You are on page 1of 10

Gaya Komunikasi dan Pengambilan Keputusan

Oleh: B.ik.4 Diah Trianasari P. Nindri Nurjanah Tikka Gustiarti Ramadhani Kurnia P. Stanie Maylitasari 115120201111041 115120201111045 115120201111053 115120207111005 115120207111033

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG April 2013

A. Asumsi Mengenai Manusia yang Mendasari Gaya Kepemimpinan Mc. Gregor (1967) menentukan dua perangkat asumsi atau pendapat bipolar yang cenderung dipakai oleh para pemimpin mengenai orang lain. Kedua jenis asumsi ini disebut Teori X dan Teori Y. Kedua teori ini membantu kita menggambarkan sikap mental suatu tipe ideal sehingga kita dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai pemikiran seseorang, yang mungkin amat cenderung mempunyai suatu arah tertentu.

1. Teori X Asumsi Teori X secara ringkas sebagai berikut : a. Kebanyakan orang berpendapat bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan berusaha menghindarinya. b. Kebanyakan orang lebih suka diperintah dan seringkali harus dipaksa untuk melakukan pekerjaan mereka. c. Kebanyakan orang tidak ambisius, tidak ingin maju dan tidak menginginkan tanggung jawab. d. Kebanyakan orang dimotivasi terutama untuk keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan akan rasa aman. e. Kebanyakan orang harus dikendalikan dengan ketat dan tidak mampu menyelesaikan masalah dalam organisasi. Seorang pemimpin yang berpegang pada Teori X akan menganggap orang sebagai suatu alat produksi, dimotivasikan oleh ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhannya akan uang dan rasa aman.

2. Teori Y Asumsi Teori Y secara ringkas sebagai berikut: a. Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti bermain. Bila pekerjaan tidak menyenangkan, mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam organisasi. b. Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan dilakukan dengan baik. c. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk diterima lingkungan, mendapat pengakuan, dan merasa berprestasi, seperti juga oleh kebutuhan mereka akan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok dan rasa aman. d. Kebanyakan orang ingin menerima dan bahkan menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka memperoleh bimbingan, pengelolaan dan kepemimpinan yang tepat. 2

e. Kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam organisasi. Pemimpin yang mendasari tindakannyaatau gayanya pada Teori Y beranggapan bahwa pegawai mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam.Mereka percaya bahwa tugas mereka adalah mengatur dan mengelola sehingga baik organisasi maupun pegawai dapat memenuhi kebutuhannya.

B. Macam dan Ciri Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok

untuk bergerak kearah tujuan kelompok . Seorang pemimpin adalah orang yang bertanggung jawab pada keseluruhan proses organisasi. Pada dasarnya setiap orang memiliki karakteristik dan kriteria tertentu untuk menjadi pemimpin. Klasifikasi gaya kepemimpinan paling klasik yang ada dikemukakan oleh White dan Lippit pada tahun 1960, yaitu otoriter, demokrasi dan laissez faire atau biasa disebut bebas kendali. 1. Otoriter

Pemimpin bergaya otoriter memiliki kekuasaan penuh pada organisasi yang dipimpinnya, sehingga mereka memiliki kekuasaan mutlak dalam menentukan kebijakan yang diambil.Pemimpin tipe ini memiliki kewenangan tidak terbatas.Pemimpin tipe ini cenderung memiliki kesan konservatif dan kaku, bahwa mereka memandang para bawahannya sebagai bawahan dan bukan sebagai partner kerja.Penilaian yang diberikan kepada para bawahan didasarkan pada penilaian subjektif yang sifatnya pribadi, mereka memegang prinsip bahwa Pemimpin selalu benar. Pegawai yang bekerja dengan kepemimpinan otoriter cenderung tidak mandiri dan bergantung pada atasan karena dictation tugas yang diberikan oleh pemimpin.Kekurangan yang diterima lebih banyak pada tipe kepemimpinan seperti ini. Kepemimpinan otoriter cenderung akan menghasilkan suasana kerja yang tidak kondusif dan persaingan yang tidak 3

sehat antar sesama pegawai karena penilaian subyektif yang diberikan oleh pimpinan dan kurangnya pengasahan intuisi pegawai karena semua tugas yang diberikan secara dictation.

2. Demokrasi

Kepemimpinan demokratis menekankan pada gaya kekeluargaan sehingga pegawai lebih dapat mengungkapkan pendapat dan kritik secara terbuka tanpa takut terpengaruh pada penilai kinerja mereka. Pemimpin bergaya demokratis memberikan penilaian obyektif yang melihat kinerja yang diberikan dan bukannya berdasarkan pada penilaian pribadi. Kepemimpinan gaya ini menghasilkan suasana kerja yang kondusif sehingga kinerja yang diberikan lebih produktif dibandingkan dengan gaya kepemimpinan otoriter. Gaya kepemimpinan ini lebih ideal diterapkan dalam organisasi karena terbukti lebih efisien dalam hasil kerja yang diberikan. Kemandirian terlihat menonjol dalam gaya kepemimpinan ini karena kebebasan yang diberikan pemimpin dalam mengembangkan soft skill para pegawainya.

