Professional Documents
Culture Documents
( 1 )
Dimana: dE = perubahan energy
dX = perubahan ukuran
C, n = konstanta yang besarnya tergantung dari jenis material dan alat
7
Pemisahan Mekanik
Teori-Teori/Hukum-Hukum Untuk Menentukan Energi Kominusi
1. Teori/Hukum Rittinger
2. Teori/Hukum Kicks
3. Teori/Hukum Bond
1. Teori/Hukum Rittinger
Energi ini proporsional terhadap luas permukaan baru yang terbentuk. Rittinger
melakukan percobaan tentang hal ini, menggunakan a drop weight crusher Hasil
percobaannya dinyatakan dalam energi mekanis yang dibutuhkan luas permukaan baru
yang terbentuk. Contoh : quartz , setiap energi 1 kgf-cm akan memberikan luas permukaan
baru sebesar 17,56 cm
2
.
Luas permukaan baru = selisih luas permukaan sebelum dihancurkan dan setelah
dihancurkan pada bilangan Rittinger, hal ini disebabkan energi alat harus mengatasi friksi
dan efek enersia. Menurut Rittinger energi kominusi sebanding dengan luas permukaan
baru yang terbentuk, maka, dalam penelitiannya Rittinger menentukan harga n=2,
sehingga,
K
R
= C = konstanta Rittinger, maka :
=
( 2 )
2. Teori/Hukum Kicks
Dalam penelitiannya Kicks menentukan harga n =1, maka;
8
Pemisahan Mekanik
=
K
K
=C=konstanta Kicks, maka :
=
( 3 )
3. Teori/Hukum Bond
Dalam penelitiannya Bond menentukan harga n = 1,5 , maka;
,
=
,
K
B
= 2C, maka : =
,
=
( 4 )
Dimana : K
B
= konstante Bond
X
F
= ukuran umpan 80% lolos (mm)
X
P
= ukuran produk 80% lolos (mm)
Untuk menentukan K
B
, Bond melakukan percobaan dengan mereduksi ukuran dari
ukuran sangat besar () menjadi ukuran 100 m (80% lolos), sehingga :
X
F
= dan X
P
= 100 m = 0,1 mm
=
,
Energi untuk reduksi ukuran dari ukuran sangat besar () menjadi ukuran 100 m (80%
lolos) didifinisikan sebagai indek kerja material (E
i
) (kWh/Ton), sehingga rumus
Bond menjadi :
9
Pemisahan Mekanik
=
( 5 )
Dimana :
,
Bila daya yang dibutuhkan P (kW) dan laju umpan T (Ton/jam), maka :
= =
( 6 )
Bila, X
F
dan X
P
dalam satuan m ( 1mm = 1000m ), maka :
= =
= =
( 7 )
Bila, X
F
dan X
P
dalam satuan ft ( 1ft = 304,8 mm ), maka :
= = ,
= = ,
( 8 )
Bila P (dalam HP), T (dalam Ton/menit) , X
F
dan X
P
dalam satuan ft (1 ft=304,8 mm),
maka :
= = ,
= = ,
/
( 9 )
Contoh-1:
Untuk memecah 10 Ton/jam material hematite dengan indek kerja 12,68 kWh/Ton
digunakan Crusher. Ukuran umpan 80% lolos 3-in (76,2 mm)(80% dan ukuran produk
80% lolos 1/8-in(3,175 mm).
Hitung : a. Energi yang dibutuhkan dalam kWh/Ton
b. Energi yang dibutuhkan dalam
/
c. Daya yang dibutuhkan dalam kW
d. Daya yang dibutuhkan dalam HP
10
Pemisahan Mekanik
Penyelesaian :
E
i
= 12,68 kWh/Ton T = 10 Ton/jam
X
F
= 3-in = 76,2 mm = 76200 m
X
P
= 1/8-in = 3,175 mm = 3175 m
a. Energi dalam (kWh/Ton):
= =
= = (, )
= = ,
b. Energi dalam (
/
):
= = ,
/
X
F
= 3-in = 0,25 ft X
P
= 1/8-in=0,0104 ft
= = , ,
= ,
/
c. Daya, P (kW): = =
=
d. Daya, P (HP)
=
= ,
= = ,
/
= ,
Contoh-2:
Untuk memecah biji logam dari ukuran umpan 50,8 mm (80% lolos) menjadi produk
6,35 mm (80% lolos) dibutuhkan daya 89,5 kW. Dengan menggunakan Persamaan
Hukum Bond, berapa daya yang dibutuhkan untuk ukuran umpan yang sama, dengan
ukuran produk 3,18 mm ?
Penyelesaian :
X
F
=50,8 mm=50.800 m(80% lolos)
X
P
=6,35 mm= 6.350 m (80% lolos)
P=89,5 kW
11
Pemisahan Mekanik
= =
/
= =
= =
.
= ,
= ,
X
F
= 50,8 mm = 50800 m (80% lolos) X
P
=6,35 mm = 3180 m (80% lolos) P = ?
= =
= = ,
= ,
2.3 Peralatan Pengecilan Ukuran
1. Peralatan Peremukan / Pemecahan (Crushing)
Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari material yang langsung dari tambang
(ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi
ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm. Peralatan yang dipakai antara lain
adalah :
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
2. Peralatan Penggerusan / Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan reduksi ukuran dari yang sudah berukuran
2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan dibutuhkan
media penggerusan yang antara lain terdiri dari :
12
Pemisahan Mekanik
1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls)
2. Batang-batang baja (steel rods)
3. Campuran bola-bola baja dan materialnya sendiri yang disebut semi
autagenous mill (SAG).
4. Tanpa media penggerus, hanya materialnya sendiri yang saling menggerus
dan disebut autogenous mill.
Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah :
1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik
2. Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
Gambar 2.1 Jaw Crusher
13
Pemisahan Mekanik
Gambar 2.2 Gyratory Crusher Gambar 2.3 Impact Crusher
Gambar 2.4 Roll Crusher Licin Gambar 2.5 Roll Crusher Bergigi
14
Pemisahan Mekanik
Gambar 2.6 Rotary Breaker
Gambar 2.7 Hammer Mill
15
Pemisahan Mekanik
Gambar 2.8 Ball Mill
Gambar 2.9 Penampang Ball Mill
16
Pemisahan Mekanik
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan bahan padat menurut besarnya
butiran (berdasarkan ukuran) denan menggunakan ayakan, neraca material
bahan dan efisiensi dari ayakan
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan bahan padat menurut
besarnya butiran (berdasarkan ukuran) denan menggunakan ayakan, neraca
material bahan dan efisiensi dari ayakan
3.1 Pendahuluan
Setelah bahan atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacam-macam
ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran partikel
agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan yang berikutnya.
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang ayakan (undersize).
Satu ayakan tunggal hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap kali
pemisahan, yaitu yang lolos dari ayakan dan yang tertahan diatas ayakan.
Ayakan yang digunakan di industri dibuat dari anyaman kawat, sutera, plastik batangan-
batangan logam, plat logam yang berlobang-lobang, atau kawat-kawat yang
penampangnya berbentuk baji. Logam yang digunakanpun bermacam-macam, tetapi
pada umumnya dibuat dari baja atau stainless steel. Ayakan standar mempunyai ukuran
mesh yang berkisar antara 4 sampai 400 mesh, sedangkan ayakan dari logam yang
BAB III
PEMISAHAN BERDASARKAN UKURAN (SIZING)
17
Pemisahan Mekanik
digunakan secara komersial mempunyai lubang samapai 1 m. Ayakan yang lebih halus
dari 150 mesh jarang dipakai, karena untuk partikel yang sangat halus cara pemisahan
lain mungkin lebih ekonomis.
Pemisahan partikel yang ukurannya antara 4 mesh dan 48 mesh disebut pengayakan
halus, sedangkan untuk yang lebih halus disebut ultra halus
3.2 Neraca Massa Ayakan
Neraca massa ayakan sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Feed (F) Produk Tertahan (D)
Fraksi Undersize(X
F
) Fraksi Undersize(X
D
)
Fraksi Oversize(1- X
F
) Fraksi Oversize(1-X
D
)
Produk Lolos (B)
Fraksi Undersize(X
B
)=1
Fraksi Oversize=(1-X
B
)=0
Neraca Massa Keseluruhan (Overall): F = D + B ( 1 )
Neraca Massa Fraksi Undesize: F X
F
= D X
D
+ B X
B
( 2 )
Neraca Massa Fraksi Oversize: F (1-X
F
) = D (1-X
D
) + B (1-X
B
) ( 3 )
Eliminasi dari persamaan ( 1 ) dan ( 2 ) :
( 4 )
Eliminasi dari persamaan ( 1 ) dan ( 2 ) :
( 5 )
Efisiensi Ayakan
Efisiensi Ayakan didifinisikan sebagai fraksi undersize umpan (Feed) yang benar-benar
lolos dibagi dengan fraksi undersize umpan(Feed) yang seharusnya lolos.
18
Pemisahan Mekanik
Fraksi undersize umpan (Feed) yang benar-benar lolos = fraksi undersize dalam produk
lolos ( B X
B
). Fraksi undersize umpan (Feed) yang seharusnya lolos = F X
F
=
=
=
=
( 6 )
3.3 Analisa Ayak
Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk, dan densitas.
Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan bahan bongkahan.
Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat campuran, misalnya
bijih yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas. Untuk partikel yang
bentuknya beraturan, misalnya bentuk bola dan kubus, ukuran dan bentuknya dapat
dinyatakan dengan mudah. Tetapi partikel yang bentuknya tidak beraturan seperti
butiran atau serpihan, ukuran dan bentuknya tidak begitu jelas dan harus dijelaskan
secara acak.
Bentuk Partikel
Bentuk setiap partikel dikarakteristikan dengan sperisitas (sphericity)
S
, yang tidak
tergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel bentuk bola dengan diameter, D
P
,
S
=1, untuk partikel bukan bola didifinisikan oleh hubungan :
( 7 )
Dimana : D
P
= diameter ekivalen atau diameter nominal partikel
S
P
= luas permukaan satu partikel V
P
= volume satu partikel
Diameter ekivalen didifinisikan sebagai diameter bola yang volumenya sama dengan
volume partikel itu. Tetapi bahan-bahan berbentuk granular, volume maupun luas
permukaannya tidak mudah ditentukan secara eksak, sehingga D
P
biasanya diambil dari
ukuran nominal atas dasar analisa ayak. Luas permukaan diperoleh dari pengukuran
didalam hamparan partikel. Untuk kebanyakan bahan pecahan harga
S
antara 0,6-0,8,
untuk partikel yang telah membulat karena abrasi
S
bisa sampai 0,95.
19
Pemisahan Mekanik
Cara Menyajikan Analisa Ayak
Contoh menggunakan susunan 5 ayakan dengan ukuran lobang ayakan X
1
, X
2
, X
3
,
X
4
dan X
5
dalam mm dan mesh.
M
1
X
1
= 0,297 mm = 48 mesh
M
2
X
2
= 0,250 mm = 60 mesh
M
3
X
3
= 0,210 mm =65 mesh
M
4
X
4
= 0,177 mm = 80 mesh
M
5
X
5
= 0,149 mm = 100 mesh
M
6
Pan M = M
1
+ M
2
+ M
3
+ M
4
+ M
5
+ M
6
Gambar 3.1 Susunan perlalatan analisa ayak
Tabel 3.1 Cara Menyajikan Tabel Analisa Ayak Dalam Ukuran mm
Ukuran
mm
Berat
gram
%
Berat
%Lolos
Individu
%Lolos
Kumulatif
%Tertahan
Individu
%Tertahan
Kumulatif
+ 0,297 M
1
Y
1
- - Y
1
Y
1
-0,297+0,250 M
2
Y
2
Y
2
Y
2
+Y
3
+Y
4
+Y
5
+Y
6
Y
2
Y
1
+Y
2
-0,250+0,210 M
3
Y
3
Y
3
Y
3
+Y
4
+Y
5
+Y
6
Y
3
Y
1
+Y
2
+Y
3
-0,210+0,177 M
4
Y
4
Y
4
Y
4
+Y
5
+Y
6
Y
4
Y
1
+Y
2
+Y
3
+Y
4
-0,177+0,149 M
5
Y
5
Y
5
Y
5
+Y
6
Y
5
Y
1
+Y
2
+Y
3
+Y
4
+Y
5
-0,149 M
6
Y
6
Y
6
Y
6
- -
M 100%
20
Pemisahan Mekanik
Tabel 3.2 Cara Menyajikan Tabel Analisa Ayak Dalam Ukuran Mesh
Ukuran
Mesh
Berat
gram
%
Berat
%Lolos
Individu
%Lolos
Kumulatif
%Tertahan
Individu
%Tertahan
Kumulatif
+ 48 M
1
Y
1
- - Y
1
Y
1
-48+60 M
2
Y
2
Y
2
Y
2
+Y
3
+Y
4
+Y
5
+Y
6
Y
2
Y
1
+Y
2
-60+65 M
3
Y
3
Y
3
yY
3
+Y
4
+Y
5
+Y
6
Y
3
Y
1
+Y
2
+Y
3
-65+80 M
4
Y
4
Y
4
Y
4
+Y
5
+Y
6
Y
4
Y
1
+Y
2
+Y
3
+Y
4
-80+100 M
5
Y
5
Y
5
Y
5
+Y
6
Y
5
Y
1
+Y
2
+Y
3
+Y
4
+Y
5
-100 M
6
Y
6
Y
6
Y
6
- -
M 100%
Keterangan :
M = Berat total umpan ayakan
M
1
= Berat fraksi yang tertahan pada ukuran ayakan X
1
M
2
= Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X
1
dan tertahan ukuran ayakan X
2
M
3
= Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X
2
dan tertahan ukuran ayakan X
3
M
4
= Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X
3
dan tertahan ukuran ayakan X
4
M
5
= Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X
4
dan tertahan ukuran ayakan X
5
M
5
= Berat fraksi yang lolos ukuran ayakan X
5
Ukuran yang digunakan untuk menentukan ukuran rata-rata partikel padat didunia
industri atau perdagangan dan juga untuk menghitung ukuran umpan dan produk dari
peralatan reduksi ukuran adalah ukuran 80% lolos dan ukuran 66,7% lolos. Artinya
kalau partikel padat diayak pada ukuran tersebut yang lolos jumlahnya 80% atau
66,7%., tetapi yang sering digunakan ukuran 80% lolos.
Grafik Hasil Analisa Ayak
1. Grafik %lolos kumulatif vs ukuran
2. Grafik %tertahan kumulatif vs ukuran
Misal : Y
1
= 4% Y
2
= 8% Y
3
= 15% Y
4
=20% Y
5
=25% Y
6
= 28%
21
Pemisahan Mekanik
Tabel 3.3 Hasil Analisa Ayak
Ukuran
mm
%Lolos
Individu
%Lolos
Kumulatif
%Tertahan
Individu
%Tertahan
Kumulatif
+ 0,297 4 - 4 4
-0,297+0,250 8 96 8 12
-0,250+0,210 15 88 15 27
-0,210+0,177 20 73 20 47
-0,177+0,149 25 53 25 72
-0,149 28 28 - -
Gambar 3.2 Grafik Analisa Ayak Ukuran vs %Lolos Kumulatif
0
20
40
60
80
100
120
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
%
l
o
l
o
s
k
u
m
u
l
a
t
i
f
Ukuran Ayakan (mm)
Y-Values
22
Pemisahan Mekanik
Gambar 3.3 Grafik Analisa Ayak Ukuran vs %Tertahan Kumulatif
Dari grafik Analisa Ayak Ukuran 80%Lolos = 0,225 mm
Contoh Soal Gabungan Grinding Dan Sizing
Material Hematit dengan indek kerja 12,68 kWh/Ton dengan laju umpan 100 Ton/jam
di reduksi ukurannya dengan Ball Mill dilanjutkan dengan pengayakan seperti pada
diagram dibawah ini :
Fresh Feed Feed Ball Mill Produk Ball Mill
(FF) (F) (P
B
)
Recycle(R) Ayakan
Produk Ayakan (P
A
)
Data Hasil Analisa Ayak dari Feed (F) dan Produk Ball Mill adalah sebagai berikut :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35
%
T
e
r
t
a
h
a
n
K
u
m
u
l
a
t
i
f
Ukuran Ayakan (mm)
Y-Values
23
Pemisahan Mekanik
Tabel 3.4 Hasil Analisa Ayak Feed Dan Produk
Ukuran
(mm)
Feed
(%)
Produk
(%)
+ 2 10 0
- 2 + 1 30 20
-1 + 0,5 40 10
- 0,5 20 70
a. Berapa Energi (E) dan Daya (P) yang dibutuhkan ?
b. Hitung berapa besar Produk Ayakan (P
A
), Recycle (R) dan Fresh Feed (FF) bila
Produk Ball Mill diayak pada ukuran lubang ayakan 1 mm dan efisiensi ayakan
75%?
Penyelesaian :
Tabel 3.5 Analisa Ayak Feed
Ukuran
(mm)
(%)
Berat
% Lolos
Individu
% Lolos
Kumulatif
+ 2 10 - -
- 2 + 1 30 30 90
-1 + 0,5 40 40 60
- 0,5 20 20 20
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 0,5 1 1,5 2 2,5
%
l
o
l
o
s
k
u
m
u
l
a
t
i
f
Ukuran (mm)
Y-Values
24
Pemisahan Mekanik
Gambar 3.4 Grafik Hasil Analisa Ayak Feed
Dari grafik ukuran Feed 80% lolos =X
P
= 1,6 mm = 1600m
Gambar 3.5 Grafik Hasil Analisa Ayak Feed
Dari grafik ukuran Produk 80% lolos =X
P
= 1 mm = 1000m
E
i
= 12,68 kWh/Ton T = 100 Ton/jam
a.
= =
= = (, )
= = ,
0
20
40
60
80
100
120
0 0,5 1 1,5 2 2,5
%
L
o
l
o
s
K
u
m
u
l
a
t
i
f
Ukuran (mm)
Y-Values
25
Pemisahan Mekanik
Daya, P (kW)
= =
=
b. Produk Ball Mill diayak pada ukuran 1 mm dengan efisiensi ayakan 75%.
