You are on page 1of 23

MAKALAH DOSA-DOSA BESAR DAN CARA MENGHINDARINYA.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kulisah Pendidikan Agama Islam.

KELOMPOK 4 Riduan Ali Aris Hermawan Triono Yusuf Siswanto Chandra octaviana Aza Azkiyazah Zulhulaifah 12116573 18110986 12116731 12114552 12113078 12115596 12114292

Jurusan Manajemen Informatika Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Jakarta 2010

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul Dosa-Dosa Besar dan Cara

Menghindarinya. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bpk. Syukron Mamun, M. A. Sebagai Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membimbing kami. 2. Orang Tua dan keluarga kami yang banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun spiritual. 3. Mahasiswa BSI kelas 12.2G.12 yang telah memberi semangat dan bantuan. serta semua pihak yang membantu dan tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semuanya. Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif. Akhir kata penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya. Jakarta, 10 Mei 2012 kami

Tim Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii 1. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar belakang ................................................................................ 1 1.2. Maksud dan tujuan ......................................................................... 2 1.3. Metode penelitian ........................................................................... 2 1.4. Ruanglingkup ................................................................................. 2 2. BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3 2.1. Pengertian Dosa besar .................................................................... 3 2.2. Macam-macam dosa besar .............................................................. 4 2.3. Cara menghidari perbuatan dosa besar ............................................. 17 3. BAB III PENUTUP ............................................................................................ 18 3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 18 3.2. Saran dan kritik ............................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Setiap kebaikan memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Demikian juga halnya dengan kejahatan dan dosa. Kebaikan apa saja yang mempunyai manfaat besar, maka pahalanya di sisi Allah akan besar juga. Sedangkan kebaikan yang manfaatnya lebih rendah, maka pahalanya pun seimbang dengan kebaikan tersebut. Sebaliknya, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat. Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong kepada dosadosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam hari ini adalah umat yang jaraknya paling jauh dari Nabi, dan telah diketahui bahwa kondisi sekarang secara umum benar-benar telah jauh dari tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah. Secara kualitas maupun kuantitas tidak didapatkan pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh manusia di sepanjang masa yang lebih parang dari zaman ini, bahkan dosa-dosa besar sudah menjadi aktivitas rutin sehari-hari. Ini dikarenakan yang berbuat dosa besar tidak mengerti hukum dan akibatnya, dan ada pula yang telah mengerti namun meremehkannya, padahal jelas bahwa semua dosa besar merupakan penyebab siksa dan ancaman di akhirat yang tidak seorangpun mengetahui kedahsyatannya kecuali Allah SWT. Oleh karena itu harus adanya penerangan atau pengetahuan mengenai dosa-dosa besar yang harus dihindari karena madharatnya yang begitu besar

danupaya tidak terjerumus dalam murka Allah dan laknat-Nya yang mengerikan, naudzu billah himindzalik.

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan Pembuatan makalah ini adalah : Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Agama Islam. Dapat mengetahui dampak dari dosa besar, dan berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, Sebagai Referensi Pembelajaran tentang Dosa-dosa Besar.

1.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Studi Pustaka, yaitu mencari referensi dan materi pada buku dan Al-Quran. Tidak hanya itu kami juga mencari bahan dan sumber-sumber dari media massa elektronik yaitu internet.

