasan vickers diperoleh nilai sebagai berikut: Tabel data hasil uji kekerasan Vickers No 1 2 3 D1 (m) 61,76 60,53 63,64 D2 (m) 63,21 62,30 62,13 HVN (kg/mm2) 23,7 24,6 23,4

Berdasarkan

dari

hasil

uji

vickers

diperoleh nilai kekerasan sampel komposit SiC-Al sebesar 23,9 HVN.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan fraksi volume SiC 30%-Al 70% diperoleh struktur mikro komposit yang distribusinya (filler) kurang merata. 2. HVN 5.2 SARAN Perlu sintering dicoba yang variasi lebih komposisi, untuk penekanan serta waktu dan temperatur lebar mendapatkan hasil yang optimal. Nilai kekerasan material komposit SiC-Al sebesar 23,9

You might also like