You are on page 1of 12

AIDS/HIV 1. Apa definisi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)?

Kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. 2. Bagaimana epidemiologi AIDS/HIV? a. HIV dapat menular melalui cairan tubuh tertentu, yaitu i. Darah ii. Air mani iii. Cairan vagina iv. Air susu ibu (ASI) b. Cara Penularan: i. Hubungan seksual tanpa kondom (75 %) ii. Jarum suntik/tindik/tato tidak steril dan bergantian iii. Peralatan medis yang tidak steril iv. Transfusi darah yang mengandung HIV v. Ibu HIV positif ke bayinya ( dalam kandungan, saat melahirkan, atau melalui ASI ) c. Kelompok yang berisiko terkena - pengguna narkoba (napza) suntik - PSK - Pelanggan penjaja seks - Pasangan dari kelompok yang berisiko - Homoseksual 3. Bagaimana patogenesis AIDS/HIV? HIV menginfeksi system imun - Target utama infeksi HIV : Limfosit CD4+ - Ketika virus menginfeksi sebuah sel, ini menjdi terpendam di dalam genome host sel sampai antivasi dari antigen atau pathogen. - Dampak lain dari infeksi HIV, yaitu: Terlalu aktif sel B karena ketidakseimbangan kekebalan penyakit penghancuran monosit & makrofag 4. Bagaimana patofisiologi AIDS/HIV? 1. Infeksi akut : CD 4 = 750 1000/ml 1 3 bln setelah infeksi Sangat menular Pemeriksaan labor (antibodi terhadap HIV negatif) hasil positif : 3 6 bln setelah infeksi Gejala : 1- 2 minggu (reaksi terhadap masuknya HIV) - Flu-like syndrome : demam, sakit sendi, lesu, nafsu makan menurun - Kulit : bercak merah, galigato - Syaraf : sakit kepala, nyeri bola mata, gangguan daya ingat & perilaku. - Sal cerna : mual, muntah, diare, sariawan (kandidiasis) mulut & tenggorok.

5. Bagaimana siklus hidup HIV?

2. Infeksi kronis asimtomatik (tanpa gejala) : CD 4 = 500/ml - 5 thn setelah infeksi HIV - Gejala 8-10th - tampak sehat tapi virus berkembang biak scr lambat - pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh (limfadenopati generalisata persisten) - mulai muncul penyakit autoimun : trombositopenia idiopatik, sindrom Guillain-Barre,dll 3. Infeksi kronis simtomatik - > 5 thn - Penyakit ringan berat bergantung kekebalan tubuh : A. Penurunan kekebalan tubuh ringan : CD 4 = 200 500/ml - timbul penyakit : Herpes zoster, herpes simpleks, kutil, kandidiasis di mulut, dermatitis seboroik, dll - AIDS related complex (ARC) : 2/> gejala * demam > 3 bln * BB > 10 % * pembesaran kelenjar getah bening > 3 bln

* diare * kelelahan & keringat malam - AIDS B. Penurunan imunitas berat : CD 4 < 200/ml Viremia berat kekebalan tubuh hilang Infeksi oportinistik berat fatal keganasan 6. Bagaimana pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis penyakit ini? 1. Pemeriksaan serologic (tidak langsung) mendeteksi adanya antibody HIV ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) Western Blot (WB) 2. Deteksi antigen, deteksi materi genetic dalam darah pasien, isolasi dan biakan virus (langsung) mendeteksi keberadaan virus HIV (antigen) Mikroskop electron PCR Selain itu, WHO menganjurkan salah satu pemakaian dari 3 strategi pemeriksaan antibody thd HIV, tergantung pada tuj penyaringan keadaan populasi dan keadaan pasien: 1. Strategi 1 1x pemeriksaan Hasil : - Reaktif (+) HIV - Non-reaktif (-) HIV Reagensia : harus memiliki sensitivitas yang tinggi (>99%) 2. Strategi II 2x pemeriksaan (jika serum pada pemeriksaan 1 memberikan hasil reaktif) Hasil : a. 1) Reaktif (+) 2) Reaktif (+) terinfeksi HIV b. 1) Reaktif (+) 2) Non-reaktif (-) pemeriksaan diulang dg ke2 metode c. Bila tetap tidak sama indeterminate Reagensia : lebih spesifik serta berbeda jenis antigen atau tehniknya dari 1 3. Strategi III 3x pemeriksaan Hasil : a. 1, 2, 3 reaktif terinfeksi HIV b. 1,2 reaktif & 3 non-reaktif - equivocal/ indeterminate (memiliki riwayat pemaparan /berisiko tggi terinfeksi) - non-reaktif (tidak memiliki 1 reaktif, 2 & 3 non-reaktif riwayat pemaparan/tidak berisiko) Reagensia : tehnik atau asal antigen berbeda, serta spesifisitas yang lebih Tinggi

7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit ini? a) pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ATV)

b) c)

pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS , seperti jamur, tuberculosis, hepatitis, toksoplasma, sarcoma Kaposi, limfoma, kanker serviks. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan.