1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian disajikan meliputi pengertian, dampak dan cara menghindari dosa-dosa besar dipaparkan secara jelas dan sederhana dan dapat dipertanggung jawabkan karna dengan landasan Al-Quran dan Hadist yang Shahih.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dosa Besar Kata dosa berasal dari bahasa sansekerta, yang dalam bahasa Arabnya di sebut az-zanbu, al-ismu, atau al-jurmu. Menurut istilah utama ulama fukaha, dosa adalah akibat tidak melaksankan perintah Allah SWT yang hukumnya wajib dan mengerjakan larangan Allah yang hukumnya haram. Allah berfirman dalam surat An-Nisa [4]:3 :menjauhi dosa-dosa besar yang telah dilarang bagimu untuk mengerjakannya, maka Kami hapuskan dosa-dosamu yang kecil dan Kami masukkan kamu kedalam tempat yang mulia (Surga). Dari ayat di atas, jelas terdapat dua macam dosa, yakni dosa besar dan dosa kecil. Jelas pula bahwa Allah SWT berjanji bahwa jika seorang hamba menjauhkan diri dari dosa-dosa besar, maka Allah SWT memaafkan kesalahan/dosa kecil yang pernah dilakukannya. Haruslah kita ingat bahwa terdapat prasyarat untuk terpenuhinya (janji Allah SWT itu) yakni, semua yang fardlu (wajib) seperti halnya shalat, zakat, dan puasa, harus tetap dikerjakan dengan tertib dan teratur, sambil terus berusaha menjauhi dosa-dosa besar, sebab meninggalkan yang fardlu itupun tergolong melakukan dosa besar. Jadi, jika seorang hamba melaksanakan semua yang diwajibkan (fardlu) dan meninggalkan perbuatan dosa besar maka Allah SWT akan memaafkan dosa-dosa kecilnya. Ulama fukaha sepakat bahwa dosa besar adalah dosa yang pelakunya di ancam dengan hukuman dunia, azab di akhirat dan di laknat oleh Allah SWT dan rasulullah SAW. Contoh dosa yang diancam dengan hukuman dunia, seperti

mencuri, korupsi, merampok dan membunuh. Contoh dosa yang diancam dengan siksa diakhirat, seperti kemunafikan, kekafiran dan lalai menjalankan sholat. Menurut para ulama, dosa besar adalah dosa yang akibat buruknya atau kerusakan yang ditimbulkannya cukup besar, selain merugikan orang lain dan merugikan diri sendiri. Perilaku dosa besar juga tidak akan disenangi oleh masyarakat dan akan mengalami ketidak tenangan jiwa.

2.2. Macam-macam Dosa Besar Sebagai Muslim, lazim untuk meneliti apa saja yang termasuk dosa-dosa besar supaya bisa untuk menjauhinya. Disebutkan dalam Shahih Muslim dengan Syarah an-Nawawi jilid II halaman 86, seorang ulama ahli tafsir Imam Abul Hasan al-Wahidiy dan lainnya mengatakan : "Menurut pendapat yang shahih ; batasan dosa besar itu tidak diketahui secara pasti. Bahkan di dalam syariat ada beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa besar, dan ada juga beberapa jenis perbuatan maksiat yang dijelaskan sebagai dosa-dosa kecil, dan ada beberapa jenis perbuatan maksiat lainnya tanpa ada penjelasan. Artinya, ini mencakup dosadosa besar maupun dosa-dosa kecil. Hikmah dari tidak adanya penjelasan tersebut ialah, supaya seseorang tetap menahan diri jangan sampai melakukan semuanya, karena dikhawatirkan jangan-jangan hal itu termasuk dosa-dosa besar. " Para Ulama berbeda pendapat untuk menentukannya. Ada yang berpendapat bahwa dosa-dosa besar itu ada tujuh, berdasarkan sabda nabi yang diriayatkan oleh Al-bukhari (2766.5764). muslim (89), Abu awanah (1/54) dan an-Nasai (6/257) dari Abu Hurairah.

Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad SAW. dimana beliau bersabda: Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu? Beliau menjawab: Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat pertempuran (dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).

