You are on page 1of 4

Gangguan Metabolisme Pada Anak Autisme

Perkembangan riset mengenai autisme saat ini ditujukan pada gangguan metabolisme. Karena ternyata banyak sekali gangguan pencernaan, alergi makanan, gangguan kekebalan tubuh, ketidakmampuan membuang racun dari tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang keracunan logam berat. Semua ganngguan ini saling berkaitan dan akhirnya mengganggu fungsi otak. Di sisi lain, penelitian menunjukkan, 80% anak autis di Indonesia mengalami keracunan logam berat, seperti Timbal ( Pb ), Merkuri ( Hg ), Cadmium ( Cd ), Stibium ( Sb ). Kontaminasi logam berat ini bisa berasal dari polusi udara ( asap knalpot mengandung Timbal ), tambalan gigi amalgam, vaksin yang menggunakan merkuri sebagai pengawet, serta jika mengkonsumsi ikan di perairan yang tercemar. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh bersifat destruktif. Merkuri terutama merusak myelin ( selaput pelindung saraf saraf otak ). Akibatnya sel sel darah otak ibarat kabel listrik yang terbuka dan rusak, tidak bisa berfungsi dengan baik. Selain merusak enzim pencernaan, merkuri juga menimbulkan turunnya daya kekebalan tubuh. Celakanya, jika sakit, anak akan mendapatkan antibiotika. Padahal antibiotik tidak hanya membunuh kuman kuman penyakit, tetapi juga bakteri bakteri baik dalam perut seperti lactobacillus. Dengan terbunuhnya lactobacillus, keseimbangan yang ada di dalam tubuh menjadi berubah. Jamur yang pertumbuhannya selama ini dikontrol oleh lactobacillus, bisa berkembang bebas di usus. Jamur berkembang biak dan menempelkan diri ke dinding usus dan mengeluarkan enzim pencernaannya sendiri. Akibatnya dinding mukosa usus menjadi berlubang lubang kecil. Lubang lubang ini meningkatkan permeabilitas usus, yaitu kemampuan usus untuk menyerap partikel partikel makanan. Proses penyerapan protein pada anak autis juga terganggu. Protein terdiri dari rangkaian panjang asam amino. Bila pencernaan baik, maka rantai tersebut putus semua menjadi satuan asam amino. Namun jika pencernaan kurang sempurna, maka rantai tidak putus secara total, tapi masih ada rantai pendek yang terdiri dari 2-3 asam amino. Rantai pendek ini disebut Peptide.

Pada anak autisme, karena mukosa usus lebih bisa ditembus air, peptide sanggup menyelinap melalui lubang lubang kecil pada mukosa, lalu terserap oleh usus dan dibawa aliran darah ke otak. Di sini, jika peotide bersatu dengan sel sel reseptor opioid, mereka akan bereaksi seperti morfin. Glutein dan Casein adalah dua jenis protein yang sulit dicerna. Pada anak autisme, Glutein dan Casein tidak dapat dipecah menjadi asam amino, melainkan masih terdiri dari rangkain beberapa asam amino peptide dan tidak bisa terserap tubuh karena ukurannya yang besar. Namun karena keadaan usus lebih bisa ditembus air, peptide sanggup menyelinap melalui lubang lubang kecil pada mukosa, lalu terserap oleh usus dan dibawa aliran darah ke otak. Di otak, peptide ini bersatu dengan sel sel seseptor opioid, bereaksi menjadi seperti morfin. Peptide yang berasal dari Gluten akan menjadi Gluteomorphin, sedangkan peptide yang berasal dari casein akan menjadi caseomorphin. Diding usus yang lebih bisa ditembus air ini juga mendasari keadaan multiple food Allergy ( Alergi terhadap berbagai jenis makanan ). Makanan makanan yang belum tercerna dengan sempurna akan menyelinap melewati lubang lubang kecil pada dinding usus. Di luar dinding usus, terdapat sel sel pembuat antibody. Oleh sel sel antibody, makanan yang belum tercerna sempurna tadi dianggap sebagai zat asing dalam tubuh. Bila kebetulan yang belum tercerna secara sempurna ini adalah telur, maka telur akan disergap oleh sel sel pembuat antibody, selanjutnya akan dibuat antibody untuk telur, akibatnya tubuh anak autisme tersebut akan alergi terhadap telur. Hal yang sama terjadi untuk bahan bahan makanan lainnya.

Pemeriksaan Metabolisme

Berbagai gangguan metabolisme bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium. Bahan yang diperiksa adalah : 1. Feces. Pemeriksaan feces mengungkapkan adanya jamur, bakteri aerobic dan anaerobic, parasit dalam usus serta gangguan dan keadaan dinding usus.

2.

Urine. Pemeriksaan urin bertujuan untuk mengukur banyaknya peptide dan keseluruhan asam organic ( organic acid profile ) yang ke luar dalam urin.

3. Darah. Pemeriksaan darah lengkap yaitu kimiawi darah, fungsi hati, ginjal, alergi makanan, system kekebalan tubuh, kadar vitamin dan logam berat dalam darah. 4. Rambut. Indikator untuk mengetahui adanya kandungan berbagai macam mineral dan logam berat dalam tubuh, terutama logam logam berat seperti aluminium ( AI ), Arsenik ( As), Cadmium ( Cd ). Air Raksa ( Hg ), Timbal ( Pb ), dan Antimoni ( Sb ).

Intervensi Biomedis

Intervensi Biomedis mencakup pengaturan pola makan, menghindari makanan tertentu dan menambah makanan lain. Intervensi Biomedis harus segera dilakukan setelah hasil tes laboratorium dipenuhi. Semua gangguan metabolisme yang ada harus diperbaiki apakah dengan obat, vitamin, suplemen makanan maupun pengaturan diet. Yang paling berat adalah jika anak keracunan logam berat. Apabila logam berat itu tidak cepat dikeluarkan, ada kemungkinan sel sel otak akan mengalami kerusakan permanent.

Detoksifikasi / Kelasi

Mengeluarkan logam berat dari tubuh dan otak anak disebut detoksifikasi atau kelasi ( Chelation ). Kelasi baru boleh dilakukan jika metabolisme dalam tubuh anak sudah diperbaiki selama lebih kurang 3 6 bulan. Kelasi harus berada dalam pengawasan yang tepat karena pemakaian obat obat tertentu akan berpengaruh pada kerja ginjal dan organ lain.

Sebagian besar logam berat akan dikeluarkan melalui urine. Oleh karena itu ginjal harus dijaga dalam dalam keadaan baik. Demikian juga pencernaan harus berada dalam keadaan baik. Secara berkala, fungsi ginjal dan alat pencernaan harus diperiksa. casein dan gluten ternyata merupakan protein yang paling susah dicerna karena termasuk asam amino pendek yang sering disebut peptide. Ia mengatakan, peptide dalam keadaan normal biasanya hanya diabsorbsi sedikit dan sisanya dibuang, namun karena adanya kebocoran mukosa usus menjadikannya masuk ke dalam sirkulasi darah. "Di dalam darah peptide ini hanya sebentar, karena sebagian dikeluarkan lewat urin dan sisanya masuk ke dalam otak yang dapat menempel pada reseptor opioid di otak," katanya. Nantinya, peptide itu akan berubah menjadi morfin yang dapat memengaruhi fungsi susunan syaraf dan dapat menimbulkan gangguan perilaku. Diet bebas gluten dan casein itu sebenarnya merupakan terapi penunjang yang tidak dapat bersifat langsung menyembuhkan autisme, namun diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan.

You might also like