8. Bagaimana pengobatan penyakit ini? Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3 obat ARV. Kombinasi obat ARV lini pertama yng umumnya digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV), Lamivudin (3TC), nevirapin (NVP). Dosis: 1. Lamivudin (3TC) 2 x 150mg < 50kg: 2mg/kg, 2x/hari 2. Nevirapin (NVP) 1 x 200mg selama 14hari lanjutkan 2 x 200mg 3. Zidovudin (ZDV, AZT) 2 x 300mg, atau 2 x 250mg (dosis alternativf) 4. Didanosin (ddI) >60kg: 2 x 200mg, atau 1 x 400mg <60kg: 2 x 125mg, atau 1 x 250mg 9. Bagaimana upaya pencegahan & penanggulangannya? - Tidak melakukan hubungan seks (abstinensi). - Tidak berganti pasangan seks dan saling setia. - Tidak melakukan hubungan seks berisiko (harus selalu menggunakan kondom). Dianjurkan Badan Kesehatan Dunia, WHO: a. pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda b. Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk pengadaan jarum suntik steril. c. Progam pend. Agama d. Program layanan pengobatan infeksi menular seksual (IMS) e. Program promosi kondom di lokalisasi pelacuran & panti pijat f. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV & konseling g. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dg pemberiam obat ARV. DIFTERI 1. Apa definisi difteri? Suatu penyakit infeksi akut yang terjadi secara local pada mukosa atau kulit, yang disebabkan oleh basil gram positif Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans, ditandai oleh terbentuknya edksudat yang berbentuk membrane pada tempat

infeksi, dan diikuti oleh gejala-gejala umum yang ditimbulkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh basil ini. 2. Bgaimana epidemiologi penyakit ini? a. Orang-orang yang beresiko tinggi terkena: orang-orang dengan social ekonomi yang rendah, seperti: - populasi anak jalanan - pend. Asli (di Amerika pend asli beresiko tinggi dibanding warga kulit putih). orang-orang yang tinggal pada tempat yang padat, seperti: - rumah tahanan (penjara) - tempat penampungan pecandu alcohol - pemakai obat2an narkoba b. Cara penularan: kontak langsung dengan pasien difteri atau karier difteri, melalui: - batuk - bersin - berbicara kontak tidak langsung (basil ini resisten thd udara panas, dingin & kering, & tahan hidup pada debu & muntah) - debu - baju - buku - mainan c. Gol. Umur yang paling sering dikenai adalah antara 2-10tahun. Jarang pada bayi berumur <6bulan karena mendapat imunisasi pasif melewati plasenta dari ibunya, dan pada dewasa >15tahun karena sudah mendapat imunisasi pada masa kecilnya. d. Wanita beresiko lebih tinggi daripada laki-laki terkena infeksi difteri karena daya imunitas yang lebih rendah e. Karier merupakan sumber penularan yang berbahya karena tidak dikenal dan bersifat silent. 3. Bagaimana etiologi penyakit ini? Penyebab : Corynebacterium dyphtheriae (Klebsloeffler) Basil ini termasuk kuman batang gram positif, pleomorfik, tersusun berpasangan (palisade), tidak bergerak, tidak membentuk spore (kapsul), aerobic dan dapat memproduksi eksotoksin. Berdasarkan bentuk, besar dan warana koloni yang terbentuk dapat dibedakan 3 jenis basil yang dapat memproduksi toksin: a. Gravis - koloni besar, kasar, ireguler - berwarna abu-abu - tidak menimbulkan hemolisis eritrosit