Klasifikasi Produk Ball Mill pada ukuran 1 mm
+1 mm = 20% = 20 Ton/jam
-1 mm = 80% = 80 Ton/jam
Produk Ball Mill sebagai Umpan Ayakan
Undersize dalam Umpan(-1mm) = 80 Ton/jam
=
%
Produk Ayakan=Undersize dalam Produk lolos
Produk Ayakan = P
A
= 75% x 80 =60 Ton/jam
Recycle = (-1mm dari umpan yang tidak lolos)+ (+1mm dari umpan)
Klasifikasi Recycle pada ukuran 1 mm :
-1mm = 80 60 = 20 Ton/jam
+1mm = 20 Ton/jam
Recycle = R = (80-60) + 20 = 40 Ton/jam
Klasifikasi Feed Ball Mill pada ukuran 1 mm
+1 mm = 60% = 60 Ton/jam
-1 mm = 40% = 40 Ton/jam
Fresh Feed (FF) = Feed (F) Recycle (R) = 100 40 = 60 Ton/jam
Atau
Fresh Feed = Produk Ayakan = 60 Ton/jam
Klasifikasi Fresh Feed pada ukuran 1 mm
-1mm = (-1mm dari Feed) (-1mm dari Recycle) = 40 20 = 20 Ton/jam
26
Pemisahan Mekanik
+1mm = (+1mm dari Feed) (+1mm dari Recycle) = 60 20 = 40 Ton/jam
3.4 Peralatan Ayak
Ada berbagai macam ayakan yang digunakan untuk berbagai tujuan tertentu, tetapi
hanya beberapa jenis saja yang akan dibahas disini. Pada kebanyakan ayakan, partikel-
partikel itu jatuh melalui bukaan(lobang) dengan gaya gravitasi, dalam beberapa
rancangan tertentu partikel didorong melalui ayakan dengan sikat atau dengan gaya
sentrifugal. Partikel-partikel kasar jatuh dengan mudah melalui lobang besar didalam
permukaan stasioner, tetapi partikel-partikel halus digetarkan dengan vibrator atau
diayunkan melingkar dengan girasi secara mekanik atau elektrik.
Jenis Peralatan Ayakan
1. Ayakan skala laboratorium (Sieve)
1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker / rotap
4. Wet and dry sieving
2. Ayakan skala industri (Screen)
1. Stationary grizzly
2. Roll grizzly
3. Sieve bend
4. Revolving screen
5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
6. Shaking screen
7. Rotary shifter
Ayakan Stasioner Grizzly
Adalah ayakan yang dibuat dari batangan-batangan logam sejajar yang dipasang pada
rangka stasioner yang miring. Kemiringan dan lintasan bahan itu sejajar dengan panjang
batangan. Umpan kasar yang keluar dari pemecah primer, masuk pada ujung atas kisi.
Bongkah-bongkah besar akan menggelinding atau meluncur menuju pengeluaran
dibagian ekor dan bongkah-bongkah kecil jatuh kebawah menuju kolektor. Jarak antara
batangan sekitar 2-8 in.
Ayakan Girasi.
27
Pemisahan Mekanik
Hampir semua ayakan menghasilkan fraksi-fraksi berukuran kasar dan halus, yang kasar
dikel;uarkan dahulu dan yang halus kemudian. Cara ini dapat dilihat dari ayakan datar
girasi (gyrating flat screen). Alat ini terdiri dari beberapa tingkat ayakan. Ayakan
paling kasar ditempatkan paling atas, sedangkan yang paling halus paling bawah.
Campuran partikel dijatuhkan pada ayakan teratas dan diayunkan melingkar dengan
girasi untuk mendistribusikan partikel melalui lobang ayakan.
Ayakan Vibrasi
Ayakan ini digetarkan dengan cepat dengan amplitude kecil lebih sulit membuka lobang
daripada ayakan girasi. Vibrasi dapat digerakkan secara mekanik dan elektrik. mekanik
ditransmisikan dari eksentrik berkecepatan tinggi ke ayakan
Berikut ini gambar beberapa jenis ayakan yang sering digunakan dalam industri kecil
ataupun industri besar.
Gambar 3.1 Ayakan Grizzly Gambar 3.3 Ayakan Vibrasi
Gambar 3.2 Ayakan Girasi Gambar 3.4 Sieve Ben
28
Pemisahan Mekanik
Gambar 3.5 Sieve Shaker
29
Pemisahan Mekanik
Tujuan Pembelajaran Umum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan partikel dalam fluida menjadi fraksi
masing-masing, berdasarkan kecepatan pengendapan (kecepatan terminal) dengan
proses sedimentasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan campuran partikel padat dengan
menggunakan fluida menjadi fraksi-fraksi murni dan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan pengendapan (kecepatan terminal) dengan proses sedimentasi.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan partikel dalam fluida
menjadi fraksi masing-masing, berdasarkan kecepatan pengendapan (kecepatan
terminal) dengan proses sedimentasi.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan campuran partikel padat
dengan menggunakan fluida menjadi fraksi-fraksi murni dan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan pengendapan (kecepatan terminal) dengan proses
sedimentasi.
4.1 Pendahuluan
Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk mimisahkan zat padat (suspended solid) atau tersuspensi non
koloidal dalam fluida (fluida yang biasa digunakan air). Cara yang sederhana adalah
dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-partikel
mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang semula
tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan melewatkan air pada sebuah
bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran air tersebut dan
jatuh ke dalam bak pengendap. Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air
tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan
aliran dalam bak pengendap. Pada dasarnya terdapat dua jenis alat sedimentasi yaitu
jenis rectangular dan jenis circular. Proses sedimentasi dapat dikelompokkan dalam tiga
klasifikasi, bergantung dari sifat padatan di dalam suspensi:
BAB IV
SEDIMENTASI
30
Pemisahan Mekanik
1. Discrete (free settling)
Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel discrete adalah dipegaruhi oleh gravitasi
dan gaya geser yang didifinisikan sebagai Homogenizer Equalizer Settler.
2. Flocculant
Kecepatan pengadukan dari partikel-partikel meningkat, setelah adanya penggabungan
diantara partikel-partikel
3. Hindered/Zone settling
Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel di dalam suspensi dengan konsentrasi
padatan melebihi 500 mg/l.
Pada umumnya sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan air
limbah, dan pada pengolahan bahan galian dari hasil penambangan. Pada pengolahan air
minum proses sedimetasi khususnya digunakan untuk:
1. Pengendapan air permukaan, untuk pengolahan dengan saringan pasir.
2. Pengendapan flok hasil koagulasi/flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan
saringan pasir.
3. Pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur.
4. Pengendapan lumpur pada pemisahan besi dan mangan.
Pada pengolahan air limbah, proses sedimentasi digunakan :
1. Pemisahan grit, pasir atau silt.
2. Pemisahan padatan pada clarifier yang pertama.
3. Pemisahan flok/lumpur biologi hasil proses activated sludge, pada clarifier
akhir.
4. Pemisahan humus pada clarifier akhir setelah trickling filter.
Pada pengolahan bahan galian hasil penambangan , proses sedimentasi digunakan pada
pengolahan bijih logam (ores) untuk memisahkan konsentrat logam (mineral) dari
pengotornya. Prinsip proses sedimentasi pada pengolahan air minum, pengolahan air
limbah, dan pengolahan bahan galian adalah sama, begitu juga metode dan
peralatannya. Bak sedimentasi pada umumnya dibangun dari bahan beton bertulang
dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran
umumnya berdiameter 10,7-45,7 meter dengan kedalamannya 3-4,3 meter. Bak
berbentuk bujur sangkar pada umumnya mempunyai panjang sisi 10-70 meter dengan
kedalaman 1,5-6 meter. Bak berbentuk segi empat pada umumnya mempunyai panjang
sampai 76 m dan lebarnya 1,5-6 meter dengan kedalaman 1,8 meter.
4.2 Proses Pengendapan Berdasarkan Gerakan Partikel Melalui Fluida
31
Pemisahan Mekanik
Banyak metode separasi mekanik yang didasarkan atas gerakan partikel zat padat atau
tetesan zat cair melalui fluida. Fluida dapat berbentuk gas atau zat cair dan dapat berada
dalam keadaan mengalir atau keadaan diam. Dalam beberapa situasi, tujuan proses itu
untuk memisahkan partikel dari arus fluida atau untuk memisahkan pengotor yang
terdapat di dalam fluida atau untuk memisahkan partikel, sebagaimana dalam
pembersihan udara atau gas buang terhadap debu dan uap racun dari air limbah.Dalam
kondisi tertentu, partikel itu sengaja disuspensikan di dalam fluida supaya dapat
dipisahkan fraksi-fraksi yang berbeda ukuran atau densitasnya, kemudian fluida
dibersihkan, untuk digunakan kembali, dari partikel yang telah difraksinasi.Prinsip
mekanika-partikel yang mendasari operasi ini ialah jika partikel itu mulai dari keadaan
diam terhadap fluida tempat partikel itu terendam, lalu bergerak melalui fluida itu
karena gaya-gaya luar, gerakan itu dapat dibagi menjadi dua tahap.
- Tahap pertama merupakan satu periode singkat di mana terjadi percepatan,
kecepatan meningkat dari nol sampai kecepatan terminal.
- Tahap kedua ialah periode di mana partikel itu berada dalam kecepatan
terminalnya.
Oleh karena periode percepatan awal itu singkat saja, biasanya per puluhan detik saja
atau kurang, pengaruh percepatan awal itu pendek pula. Kecepatan terminal, di lain
pihak, dapat dipertahankan selama partikel masih mengalami perlakuan di dalam alat.
