Professional Documents
Culture Documents
LEARNING RESOURCES CENTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
START EXIT
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
BAB I PENDAHULUAN
A. TUJUAN Melalui materi pokok di dalam modul ini diharapkan dapat membantu para dosen dan calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di Indonesia.
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
B. MANFAAT Diharapkan dapat bermanfaat bagi para dosen dan calon guru dalam pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah masing-masing. Diharapkan juga bermanfaat bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam bentuk kesanggupan mereka mengikuti pendidikan formal yang diikuti secara mandiri tanpa banyak memerlukan bantuan orang lain.
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
C. STRATEGI
A. TUJUAN B. MANFAAT C. STRATEGI
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari modul: 1. Tumbuhkan semangat yang kuat untuk sanggup membaca buku modul secara keseluruhan. 2. Bacalah isi buku modul secara keseluruhan kemudian buatlah catatan kecil sebagai inti (ringkasan) dari setiap sub pokok bahasan dalam buku modul. 3. Setelah merasa cukup memahami seluruh substansi isi, selanjutnya membaca buku lain yang relevan ataupun melakukan diskusi dengan teman. 4. Ada baiknya kalau para mahasiswa juga melatih diri dengan membuat refleksi bayangan atas apa yang telah dipelajari di dalam buku modul.
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
B. PENGERTIAN ABK
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu : (1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan (3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
C. KLASIFIKASI ABK
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) a. Kurang awas (low vision) b. Buta (blind) 2. Anak dengan gangguan pendengaran dan/atau wicara a. Kurang dengar (hard of hearing) b. Tuli (deaf) 3. Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata-rata (tunagrahita) a. Tunagrahita ringan (IQ antara 50- 70) b. Tunagrahita sedang (IQ antara 25 - 50) c. Tunagrahita berat (IQ di bawah 25)
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
4. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented) a. Cerdas istimewa (gifted dan genius) anak dengan IQ di atas rata-rata b. Bakat istimewa (talended) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik) 5. Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa). a. Anak layuh anggota gerak tubuh (polio) b. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
6. Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (Tunalaras) a. Anak dengan gangguan prilaku Anak dengan gangguan prilaku taraf ringan Anak dengan gangguan prilaku taraf sedang Anak dengan gangguan prilaku taraf berat b. Anak dengan gangguan emosi Anak dengan gangguan emosi taraf ringan Anak dengan gangguan emosi taraf sedang Anak dengan gangguan emosi taraf berat 7. Anak dengan kesulitan belajar spesifik (specific learning disability) 8. Anak lamban belajar (slow learner) 9. Anak Aautis
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. KARAKTERISTIK ABK
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) a. Pengertian Adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Ciri-ciri Tunanetra
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Kurang melihat (kabur), tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 m. Kesulitan mengambil benda kecil didekatnya. Tidak dapat menulis mengikuti garis lurus. Sering meraba-raba dan tersandung waktu berjalan, Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik kering. Tidak mampu melihat. Peradangan hebat pada kedua bola mata, Mata bergoyang terus
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
c. Anak Tunanetra dapat dikelompokkan, sebagai berikut: Berdasarkan ukuran ketajaman penglihatan: (1) Mampu melihat dengan ketajaman penglihatan (acuity) 20/70. (2) (2) Mampu membaca huruf paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet [ acuity 20/200 legal blind ] dikategorikan Buta. Anak dengan keterbatasan penglihatan (low vision) Karakteristik: (1) Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak. (2) Menghitung jari dari berbagai jarak. (3) Tidak mengenal tangan yang digerakan.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Kelompok yang mengalami keterbatasan pengelihatan berat [buta] : (1) Mempunyai persepsi cahaya [ligt perception) (2) Tidak memiliki persepsi cahaya [ no light perception ] Dalam perspektif pendidikan, tunanetra dikelompokan menjadi : (1) Mereka yang mampu membaca huruf cetak standar. (2) Mampu membaca huruf cetak standar,tetapi dengan bantuan kaca pembesar. (3) Mampu membaca huruf cetak dalam ukuran besar [ukuran huruf no. 18.]. (4) Mampu membaca huruf cetak secara kombinasi, cetakan reguler dan cetakan besar. (5) Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
d. Keterbatasan Anak Tunanetra Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru. Keterbatasan dalam berinteraksi dalam lingkungan. Keterbatasan dalam mobilitas e. Media Belajar Anak Tunanetra Kelompok buta dengan media penulisan braille. Kelompok low vision dengan media tulisan awas yang dimodifikasi [misalnya tipe hurup diperbesar dan penggunaan alat pembesar]. f. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra Mengacu pada prinsip- prinsip sebagai beikut: - Kebutuhan akan pengalaman konkrit. - Kebutuhan akan pengalaman yang terintegrasi. - Kebutuhan dalam berbuat dan bekerja dalam belajar
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar. Banyak perhatian terhadap getaran. Terlambat dalam perkembangan bahasa Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara, Terlambat perkembangan bahasa, Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi, Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara, Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton,
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
3. Anak dengan gangguan Intelektual (Tunagrahita) a. Pengertian Adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugastugasnya.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Ciri-ciri Tunagrahita Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar, Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia, Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan Kordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
i. Perbedaan tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. ii. Perbedaan karakteristik belajar anak tunagrahita dengan anak sebayanya, anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal yaitu: Tingkat kemahirannya dalam mamecahkan masalah Melakukan generalisasi dan mentranfer sesuatu yang baru Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
a. Pengertian
Adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak [tulang, sendi,otot]. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguan fungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Ciri-ciri Tunadaksa Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam, Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/ lebih kecil dari biasa, Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali, bergetar) Terdapat cacat pada anggota gerak, Anggota gerak layu, kaku,lemah/lumpuh,
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunadaksa Guru sebelum memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak tunadaksa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: i. Segi kesehatan anak Apakah ia memiliki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah dioperasi, dan sebagainya ii. Kemampuan gerak dan mobilitas Apakah anak ke sekolah menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan sebagainya.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
iii.
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
iv.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
v.
Kemampuan komunikasi Apakah ada kelainan dalam berkomunikasi, dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan, isyarat) dan sebagainya. Kemampuan dalam merawat diri Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak. Posisi Bagaimana posisi anak tersebut pada wakyu menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, dan sebagainya. Sehingga physical therapis sangat diperlukan.
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
5. Anak dengan gangguan Prilaku dan Emosi (Tunalaras) a. Pengertian Tunalaras Adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibat terganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Ciri-ciri Tunalaras
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Cenderung membangkang Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila /hukum Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah sering bolos, jarang masuk sekolah
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap anak Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi oleh setiap anak Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan minat anak. Perlu adanya pengembangan ahlak atau mental melalui kegiatan sehari-hari, dan contoh dari lingkungan.
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
6. Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (gifted dan talented) a. Pengertian Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anakanak seusianya (anak normal)
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Ciri-ciri Anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki perbendaharaan kata yang luas Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi Mempunyai inisiatif, kreatif dan original dalam menunjukkan gagasan Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi, sistimatis dan kritis Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati, Senang mencoba hal-hal baru, Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi, Mempunyai daya imajinasi dan ingatan yang kuat, Senang terhadap kegiaan inelektual dan pemecahan- pemecahan masalah, Cepat menangkap hubungan sebabakibat, Tidak cepat puas atas prestasi yang dicapainya Lebih senang bergaul dengan anak yang lebih tua usianya. Dapat menguasai dengan cepat materi pelajaran
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa i. Program pengayaan horisontal, yaitu: 1) mengembangkan kemampuan explorasi. 2) mengembangkan pengayakan dalam arti memperdalam dan memperluas hal-hal yang ada diluar kurikulum biasa 3) excekutif intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
ii. Program pengayaan vertikal, yaitu: 1) Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu,atau tingkatan kelas. 2) Independent study, memberikan seluasluasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati. 3) Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat.
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
a. Pengertian Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah anak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85) Dalam beberapa hal Anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi. Anak Lamban Belajar lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Waktu yang lebih lama dibanding anak pada umumnya Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat dalam memberikan penjelasan Memperbanyak latihan dari pada hapalan dan pemahaman Menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif oleh guru Diperlukan adanya pengajaran remedial
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
a. Pengertian Adalah individu yang mengalami gangguan dalam suatu proses psikologis dasar, disfungsi sistem syaraf pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan nyata dalam: pemahaman, gangguan mendengarkan, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Pertama, yang berkaitan dengan perkembangan (developmental learning disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi, bahasa dan komunikasi, memori, dan perilaku sosial. Kedua, yang berkaitan dengan akademik (membaca, menulis, dan berhitung) sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
(Kirk dan Gallagher, 1986: Mulyono Abduraahman, 1996: Hidayat,1996)
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia) 1) Kesulitan membedakan bentuk, 2) Kemampuan memahami isi bacaan rendah, 3) Sering melakukan kesalahan dalam membaca
Anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia) 1) Sangat lamban dalam menyalin tulisan 2) Sering salah menulis hurup b dengan p, p dengan q,v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya, 3) Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, 4) Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris. Next>>> <<<previous 5) Menulis huruf dengan posisi terbalik (p ditulis q atau b)
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkulia) 1) Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >,
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<, = 2) Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, 3) Sering salah membilang secara berurutan 4) Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya, 5) Sulit membedakan bangun-bangun geometri
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
c. Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan belajar khusus i. Materi pembelajaran hendaknya disesuikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi anak ii. Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang konkrit ke yang abstrak iii. Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan hambatannya. iv. Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak v. Pembelajaran remedial
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
9. Anak Autis
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
a. Pengertian Autis dari kata auto, yang berarti sendiri, dapat diartikan sebagai seorang anak yang hidup dalam dunianya. Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi, perilaku sosial.
