You are on page 1of 90

PENDIDIKAN INKLUSI

LEARNING RESOURCES CENTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
START EXIT

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. TUJUAN... B. MANFAAT... C. STRATEGI...

BAB I PENDAHULUAN
A. TUJUAN Melalui materi pokok di dalam modul ini diharapkan dapat membantu para dosen dan calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di Indonesia.

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. TUJUAN... B. MANFAAT... C. STRATEGI...

B. MANFAAT Diharapkan dapat bermanfaat bagi para dosen dan calon guru dalam pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah masing-masing. Diharapkan juga bermanfaat bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam bentuk kesanggupan mereka mengikuti pendidikan formal yang diikuti secara mandiri tanpa banyak memerlukan bantuan orang lain.

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

C. STRATEGI
A. TUJUAN B. MANFAAT C. STRATEGI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari modul: 1. Tumbuhkan semangat yang kuat untuk sanggup membaca buku modul secara keseluruhan. 2. Bacalah isi buku modul secara keseluruhan kemudian buatlah catatan kecil sebagai inti (ringkasan) dari setiap sub pokok bahasan dalam buku modul. 3. Setelah merasa cukup memahami seluruh substansi isi, selanjutnya membaca buku lain yang relevan ataupun melakukan diskusi dengan teman. 4. Ada baiknya kalau para mahasiswa juga melatih diri dengan membuat refleksi bayangan atas apa yang telah dipelajari di dalam buku modul.
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

BAB II ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN IDENTIFIKASINYA


A.LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik berkebutuhan khusus agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Setelah dilakukan identifikasi, selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing yang kemudian sebagai acuan untuk pemberian layanan Pendidikan Khusus secara inklusif.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

B. PENGERTIAN ABK
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu : (1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan (3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

C. KLASIFIKASI ABK
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) a. Kurang awas (low vision) b. Buta (blind) 2. Anak dengan gangguan pendengaran dan/atau wicara a. Kurang dengar (hard of hearing) b. Tuli (deaf) 3. Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata-rata (tunagrahita) a. Tunagrahita ringan (IQ antara 50- 70) b. Tunagrahita sedang (IQ antara 25 - 50) c. Tunagrahita berat (IQ di bawah 25)

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

4. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented) a. Cerdas istimewa (gifted dan genius) anak dengan IQ di atas rata-rata b. Bakat istimewa (talended) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik) 5. Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa). a. Anak layuh anggota gerak tubuh (polio) b. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

6. Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (Tunalaras) a. Anak dengan gangguan prilaku Anak dengan gangguan prilaku taraf ringan Anak dengan gangguan prilaku taraf sedang Anak dengan gangguan prilaku taraf berat b. Anak dengan gangguan emosi Anak dengan gangguan emosi taraf ringan Anak dengan gangguan emosi taraf sedang Anak dengan gangguan emosi taraf berat 7. Anak dengan kesulitan belajar spesifik (specific learning disability) 8. Anak lamban belajar (slow learner) 9. Anak Aautis

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

D. KARAKTERISTIK ABK
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) a. Pengertian Adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

b. Ciri-ciri Tunanetra
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m. Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya. Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus. Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan, Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik kering. Tidak mampu melihat. Peradangan hebat pada kedua bola mata, Mata bergoyang terus

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

c. Anak Tunanetra dapat dikelompokkan, sebagai berikut: Berdasarkan ukuran ketajaman penglihatan: (1) Mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70. (2) (2) Mampu membaca huruf paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet [ acuity 20/200 legal blind ] dikategorikan Buta. Anak dengan keterbatasan penglihatan (low vision) Karakteristik: (1) Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak. (2) Menghitung jari dari berbagai jarak. (3) Tidak mengenal tangan yang digerakan.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

