You are on page 1of 54

OM SWASTYASTU

Anatomi Fisiologi Sistem Sensori

1. Anatomi sistem penglihatan (mata)


Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva. Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari kekeringan.

Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung.

Bola mata
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil yang membentuk kornea. Lapisan tengah yaitu koroid mengandung pembuluh pembuluh darah yang arteriolnya masuk kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen suspensori dan iris.

Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut. Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan penglihatan warna. Sel sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan malam.

Iris dan lensa


Iris merupakan bagian terdepan tunika vaskulosan okuli, berwarna karena mengandung pigment, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12mm tebal 0,5mm, di tengah terletak bagian berlubang yang disebut pupil. Ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek (akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat.

Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensa tersusun dari sel sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar.

2. Fisiologi penglihatan (mata)


Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan strukturstruktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa.

Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.

Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP) Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous. Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dengan meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem.

Sistem pertahanan katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena. Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional.

3.Anatomi sistem pendengaran (telinga)


Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. a. Telinga luar Auricula : Mengumpulkan suara yang diterima Meatus Acusticus Eksternus : Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna Canalis Auditorius Eksternus: Meneruskan suara ke memberan timpani Membran timpani: Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang mekanik

b. Telinga tengah Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Telinga tengah terdiri dari : Tuba auditorius (eustachius) Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)

Tuba auditorius (eustachius) Penghubung faring dan cavum naso faring untuk : Proteksi: melindungi ndari kuman Drainase: mengeluarkan cairan. Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam. Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes) Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan berkembang.

c. Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari : Koklea Skala vestibule: mengandung perlimfe Skala media: mengandung endolimfe Skala timani: mengandung perlimfe Organo corti Mengandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran di membran basilaris. Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput.

Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi.

4.Fisiologi pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.

5. Anatomi sistem penciuman (hidung)


Fungsi hidung sebagai jalan napas, alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring & pembersih udara, indera pembau, resonansi suara, membantu proses berbicara, dan refleksi nasal. Hidung juga merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata.

Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1. Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa digerakkan. 2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang bisa sedikit digerakkan. 3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah digerakkan.

Struktur penting dari anatomi hidung : 1. Dorsum nasi (batang hidung) Struktur yang membangun dorsum nasi (batang hidung) : 1. Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) 2. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung) 2. Septum Nasi Fungsi utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua kavum nasi (lubang hidung).

3. Kavum Nasi (Lubang Hidung) Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan mukosa respiratori. Rongga hidung tersusun oleh : 1. Nares anterior (nosetril). 2. Vestibulum nasi. 3. Nares posterior (choanae).

6. Fisiologi penciuman
Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau. Receptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita.

7. Anatomi sistem peraba (kulit)


Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Lapisan kulit manusia terdapat beberapa lapisan, yaitu: a. Epidermis b. Dermis

a. Epidermis Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang terdiri atas beberapa lapisan, yaitu : a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk b) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan pengecatan terhadap kulit dan rambut c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah.

b. Dermis Lapisan dermis terdiri atas beberapa bagian, yaitu a) Akar Rambut b) Pembuluh Darah c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea) d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera), dan e) Serabut Saraf

8. Fisiologi peraba
Fungsi kulit secara umum. 1. Sebagai proteksi. Masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.) Melindungi dari trauma yang terus menerus. 2. Pengontrol/pengatur suhu. 3. Proses Hilangnya Panas Dari Tubuh 4. Sensibilitas 5. Keseimbangan Air

9. Anatomi sistem perasa (lidah)


Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.

Terdapat tiga jenis papila yaitu: 1. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus 2. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di belakang lidah 3. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.

10. Fisiologi lidah


1. Substansi yang dirasakan harus berbentuk cairan atau larut dalam saliva. 2. Kuncup pengecap bekerja sama dengan reseptor pada rambut pengecap. Sensasi Rasa: 1. Kuncup pengecap yang sensitive terhadap rasa manis, terletak di ujung lidah. 2. Substansi asam dirasakan terutama di bagian samping lidah. 3. Substansi asin reseptornya terkumpul di bagian samping lidah. 4. Substansi pahit akan menstimulasi di bagian belakang lidah.