A. Syirik. Menyekutukan Allah yaitu menyamakan dan mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya Yang Maha Suci, Maha Tunggal, Tempat Bergantung Segala Makhluk, dan Yang Maha Esa. Menyekutukan Allah SWT merupakan dosa yang paling besar. Bahkan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Dalam QS An-Nisa [4]: 48 Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Ar-Raghib al-Ashfahani menyatakan bahwa kemusyrikan terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Syirik besar, yaitu menetapkan adanya sekutu bagi Allah SWT. Inilah bentuk dosa yang paling besar. 2. Syirik kecil, yaitu memperhatikan selain Allah di samping memperhatikanNya juga dalam beberapa urusan. Itulah ria dan nifaq. (Al-Ashfahani, hlm. 266) Adanya kemusyrikan dalam kategori musyrik kecil bukan karena beban dosanya yang rendah, tetapi kemusyrikan ini merupakan bentuk kemusyrikan yang seringkali terabaikan atau tidak terasa dalam perwujudannya. Tentang kemusyrikan ini, Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah musyrik yang paling kecil, yakni ria. (Muttafaq Alaih)

B. Sihir

Artinya: Akan tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir pada manusia (QS. Al- Baqarah [2]:102). Dalam mengajarkan sihir kepada manusia setan tidak mempunyai maksud kecuali agar ia menjadi musyrik. Sihir mengakibatkan penyesatan aqidah, baik dari sisi penyebabnya maupun dari sisi perolehannya. Para ulama telah bersepakat atas pengharaman sihir, pembelajaran dan pengajarannya. Bahkan Imam Malik, Imam Ahmad, dan sekelompok para sahabat dan para tabiin berpendapat bahwa saling berbagi sihir termasuk bagian kekufuran yang pelakunya harus mendapat hukum eksekusi (dibunuh) dari hadist yang diriwayatkan oleh at-tirmidzi (485). Demikian juga upaya

mempelajari dan mengajarkan sihir kepada orang lain, karena hal itu termasuk wasilah yang akan menjadi jalan terwujudnya sihir tersebut. Abdullah bin masud meriwayatkan, sesungguhnya Ruqa, Tamaim. Dan tiwalah itu termasuk syirik. Tamaim adalah sesuatu yang dikalungkan oleh orang-orang jahil pada leher mereka. Mereka menyangka benda itu dapat menangkal ain. Tiwalah adalah salah satu jenis sihir yang mengguna-gunai orang dan bermaksud agar mencintainya.

C. Membunuh (Manusia). Membunuh ada dua macam yaitu membunuh terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dan membunuh terhadap orang lain. Kedua-duanya termasuk dosa besar. Membunuh diri sendiri yang menjadi sasaran adalah dirinya sendiri seperti gantung diri, minum obat nyamuk, terjun ke jurang dan dengan cara apapun hukumnya adalah haram dan dosa besar. Firman Allah SWT dalam surat Annisa ayat 29: artinya: Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An Nisa (4) : 29). Sedangkan membunuh orang lain yaitu membunuh dan sasarannya adalah orang lain misalnya faktor dendam, faktor persaingan dalam usaha dan lain sebagainya. Yang jelas bunuh membunuh adalah dilarang oleh Allah SWT . Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Annisa (4): 93 :

Artinya: Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baguinya.

D. Memakan Riba. Ada 4 macam riba. 1. Riba fadhl, yaitu tukar-menukar dua barang yang sejenis yang timbangan atau takarannya tidak sama. 2. Riba Qardl, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan bagi yang meminjamkan. 3. Riba Yad, yaitu jual beli yang tidak secara tunai karena adanya penangguhan pembayaran. Dalam hal ini penjual menetapkan harga yang berbeda antara harga yang tunai dan yang kredit. Perbedaan inilah yang disebut riba. Beda halnya jika memang si penjual ingin melakukan penjualan hanya dengan kredit maka tidak ada perbedaan harga. 4. Riba Nasiah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis yang pembayarannya diisyaratkan lebih, dengan diakhiri dan dilambatkan oleh yang meminjamkan.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (ali Imran :130)