Kelompok yang mengalami keterbatasan pengelihatan berat [buta] : (1) Mempunyai persepsi cahaya [ligt perception) (2) Tidak memiliki persepsi cahaya [ no light perception ] Dalam perspektif pendidikan, tunanetra dikelompokan menjadi : (1) Mereka yang mampu membaca huruf cetak standar. (2) Mampu membaca huruf cetak standar,tetapi dengan bantuan kaca pembesar. (3) Mampu membaca huruf cetak dalam ukuran besar [ukuran huruf no. 18.]. (4) Mampu membaca huruf cetak secara kombinasi, cetakan reguler dan cetakan besar. (5) Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

d. Keterbatasan Anak Tunanetra Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru. Keterbatasan dalam berinteraksi dalam lingkungan. Keterbatasan dalam mobilitas e. Media Belajar Anak Tunanetra Kelompok buta dengan media penulisan braille. Kelompok low vision dengan media tulisan awas yang dimodifikasi [misalnya tipe hurup diperbesar dan penggunaan alat pembesar]. f. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra Mengacu pada prinsip- prinsip sebagai beikut: - Kebutuhan akan pengalaman konkrit. - Kebutuhan akan pengalaman yang terintegrasi. - Kebutuhan dalam berbuat dan bekerja dalam belajar

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

2. Anak dengan gangguan pendengaran (Tunarungu)


a. Pengertian
adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi secara verbal.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

b. Ciri-ciri anak Tunarungu


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar. Banyak perhatian terhadap getaran. Terlambat dalam perkembangan bahasa Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara, Terlambat perkembangan bahasa, Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara, Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton,

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

3. Anak dengan gangguan Intelektual (Tunagrahita) a. Pengertian Adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugastugasnya.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

b. Ciri-ciri Tunagrahita Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar, Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia, Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunagrahita


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

i. Perbedaan tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. ii. Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak sebayanya, anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal yaitu: Tingkat kemahirannya dalam mamecahkan masalah Melakukan generalisasi dan mentranfer sesuatu yang baru Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

4. Anak dengan gangguan Anggota Tubuh (Tunadaksa)

a. Pengertian
Adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi,otot]. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

b. Ciri-ciri Tunadaksa Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam, Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa, Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali, bergetar) Terdapat cacat pada anggota gerak, Anggota gerak layu, kaku,lemah/lumpuh,

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunadaksa Guru sebelum memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak tunadaksa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: i. Segi kesehatan anak Apakah ia memiliki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, dan sebagainya ii. Kemampuan gerak dan mobilitas Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan sebagainya.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I
iii.

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

iv.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

v.

Kemampuan komunikasi Apakah ada kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan, isyarat) dan sebagainya. Kemampuan dalam merawat diri Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Posisi Bagaimana posisi anak tersebut pada wakyu menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, dan sebagainya. Sehingga physical therapis sangat diperlukan.

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

5. Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi (Tunalaras) a. Pengertian Tunalaras Adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

b. Ciri-ciri Tunalaras
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Cenderung membangkang Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila /hukum Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos, jarang masuk sekolah

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunalaras


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap anak Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi oleh setiap anak Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan minat anak. Perlu adanya pengembangan ahlak atau mental melalui kegiatan sehari-hari, dan contoh dari lingkungan.

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

6. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (gifted dan talented) a. Pengertian Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anakanak seusianya (anak normal)

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

b. Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukkan gagasan Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistimatis dan kritis Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati, Senang mencoba hal-hal baru, Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi, Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat, Senang terhadap kegiaan inelektual dan pemecahan- pemecahan masalah, Cepat menangkap hubungan sebabakibat, Tidak cepat puas atas prestasi yang dicapainya Lebih senang bergaul dengan anak yang lebih tua usianya. Dapat menguasai dengan cepat materi pelajaran

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa i. Program pengayaan horisontal, yaitu: 1) mengembangkan kemampuan explorasi. 2) mengembangkan pengayakan dalam arti memperdalam dan memperluas hal-hal yang ada diluar kurikulum biasa 3) excekutif intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

ii. Program pengayaan vertikal, yaitu: 1) Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu,atau tingkatan kelas. 2) Independent study, memberikan seluasluasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati. 3) Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat.