Metode yang paling lazim, hanya menggunakan periode kecepatan terminal saja.
Gaya-gaya yang bekerja pada partikel:
a. Gaya gravitasi,
= ( 1 )
b. Gaya tekan keatas fluida (Bouyant Force),
( 2 )
c. Gaya gesek (Drag Force),
( 3 )
Dimana: m = massa partikel = densitas fluida
p
= densitas partikel v = kecepatan pengendapan linier
A = luas proyeksi partikel C
D
= koefisien gesek
Partikel
F
b
F
D
32
Pemisahan Mekanik
F
g
Gambar 4.1 Pergerakan partikel dalam fluida
=
= =
( 4 )
( 5 )
Pada kecepatan terminal, v
t
= =
( 6 )
Untuk partikel bentuk bola :
=
( 7 )
Bilangan Reynold N
Re,P
Untuk Gerakan Partikel Dalam Fluida
,
=
( 8 )
Dimana: D
p
= diameter partikel = viskositas fluida
Harga Bilangan Reynold, N
Re,p
Untuk Daerah (Zone) pengendapan :
Daerah Laminer N
Re,p
< 1
Daerah Transisi 1 > N
Re,p
< 1000
Daerah Turbulen N
Re,p
> 1000 >200000
33
Pemisahan Mekanik
Pengendapan Di Daerah Laminer
Untuk pengendapan didaerah laminar, maka koefisien gesek, C
D
,
( 9 )
)
( 10 )
Untuk Pengendapan Di Daerah Turbulen, C
D
= 0,44, maka:
(,)
=
,
= ,
( 11 )
Contoh Soal-1
Tetesan minyak bentuk bola dengan diameter (D
p
) 20m (2x10
-5
m)
berada dalam udara.
Densitas minyak (
p
) 900 kg/m
3
. Pada temperatur 37,8
o
C dan tekanan 101,3 kPa
densitas udara () 1,137 kg/m
3
dan viskositasnya () 1,9x10
-5
Pa.s g =10 m/s
2
Berapa kecepatan terminal (v
t
) tetesan minyak tersebut dalam udara ?
Penyelesaian:
D
P
= 2x10
-5
m
p
= 900 kg/m
3
= 1,137 kg/m
3
= 1,9x10
-5
Pa.s g = 10 m/s
2
Metode-1 : Menggunakan asumsi pengendapan di daerah laminar, maka :
)
=
(
(,)
,
= , /
Cek, N
Re,p
34
Pemisahan Mekanik
,
=
, (, )
,
= , < 1 ( )
Metode-2 : Dengan menggunakan grafik C
D
vs N
Re
=
(
)() ,
(,)
=
,
( 12 )
,
=
(, )
,
,
= ,
( 13 )
Trial-1, v
t
= 1 m/s
=
,
=
,
= ,
,
= ,
= , = ,
Koordinat-1 (N
Re,p
, C
D
) = (1,2 , 0,2108)
Trial-2, v
t
= 0,1 m/s
=
,
=
,
,
= ,
,
= ,
= , , = ,
Koordinat-2 (N
Re,p
, C
D
) = (0,12 , 21,08)
Koordinat-1 dan Koordinat-2 di plot pada grafik C
D
vs N
Re
dalam skala
logaritma
35
Pemisahan Mekanik
100000
Titik Potong
C
D
vs N
Re
10000
C
D
1000
(0,12 , 21,08)
100
24
10 (1,2 , 0,2108)
1
0,44
0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000
N
Re
=0,012 N
Re
Gambar 4.2 Penyelesaian contoh-1 dengan metode grafik C
D
vs N
Re
Dari grafik C
D
vs N
Re
didapat N
Re
= 0,012
,
=
,
,
= , /
4.3 Hindered Settling
Untuk aliran hindered settling, kecepatan pengendapan lebih kecil dari perhitungan
dari persamaan hukum Stokes. Gaya gesek partikel terhadap fluida menjadi lebih
besar, karena fluidanya berupa suspensi. Viskositas suspensi menjadi lebih besar,
karena merupakan campuran liquid dan padatan dengan viskositas
m
. Besarnya
viskositas campuran sama dengan viskositas liquid dibagi dengan faktor koreksi,
P
.
( 14 )
36
Pemisahan Mekanik
Dimana :
P
= faktor koreksi viskositas yang tidak berdimensi:
,()
( 15 )
Densitas fasa fluida yang merupakan suspense (slurry),
m
menjadi :
= + ( )
( 16 )
Perbedaan densitas partikel dan fluida menjadi :
[ +( )
] = (
) ( 17 )
Kecepatan terminal, v
t
sesui dengan hokum Stokes menjadi :
)
/
) ( 18 )
Bilangan Reynold, N
Re,p
menjadi :
,
=
) =
( 19 )
Contoh-2
Hitung kecepatan terminal dari bola gelas dengan diameter 1,554x10
-4
m dalam air pada
temperature 20
o
C. Slurry mengandung 60% berat padatan. Densitas gelas,
P
=2467
kg/m
3
.
Penyelesaian:
Densitas air = = 998 kg/m
3
, viskositas air = = 1 x 10
-3
Pa.s
Fraksi volume dari liquid:
=
/
= ,
Densitas slurry,
m
:
= +
= , + , = /
37
Pemisahan Mekanik
,()
=
,()
= ,
Asumsi pengendapan didaerah laminar, N
Rep
< 1
=
,
)
,
)(, = ,
,
=
=
(,
),
()
(
/,)(,)
= ,
(Asumsi benar)
4.4 Perbedaan Kecepatan Pengendapan (Differensial Settling Velocity) Dan
Pemisahan Padatan Dengan Klasifikasi
Bila campuran partikel A dan B dengan densitas
PA
dan
PB
dan ukuran Dp
1
Dp
4
berada dalam fluida dengan densitas , maka :
- Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan paling besar akan mengendap
lebih dahulu
- Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan yang sama akan mengendap
bersama-sama
- Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan paling kecil akan mengendap
paling akhir
38
Pemisahan Mekanik
Bila
PA
>
PB
, maka dapat digambarkan dalam grafik hubungan antara ukuran partikel
( Dp) dan kecepatan pengendapan (V
t
) sebagai berikut :
V
tA4
A
V
tA3
=V
tB4
B
V
t
V
tA2
V
tA1
=V
tB2
Dp
1
Dp
2
Dp
3
Dp
4
Dp
Gambar 4.3 Pengendapan dan pemisahan dari material A dan B
- Partikel A murni akan dipisahkan pada ukuran Dp
3
- Dp
4
(Dp
A3
- Dp
A4
)
(Partikel A ukuran Dp
3
- Dp
4
kecepatan pengendapannya paling besar)
- Partikel A dengan ukuran Dp
1
-Dp
3
dan partikel B dengan ukuran Dp
2
-Dp
4
akan
mengendap bersama-sama (Kecepatan pengendapannya sama, V
tA1
=V
tB2
dan
V
tA3
=V
tB4
)
- Partikel B murni akan dipisahkan pada ukuran Dp
1
Dp
2
(Dp
B1
Dp
B2
)
(Partikel B ukuran Dp
1
Dp
2
kecepatan pengendapannya paling kecil)
Untuk partikel A dan B yang mempunyai kecepatan pengendapan yang sama (V
tA1
=
V
tB2
dan V
tA3
= V
tB4
), maka :
Untuk partikel bentuk bola di daerah laminar (didaerah Hukum Stokes), berlaku V
tA1
=
V
tB2
, maka :
39
Pemisahan Mekanik
)
V
tA1
= V
tB2
)
=
/
( 20
)
V
tA3
= V
tB4
)
=
/
( 21 )
Untuk partikel bentuk bola di daerah turbulen (didaerah Newtonian)
V
tA1
= V
tB2
= , , maka :
( 22 )
V
tA3
= V
tB4
= , , maka :
( 23 )
40
Pemisahan Mekanik
Contoh-3: Pengendapaan di daerah laminer, N
Re
<1
Campuran bijih logam Galena dan Silika dengan ukuran 5,2 x 10
-6
m 2,5 x 10
-5
m
akan dipisahkan dengan Hydroclassifier. Densitas Galena 7500 kg/m
3
, densitas Silika
2650 kg/m
3
. Densitas air 1000 kg/m
3
dan viskositasnya 10
-3
Pa. s. Percepatan
gravitasi ( g ) = 10 m/s
2
. Pada ukuran berapa Galena dan Silika dipisahkan ?
Penyelesaian:
Ukuran Galena Dan Silika :
Ukuran terkecil : Dp
1
= 6 x 10
-5
m. Ukuran terbesar : Dp
4
= 8 x 10
-4
m
Densitas Galena = pA = 7.500 kg/m
3
Densitas Silika = pB= 2.650 kg/m
3
Densitas Air = = 1.000 kg/m
3
Viskositas Air = = 1 cp = 10
-3
Pa. s g = 10 m/s
2
Asumsi Partikel B dengan ukuran Dp4 mengendap (settling) didaerah laminer,
maka :
DpB4 = Dp4 = 8 x 10
-4
m
=
,
(..)
(
)
= , /
Cek, N
Re
untuk Dp
B4
,
=
=
(,
),()
= .