Memakan harta riba termasuk kezaliman kepada orang lain. Orang yang memakan harta riba pada dasarnya telah memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan ia lebih pantas untuk mendapat siksa yang abadi di neraka. Bagaimana tidak demikian, ketika orang lain berada dalam kesulitan, kefakiran, pailit dalam ekonomi, padahal dalam kondisi apapun seseorang didorong untuk mengeluarkan shadaqah, sementara pemakan riba demikian asyiknya mempermainkan kemelaratan orang lain dengan menambah beban pembayaran utang berlipat ganda dan dalam tempo yang terusmenerus. Pada hakikatnya, riba itu dapat menghanguskan harta kekayaan,

menghilangkan nilai-nilai keberkahan, dan mencabut rasa kasih sayang dari pribadi para pelakunya. Dengan demikian, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw melaknat praktik riba dengan berbagai faktor pendorong dan pelakunya, baik yang memakan harta riba, yang menjadi penulis dalam transaksinya maupun yang menjadi saksi dalam proses transaksi riba tersebut.

E. Memakan Harta Anak Yatim. Ketika seorang anak menjadi yatim, karena ditinggal mati oleh orangtuanya, Islam menganjurkan agar kaum muslimin, terutama kaum kerabatnya, dapat menjaga dan mengurus harta mereka yang diperolehnya melalui proses pewarisan. Pengurusan harta anak yatim ini terus berlangsung sampai usia anak ini menjadi dewasa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut. Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah (dewasa). Kemudian jika menurut pendapat mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan

10

janganlah kamu memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Siapa saja (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim) dan siapa saja yang miskin, maka bolehlah ia memakan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS An-Nisa [4]: 6) Tatkala seorang pengurus, tidak mampu menjaga dirinya dari memakan harta anak yatim, maka Allah SWT mengancam mereka dengan ancaman yang sangat besar sesuai dengan QS An-Nisa [4]: 10.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).

F. Menuduh Wanita Berbuat Zina. Menuduh berzina kepada wanita yang menjaga kehormatan dan wanita itu adalah orang yang terjaga keimanannya yaitu menuduh berzina wanita yang baik-baik, yang lurus, yang telah berkeluarga, yang berstatus merdeka, dan yang beriman. Predikatpredikat tersebut tercakup dalam pengertian sifat terhormat. Dan pada hakekatnya,

11

seorang wanita itu terhormat karena Islam, ia menjaga kesucian, menikah, dan berstatus merdeka. Dalam surat an-Nur (24) : 23 Allah berfiman:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.

G. Berpaling dari Perang. Yaitu seseorang yang melarikan diri ketika kaum muslimin sedang memerangi orang-orang kafir. Perbuatan ini termasuk dosa besar, termasuk tujuh perbuatan yang akan membinasakan karena menimbulkan dua bahaya: 1. Akan menghancurkan semangat kaum muslimin 2. Orang-orang kafir semakin berani menekan kaum muslimin Ketika kaum muslimin sudah mulai terdesak, maka orang-orang kafir akan semakin berani memerang kaum muslimin. Barangsiapa yang lari dari medan perang karena dua sebab ini, yaitu untuk bergabung dengan batalyon lain. Contohnya ketika ada batalyon lain yang sedang dikepung oleh musuh dan akan sangat berbahaya jika mereka dikuasai oleh musuh. Maka ia bergerak (mundur) untuk membantunya, maka hal ini tidak apa-apa, karena larinya menuju batalyon tersebut sangat menguntungkan.

12

Orang yang lari dari medan perang dengan berbelok untuk (siasat) perang. Contohnya seperti seorang mujtahid yang lari belok (mundur) untuk memperbaiki senjata atau untuk memakai baju besinya dan lain-lain yang termasuk dalam kepentingan berperang dan perbuatan ini tidak apa-apa. Terkecuali apabila jumlah musuh (kafir) jumlahnya lebih dari dua kali lipat jumlah muslim. Apabila tidak lebih maka Allah SWT mewajibkan muslim untuk tidak melarikan diri. Sesuai dengan QS Al-anfal :66.

Artinya: Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.