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
b. Ciri-ciri Anak Autis: Mengalami hambatan di dalam bahasa Kesulitan dalam mengenal dan merespon emosi dengan isyarat sosial Kekakuan dan miskin dalam mengekspresikan perasaan Kurang memiliki perasaan dan empati Sering berperilaku diluar kontrol dan meledakledak Secara menyeluruh mengalami masalah dalam perilaku Kurang memahami akan keberadaan dirinya sendiri Keterbatasan dalam mengekspresikan diri Berprilaku monoton dan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam setting kelompok Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip) Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan.
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
2. Langkah-langkah identifikasi:
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Penjaringan (screening), Pengalihtanganan (referal), Klasifikasi, Perencanaan pembelajaran, dan Pemantauan kemajuan belajar.
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
3. Sasaran Identifikasi
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Secara khusus (operasional), sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah: - Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler - Anak yang baru masuk di Sekolah reguler - Anak yang belum/tidak bersekolah
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
4. Petugas Identifikasi
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
Guru kelas; Guru Mata pelajaran/Guru BK Guru Pendidikan Khusus Orang tua anak; dan/atau Tenaga profesional terkait
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
5. Pelaksanaan Identifikasi
A.Latar Belakang B.Pengertian... C.Klasifikasi...
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
a. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out: - Dilakukan pendataan oleh sekolah yang bersangkutan di masyarakat setempat - Dilakukan pembicaraan dengan Kepala Desa / RW / RT setempat untuk tindak lanjutnya b. Untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa di sekolah: - Menghimpun Data Anak - Menganalisis Data dan Mengklasifikasikan Anak - Menginformasikan Hasil Analisis dan Klasifikasi - Menyelenggarakan Pembahasan Kasus (case conference) - Menyusun Laporan Hasil Pembahasan Kasus
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Perencanaan Pembelajaran Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI) c. Pelaksanaan Pembelajaran melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan di kelas regular sesuai dengan rancangan yang telah disusun d. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau kemunduran belajar anak
D.Karakteristik...
E.Identifikasi...
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Perkembangan pendidikan luar biasa di dunia menunjukkan adanya perkembangan cara pandang baru terhadap pelayanan anak berkebutuhan khusus dan berkebutuhan pendidikan khusus lainnya. Intinya, bahwa setiap anak berhak mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan tidak terdiskriminasi. Termasuk juga anak-anak berkebutuhan khusus.
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
Pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan cabang dari ilmu pendidikan umum atau pedagogik umum yang di Indonesia biasa disebut pendidikan bagi anak luar biasa atau menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut pendidikan khusus.
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Pendidikan anak berkebutuhan khusus menurut Mulyono (1994) dibagi menjadi dua: - Pendidikan anak berkebutuhan khusus umum: mengkaji tentang pendidikan bagi anak luar biasa pada umumnya. - Pendidikan anak berkebutuhan khusus khusus: berkenan dengan pendidikan bagi tiap jenis anak luar biasa atau berkelainan.
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Ruang lingkup kajian pendidikan anak Berkebutuhan khusus umum meliputi: - hakekat anak berkebutuhan khusus - anak berkebutuhan pendidikan khusus lainnya landasan pendidikannya secara umum
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
Terdapat 4 (empat) bidang layanan, yaitu: 1. Layanan Prevensi layanan yang dilakukan untuk mencegah agar hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami seorang anak tidak berdampak lebih jauh kepada aspek-aspek perkembangan lainnya. 2. Layanan Intervensi untuk menangani hambatan belajar dan hambatan perkembangan, agar mereka dapat berkembang secara optimal.
