Professional Documents
Culture Documents
SOETOMO SURABAYA
PATOFISIOLOGI Pengendapan Bahan Karsinogenik (asap rokok, asap mobil, asap pabrik, asap industri, debu radioaktif, zak kimia)
Merangsan Sel Cabang (Reserve Cell) Di daerah basal dari mukosa bronchus
Hiperplasia
Epitel Displasia
Perjalanan penyakit tergantung jenis dan tipe histopatologinya, pola penyebabaran dan lokasinya.
Invasif
Kearah dinding thorax, diafragma, oesofagus, perikardium, vena-vena sup. Plexus bracialis, n. reccurens, n. phrenicus
Limtogen
Hematogen
GEJALA KLINIS
. 1Hemoptoe, batuk kronis . 2Nyeri dada . 3Sesak napas, wheezing . 4Febris residif
: Gangguan pola tidur : Nyaman nyeri : Pola napas tidak efektif : Perubahan nutrisi
. 5Berat badan turun, disfagia, anorexia . 6Gejala pneumonia (obstruksi) : Intoleransi aktivitas
Sindroma VCS GEJALA METASTASE Nyeri tulang Neurologik, setalgia Ikterik Kaheksia : Ansietas
. 1Pemeriksaan laboratorium . 2Thorax Foto . 3Histopatologi : Biopsi . 4Sitologi . 5Test faal paru
PENATALAKSANAAN 1. Pembedahan Stadium I : Reseksi segmen, lobektomi : Sputum
2.
Stadium II
Stadium III : Pneumonektomi, reseksi costa / dinding thorax Stadium IV : Moperable, kontraindikasi
3.
Radioterapi Indikasi : Anaplastik karsinoma Residif setelah pembedahan Ada metastase Ada nekrosis tumor Pleuritis Infeksi
Kontra indikasi 4.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tidak efektif pola pernapasan sehubungan dengan ekspansi paru Gangguan nyaman nyeri sehubungan dengan penekanan akibat pembesaran tumor. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan Anorexia Ansietas sehubungan dengan perasaan putus asa dan tidak berdaya Gangguan pola tidur sehubungan dengan batuk yang kronis Intoleransi aktivitas sehubungan dengan insufisiensi
RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa 1 : Tidak efektif pola pernapasan sehubungan dengan ekspansi paru Tujuan Kriteria hasil : Pasien tidak sesak Frekuensi napas normal (16 - 20 x /mn) Kedalam pernapasan normal : Pola pernapasan efektif
INTERVENSI dan RASIONAL 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan expansi paru R/ Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas. (apa awal atau hanya tanda EP sub-akut). Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung
derajat gagal napas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada pleuritik. 2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventius, seperti krekels, mengi, gesekan pleural. R/ Bunyi napas menurun / tidak ada bila jalan napas obstriksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (atelektasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan napas / kegagalan pernapasan. 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi R/ Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. 4. Obersvasi pola batuk dan karakter sekret. R/ Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering / iritasi. Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau antikoagulan berlebih. 5. Dorong / bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk. R/ Dapat meningkatkan / banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas. 6. Berikan oksigen tambahan R/ Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas. Diagnosa 2 : Gangguan nyaman nyeri sehubungan dengan penekanan akibat pembesaran tumor Tujuan Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang Tidak meringis Pasien tampa ceria : Nyeri berkurang
INTERVENSI dan RASIONAL 1. Berikan posisi yang nyaman, situasi yang tenang R/ Memberi efek psikologis dan membantu mengurangi nyeri 2. Lakukan massage pada daerah nyeri, ajarkan / latih relaxasi R/ Meningkatkan pain tolerance dan mengurangi nyeri. 3. Laksanakan terapi dengan pemberian analgetik R/ Analgetik dapat mem-blok reseptor nyeri, sehingga dapat menekan nyeri 4. Evaluasi keluhan nyeri : intensitas, frekuensi, durasi, dan lokasi.