H. Durhaka pada Orang Tua.

13

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(QS. Al-israa [17]:23) Dalam ayat diatas menerangkan tentang keharusan berbuat baik terhadap orang tua(berbakti). Maksud dari berbakti adalah Setiap anak wajib taat kepada kedua orang tuanya sesuai kemampuannya. Ia wajib menaati mereka selama bukan untuk kemungkaran dan kemaksiatan kepada Allah SWT. Menurut Ibn Abas, dalam Al-Quran ada tiga hal yang selalu dikaitkan penyebutannya dengan tiga hal lainnya, sehingga tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya, yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dirikan shalat dan keluarkan zakat, bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orang tua. Hal ini menandakan bahwa peran dan kedudukan orang tua sangat tinggi di hadapan Allah SWT. Abu hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah bersabda; Empat orang yang dipastikan oleh Allah tidak akan dimasukkan ke surga dan tidak pula dapat mengenyam kenikmatannya: pecandu arak, orang yang makan harta riba, orang yan makan harta anak yatim secara zhalim, dan orang yang durhaka kepada orang tua kecuali jika mereka bertaubat.

14

I. Meninggalkan Shalat.

Artinya: Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (QS. Maryam [19]:59-60) Ibnu abbas berkata, makna dari menyia-nyiakan salat bukalah

meninggalkanya sama sekali tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya. Imam para tabiin, said bin musayyib berkata, apabila orang itu mengakhirkan waktu salat dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini, tidak bertaubat dan mati maka Allah menjanjikan baginya Ghayy yaitu lembah di neraka jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya. Jika begitu beratnya hukuman bagi orang yang melalai kan shalat apalagi bagi orang yang meninggalkan salat dengan sengaja dan selalu disebutkan bahwa salat adalah tiang agama. Dari Buraidah dan Syaikh Al-Albani, Rasululah bersabda,sesungguhnya ikatan (pembeda) antara kita dengan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya, maka telah kafirlah dia.

15

J. Berbuat Zina. Dosa Zina itu tidak sama, Allah SWT. Berfirman:

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Israa [17]:32) Ayat diatas menjelaskan untuk menjahuhi zina karena zina itu perbuatan yang kezi dan terhina. Hukuman bagi perempuan dan laki-laki (belum menikah) yang berzina adalah didera sebanyak 100 kali. Dan apabila yang melakukan zina adalah perempuan dan laki-laki yang sudah menikah meskipun 1 kali maka hukumannya adalah di dera sampai mati. Diriwayatkan oleh abu Nuaim bahwa nabi telah menyampaikan bahwa iblis menyebar parea tentaranya ke muka bumi, berkata, siapa diantara kalian yang menyesatkan seorang muslim akan aku kenakan sebuah mahkota di kepalanya. Siapa yang paling besar fitnahnya paling dekatlah kedudukannya kepadaku. Salah satu tentara menghadap, aku akan terus menggoda si fulan sampai ia mau menceraikan istrinya. Iblis berkata, aku tidak akan memberikan mahkota sebab pasti nanti ia menikah lagi dengan yang lain. Tentara yang lain menghadap, aku akan terus menggoda si fulan sampai menanamkan permusuhan diantara saudaranya. Iblis berkata, aku tidak akan memberikan mahkota sebab suatu saat mereka akan berdamai lagi. Tentara yang lain menghadap, aku akan terus menggoda si fulan sampai dia berzina. Iblis berkata, wah bagus sekali itu lalu iblis memakaikan mahkota di atas kepalanya.