=
()
()
= ,
=
=
=,
=
(
()
= ,
41
Pemisahan Mekanik
1. Galena (A) murni dipisahkan pada ukuran D
p3
-D
p4
=1,26x10
-5
m-2,5x10
-5
m
2. Campuran Galena(A) dan Silika(B) akan dipisahkan pada ukuran:
Galena(A) pada ukuran D
p1
-D
p3
=5,2x10
-6
m-1,26x10
-5
m
Silika(B) pada ukuran D
p2
-D
p4
=1,03x10
-5
m-2,5x10
-5
m
3. Silika(B) murni dipisahkan pada ukuran D
p1
-D
p2
=5,2x10
-6
m-2,5x10
-5
m
Contoh-4: Pengendapaan di daerah laminar dan transisi
Campuran bijih Galena dan Silika dengan ukuran 6 x 10
-5
m 8 x 10
-4
m akan
dipisahkan dengan Hydroclassifier. Densitas Galena 7500 kg/m
3
, densitas Silika 2650
kg/m
3
. Densitas air 1000 kg/m
3
dan viskositasnya 10
-3
Pa. s. Percepatan gravitasi ( g )
= 10 m/s
2
. Pada ukuran berapa Galena dan Silika dipisahkan ?
Penyelesaian :
Ukuran Galena Dan Silika :
Ukuran terkecil : Dp
1
= 6 x 10
-5
m. Ukuran terbesar : Dp
4
= 8 x 10
-4
m
Densitas Galena = pA = 7.500 kg/m
3
Densitas Silika = pB= 2.650 kg/m
3
Densitas Air = = 1.000 kg/m
3
Viskositas Air = = 1 cp = 10
-3
Pa. s g = 10 m/s
2
Asumsi Partikel B dengan ukuran Dp4 mengendap didaerah laminer, maka :
DpB4 = Dp4 = 8 x 10
-4
m
=
(
(. . )
(
)
= , /
Cek : N
Re,p
,
=
=
(
),(.)
= > ( )
Menghitung Dp2 :
Asumsi partikel A dengan ukuran Dp1 mengendap didaerah laminer, maka :
DpA1 = Dp1 = 6 x 10
-5
m
=
(
)(..)
(
)
= , /
Cek : N
Re,p
,
=
=
(
),(.)
= , < 1 ( )
=
..
..
.
Dp
B2
= Dp
2
= 1,19 x 10
-4
m
Menghitung Dp3 :
=
() (
)()
()
=
,
=
,
( 24 )
42
Pemisahan Mekanik
Bilangan Reynold partikel B ukuran Dp4, NRe,p :
,
=
=
(
()
( 25 )
= , /
=
,
=
,
,
= ,
,
=
= , =
Didapat koordinat-1 : ( NRe,p , CDB4)=(80 , 1,76)
= /
=
,
=
,
= ,
,
=
= =
Didapat koordinat-2 : ( NRe,p , CDB4)=(800 , 0,0176)
Koordinat-1 dan koordinat-2 di plot pada grafik skala logaritma : NRe vs CD
10000
C
D
vs N
Re
1000
C
D
100
24 (80, 1,76)
10 Titik Potong
1
(800 , 0,0176)
0,44
0,1
0,01
0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000
N
Re
N
Re
= 140
Gambar 4.4 Penyelesaian contoh-4 dengan metode grafik C
D
vs N
Re
43
Pemisahan Mekanik
Dari grafik C
D
vs N
Re
didapat N
Re
= 140 C
D
= 0,6
,
=
= , /
=
,
= ,
=
,
,
,
= ,
, maka :
= , , =
()
()
()
( 26 )
,
=
, ()
( 27 )
Trial-1: D
PA3
= 1x10
-4
m
= ,
,
=
= (
= ,
Didapat koordinat-1 : ( NRe,p , CDB4)=(17,5 , 0,283)
Trial-2: D
PA3
= 5x10
-4
m
= ,
,
=
= (
= ,
Didapat koordinat-2 : ( NRe,p , CDB4)=(87,5 1,415)
44
Pemisahan Mekanik
Koordinat-1 dan Koordinat-2 di plot pada grafik N
Re
vs C
D
10000
C
D
vs N
Re
1000
C
D
100
24 (87,5 , 1,415)
10 Titik Potong
1
(17,5 , 0,283)
0,44
0,1
0,01
0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000
N
Re
N
Re
= 55,7
Gambar 4.5 Penyelesaian contoh-5 dengan metode grafik C
D
vs N
Re
,
=
= ,
=
,
= ,
= ,
=
,
= ,
1. Galena (A) murni dipisahkan pada ukuran D
p3
-D
p4
=1,26x10
-5
m-2,5x10
-5
m
2. Campuran Galena(A) dan Silika(B) akan dipisahkan pada ukuran:
Galena(A) pada ukuran D
p1
-D
p3
=5,2x10
-6
m-1,26x10
-5
m
Silika(B) pada ukuran D
p2
-D
p4
=1,03x10
-5
m-2,5x10
-5
m
45
Pemisahan Mekanik
3. Silika(B) murni dipisahkan pada ukuran D
p1
-D
p2
=5,2x10
-6
m-2,5x10
-5
4.5 Sedimentasi Kontinyu
Pada proses sedimentasi kontinyu waktu detensi (t) adalah sebesar volume basin (V)
dibagi dengan laju alir (Q).
=
( 28 )
Overflow rate (Vo) menggambarkan besarnya kecepatan pengendapan adalah fungsi
dari laju alir (Q) dibagi dengan luas permukaan basin (Ap).
( 29 )
Laju linier (V
0
) mengambarkan besarnya kecepatan horizontal adalah fungsi dari laju
alir (Q) dibagi dengan luas area tegak lurus aliran.
Ketinggian tangki sedimentasi (H) adalah besarnya kecepatan pengendapan Overlow
rate (V
0
) dikalikan waktu detensi (t).
=
( 30 )
4.6 Sedimentasi Batch
Mekanisme Sedimentasi Dengan Gaya Gravitasi.
Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan
sendirinya. Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan
dari padatan yang semula tersuspensi di dalamnya.
Bila suatu dilute slurry diendapkan dengan gaya gravitasi menjadi cairan bening dan
sedimen (endapan) dengan konsentrasi yang tinggi, prosesnya disebut sedimentasi.
Metode untuk menentukan settling velocity dan mekanisme settling, digunakan batch
settling test menggunakan slurry dengan konsentrasi homogen dalam tabung silinder.
Seperti yang terlihat pada gambar berikut :
46
Pemisahan Mekanik
B A z
0
Constant rate
B A
z z
z C
C z
i
D z D z
1
t t
1
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4.6 : Mekanisme dan hasil sedimentasi secara batch
(a) Suspensi homogen awal (original)
(b) Zone pengendapan setelah beberapa waktu
(c) Pemadatan zone D setelah zone B dan C tidak muncul, berubah menjadi cairan
bening dan padatan
(d) Kurva/grafik tinggi antar permukaan cairan bening (z) vs waktu pengendapan (t)
Pada saat awal dalam tabung silinder terdiri suspensi zone B yang homogen dengan
konsentrasi c
o
(gambar-1a). Partikel dalam zone B mulai mengendap dengan laju
homogen dan muncul cairan bening zone A (gambar-1b). Penurunan tinggi z konstan.
Zone D mulai muncul. Setelah beberapa waktu zone B makin berkurang, diatas zone B
cairan bening zone A makin bertambah, dibawah zone B muncul zone lapisan transisi
C (zone antara B dan D) dan zone D makin bertambah. Setelah pengendapan berakhir
zone B dan C tidak muncul lagi (gambar-1c). Terjadi pemadatan zone D dengan
ketebalan zone D dan tinggi cairan bening zone A makin bertambah.
Perhitungan Kecepatan Terminal (Settling Velocity)
Pada gambar.4-6 d adalah grafik/kurve tinggi cairan bening antar permukaan (z) di plot
terhadap waktu pengendapan (t). Ditunjukkan bahwa settling velocity, dimana slope
47
Pemisahan Mekanik
dari garis, pertama konstan, sampai pada titik kritis C. Settling velocity dihitung dari
gambar koefisien arah dari garis singgung pada gambar-d, pada saat t
1,
maka :
( 31 )
Pada titik dengan tinggi z
1
dan z
i
intersep dari garis singgung kurve :
=
( 32 )
Konsentrasi c
1
adalah konsentrasi rata-rata suspensi pada tinggi slurry z
i
, dapat
dihitung dari :
c
1
z
i
= c
0
z
0
atau
( 33 )
Dimana : c
0
= konsentrasi awal slurry kg/m
3
dan z
0
tinggi awal slury (pada t = 0).