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

7. Anak Lamban Belajar ( Slow Learner)


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

a. Pengertian Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85) Dalam beberapa hal Anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi. Anak Lamban Belajar lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

b. Ciri-ciri anak lamban belajar:


Rata-rata prestasi belajarnya rendah (kurang dari 6), Menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya, Daya tangkap terhadap pelajaran lambat, Pernah tidak naik kelas.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Lamban Belajar


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Waktu yang lebih lama dibanding anak pada umumnya Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam memberikan penjelasan Memperbanyak latihan dari pada hapalan dan pemahaman Menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif oleh guru Diperlukan adanya pengajaran remedial

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

8. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

a. Pengertian Adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman, gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

Siswa berkesulitan belajar dapat dibagi dua:


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Pertama, yang berkaitan dengan perkembangan (developmental learning disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, memori, dan perilaku sosial. Kedua, yang berkaitan dengan akademik (membaca, menulis, dan berhitung) sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
(Kirk dan Gallagher, 1986: Mulyono Abduraahman, 1996: Hidayat,1996)

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

b. Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar Spesifik


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia) 1) Kesulitan membedakan bentuk, 2) Kemampuan memahami isi bacaan rendah, 3) Sering melakukan kesalahan dalam membaca

Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia) 1) Sangat lamban dalam menyalin tulisan 2) Sering salah menulis hurup b dengan p, p dengan q,v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya, 3) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, 4) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris. Next>>> <<<previous 5) Menulis huruf dengan posisi terbalik (p ditulis q atau b)

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkulia) 1) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >,

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<, = 2) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, 3) Sering salah membilang secara berurutan 4) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya, 5) Sulit membedakan bangun-bangun geometri

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan belajar khusus i. Materi pembelajaran hendaknya disesuikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi anak ii. Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang konkrit ke yang abstrak iii. Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan hambatannya. iv. Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak v. Pembelajaran remedial

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

9. Anak Autis
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

a. Pengertian Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dapat diartikan sebagai seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, perilaku sosial.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

b. Ciri-ciri Anak Autis: Mengalami hambatan di dalam bahasa Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan Kurang memiliki perasaan dan empati Sering berperilaku diluar kontrol dan meledakledak Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri Keterbatasan dalam mengekspresikan diri Berprilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Autis


A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam setting kelompok Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip) Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan.

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

E. IDENTIFIKASI & ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


1. Tujuan Identifikasi
Secara umum, dilakukan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (pisik, intelektual, sosial, emosional). Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan assesment, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

2. Langkah-langkah identifikasi:
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Penjaringan (screening), Pengalihtanganan (referal), Klasifikasi, Perencanaan pembelajaran, dan Pemantauan kemajuan belajar.

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

3. Sasaran Identifikasi
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Secara khusus (operasional), sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah: - Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler - Anak yang baru masuk di Sekolah reguler - Anak yang belum/tidak bersekolah

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

4. Petugas Identifikasi
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

Guru kelas; Guru Mata pelajaran/Guru BK Guru Pendidikan Khusus Orang tua anak; dan/atau Tenaga profesional terkait

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

5. Pelaksanaan Identifikasi
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

a. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out: - Dilakukan pendataan oleh sekolah yang bersangkutan di masyarakat setempat - Dilakukan pembicaraan dengan Kepala Desa / RW / RT setempat untuk tindak lanjutnya b. Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa di sekolah: - Menghimpun Data Anak - Menganalisis Data dan Mengklasifikasikan Anak - Menginformasikan Hasil Analisis dan Klasifikasi - Menyelenggarakan Pembahasan Kasus (case conference) - Menyusun Laporan Hasil Pembahasan Kasus
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

6. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi


Sebagai tindak lanjut dari kegiatan indentifikasi, dilakukan tindak lanjut sebagai berikut: a. Pelaksanaan Asesmen Merupakan kegiatan penyaringan terhadap anakanak yang telah teridentifikasi sebagai anak berkebutuhan khusus. Asesmen meliputi: (1) Asesmen Akademik, (2) Asesmen Sensorik dan Motorik, (3) Asesmen psikologis, emosi dan sosial.