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Prinsip
E. Pendidikan
c. Layanan Kompensatoris untuk memfasilitasi anak yang mengalami hambatan pada aspek tertentu (kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, hambatan perkembangan kognitif, motorik, serta emosi dan tingkah laku), dialihkan kepada fungsi lain yang memungkinkan dapat menggantikan fungsi yang hilang. d. Layanan Pengembangan Potensi untuk membantu peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan potensi dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak sehingga dapat menunjang kehidupannya di masyarakat.
F. Bentuk
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Prinsip dasar Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus menurut Musjafak Assjari (1995) adalah sebagai berikut:
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
Keseluruhan anak (all the children) Kenyataan (reality) Program yang dinamis (a dynamic program) Kesempatan yang sama (equality of opportunity) Kerjasama (cooperative)
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Selain itu juga ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: Prinsip kasih sayang Prinsip keperagaan Keterpaduan dan keserasian antar ranah Pengembangan minat dan bakat Kemampuan anak Model Pembiasaan Latihan Pengulangan Penguatan
(Suparno, dkk. t.t)
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Perkembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu melalui tiga fase, yaitu: Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Aplikasi Teori-teori Ilmu yang lain Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Bagian dari Pedagogik Pendidikan anak berkebutuhan khusus Sebagai Disiplin Ilmu yang Otonom
(Mulyono, 1994)
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Menurut Hallahan dan Kauffman (1991) bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ada berbagai pilihan, yaitu: 1.- Reguler Class Only (Kelas biasa dengan guru biasa) - Reguler Class with Consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB) - Itinerant Teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung) - Resource Teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anak berada di ruang sumber dengan guru sumber)
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
2. Pusat Diagnostik-Prescriptif 3. - Hospital or Homebound Instruction (Pendidikan di rumah atau di rumah sakit, yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa). - Self-contained Class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB) - Special Day School (Sekolah luar biasa tanpa asrama) - Residential School (Sekolah luar biasa berasrama)
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu: 1. Pendidikan Segregrasi
D. Prinsip
E. Pendidikan
F. Bentuk
Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
Ada empat bentuk, yaitu: a) Sekolah Luar Biasa (SLB) , b) Sekolah Luar Biasa Berasrama, c) Kelas jauh/Kelas Kunjung, dan d) Sekolah Dasar Luar Biasa.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
2. Pendidikan Terpadu/Integrasi/Inklusi
A. Hakekat... B. Pendidikan C. Bidang
D. Prinsip
E. Pendidikan
Sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986), yaitu: 1) Bentuk Kelas Biasa, 2) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, dan 3) Bentuk Kelas Khusus
F. Bentuk
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Pendidikan tidak diskriminatif Pendidikan hak semua anak Kurang meratanya tempat sekolah khusus bagi Anak Berkelainan Khusus Perlu dilaksanakannya Pendidikan Inklusif, yang dimana anak-anak berkelainan khusus ditempatkan dengan anak-anak yang normal di sekolah reguler. Harapannya setiap anak berkelainan khusus dapat mengakses pelayanan pendidikan dimanapun mereka berada.
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
2. Prinsip-Prinsip
A. Latar B. Konsep C. Sejarah
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia, dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Prinsip pemerataa n, pencitraan publik, danpeningkatan mutu. b. Prinsip kebutuhan individual c. Prinsip Kebermaknaan d. Prinsip keberlanjutan e. Prinsip Keterlibatan
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
b. Sekolah terpadu
A. Latar B. Konsep C. Sejarah
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individual anak. Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individual anak. Keuntungannya adalah anak berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan sosial yang luas dan wajar.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
c. Sekolah inklusif
A. Latar B. Konsep C. Sejarah
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik Keuntungan : - ABK maupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, - kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing. Konsekuensi : pihak sekolah dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
d. Guru memiliki kompetensi pembelajaran bagi semua peserta didik serta kompetensi pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus e. Guru berkemampuan dalam mengoptimalkan peran orangtua, tenaga professional, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat (LSM),dan komite sekolah dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di sekolah.
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Sejarah perkembangan pendidikan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negaranegara Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun1960-an oleh Presiden Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa ke Scandinavia untuk mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat di Inggris dalam Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari segregatif ke integratif
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Pada tahun 1989 diadakan konvensi dunia tentang hak anak dan konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan deklarasi education for all Pada tahun 1994 diselenggarakan konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal dengan the Salamanca statement on inclusive education Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Pada tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi Pemerintah Indonesia sendiri sejak tahun 2000 telah mengembangkan program pendidikan inklusif.
