You are on page 1of 7

1.

Pendahuluan Epidemiologi merupakan cabang ilmu yang membelajari tentang penyebaran penyakit dan faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia. Penyebaran penyakit disini merupakan penyebaran penyakit menurut sifat orang tempat dan waktu. Jadi disamping mempelajari siapa yang terkena penyakit, epidemiologi juga membahas mengenai dimana dan bagaimana suatu penyakit dapat menyebar. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan itu akan memunculkan data mengenai jumlah penderita dari satu jenis penyakit, jenis kelamin penderita, lokasi dimana penderita tinggal, bagaimana penyakit itu dapat menginfeksi penderita dan pada akhirnya kapan penyakit itu sering muncul, pada saat musim hujan, pancaroba atau pada saat musim kemarau. Semua ini dapat diketahui lebih dalam dengan mempelajari ilmu Epidemiologi. Secara sederhana, ada 2 (dua) model desain ilmu Epidemiologi yaitu Epidemiologi Deskriptif dan Epidemiologi Analitik.. Kedua studi ini memiliki manfaat/keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri sesuai dengan tujuan peneliti dalam melaksanaan penelitian. 2. Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak geografik, serta waktu. Indikator yang digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup, seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual. Beberapa manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah : a. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan yang efisien. c. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel merupakan faktor resiko penyakit Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah : a. Laporan kasus dan seri kasus Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian satu kasus baru yang menarik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl mercuri di Teluk Minimata Jepang

Serial kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian sekumpulan kasus baru dengan diagnosis serupa, misal pada tahun 1985 ditemukan penyakit break dancing neck. Kelemahan studi ini adalah : Tidak ada grup kontrol Tidak dapat dilakukan studi hipotesa b. Studi ekologi / korelasi Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain. Contohnya adalah : a. Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang diakibatkan oleh penyakit ashma b. Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah kematian yang diakibatkan oleh penyakit paru Kelebihan dari Studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan sebagai dasar penelitian untuk melihat hubungan antara fakor paparan dengan penyakit, karena mudah dilakukan dengan informasi yang tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan rancangan studi epidemiologi analitik.. Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi (kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi per individu dalam kelompok tersebut.selain itu dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol faktor perancu yang potensial, misalnya dalam studi korelasi mengenai hubungan antara jumlah perokok dengan jumlah penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu untuk mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis pekerjaan, aktifitas, asbes dan lain-lain. c. Cross sectional Merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dengan paparan(pajanan) secara acak terhadap satu individu dimana faktor pencetus dan status penyakit diteliti pada waktu yang sama. Tujuan dari kegiatan ini adalah Mempelajari angka kejadian suatu penyakit /masalah kesehatan Mempelajari hubungan antara suatu faktor resiko dengan angka kejadian suatu penyakit.

Keuntungan : Mudah dan murah dilakukan Dilakukan pada satu waktu Berguna untuk rancangan kegiatan Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pemicunya Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan Kerugian : Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya karena penelitian dilakukan pada satu waktu. Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus. 3. Epidemiologi Analitik Epidemiologi Analitik merupakan riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan antara faktor resiko dan penyebab penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada .korelasi antara satu faktor terhadap sebuah penyakit dengan melaksanakan uji hipotesis. Langkah-langkah pelaksanaan epidemiologi analitik adalah : a. Mempelajari apakah ada hubungan / korelasi antara timbulnya penyakit pada satu kelompok dengan derajat pemajan (explosure) terhadap faktor resiko b. Bila ternyata ada hubungannya, maka langkah kedua adalah menyusun hipotesis. c. Menguji hipotesis yang telah disusun/dirancang untuk membuktikan apakah ada asosiasi antara faktor reiko tersebut dan penyakit yang diteliti dikalangan individu yang berasal dari kelompok penduduk yang mempunyai angka kesakitan tertinggi sehingga diketahui hanya orang-orang dengan faktor resiko tinggi saja yang akan mati akibat penyakit yang sedang diteliti. d. Bila pada uji hipotesis tidak diketemukan adanya hubungan/asosiasi maka akan memicu penelitian analitik / hipotesa baru terhadap jenis penyakit/faktor pemajan yang lain pula dan seterusnya. Berdasarkan peran yang dimainkan oleh peneliti, Studi Epidemiologi analitik terbagi atas 2 hal yaitu :

a.