b. Mitis - koloni kecil, halus - berwarna hitam, konveks - dapat menimbulkan hemolisis eritrosit c. Intermediate - koloni kecil, halus - mempunyai bintik hitam ditengahnya - dapat menimbulkan hemolisis eritrosit Jenis gravis dan intermediate lebih virulen dibandingkan dengan jenis mitis. Untuk membedakan jenis virulen dan nonvirulen dapat diketahui dengan pemeriksaan produksi toksin, yaitu: Elek precipitin test 24jam Polymerase chain pig inoculation test (PCR) Rapid enzyme immunoassay (EIA) hanya 3jam. 4. Bagaimana patogenesis penyakit ini?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit ini? Manifestasi klinis difteri tergantung: a. lokasi infeksi b. imunitas penderitanya c. ada/tidaknya toksin difteri yang beredar dalam sirkulasi darah. Masa inkubasi : 2-5hari (pada difteri kutan 7hari setelah infeksi primer pada kulit)

Kemudian pasien memperlihatkan keluhan-keluhan: - demam & kdg2 menggigil - kerongkongan sakit & suara parau - perasaan tidak enak, mual, muntah - sakit kepala - rinorea, belendir kdg2 bercampur darah - teraba benjolan & sembab pd daerah leher Pada pemeriksaan fisik ditemukan: - kesulitan bernafas - takikardi - pucat - gerakan palatum ber - paralysis otot mata yg menimbulkan penglihatan kembar - kesukaran akomodasi - strabismus internal - paralysis nervus frenikus yg menimbulkan paralysis diagfragma - paralysis ektremitas inferior disertai kehilangan refleks tendon - peningkatan kadar protein cairan serebrospinal (scra klinis sukar dibedakan fg syndrome Guillian Barre. Pada pemeriksaan system saluran nafas ditemukan adanya pseudomembran yg mpy karakteristik sbb: - mukosa membrane edema, hiperemis, dg epitel yg nekrosis - biasanya terbentuk berkelompok, tebal, fibrinous & berwarna abuabu kecoklatan, terdiri leukost, eritrosit, sel epitel saluran nafas yg mati & mudah berdarah kalau terganggu atau dilepaskan dari dasarnya. Pada pemeriksaan daerah leher ditemukan: - edema pada tonsil, uvula, daerah submandibular & leher bagian depan - suara parau, stridor - ditemukan pembesaran KGB servikalis anterior Organ-organ tubuh lain yang mungkin dikenai: - mukosa membrane saluran urogenital, saluarn cerna & konjungtiva. Pendarahan pd konjungtiva & disolusi kornea juga bias terjadi - nekrosis pd ginjal, hati & kelenjar adrenal - pada kasus-ksus berat yg tjd secara sporadic, bias timbul arthritis, osteomielitis & abses limpa, yg tidak jrg menimbulkan bekterimia & sepsis. Pada keadaan berat (difteri hipertosik, malignan), terutama difteri fausial terlihat: - pasien irritable - pucat - mulut terbuka - tidak mau minum/makan - pembesaran KGB leher - periadenitis

- pembengkakan jaringan lunak daerah leher shg menyerupai leher sapi jantan (bullneck) - nadi cepat - tekanan darah - refleks tendon melemah - paralysis palatum - napas cepat & dangkal - sianosis & berakhir kematian krn tjd sumbatan napas atau kegagalan jantung. 6. Bagaimana diagnosis penyakit ini? Diagnosis difteri sebaiknya dibuat berdasar manifestasi klinis yg khas, karena keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan penyakit bertambah lanjut atau berat. Diagnosis awal cepat (Presumptive diagnosis) menggunkan pewarnaan methylene blue, pewarnaan gram & imunoflouresens Diagnosis definitive & identifikasi basil pemeriksaan kultur dari lesi yang dicurigai. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu & media yg selektif. Pemeriksaan produksi toksin secara in vitro, dg melekukan tes Elek plate test & polymerase pig inoculation Pemeriksaan serum terhadap antibody untuk toksin difteri dg Shick test. 7. Bagaimana DD penyakit ini? a. Difteri nasal anterior - korpus alienum pd hidung - common cold - sinisitis b. Difteri fausial - tonsilofaringitis : ditemukan suhu yg tinggi, nyeri sukar menelan lebih hebat, pembesaran tonsil, membrane mudah lepas & tidak menimbulkan pendarahan - Mononukleosis infeksiosa : ditemukan limfadenopati generalisata, splenomegali, adanya sel mononuclear yg abnormal dalam darah tepi. - Kandidiasis mulut - Herpes zoster pd palatum : jrg ditemukan c. Difteri Larinks - Laringotrakeobronkitis - Croup spasmodic/nonspasmodik - Aspirasi benda asing - Abses retrofaringeal - Papiloma larinks 8. Bagaimana pengobatan penyakit ini? a. Perawatan umum - isolasi - istirahat di t4 tidur minimal 2-3 mgu - makanan lunak atau cair (bergantung pd keadaan penderita)