3. Bebas Kendali
bawahan

bawahan

PIMPINAN

bawahan

bawahan

Pemimpin tipe ini cenderung memberikan kewenangan pada bawahan dalam menetapkan keputusannya. Kurang memiliki sifat pemimpin seperti seharusnya. Pengawasan yang diberikan pada bawahan minimal sehingga menyebabkan kurang tegasnya dalam 4

menjalani peraturan yang diberikan. Pegawai lebih cenderung seenaknya dalam melakukan pekerjaannnya karena pemimpin ini lebih pasif.

C. Tipe Tipe Keputusan Pada dasarnya manajer dalam perusahaan atau organisasi berasal dari latarbelakang yang berbeda, namun pada akhirnya mereka semua sama yaitu harus mengambil keputusan. Walaupun anggota berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, tetapi manajer adalah orang yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau hasil dari sebuah keputusan itu sendiri. Keputusan dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu : 1. Keputusan Terprogram Prosedur spesifik yang dikembangkan untuk masalah yang rutin dan berulang. Artinya jika situasi tertentu sering muncul, biasanya prosedur rutin akan dapat untuk disusun untuk menyelesaikannya. Jadi keputusan yang dapat dibuat menjadi sebuah program jika masalahnya berulang dan rutin. Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yg terstruktur melalui : a. Prosedur : yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh pengambil keputusan b. Aturan : yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilaku-kan oleh pengambil keputusan c. Kebijakan : yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat kriteria dasar dipenuhi : a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data. b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif. c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah. d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi.

2. Keputusan Tidak Terprogram Keputusan yang membutuhkan manajemen masalah yang unik dan kompleks. Keputusan yang tidak terprogram jika ada masalah baru dan tidak terstruktur serta perlu penanganan atau manajemen yang khusus dikarenakan memerlukan cara yang berbeda 5

dengan yang sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh munculnya masalah yang kompleks dan sangat penting. Ciriciri Keputusan yang Efektif a. Keputusan yang dibuat, diperlukan dan tepat waktu b. Keputusan itu cocok dengan tugas dan situasi Keputusan dapat dilaksanakan dan dikomunikasikan dengan jelas c. Keputusan diterima pihak pihak terkait (stakeholders)

D. Proses Pengambilan Keputusan Keputusan pada hakikatnya bukanlah sebuah hasil, melainkan adalah sarana. Artinya keputusan tidak menjamin akan menyelesaikan masalah atau menjamin tujuan sudah pasti tercapai, namun hanya sebagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam organsiasi kepemimpinan. Pendekatan Proses Pengambilan Keputusan : 1. Pendekatan yang interdisipliner. Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. 2. Proses yang sistematis. Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik). 3. Proses berdasarkan informasi. Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara adaptif.Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang informasi untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat. 4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian. Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif, tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian.Untuk itu pengambilan keputusan 6

harus dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau kekurangberhasilan pelaksanaan suatu keputusan. 5. Diarahkan pada tindakan nyata. Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak.

Sebelum memutuskan mengambil sebuah keputusan, sebaiknya kita menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan

Fungsi Pemimpin dalam pembuatan keputusan a. Sebagai pimpinan, tugasnya adalah membuat keputusan dan mengumumkannya b. Sebagai pimpinan mendelegasikan keputusan tersebut kepada pihak lain dari perusahaan yang terpercaya agar proses pengambilan keputusan tidak terhambat serta kegiatan tetap sesuai yang dijadwalkan. c. Sebagai pimpinan menyumbangkan ide-ide dan mengundang pihak lain untuk mengajukan pertanyaan, sebelum keputusan ditetapkan d. Sebagai pemimpin menyiapkan pokok-pokok keputusan tentatif dan terbuka pihak lain, jika sekiranya lebih baik 7

e. Sebagai pimpinan, menjelaskan permasalahan yang dihadapi, meminta dukungan pihak lain untuk membuat keputusan f. Sebagai pimpinan menetapkan batas batas materi keputusan dan meminta pihak lain untuk ikut serta membuat keputusan g. Sebagai pimpinan mendelegasikan fungsi kepada bawahan dalam batas batas tertentu untuk membuat keputusan sendiri

E. Jenis-Jenis Keputusan Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat jenis keputusan yaitu: 1. Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan. 2. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu dipelajari. 3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasiinformasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum keputusan diambil. 4. Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.

F. Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga: 1. Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif 2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk 8

menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya 3. Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.

Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan. 1. Proses pengambilan keputusan Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti: a. Identifikasi masalah b. Mendefinisikan masalah c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative d. Implementasi keputusan e. Evaluasi keputusan 2. Gaya pengambilan keputusan Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi: a. Cara berpikir, terdiri dari: b. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.

Toleransi terhadap ambiguitas Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama. Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh

seperti: 1. Cerna masalah Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara. 2. Identifikasi alternatif Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya. 3. Tentukan proritas 9

Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan. 4. Ambil langkah Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.

10

You might also like