R/ Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi keefektifan intervensi 5. Ajak pasien bercerita dan memberi kesempatan untuk bicara dengan keluarganya R/ Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri. Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksi Tujuan Kriteria hasil : Makan habis 1 (satu) porsi diit rumah sakit Berat badan sesuai dengan berat badan normal : Nutrisi pasien terpenuhi
INTERVENSI dan RASIONAL 1. Diskusi penyebab anoreksi R/ Dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan 2. Ajarkan pasien untuk istirahat sebelum makan R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan. 3. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindarkan cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan. R/ Cairan yang lebih pada lambung, menurunkan nafsu makan dan masukan 4. Pertahankan higiene mulut yang baik (sikat gigi, mencuci mulut) sebelum dan sesudah makan. R/ Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap, yang menurunkan nafsu makan. Diagnosa 4 : Ansietas sehubungan dengan perasaan putus asa dan tidak berdaya Tujuan Kriteria hasil : Cemas hilang / berkurang Pasien tidak gelisah : Ansietas berkurang
INTERVENSI dan RASIONAL 1. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mengungkapkan perasaan, lakukan kontak yang sering dan berikan suasana yang meningkatkan ketenangan, rileks, mendengarkan penuh perhatian. R/ Kontak yang seriang menunjukkan penerimaan dan menumbuhkan rasa percaya. 2. Dorong diskusi terbuka tentang tumor, pengalaman orang lain dan potensial penyembuhannya.
R/ Perawat dapat bicara terbuka tentang hidup, memberikan dorongan dan harapan. 3. Tunjukkan adanya harapan. R/ Untuk menghilangkan keputusasaan, harapan dapat memainkan peranan yang bermakna dalam kehidupan pasien. 4. Anjurkan pada pasien tetap bersabar, tenang dan berdoa / beribadah.. R/ Memberikan ketenangan dan ketentraman batin. 5. Evaluasi kecemasan pasien dengan skala HARS. R/ Menentukan tingkat kecemasan pasien setelah diberi intervensi sehingga mudah untuk melakukan intervensi selanjutnya. 6. Observasi Vital Sign R/ Sehingga indikator objek untuk memberi kecemasan pasien. Diagnosa 5 : Gangguan pola tidur sehubungan dengan batuk yang kronis Tujuan Kriteria hasil : Pasien dapat tidur dengan tenang Jam tidur pasien 6 7 jam / hari Mata tidak merah Pasien tidak lemah : Pola tidur pasien teratur
INTERVENSI dan RASIONAL 1. Jelaskan siklus tidur. R/ Umumnya orang mengalami 4 atau 5 siklus tidur lengkap tiap malam. Bila orang terbangun selama siklus tidur akan merasa tidak segar saat bangun pagi. 2. Diskusikan perbedaan individual dalam kebutuhan tidur. R/ Individual yang dapat rileks dan istirahat memerlukan sedikit tidur. Dengan pertambahan usia waktu tidur total akan menurun. 3. Tingkatkan relaksasi. R/ Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai relaksasi. 4. Rencanakan prosedur untuk membatasi gangguan tidur (Biarkan pasien tidur sedikitnya 2 (dua) jam tanpa gangguan). R/ Secara umum orang harus menuntaskan seluruh siklus tidur (70 100 menit) 4 sampai 5 kali semalam.
5.
Bila diinginkan tinggikan kepala tempat tidur setinggi 25 cm atau diberi penopang dengan bantal dibawah lengan.. R/ Dapat meningkatkan rlaksasi dan tidur.
6.
Lakukan tindakan untuk mengontrol batuk R/ Membantu mencegah rangangan batuk dan gangguan tidur.
7.
Ajarkan pasien tindakan untuk meningkatkan tidur : a. b. c. Makan kudapan tinggi protein sebelum tidur R/ Pencernaan protein menghasilkan triofan, sehingga mempunyai efek sedatif. Hindari kafein Upayakan tidur hanya jika merasa mengantuk R/ Rasa frustasi akan meningkat bila memaksakan tidur dalam keadaan tidak mengantuk atau tidak rileks d. e. Bila terjati kesulitan tidur, tinggalkan ruang tidur dan ikuti aktivitas kecil R/ Tempat tidur dikhususkan terutama hanya untuk tidur Coba mempertahankan tidur yang sama 7 (tujuh) hari seminggu R/ Pola berbaring dan bangun yang tidak teratur dapat memperberat kesulitan tidur. R/ Kafein merangsang metabolisme dan menurunkan relaksasi