- Kontrol EKG secara serial 2-3 kali seminggu selama 4-6 mgu untuk mendeteksi miokarditis secara dini. Bila terjadi miokarditis harus istirahat total di t4 tidur selama 1 mgu. - Kebersihan jalan napas & pengisapan lender. b. Pengobatan Khusus Tujuan : 1. menetralisasi toksin yg dihasilkan basil difteri 2. membunuh basil difteri yg memproduksi toksin Pemberian Antitoksin : diberikan sedini mungkin begitu diagnosis ditegakan, tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan bakteriologis. Dosis tergantung kepada jenis difterinya & tidak dipengaruhi oleh umur pasien, yaitu: - difteri nasal atau fausial yg ringan diberikan 20.000-40.000 U, secara i.v dalam waktu 60menit. - difteri fausial sedang diberikan 40.000-60.000 U, secara i.v - difteri berat (bullneck diphtheria) diberikan 80.000-120.000 U, secra i.v Pemberian antitoksin harus didahului dengan uji sensitivitas karena antitoksin dibuat dari serum kuda. Apabila uji sensitivitas positif, maka diberikan secara desentisisasi dengan interval 20menit, dosisnya sbb: - 0,1 ml larutan 1:20, subkutan (dalam cairan NaCl 0,9%) - 0,1 ml larutan 1:10, subkutan - 0,1 ml tanpa dilarutkan, subkutan - 0,3 ml tanpa dilarutkan, intramuscular - O,5 ml tanpa dilarutkan, intramuscular - O,1 ml tanpa dilarutkan, intravena Pemberian Antibiotik - penisilin prokain :1.200.000 unit/hari, secara i.m. 2kali sehari, selama 14hari - eritomisin : 2gram/hari, secara peroral, 4kali sehari - preperat lain : amoksisilin, rifampisin, klindamisin 9. Bagaomana pencegahan penyakit ini? - Pemberian imunisasi aktif pada masa anak-anak (biasa bersamaan dg vaksin pertusis & tetanus (DPT), anak berumur 7th atau lebih diberikan booster setiap 10th. - Orang yg kontak erat terutama yf tidak pernah/tidak sempurna mendapat imunisasi aktif, dianjurkan: pemberian booster & melengkapi pemberian vaksin kemoprofilaksis yaitu penisilin prokain 600.000 unit intramuscular/hari, atau eritromisin 40mg/kg BB/hari, selama 710hr bila tidak mugkin dilakukan pengawasan, sebaiknya diberikan antitoksin difteri 10.000 unit intramuscular. 2mgu setelah pengobatan, diberikan kultur untuk meyakinkan eradikasi basil. 10.Bagaimana komplikasi yang terjadi? - kegagalan pernapasan - miokarditis

pneumonia bakterialis sekunder aritmia ensefalopati anoksik sepsis

11.Bagaimana prognosis? Bergantung pada: - virulensi basil difteri - lokasi & perluasan membrane - status kekebalan penderitanya - cepat/lambantya pengobatan diberikan - perawatan INFLUENZA 1. Apa definisi influenza? Suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. 2. Bagaimana epidemiologi penyakitnya? Penyakit ini berbahaya bagi: a. Mereka yang berusia sangat muda & orang dewasa dg fungsi kardiopulmoner yg terbatas. b. Pasien yg berusia lanjut dg penykit ginjal kronik atau gangguan metabolic endokrin (dapat meninggal) Komplikasi yang serius : pneumonia bacterial (akibat Streptokukus pneumonia atau Hemophilus influenza.) Reservoir penyakit influenza: a. Manusia sendiri b. Hewan : babi, kuda, & burung (strain virus influenza baru) Penyebaran penyakit melalui: a. Media tetesan air (droplet) pada waktu batuk b. Partikel yang berasal dari secret hidung atau tenggorok yg melayang di udara (airborne) terutama di ruangan2 terututp & sesak dipenuhi manusia 3. Bagaimana etiologi penyakitnya? Lama sakit berlangsung antara 2-7hari & biasanya sembuh sendiri. 3 tipe virus influenza yang dibedakan dengan complement fixation test, yaitu a. Tipe A bersifat endemic b. Tipe B lebih ringan daripada tipe A & kadang2 saja sampai mengakibatkan epidemic. c. Tipe C diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya gangguan ringan saja.