4.7 Peralatan Sedimentasi Dengan Gravitasi
a. Alat Pemisah Debu Dan Udara (gambar 4.7)
b. Bak Klasifikasi Dengan Pengendapan Sederhana Secara Gravitasi ( Classifier )
(gambar 4.8)
c. Bak Pengendapan Spitzkasten (gambar 4.9)
d. Tangki Pemisahan Dengan Pengendapan Gravitasi Liquid - Liquid ( Liquid
Liquid Coalescer Settler ) (gambar 4.10)
e. Tikener (gambar 4.11)
48
Pemisahan Mekanik
Gambar 4.7 Alat Pemisah Debu Dan Udara
Gambar 4.8 Bak Klasifikasi Dengan Pengendapan Sederhana Secara Gravitasi
Gambar 4.9 Bak Pengendapan Spitzkasten
49
Pemisahan Mekanik
Gambar 4.10 Tangki Pemisahan Dengan Pengendapan Gravitasi Liquid - Liqui
Gambar 4.11 Tikener
50
Pemisahan Mekanik
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi filtrasi, jenis-jenis dan perolehan filtasi
dan perhitungannya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan definisi filtrasi, jenis-jenis dan
perolehan filtasi dan perhitungannya
5.1 Pendahuluan
Filtrasi atau penyaringan adalah pemisahan partikel zat padat dari fluida (cair atau gas)
dengan mengalirkan campuran padat fluida (slurry) melalui suatu medium penyaring
yang berlangsung akibat adanya gaya dorong ( driving force) sehingga dihasilkan zat
padat, filtrat atau keduanya (filtrat dan padatan).Dalam industri, proses filtrasi dapat
memisahkan partikel atau padatan dari ukuran partikel yang sangat kecil dalam m
sampai ukuran partikel yang cukup besar dalam mm.Slurry yang mengalir melalui
medium filter karena adanya gaya dorong antara lain akibat perbedaan tekanan yang
melintasi medium tersebut. Oleh karena itu filter dibagi atas filter yang beroperasi pada
tekanan yang lebih tinggi dari atmmosfir di bagian hulu dan pada tekanan atmosfir yang
beroperasi dibagian hilir atau beroperasi pada tekanan atmosfir dibagian hulu, sedang
dibagian hilir pada tekanan vakum.
Penggunaan proses filtrasi di Industri.
Proses filtrasi untuk industri proses antara lain:
- Industri kertas yaitu untuk proses penyaringan pulp.
- Industry pengolahan air
- Industry kimia a.l: NaOH,
BAB V
FILTRASI
51
Pemisahan Mekanik
Jenis jenis Proses Filtrasi.
.
Proses filtrasi dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa criteria.
Proses filtrasi berdasar jumlah padatan dalam slurry dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu filter klarifikasi (clarifying filter) dan filter ampas (cake filter ).
a. Filter klarififikasi digunakan untuk memisahkan zat padat yang kuantitasnya
kecil dan menghasilkan zat cair atau zat gas yang bersih. Filter klarifikasi juga
dikenal sebagi filter hamparan tebal ( deep bed filter), karena partikel zat padat
diperangkap di dalam medium filter dan umumnya tidak ada lapisan zat padat
yang terlihat di permukaan medium filter. Filter klarifikasi untuk zat cair
digunakan untuk pembersihan air dan menggunakan jenis filter kertus (
cartridge) yang berisi elemen filter,yang merupakan sederetan piring logam tipis
dengan diameter antara 3 sampai 10 in tersusun secara vertical dengan jarak
pisah yang sempit satu sama lain. Piring yang tersusun tersebut mempunyai
poros berlubang vertical dan terpasang dalam tabung berbentuk silinder. Zat cair
terkumpul pada bagian atas melalui poros berlubang tersebut sedang padatan
yang terpisah terperangkap diantara piring-piring di dalam filter kertus. Filter
klarifikasi untuk memisahkan campuran berupa koloid menggunakan Ultra filter
dengan membrane yang halus.
b. Filter ampas digunakan untuk memisahkan campuran padatan cair (slurry)
dengan padatan yang cukup banyak sehingga membentuk ampas dan berfungsi
sebagai penyarinng. Pada awal proses padatan tertahan oleh mediumfilter dan
untuk selanjutnya ampas berfungsi sebagai tahanan ampas yang besarnya
bergantung pada jumlah ampas yang terbentuk.
5.2 Dasar Teori Filtrasi
Penurunan tekanan fluida melalui filter ampas (cake filter), perhatikan gambar berikut :
Medium filter
Slurry Filtrat V m
3
/s
Cs Kg/m
3
dL
52
Pemisahan Mekanik
L
Gambar 5.1 Penampang irisan aliran slurry melalui filter
Gambar di atas merupakan penampang / irisan aliran slurry yang melalui filter ampas
dan medium filter dengan luas permukaan A m
2
, selama waktu t(detik). Selama proses
filtrasi dari awal sampai diperoleh filtrat pada t detik tersebut diperoleh:
- tebal ampas L (m , ft)
- volume filtrat V (m
3
,ft
3
)
Dengan kecepatan linear filtrat sepanjang arah (yang melalui tebal ampas) tersebut : v
(m/dt ,ft/s) Aliran filtrat yang melalui hamparan ampas dapat digambarkan
(dianalogikan)aliran fluida mengikuti hukum Poiseuile, dengan asumsi terjadi aliran
laminer dalam suatu tabung.
Persamaan Poiseuile untuk aliran laminer dalam tabung lurus adalah sebagai berikut:
A
=
v
(SI unit) ( 1 )
A
=
v
(British unit)
AP : penurunan tekanan N/m
2
(lbt / ft
2
)
v : kecepatan linear dalam tabung terbuka m/dt (ft/s)
D : diameter tabung m (ft)
L : panjang / tebal ampas yg terbentuk selama filtrasi m (ft)
: viscositas larutan Pa/s kg/m.dt (lbm/ft.s)
g
c
: konstanta gravitasi 32,174 lbm ft/lbf. s
2
Persamaan tahanan dalam hamparan partikel menurut Kozeny :
=
( c)
c
Untuk aliran laminer dalam hamparan partikel (cake) dapat ditunjukkan hubungan dari
persamaan 1 dan persamaan Kozeny yang dapat digunakan untuk proses-proses filtrasi
dan dituliskan sebagai berikut:
A
v (c)
( 2 )
k
1
= konstanta = untuk partikel secara acak yang dapat diukur dari ukuran dan bentuk
partikel
= viskositas filtrat kg/m.dt (lbm/ft.s)
v = kecepatan linear yang melalui luas permukaan filter m/dt (ft/s)
c = porositas cake
53
Pemisahan Mekanik
L = tebal cake m (ft)
So = luas permukaan spesifik partikel per volume partikel padatan Sp/Vp
AP
c
= penurunan tekanan dalam ampas N/m
2
( lbf/ ft
2
)
Untuk satuan British : persamaan (2) sebelah kanan dibagi dengan g
c
Pengukuran kecepatan linear yang didasarkan pada luas penampang tanpa cake
/hamparan adalah sebagai berikut:
=
/
( 3 )
A = luas filter m
2
(ft
2
)
V = volume total filtrat m
3
(ft
3
) selama t detik.
Hubungan volume(V) ,massa (m) dan ketebalan cake (L) merupakan neraca
massa.
Neraca massa dapat dituliskan sebagai berikut :
L . A ( 1 - c )
p
= Cs (V + c LA) ( 4 )
Cs = banyaknya padatan dalam filtrat
= kg solid / m
3
filtrat ( lb / ft
3
)
p
= density partikel padat dalam cake kg /m
3
(lb / ft
3
)
Substitusi persamaan 4 untuk mengeliminasi L dengan persamaan (3) dan persamaan
(2) , maka diperoleh :
.
=
( )
( 5 )
o = tahanan ampas spesifik m/kg (ft/ lb m)
= k (1 - c ) S
o
2
/ c
3
p
( 6 )
Untuk tahanan medium filter dianalogikan dengan persamaan (5) dan dapat ditulis
sebagai berikut :
( 7 )
Rm = tahanan medium filter (m
-1
) / ft
-1
54
Pemisahan Mekanik
A Pf = penurunan tekanan pada medium filter
Rm berubah menurut penurunan tekanan dan tingkat kebersihan medium filter. Tapi
hanya penting pada tahap awal, sehingga nilainya konstan selama filtrasi .
Bila tahanan ampas dan medium filter tersusun seri, maka persamaan 5 dan 7 dapat
digabung sebagai berikut:
=
( 8 )
P = P
c
+ P
f
Volume filtrat dapat pula dihubungkan dengan W (berat cake / ampas kering yang
terkumpul ) dengan hubungan sebagai berikut:
= . =
( 9 )
Cx = fraksi massa padatan dalam slurry
m = perbandingan massa ampas basah dan ampas kering
= densitas filtrat kg/m
3
(lbm / ft
3
)
Tahanan Ampas Spesifik
Pada persamaan 6 tahanan ampas sebagai fungsi fraksi rongga c dan So. Dengan
melakukan percobaan pada tekanan tetap dengan berbagai penurunan tekanan dapat
diperoleh variasi o terhadap AP. Jika o tidak bergantung AP, maka lumpur/padatannya
tak mampu mampat dan harga o = 0. Umumnya o meningkat dengan AP, karena cake
pada umumnya mampu mampat meskipun dalam jumlah sedikit. Untuk padatan yang
sangat mampu mampat, jika o semakin naik, maka harga AP juga naik.
Persamaan empirik untuk o dan AP dapat ditulis sebagai berikut :
o = o
0
(AP )
S
( 10 )
o
0
dan
s
merupakan tetapan empirik
s = koefisien komprebilitas ampas
= 0 : lumpur tak mampu mampat
= 0,1-0,8 : lumpur mampu mampat
Persamaan Untuk Proses Filtrasi Tekanan Konstan
55
Pemisahan Mekanik
Persamaan dasar untuk laju filtrasi dalam proses batch, secara umum beroperasi pada
tekanan konstan, sehingga persamaan 8 dapat ditulis dan disusun sebagai berikut :
=
o
()
( 11 )
atau
= . +
( 12 )
=
()
untuk satuan SI
=
= +
=
( + )
+
atau
+ ( 13 )
Persamaan 13 adalah untuk proses filtrasi pada tekanan tetap dengan melalui medium
filter dan ampas (cake).