16

K. Kesaksian Palsu Imam An-Nawawi di dalam kitabnya Riyadhus Shalihin mencantumkan Bab Larangan Memberikan Kesaksian Palsu. Penulis menjelaskan bahwa kesaksian palsu adalah seseorang yang memberikan kesaksian suatu peristiwa yang ia ketahui, tetapi bertentangan dengan kenyataannya. Seseorang memberikan kesaksian sebuah kejadian dan ia tidak mengetahui kesaksiannya sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau justru bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Seseorang mengetahui bahwa kejadian sebenarnya adalah seperti ini, tetapi ia memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Ketiga macam bentuk persaksian ini hukumnya haram dan seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali sesuai dengan fakta yang ia ketahui dan dengan cara yang benar. Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi SAW. sangat memberi perhatian besar pada persoalan ini. Hal itu ditunjukan dengan sikap beliau yang sebelumnya duduk bersandar ketika mengucapkan dosa besar syirik dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk tegak ketika mengucapkan tentang perkataan dusta atau saksi palsu. Alasan perkara ini mendapat perhatian khusus adalah karena perkataan dusta atau kesaksian palsu sangat mudah terjadi pada manusia, serta sering diremehkan oleh kebanyakan orang. Adapun syirik dijauhi oleh hati seorang muslim, sedangkan durhaka kepada kedua orang tua tidak selaras dengan tabiat. Sementara kepalsuan itu ditunjang oleh berbagai faktor, seperti permusuhan, dengki dan lainlain

17

2.3. Cara Menghindari Perbuatan Dosa Besar Menghindari perbuatan dosa besar artinya walaupun ada kesempatan untuk melakukannya tetapi justeru kita menyingkir dari perbuatan tersebut. Untuk menghindarinya perlu mengetahui caranya supaya tidak melakukan dosa besar. Yaitu dengan cara sebagai berikut: a. Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarub illallah) b. Menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa apabila melakukan dosa besar akibatnya sangat fatal yang akan menimpa pada diri sendiri jua c. Menyadari apabila berbuat dosa besar akan membuat gundah gulana, merasa selalu bersalah dan jiwa menjadi tergoncang. d. Disiplin dan khusuk dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT misalnya menjalankan ibadah shalat, sebagaimana firman Allah yang e. Meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa setiap amal baik maupun buruk selalu dicatat oleh malaikat.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya. Dosa-dosa besar sangat banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh anak karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari dari medan perang, berzina dengan istri tentang dan lainnya. Dosa-dosa besar di atas yang merupakan dosa dan kezhaliman yang paling besar serta yang paling berat hukumannya, yaitu syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang menyekutukan-Nya dan telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim. Selain itu, durhaka terhadap orang tua juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa yang membinasakan. Sudah sepatutnya kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat Islam. Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus dihindari, karena berakibat buruk dan dapat membinasakan diri sendiri juga orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang Islam yang beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk orang-orang yang mengerjakannya.

18

19

Muhammad Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat besar pula. Hal demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat besar terhadap dosa-dosa tersebut. Jika kita mengacu kepada berbagai definisi di atas, maka yang termasuk dosadosa besar itu sangat banyak jumlahnya. Dengan demikian, tujuh dosa yang membinasakan sesuai dengan sabda Rasul di atas bukan sebagai pembatas bagi dosadosa besar tersebut. Tetapi hal itu disampaikan oleh Rasulullah sebagai bentuk perhatiannya yang sangat besar terhadap umatnya agar tidak terjerumus kepada dosadosa besar lain yang mafsadat, hukuman, dan ancamannya seperti ketujuh dosa di atas. Namun demikian, dari sekian banyak dosa yang tergolong kepada dosa-dosa besar, dosa musyrik menempati urutan paling atas (yang terbesar) dari dosa-dosa besar lainnya. Adapun dosa-dosa besar lainnya yang tidak tercantum dalam hadis di atas, tetapi menjadi kriteria dosa besar dalam hadis yang lain, di antaranya adalah durhaka terhadap orangtua, membunuh anak karena kekhawatiran menambah kemiskinan, persaksian palsu atau dusta, khianat dalam perkara ghanimah, zina, mencuri, meminum minuman keras, memisahkan diri dari al-jamaah, menebar fitnah, melanggar baiat, dan tidak membersihkan air kencing.

3.2. Saran dan Kritik Makalah yang kami sajikan, jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik yang membangun dan dapat berguna di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin usman, Syamsuddin 2007. Alkabair 70 dosa besar. Solo : Pustaka Arafah.

Sumber lain: www.wikipedia.com www.anne-ahira.com fdj-indrakurniawan.blogspot.com www.to-src.com

20

You might also like