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. b. Membantu mempercepat program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah d. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keberagaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
1. Pro Pendidikan Inklusif a. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus. b. Beaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan dengan sekolah regular. c. Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
d. SLB (terutama yang berasrama) merupakan sekolah yang memisahkan anak dari kehidupan sosial yang nyata. Sedangkan sekolah inklusif lebih menyatukan anak dengan kehidupan nyata. e. Banyak bukti di sekolah reguler terdapat anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan layanan yang sesuai. f. Penyelenggaraan SLB berimplikasi adanya labelisasi anak cacat yang dapat menimbulkan stigma sepanjang hayat. Orangtua tidak mau ke SLB. g. Melalui pendidikan inklusif akan terjadi proses edukasi kepada masyarakat agar menghargai adanya perbedaan.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
a. Peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus. b. Hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. c. Banyak orangtua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler. d. Banyak sekolah reguler yang belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusif karena menyangkut sumberdaya yang terbatas. e. Sekolah khusus/SLB dianggap lebih efektif karena diikuti anak yang sejenis.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Jalan keluar untuk mengatasi pro dan kontra tentang pendidikan inklusif, maka dapat diterapkan pendidikan inklusif yang moderat.
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
c. Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam prakteknya anak berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus fleksibel pindah dari satu bentuk layanan ke yang lain, seperti : bentuk kelas reguler penuh bentuk kelas reguler dengan cluster bentuk kelas reguler dengan pull out bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian. bentuk kelas khusus penuh di sekolah reguler
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Penerapan pendidikan inklusif di Indonesia mempunyai landasan fiolosifis, yuridis, pedagogis dan empiris yang kuat. Landasan Filosofis Bhineka Tunggal Ika, Pandangan Agama, Pandangan universal Hak azasi manusia,
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Landasan Yuridis Nasional : - UUD 1945 (amandemen) pasal 31 - UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 - UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak , - UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, - Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif - Deklarasi Bandung: Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif tanggal 8-14 Agustus 2004 Internasional : - Salamanca Statement and Framework for Action on - Special Needs Education (1994) - Deklarasi Bukittinggi: Tahun 2005
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Landasan pedagogis Pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional
Landasan Empiris Penelitian-penelitian tentang inklusi di negara-negara barat. Salah satu penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat)
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah: Sasaran Pendidikan Inklusif (Anak-anak Berkelainan Khusus) Pelaksanaan Identifikasi dan Asesmen Kurikulum Pendidikan (menggunakan KTSP yang dapat dikembangkan sedemikian serupa sehingga optimal bagi pelaksanaan pendidikan inklusif)
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
Kegiatan pembelajaran, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut dari evaluasi terhadap pembelajaran tersebut. Sertifikasi, yaitu penghargaan terhadap siswa yang telah berhasil mencapai prestasi. Sistem kenaikan kelas dan laporan hasil belajar Sarana dan prasarana pendidikan Manajemen Sekolah Pemberdayaan Masyarakat
<<<previous
Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Next>>>
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
2. Mekanisme penyelenggaraan: a. Pengajuan proposal/laporan penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Pendidikan Kabupaten/Kota. b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menindaklanjuti proposal/ laporan dari sekolah yang bersangkutan kepada Dinas Pendidikan Provinsi. c. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi melakukan visitasi ke sekolah yang bersangkutan. d. Dinas Pendidikan Provinsi menetapkan sekolah yang bersangkutan sebagai penyelenggara pendidikan inklusif dengan menerbitkan surat penetapannya, dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
<<<previous Next>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
SEKOLAH
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK)
BERANDA
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
EXIT
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan inklusif, dilakukan Pembinaan dan Monitoring oleh Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota atau Provinsi. Setiap akhir tahun, dibuat laporan tertulis tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif oleh sekolah yanng bersangkutan yang memuat: 1) Peserta didik, 2) Kurikulum yang digunakan, 3) Sarana Prasarana, 4) Tenaga Pendidik dan Kependidikan, 5) Proses pembelajaran, 6) Hasil evaluasi beserta permasalahan yang dihadapi. Setiap sekolah penyelenggara dapat mengembangkan format laporan sesuai ketentuan yang berlaku.
D. Tujuan
E. Pro & Kontra F. Landasan G. Penyelengga
<<<previous
Finish>>>
Learning Resource Center | FKIP UNS
TERIMA KASIH