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...

b. Perencanaan Pembelajaran Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI) c. Pelaksanaan Pembelajaran melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan di kelas regular sesuai dengan rancangan yang telah disusun d. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau kemunduran belajar anak

D.Karakteristik...
E.Identifikasi...

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

BAB III PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)


A. HAKEKAT PENDIDIKAN ABK DAN PERKEMBANGANNYA Pendidikan ABK awalnya disebut ortopaedagogik Secara terminologi : pendidikan yang bersifat meluruskan, memperbaiki, menyembuhkan, atau menormalkan kehidupan anak-anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa. Dengan kata lain istilah ortopaedgogik berarti ilmu pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa
(Mulyono, 1994)
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Perkembangan pendidikan luar biasa di dunia menunjukkan adanya perkembangan cara pandang baru terhadap pelayanan anak berkebutuhan khusus dan berkebutuhan pendidikan khusus lainnya. Intinya, bahwa setiap anak berhak mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan tidak terdiskriminasi. Termasuk juga anak-anak berkebutuhan khusus.

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

B. PENDIDIKAN ABK UMUM DAN KHUSUS

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan cabang dari ilmu pendidikan umum atau pedagogik umum yang di Indonesia biasa disebut pendidikan bagi anak luar biasa atau menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut pendidikan khusus.

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Pendidikan anak berkebutuhan khusus menurut Mulyono (1994) dibagi menjadi dua: - Pendidikan anak berkebutuhan khusus umum: mengkaji tentang pendidikan bagi anak luar biasa pada umumnya. - Pendidikan anak berkebutuhan khusus khusus: berkenan dengan pendidikan bagi tiap jenis anak luar biasa atau berkelainan.

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Ruang lingkup kajian pendidikan anak Berkebutuhan khusus umum meliputi: - hakekat anak berkebutuhan khusus - anak berkebutuhan pendidikan khusus lainnya landasan pendidikannya secara umum

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

C. BIDANG LAYANAN PENDIDIKAN ABK


A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

Terdapat 4 (empat) bidang layanan, yaitu: 1. Layanan Prevensi layanan yang dilakukan untuk mencegah agar hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami seorang anak tidak berdampak lebih jauh kepada aspek-aspek perkembangan lainnya. 2. Layanan Intervensi untuk menangani hambatan belajar dan hambatan perkembangan, agar mereka dapat berkembang secara optimal.

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

D. Prinsip
E. Pendidikan

c. Layanan Kompensatoris untuk memfasilitasi anak yang mengalami hambatan pada aspek tertentu (kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, hambatan perkembangan kognitif, motorik, serta emosi dan tingkah laku), dialihkan kepada fungsi lain yang memungkinkan dapat menggantikan fungsi yang hilang. d. Layanan Pengembangan Potensi untuk membantu peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan potensi dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak sehingga dapat menunjang kehidupannya di masyarakat.

F. Bentuk

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

D. PRINSIP LAYANAN PENDIDIKAN ABK


A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Prinsip dasar Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus menurut Musjafak Assjari (1995) adalah sebagai berikut:

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

Keseluruhan anak (all the children) Kenyataan (reality) Program yang dinamis (a dynamic program) Kesempatan yang sama (equality of opportunity) Kerjasama (cooperative)

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Selain itu juga ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: Prinsip kasih sayang Prinsip keperagaan Keterpaduan dan keserasian antar ranah Pengembangan minat dan bakat Kemampuan anak Model Pembiasaan Latihan Pengulangan Penguatan
(Suparno, dkk. t.t)

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

E. PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Perkembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu melalui tiga fase, yaitu: Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Aplikasi Teori-teori Ilmu yang lain Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Bagian dari Pedagogik Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Disiplin Ilmu yang Otonom
(Mulyono, 1994)