Virus penyebab influenza : orthomyxovirus golongan RNA mempnyai afinitas untuk myxo atau musin. Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: a. Antigen S (soluble antigen) inti partikel virus yang terdiri ribonukleoprotein, spesifik untuk masing2 tipe b. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus & memgang peran pd imunitas thd virus. c. Neuramidase juga menonol keluar, hanya memegang peran yg minim pd imunitas. 4. Bagaimana patogenesisnya? Transmisi virus lewat partikel udara & lokalisasinya di traktus respiratorius

5. Bagaimana gambaran klinisnya? Gejala awal : perasaan malas & rasa dingin Gejala akut : demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pile, kadang sakit pada waktu menelan, & suara Serak Gejala lanjutan: rasa capek & cepat lelah Pemeriksaan fisik : - hiperimia ringan sampai berat pada selaput lender tenggorok, - bunyi nafas abnormal Mortalitas yg tinggi pada pasien usia lanjut yang terserang pneumonia virus interstisial, disebabkan adanya saturasi oksigen yg berkurang, serta akibat asidosis & anoksia. Penyakit umumnya akan membaik dg sendirinya tapi kemudian pasien acap kali mengeluh lagi mengenai demam & sakit dada. Pemeriksaan sinartembus dapat menunjukkan adanya infiltrate di paru2. Infeksi sekunder yg berat sekali : pneumonia stafilokok fulminans (terjadi beberapa hari setelah seseorang diserang influenza). Gejalanya: sesak napas, diare, batuk dg bercak merah, hipotensi & gejala2 kega2lan sirkulasi. Selain itu komplikasi yg sangat jarang tetapi dapat juga dijumpai sesudah influenza : ensefalomielitis.

6. Bagaimana diagnosisnya? Diagnosis pasti penyakit, dapat diperoleh: a. Isolasi virus Diperlukan usap tenggorok atau usap hidung & harus diperoleh sedini mungkin, biasanya pada hari2 pertama sakit. b. Pemeriksaan serologis uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi (ditunjukkan dg kenaikan titer sebanyak 4x antara serum pertama dg serum konvalesen atau 1 titer tunggal yg tinggi) c. Pemeriksaan antibody fluoresen (khusus untuk tipe virus influenza A) PCR, RT-PCR 7. Bagaimana penatalaksanaan penyakitnya? Secara simtomatik: a. obat oseltamivir 2x75mg sehari selama 5hari (memperpendek masa aktif & mengurangi keperluan tambah antimikroba untuk infeksi bakteri sekunder. b. Zanamivir diberikan local secara inhalasi, makin cepat diberikan makin baik. Pasien dg komplikasi bronchitis kronik, gangguan jantung atau ginjal antibiotic Pasien dg bronkopneumonia sekunder oksigen Pasien dg stafilokokus skunder antibiotic yg tahan betalaktamase & kortikosteroid dalam dosis tinggi. 8. Bagaimana pencegahan penyakit? a. Pemberian vaksinasi 0,5ml subkutan atau i.m 3-4mgu sebelum terserang Mencegah terjadinya mixing dg virus sangat pathogen H5N1 yg dikenal avian influenza. Golongan yg memerlukan imunoprofilaksis ini antara lain: - Pasien > 65tahun - Pasien dg penyakit kronik (kardiovaskular, pulmonal, renal, metabolic, anemia berat, & pasien imunokompromais) diberi setiap tahun menjelang musim dingin atau musim hujan. - Orang yg melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat yg vital, missal pegawai yang bertugas di unit darurat medis di rumah sakit. b. Jika menderita alergi thd vaksinasi, diberi kemoprofilaksis. rimantadine 200mg 2x sehari atau amantadine 100mg setiap 12jam masing2 selama 4-6mgu. usia lanjut : 100mg 1x sehari (mengingat pean fungsi ginjal) bersihan kreatinin 40-60ml/menit : berlaku hal yg sama bersihan kreatinin 10-15ml/menit : 200mg 1x seminggu Kontraindikasi: pasien dg gangguan fungsi ginjal atau yg menderita penyakit konvulsif 9. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi? - Infeksi sekunder, seperti pneumonia bacterial - Infeksi sekunder yg berat sekali seperti pneumonia stafilokokus fulminans - Ensefalomieliti

You might also like