11. Pengertian visus


Visus adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari interpretasi di otak. Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbolsimbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta ukuran dari simbol yang bervariasi.

Visus sentralis Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat. a. Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. b. Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di retina.

Visus perifer Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping.

12. Test rinne


Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu : a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien.

Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne : 1) Normal : tes rinne positif 2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama) 3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan : Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala. Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.

13.Test weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras.

Interpretasi: a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya. b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya: Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan. Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat.

Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan. Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan. Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.

14. Test swabach


Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale.

Cara Kerja : Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

15. NYERI
Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi tubuh. Nyeri tumbuh bilamana jaringan sedang rusak. Dan nyeri menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rengsangan nyeri tersebut. Orang yang sudah kehilangan indra nyerinya seperti orang yang sudah kerusakan medula spinalis, tidak dapat merasakan nyeri tersebut.

Sifat-sifat nyeri Nyeri telah digolongkan ke dalam tiga jenis utama, yaitu tertusuk, terbakar dan pegal. Istilah lain yang digunakan untuk melukiskan berbagai jenis nyeri, yaitu nyeri berdenyut, nyeri memualkan, nyeri kejang, nyeri tajam dan nyeri listrik.

Nyeri tetusuk dirasakan bila suatu jarum di tusukkan ke dalam kulit atau bila kulit dipotong dengan pisau. Nyeri tertusuk disebabkan oleh perangsangan serabut nyeri jenis A delta. Nyeri terbakar dan pegal disebabkan oleh perangsangan serabut jenis C yang lebih primitif.

Reseftor nyeri dan perangsangannya Beberapa serat nyeri hampir seluruhnya terangsang oleh sterss mekanis berlebihan atau kerusakan mekanis pada jaringan yang disebut receptor nyeri mekanosensitif. Dan yang sensitif terhadap berbagai jenis zat kimia yaitu reseptor nyeri kemosensitif. Beberapa zat kimia yang merangsang reseptor kemosensitif meliputi brandikinin, serotonim, histanim, ion kalium, asam, prostagladin, asetilkolin dan enzim proteolitik.

Proses nyeri dan skala nyeri Reseptor nyeri yang jumlahnya jutaan di tubuh, menerima sensasi yang kemudian dibawa ke spinal cord yaitu pada daerah kelabu dilanjutkan ke traktus spinothalamikus selanjutnya ke korteks serebral. Mekanismenya sebagai berikut : Alur nyeri dari tangan yang terbakar mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin kemudian merangsang ujung reseptor saraf yang kemudian membantu transmisi nyeri dari tangan yang terbakar ke otak.

Impuls disampaikan ke otak melalui nervus ke kornu dorsalis pada spinal cord. Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak. Impuls dikirim ke corteks dimana intensitas dan lokasi nyeri dirasakan. Penurunan nyeri dimulai sebagai signal dari otak, turun melalui spinal cord. Pada kornu dorsalis zat kimia seperti endorfin dikeluarkan untuk menurunkan nyeri.

Klasifikasi nyeri dapat dibagi menurut : a. Dua rasa nyeri utama yaitu : Nyeri cepat: bila diberikan stimulus nyeri maka rasa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik. Nyeri lambat: timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan bertambah selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit.

b. Waktu nyeri Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi tiba-tiba, intensitasnya bervariasi dari sedang sampai dengan berat dan berakhir dalam periode singkat sampai dengan kurang dari 6 bulan. Nyeri kronis adalah : nyeri yang intermitten atau persisiten dan berakhir lebih dari 6 bulan misalnya nyeri pada penyakit kanker.

c. Skala Nyeri 0 :Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi 10 : Nyeri sangat berat Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

OM SANTIH SANTIH SANTIH OM

You might also like