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

F. BENTUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ABK


A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu: 1.- Reguler Class Only (Kelas biasa dengan guru biasa) - Reguler Class with Consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB) - Itinerant Teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung) - Resource Teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak berada di ruang sumber dengan guru sumber)

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

2. Pusat Diagnostik-Prescriptif 3. - Hospital or Homebound Instruction (Pendidikan di rumah atau di rumah sakit, yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa). - Self-contained Class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB) - Special Day School (Sekolah luar biasa tanpa asrama) - Residential School (Sekolah luar biasa berasrama)

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu: 1. Pendidikan Segregrasi

D. Prinsip
E. Pendidikan

F. Bentuk

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
Ada empat bentuk, yaitu: a) Sekolah Luar Biasa (SLB) , b) Sekolah Luar Biasa Berasrama, c) Kelas jauh/Kelas Kunjung, dan d) Sekolah Dasar Luar Biasa.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

2. Pendidikan Terpadu/Integrasi/Inklusi
A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang

D. Prinsip
E. Pendidikan

Sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986), yaitu: 1) Bentuk Kelas Biasa, 2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, dan 3) Bentuk Kelas Khusus

F. Bentuk

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

BAB IV PENDIDIKAN INKLUSIF


A. LATAR BELAKANG

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Pendidikan tidak diskriminatif Pendidikan hak semua anak Kurang meratanya tempat sekolah khusus bagi Anak Berkelainan Khusus Perlu dilaksanakannya Pendidikan Inklusif, yang dimana anak-anak berkelainan khusus ditempatkan dengan anak-anak yang normal di sekolah reguler. Harapannya setiap anak berkelainan khusus dapat mengakses pelayanan pendidikan dimanapun mereka berada.
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

B. KONSEP PENDIDIKAN INKLUSIF


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

1. Pengertian Menurut Permendiknas No. 70 tahun 2009

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

2. Prinsip-Prinsip
A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia, dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Prinsip pemerataa n, pencitraan publik, danpeningkatan mutu. b. Prinsip kebutuhan individual c. Prinsip Kebermaknaan d. Prinsip keberlanjutan e. Prinsip Keterlibatan

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

3. Pendidikan Segregasi, Pendidikan Terpadu dan Pendidikan Inklusif


a. Sekolah segregasi Sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

b. Sekolah terpadu
A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individual anak. Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individual anak. Keuntungannya adalah anak berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan sosial yang luas dan wajar.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

c. Sekolah inklusif
A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik Keuntungan : - ABK maupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, - kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing. Konsekuensi : pihak sekolah dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

4. Implikasi manajerial pendidikan inklusif


a. Sekolah menerapkan system manajemen berbasis sekolah (MBS) b. Sekolah menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan. c. Sekolah menyiapkan sistem pengelolaan kelas yang mampu mengakomodasi hiterogenitas kebutuhan khusus peserta didik.

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

d. Guru memiliki kompetensi pembelajaran bagi semua peserta didik serta kompetensi pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus e. Guru berkemampuan dalam mengoptimalkan peran orangtua, tenaga professional, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat (LSM),dan komite sekolah dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di sekolah.

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

C. SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN INKLUSIF


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

Sejarah perkembangan pendidikan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negaranegara Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa ke Scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat di Inggris dalam Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari segregatif ke integratif

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Pada tahun 1989 diadakan konvensi dunia tentang hak anak dan konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi education for all Pada tahun 1994 diselenggarakan konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal dengan the Salamanca statement on inclusive education Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Pada tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi Pemerintah Indonesia sendiri sejak tahun 2000 telah mengembangkan program pendidikan inklusif.
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. TUJUAN PENDIDIKAN INKLUSIF Tujuan penyelenggarakan pendidikan inklusif adalah:

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. b. Membantu mempercepat program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah d. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keberagaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