Persamaan Filtasi Untuk Proses Filtrasi Laju Tetap
Jika filtratnya mengalir pada laju tetap, kecepatan linear akan tetap, dan dapat
dinyatakan sebagai berikut :
=
/
Atau
. =
Bila dilakukan integrasi :
v. A = V/t
v = V / A t ( 14 )
56
Pemisahan Mekanik
v = kecepatan linier proses filtrasi
V = volume filtrat
Sedang untuk filtrasi yang hanya melalui tahapan ampas:
=
A
2
( Pc ) dt = Cs V dV
Bila dilakukan integrasi maka didapat : Pc .A
2
.t = Cs V
2
/2
( 15 )
Persamaan Filtrasi Kontinu
Dalam filtrasi kontinu (jenis rotary drum vacuum filter): umpan, filtrat dan ampas
bergerak pada kecepatan tetap dan stedi.
Untuk setiap tahap proses pada permukaan filter kondisi sebenarnya adalah bukan
stedi, tapi transien.
Perhatikan proses filtrasi kontinu ppermukaan filter sejak rotary drum filter masuk ke
dalam bak slurry sampai akhir proses; terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :
a. pembentukan ampas
b. pencucian dan pengeringan
c. pelepasan cake dan
d. tahapan kosong
Untuk rotary drum filter dengan vakum di bagian tengahnya, sehingga cairan filtrate
akan mengalir masuk ke bagian tengah drum dengan menembus medium filter dan
support sambil meninggalkan padatan cake di permukaan medium filter. Cake yang
menempel akan dilepaskan oleh pisau (knife) dan dikumpulkan dalam penampung cake,
sementara itu filtrate mengalir keluar dari bagian poros drum dan dialirkan ke tangki
filtrat oleh sebuah pompa. Dalam filtrasi kontinu, tahanan medium filter dapat diabaikan
dibandingkan tahanan ampas, sehingga harga B (yang mengandung besaran Rm) 0.
Dari persamaan filtrasi untuk tekanan tetap dengan B = 0 adalah sebagai berikut:
= . +
jika B = 0
57
Pemisahan Mekanik
= Bila diintegrasi :
=
=
( 16 )
Waktu t adalah waktu yang diperlukan membentuk cake. Sedang untuk rotary drum
filter waktu proses untuk satu putaran adalah t
c
yang merupakan waktu siklus.
Jika bagian yang tercelup slury adalah f dengan membentuk cake seluas A, dan luas
total drum A
t
serta berputar dengan kecepatan putar n, maka besar f (fraksi bagian yang
tercelup slury) adalah:
f = A/A
t
atau f = t/t
c
atau f = t.n
Persamaan rotary drum filter untuk flow rate pengumpulan filtrate dengan subsitusi
harga Kp pada persamaan 16 dan t= f. t
c
, sehingga didapat :
.
=
..
,
( 17 )
=
.
=
..
.
.
(
)
Jika disusun ulang untuk membentuk persamaan yang sederhana ,sehingga persamaan
menjadi :
( 18 )
Dimana : Z = 2.f. P/.C
s
Pada umumnya laju filtrat berubah dengan semakin tebalnya ampas yang terbentuk.
Hal itu hanya berlaku untuk ampas yang terbentuk cukup tebal dan dalam siklus waktu
yang panjang.
Pada siklus waktu yang pendek, hal tersebut harus memperhatikan adanya tahanan
medium filter sehingga faktor B harus tetap diperhitungkan.
Rumus yang berlaku :
= . =
+ .
58
Pemisahan Mekanik
Dan persamaan flow rate filtrat menjadi:
.
=
+
..
.
,
( 19 )
Pencucian Ampas Setelah Proses Filtrasi
Perhitungan laju pencucian dengan asumsi bahwa selama proses pencucian kondisi
struktur ampas tidak berpengaruh. Sehingga dianggap berupa ampas dan laju filtrasi
dianggap laju pencucian.
Selama pencucian hubungan konsentrasi terhadap waktu digambarkan sebagai berikut:
a b
c d
waktu (detik)
Gambar 5.2 Hubungan konsentrasi terhadap waktu pencucian
a-b : filtrat yang tertinggal dalam filter, disebut displacement washing. volume zat cair
pencuci = volume filtrat dalam ampas = c. A. L
b-c : penurunan yang cepat dari konsentrasi zat cair
c-d : zat terlarut dalam zat cair buangan kecil
59
Pemisahan Mekanik
Soal latihan.
1. Proses filtrasi slury CaCO
3
merupakan campuran CaCO
3
dan H
2
O pada beda
tekanan tetap sebesar 6,7 lbf/in
2
menghasilkan filtrat seperti pada tabel segagai
berikut:
Vol.filtrat
V (liter)
0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Waktu
t (s)
17,3 41,3 72,0 108,3 152,1 201,7
Luas total filter 440 cm
2
, konsentrasi slury adalah 23,5 g/l pada suhu 25C. Dari
data tersebut hitung tahanan ampas (ft/lb) dan medium filter R
m
( ft
-1
).
Gunakan data densitas dan viskositas air pada 25C.
Latihan Filtrasi Kontinu.
Slurry berupa limbah tekstil merupakan campuran partikel pewarna dan H
2
O difiltrasi
dengan rotary drum filter pada P = 15 lbf/in
2
dan temperature 25C. Rasio ampas
basah terhadap ampas kering sebesar 1,59 dan perbandingan zat padat dalam slurry (Cx)
=0,13.Fraksi pembentukan ampas sebesar 30% dengan waktu putar drum untuk tiap
siklus 10 menit.Tentukan luas permukaan filter pada proses tersebut, jika tahanan ampas
= 2,90 x 10
10
ft/lb.
Hasil percobaan berupa data sebagai berikut:
Waktu
(s)
0 50 180 350 600 850 1000 1400
Berat
cake(lb)
0 5 10 15 20 25 30 35
60
Pemisahan Mekanik
Tujuan Pembelajaran Umum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan bahan padat dan cair dalam
suspensi dengan bantuan gaya sentrifugal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemisahan bahan padat dan gas dalam
campuran padat-gas dengan bantuan gaya sentrifugal
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan bahan padat dan
cair dalam suspensi dengan bantuan gaya sentrifugal
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pemisahan bahan padat dan
gas dalam campuran padat-gas dengan bantuan gaya sentrifugal
6.1 Pendahuluan
Pengertian Sentrifugasi
Pemisahan sentrifugasi untuk campuran padat-cair, padat-gas, cair-cair yang berbeda
berat jenis dan dalam operasinya dipengaruhi adanya percepatan sentripetal, yang
disebabkan adanya gaya sentrifugal menuju ke pusat sumbu putar.
Kegunaan mesin sentrifugal :
- untuk pemisahan padat-cair , padat-gas, cair -cair
- untuk pemisahan cairan yang tidak saling larut dengan density yg berbeda: emulsi
santan, emulsi susu.
- untuk pemisahan makro molekul : virus, spesies-spesies molekuler yang berbeda
ukuran
Proses pemisahan padat-cair / padat-gas yang menggunakan proses sentrifugasi
antara lain:
- Pengendapan Sentrifugal (Centrifugal Sedimentation)
- Filtrasi Sentrifugal (Centrifugal Filtration)
- Pemisahan Dengan Cyclone
BAB VI
PEMISAHAN DENGAN GAYA SENTRIFUGAL
61
Pemisahan Mekanik
6.2 Dasar Teori Pemisahan Dengan Gaya Sentrifugal
Gambaran Pemisahan Dengan Gaya Sentrifugal :
Gambar 6.1 Pemisahan sentrifugal
Pada gambar-gambar tersebut, terjadi gaya sentrifugal dan mempunyai percepatan
sentrifugal, yaitu :
a
c
= r e
2
( 1 )
a
c
= percepatan sentrifugal (m/dt
2
)
r = jarak radial dari pusat putaran (m)
e = kecepatan putar ( rad/det)
sedang gaya sentrifugal F
c
yang timbul dari partikel-partikel tersebut adalah :
F
c
= m .a
c
= m.r. e
2
SI ( 2 )
F
c
= m.r. e
2
/g
c
British
dimana : F
c
= gaya sentrifugal , Newton (N)
m = massa partikel , gram, kg, lb.
Bila e = u/r dan u = kecepatan tangensial partikel, sehingga gaya sentrifugal dapat juga
ditulis :
F
c
= m.r. (u/r)
2
= m.u
2
/r ( 3 )
62
Pemisahan Mekanik
Bila kecepatan putaran dinyatakan dalam sejumlah N putaran per menit. ( N rpm), maka
kecepatan putar dapat ditulis sebagai berikut:
e = 2t N / 60 ( 4 )
N = 60 u / 2t r ( 5 )
Substitusi persamaan 4 ke persamaan 2, maka diperoleh gaya sentrifugal :
F
c
= 0,01097 m. r. N
2
satuan SI ( Newton)
atau
F
c
= 0,000341 m.r.N
2
satuan British ( lbf)
Pengendapan Sentrifugasi.
Jenis Peralatan pengendapan sentrifugasi.
a. Tubular Bowl Sentrifugasi
Sentrifugasi jenis ini banyak digunakan untuk memisahkan dua fase liquid yang
berbeda, yaitu Liquid fase ringan (
L
) dan Liquid fase berat (
H
) dan pemisahan
campuran padatan cairan.