Studi Observasional ; yaitu penyelidikan dimana peneliti hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa, membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor penelitian tanpa melakukan manipulasi atas pemajan, terdiri atas : Studi kasus kontrol (retrospektif) dan Studi Kohort (prospektif) b. Studi eksperimental ; yaitu penyelidikan dimana peneliti mempelajari pengaruh manipulasi dari intervensi suatu faktor resiko terhadap timbulnya penyakit, terdiri atas uji klinik dan uji lapangan. Studi Kasus Kontrol (Retrospektif) Tentukan populasi atau penyakit yang akan diselidiki Identifikasikan orang-orang yang terkena penyakit (case) Bandingkan dengan orang yang tidak terkena penyakit (kontrol) Penyakit Ekposure Ya Tidak Total OR = (A/B) : (C/D) OR = AD/BC Penyakit (x) Ekposure Ya Tidak Total OR = (A/B) : (C/D) OR = AD/BC Ya 18 20 38 18 x 35 = 630 = 4,5 20 x 7 140 Tidak 7 35 42 25 55 80 Total Ya A C A+C Tidak B D B+D A+B C+D A+B+C+D Total

OR = Odds Ratio, yaitu ratio antara kedua persentasi dari kasus untuk menggambarkan perkiraan resiko relative akibat pemaparan Sering juga di sebut relative risk

Arti dari perhitungan diatas adalah bahwa mereka yang pernah terpapar (risk factor) oleh penyakit (x) mempunyai kemungkinan relative (relative risk) untuk menderita penyakit yang sedang diselidiki Keuntungan studi kasus control : Mudah mendapatkan kasus dan control Data lebih cepat didapat Hasil analisa lebih cepat didapat Lebih murah Kelemahan studi kasus control : Tidak bersifat mencegah karena setelah kasus terjadi baru dicari penyebabnya Tidak efisien untuk kasus yang langka Pada kasus tertentu sulut untuk mencari hubungan antara paparan dan penyakit Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit maka dengan kasus kontrol peneliti tidak dapat menghitung laju insidensi. Kelompok kasus dipilih dari dua kelompok yang terpisah sehingga sulit dipastikan apakah kasus dan kontrol benar-benar seimbang. Studi Kohort (Prospektif) Merupakan studi yang mempelajari antara hubungan paparan dengan penyakit dengan cara membandingkan kelompok yang terpapar dan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status penyakit Langkah : Tentukan sebuah polulasi (kohort) Dilakukan pengamatan dan pencatatan pada kelompok tersebut secara terus menerus untuk melihat angka kesakitan yang timbul selama waktu observasi. Melakukan analisa terhadap hasil pencatatan Bila paparan penyakit telah terjadi sebelum dilakukan pengamatan maka di sebut studi kohor retrospektif, bila pengambatan dilakukan pada saat penderita baru terpapar atau selama di teliti disebut prospektif. Penelitian Kohort Penyakit Ekposure Ya Tidak Total Ya A C A+C Tidak B D B+D A+B C+D A+B+C+D Total

RR = Ie = a/ (a+b) Iu c/ (c+d) Penyakit (x) Ekposure Ya Tidak Total RR = Ie = a/ (a+b) Iu c/ (c+d) Ya 18 20 38 Tidak 7 35 42 25 55 80 Total

18 x 55 = 990 = 1,98 20 x 25 500

Attributable Risk (AR) : selisih resiko sakit pada individu di grup terpajan dibandingkan dengan individu yang berada di grup tidak terpajan. AR = Ie Iu 990 500 = 490 AR persent (proportion) : proporsi penyakit pada group terpajanyang dapat dicegah jika faktor pemajan dihilangkan AP 1-14 = 0.57-0.07 x 100 % = 87.7 % 0.57 AP 15-24 = 1.39 0.07 x 100 % = 94,96 % 1.39 AP 25 + = 2.27 0.07 x 100 % = 96.92 % 2.27 Total yang terpajan = 4,23 AR = 4.23 0.07 x 100 % = 98.34 %

4,16

Sumber : Bahan mata kuliah Epidemiologi dasar, FKM UI, Depok, 2008 Bambang Sutrisna, dr. M.H.Sc(Epid), Pengantar Metod Epidemiologi, Dian Rakyat, Jakarta, 1986. Bhisma Mutu, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University Press, Yoyakarta, 1997 R.Beaglehole, dkk., Dasar-dasar Epidemiologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1997.

You might also like