E. PRO DAN KOTRA PENDIDIKAN INKLUSIF


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

1. Pro Pendidikan Inklusif a. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus. b. Beaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan dengan sekolah regular. c. Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

d. SLB (terutama yang berasrama) merupakan sekolah yang memisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata. Sedangkan sekolah inklusif lebih menyatukan anak dengan kehidupan nyata. e. Banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai. f. Penyelenggaraan SLB berimplikasi adanya labelisasi anak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat. Orangtua tidak mau ke SLB. g. Melalui pendidikan inklusif akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

2. Kontra Pendidikan Inklusif


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

a. Peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus. b. Hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. c. Banyak orangtua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler. d. Banyak sekolah reguler yang belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusif karena menyangkut sumberdaya yang terbatas. e. Sekolah khusus/SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yang sejenis.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

3. Pendidikan Inklusif yang Moderat


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

Jalan keluar untuk mengatasi pro dan kontra tentang pendidikan inklusif, maka dapat diterapkan pendidikan inklusif yang moderat.

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Pendidikan inklusif yang moderat dimaksud adalah :


a. Pendidikan inklusif yang memadukan antara terpadu dan Inklusi penuh. b. Model moderat dikenal dengan model Meanstreaming

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

c. Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam prakteknya anak berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus fleksibel pindah dari satu bentuk layanan ke yang lain, seperti : bentuk kelas reguler penuh bentuk kelas reguler dengan cluster bentuk kelas reguler dengan pull out bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian. bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

F. LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSIF


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Penerapan pendidikan inklusif di Indonesia mempunyai landasan fiolosifis, yuridis, pedagogis dan empiris yang kuat. Landasan Filosofis Bhineka Tunggal Ika, Pandangan Agama, Pandangan universal Hak azasi manusia,

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Landasan Yuridis Nasional : - UUD 1945 (amandemen) pasal 31 - UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 - UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak , - UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, - Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif - Deklarasi Bandung: Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif tanggal 8-14 Agustus 2004 Internasional : - Salamanca Statement and Framework for Action on - Special Needs Education (1994) - Deklarasi Bukittinggi: Tahun 2005

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

Landasan pedagogis Pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional
Landasan Empiris Penelitian-penelitian tentang inklusi di negara-negara barat. Salah satu penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat)

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

G. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF


A. Latar B. Konsep C. Sejarah

Yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah: Sasaran Pendidikan Inklusif (Anak-anak Berkelainan Khusus) Pelaksanaan Identifikasi dan Asesmen Kurikulum Pendidikan (menggunakan KTSP yang dapat dikembangkan sedemikian serupa sehingga optimal bagi pelaksanaan pendidikan inklusif)

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

Kegiatan pembelajaran, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut dari evaluasi terhadap pembelajaran tersebut. Sertifikasi, yaitu penghargaan terhadap siswa yang telah berhasil mencapai prestasi. Sistem kenaikan kelas dan laporan hasil belajar Sarana dan prasarana pendidikan Manajemen Sekolah Pemberdayaan Masyarakat

<<<previous

Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

1.Kriteria Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kriterianya:


Kesiapan sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan inklusif (kepala sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua) Terdapat anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah Tersedia guru khusus/PLB (guru tetap sekolah atau guru yang diperbantukan dari lembaga lain) atau berkesanggupan menyediakan guru khusus/PLB (guru tetap sekolah atau guru yang diperbantukan dari lembaga lain Komitmen terhadap penuntasan wajib belajar yang dibuktikan adanya surat penyataan Memiliki jaringan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan Tersedia sarana penunjang yang dapat diakses oleh semua anak Pihak sekolah telah memperoleh sosialisasi tentang pendidikan inklusi Memenuhi ketentuan prosedur administrasi yang ditetapkan pada masing-masing wilayah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

<<<previous

Next>>>

Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

2. Mekanisme penyelenggaraan: a. Pengajuan proposal/laporan penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Pendidikan Kabupaten/Kota. b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menindaklanjuti proposal/ laporan dari sekolah yang bersangkutan kepada Dinas Pendidikan Provinsi. c. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan visitasi ke sekolah yang bersangkutan. d. Dinas Pendidikan Provinsi menetapkan sekolah yang bersangkutan sebagai penyelenggara pendidikan inklusif dengan menerbitkan surat penetapannya, dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA

SEKOLAH
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK)

Mekanisme Penetapan Sekolah Inklusif


<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

BERANDA

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

EXIT

A. Latar B. Konsep C. Sejarah

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan inklusif, dilakukan Pembinaan dan Monitoring oleh Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota atau Provinsi. Setiap akhir tahun, dibuat laporan tertulis tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif oleh sekolah yanng bersangkutan yang memuat: 1) Peserta didik, 2) Kurikulum yang digunakan, 3) Sarana Prasarana, 4) Tenaga Pendidik dan Kependidikan, 5) Proses pembelajaran, 6) Hasil evaluasi beserta permasalahan yang dihadapi. Setiap sekolah penyelenggara dapat mengembangkan format laporan sesuai ketentuan yang berlaku.

D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga

<<<previous

Finish>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS

TERIMA KASIH

You might also like

  • Silabus
    Silabus
    Document4 pages
    Silabus
    Wahyuni
    No ratings yet
  • Curriculum Vitae
    Curriculum Vitae
    Document4 pages
    Curriculum Vitae
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Soal Jawaban Kimia Unsur
    Soal Jawaban Kimia Unsur
    Document7 pages
    Soal Jawaban Kimia Unsur
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document54 pages
    Bab Ii
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document3 pages
    Daftar Pustaka
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Soal Peredaran Darah
    Soal Peredaran Darah
    Document2 pages
    Soal Peredaran Darah
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Soal Jawaban Kimia Unsur
    Soal Jawaban Kimia Unsur
    Document7 pages
    Soal Jawaban Kimia Unsur
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Taksonomi Bloom
    Taksonomi Bloom
    Document6 pages
    Taksonomi Bloom
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Soal Latihan
    Soal Latihan
    Document1 page
    Soal Latihan
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Formulir
    Formulir
    Document5 pages
    Formulir
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Absen Semprop
    Absen Semprop
    Document3 pages
    Absen Semprop
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document54 pages
    Bab Ii
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • RPP Ujian 90 Mnit
    RPP Ujian 90 Mnit
    Document10 pages
    RPP Ujian 90 Mnit
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document5 pages
    Cover
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document6 pages
    Bab I
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Interpretasi H NMR
    Interpretasi H NMR
    Document17 pages
    Interpretasi H NMR
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document5 pages
    Cover
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • RPP Larutan Elektrolit
    RPP Larutan Elektrolit
    Document24 pages
    RPP Larutan Elektrolit
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • RPP 2013
    RPP 2013
    Document6 pages
    RPP 2013
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Lampiran III Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler
    Lampiran III Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler
    Document9 pages
    Lampiran III Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Modul Belajar Kimia
    Modul Belajar Kimia
    Document1 page
    Modul Belajar Kimia
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • FORMAT Judul Skripsi Karin
    FORMAT Judul Skripsi Karin
    Document1 page
    FORMAT Judul Skripsi Karin
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Tugas Review Jurnal
    Tugas Review Jurnal
    Document10 pages
    Tugas Review Jurnal
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Tugas Kim Kinetika
    Tugas Kim Kinetika
    Document15 pages
    Tugas Kim Kinetika
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Soal Ulangan
    Soal Ulangan
    Document2 pages
    Soal Ulangan
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • MANAJEMEN
    MANAJEMEN
    Document32 pages
    MANAJEMEN
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • PERCOBAAN II
    PERCOBAAN II
    Document20 pages
    PERCOBAAN II
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Transkripsi
    Transkripsi
    Document5 pages
    Transkripsi
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet
  • Manajemen Kurikulum
    Manajemen Kurikulum
    Document17 pages
    Manajemen Kurikulum
    Karina Nurcahyani Arifah
    No ratings yet