Gambar 6.2 Skematis Tubular Bowl Sentrifugal
63
Pemisahan Mekanik
Tubular Bowl sentrifugal mempunyai tinggi mangkok b , jari-jari r
2
dan mempunyai
permukaan cairan dengan jarak r
1
dari pusat sumbu. Umpan berupa campuran
padatan/partikel dan liquid masuk dengan asumsi liquid bergerak ke atas pada
kecepatan yang merata dan partikel pada campuran tersebut bergerak secara radial
dengan kecepatan pengendapan terminal (u
t
). Untuk partikel tertentu ada yang mulai
mengendap pada dasar mangkok dengan jarak r
A
dari pusat sumbu putar . Untuk proses
pengendapan sentrifugasi terbatas dengan waktu pemisahan, jika partikel yang berada
pada posisi jarak r
B
dari sumbu rotasi akan keluar bersama zat cair (r
B
<r
2
). Untuk
partikel yang berada pada jarak r
2
yang berarti r
B
= r
2
maka partikel akan mengendap
pada dinding mangkok. Partikel yang mengendap tersebut mempunyai kecepatan yang
mengikuti kecepatan hukum Stokes, yaitu kecepatan terminal pengendapan pada
jarak r dan dinyatakan sebagai berikut:
u
=
e
)
P
( 6 )
u
p
= densitas partikel ( gr/cm
3
, kg/m
3
,lbm/ft
3
)
= viskositas liquid (Pa.s)
jika u
t
= dr/dt , dan di substitusi ke kecepatan terminal persamaan hukum Stokes ,
maka di dapat persamaan sebagai berikut:
=
e
( 7 )
Bila diintegrasi dengan batas r = r
A
pada t = 0 dan r = r
B
pada t = t
T
menghasilkan persamaan :
=
e
( 8 )
Waktu tinggal t
T
besarnya sama dengan volume zat cairan dalam mangkok dibagi
dengan laju alir volumetric (q).
64
Pemisahan Mekanik
Volume mangkok = t . b. (r
2
2
- r
1
2
) sehingga waktu tinggal :
=
t (
( 9 )
Bila waktu tinggal di substitusi ke persamaan 8, maka didapat laju volumetrik
pengendapan sentrifugal dengan persamaan sebagai ber:ikut :
=
t e
(
)
)
(
/
)
( 10 )
Untuk partikel yang mempunyai diameter kritis D
pc
dan akan mengendap pada jarak
ditengah antara r
1
dan r
2
,dengan demikian jarak yang dicapai partikel sampai dinding
mangkok r
B
= r
2
dan mengendap pada r
A
= (r
1
+ r
2
) / 2 , sehingga persamaan
volumetric pengendapan adalah :
=
t e
)
(
)
( 11 )
q
c
adalah laju aliran volumetric yang berhubungan dengan diameter kritis partikel.
Contoh soal.
Larutan viscous glycol mengandung partikel yang mempunyai densitas
p
=
1461kg/m
3
dipisahkan dengan pengendapan sentrifugasi.Sifat fluida mempunyai
densitas = 801 kg/m
3
dan viskositas 100 cp. Peralatan sentrifugasi berbentuk mangkuk
dengan dimensi r
2
= 0,02225m,tinggi mangkuk= 0,1970 m dan jarak cairan dari pusat
sumbu mangkuk (r
1
)= 0,00716m.
Pengendapan sentrifugasi tersebut beroperasi dengan jumlah putaran 23000 rpm dan
mempunyai laju pengendapan alir volume q= 2,832 x 10
-3
m
3
/h. Dari data tersebut
tentukan :
- Kecepatan putar dan volume mangkuk.
- Laju volumetric kritris q
c
m
3
/s
- Diameter kritis partikel dp
c
m.
65
Pemisahan Mekanik
b. Disk Bowl Sentrifugal
Centrifuge jenis ini juga digunakan untuk memisahkan campuran liquid-liquid dengan
densitas fase ringan (
L
) dan densitas fase berat (
H
). Sering kali digunakan untuk
memisahkan cairan latex, suspensi, dan cairan minyak pelumas
Gambar 6.3 Skematis Disk Bowl Centrifugal
Alat ini terdiri dari tumpukan beberapa disk berbentuk mangkuk dengan diameter
mangkuk 200 500 mm yang berputar pada sumbu vertical.Mangkuk tersebut datar
pada bagian dasar dan berbentuk kerucut bagian atas. Umpan masuk dari atas melalui
suatu pipa stasioner ke dalam leher mangkok. Dalam mangkok tersebut jika diputar
maka beberapa disk yang tersusun dengan jarak yang kecil juga berputar. Pada tiap disk
terdapat lubang berpasangan pada jarak ditengah antara poros dan dinding mangkuk.
Lubang-lubang tersebut membentuk saluran untuk dilewati zat cair. Dalam operasinya
zat cair dari umpan masuk ke dalam mangkuk dari bawah, lalu mengalir ke atas melalui
saluran melewati tumpukan disk, sehingga zat cair dengan densitas berat akan terpisah
pada sisi luar sedang zat cair dengan densitas ringan akan terdorong kea rah tengah
mangkuk. Akhirnya cairan ringan terkumpul dan keluar pada saluran bagian atas dan
cairan berat akan mengalir pada saluran bagian bawah.
66
Pemisahan Mekanik
6.3 Filtrasi Sentrifugal.
Gambar proses filtrasi sentrifugal setelah ampas terbentuk secara skematis sebagai
berikut:
Gambar 6.4 Proses filtrasi sentrifugal
Persamaan untuk filtrasi sentrifugal dapat menggunakan persamaan filtrasi tekanan
tetap dengan asumsi pengaruh gravitasi dan perubahan energy kinetik di dalam zat cair
kurang signifikan sehingga dapat diabaikan. Penurunan tekanan yang terjadi dari
gerakan sentrifugal merupakan driving force yang dapat mengalirkan slurry sehingga
zat cair mengalir melalui ampas secara laminar. Pada saat awal proses aliran slurry luas
filter (A) tidak berubah dengan jari jari karena ampas yang terbentuk sangat tipis
sehingga luas filter dianggap sama dengan luas permukaan dalam mesin sentrifugal
yang mempunyai jari- jari r. Aliran filtrat yang laminer melalui luas filter A mempunyai
kecepatan linier dan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
=
/
=
( 12 )
q= laju volumetric filtrat (m
3
/ s)
Persamaan untuk filtrasi tekanan tetap yang melalui ampas dan medium filter yang telah
kita ketahui adalah :
=
(
.
+)
( 13 )
67
Pemisahan Mekanik
Jika dV/ A.dt = q/A di subsitusi ke persamaan filtrasi tekanan tetap, maka persamaan 12
menjadi :
(
. .
)
( 14 )
Jika dinyatakan dalam hubungan perubahan tekanan sebagai berikut :
= .
( 15 )
Ingat massa padatan dalam slurry adalah m
c
= C
s
V . , sehingga persamaan diatas dapat
ditulis sebagai berikut :
= (
) ( 16 )
Persamaan dasar penurunan tekanan untuk zat cair adalah :
dp = .g. dz. ( 17 )
Untuk gaya sentrifugal percepatan gravitasi g= a
c
=r e
2
dan ketinggian zat cair dz = dr,
maka persamaan penurunan tekanan dapat ditulis sebagai berikut:
dp = . r . e
2
dr ( 18 )
Pada proses filtrasi sentrifugal beda tekanan yang terjadi pada jarak r
1
dan r
2
dengan
melakukan integrasi persamaan 17 , maka diperoleh :
=
e
( 19 )
Substitusi P pada persamaan 15 dan persamaan 18 , maka didapat laju volumetrik
sebagai berikut :
=
e
( 20 )
dengan A= luas permukaan dalam filter sentrifugal = 2 t r
2
b
Jika ampas yang terbentuk semakin tebal maka luas permukaan filter akan berubah
sesuai dengan ampas yang terbentuk sehingga laju volumetrik filtrat adalah :
68
Pemisahan Mekanik
=
e
( 21 )
A
2
= luas permukaan bagian dalam filtrasi sentrifugal = 2 t r
2
b
A
a
= rata-rata aritmatik luas ampas = (r
i
+ r
2
) t b
A
L
= rata-rata logaritmik luas ampas
t(
b = tinggi mesin filtrasi sentrifugal
r
i
= jarak permukaan ampas dengan pusat sumbu
r
1
= jarak permukaan zat cair dengan pusat sumbu
r
2
= jarak dinding mesin sentrifugal dengan pusat sumbu
Jenis Peralatan Filtrasi Sentrifugal
- Suspended centrifuge batch machine
- beroperasi secara batch / tak kontinu
- mempunyai tabung berlubang (perforasi) dengan diameter tabung 30-48 in (75-
120 cm) dan tinggi 18-30 in (46-75 cm)
- kecepatan putar 600-1800 rpm
- banyak digunakan dalam pengolahan gula
- yang beroperasi 10-30 menit dengan produk padatan 700-4000 lb/j
- Automatic Short Cycle Centrifuge Batch Machine
- Beroperasi secara kontinue untuk satu siklus, yaitu pemasukan umpan, pemutaran,
pembilasan dan pengeluaran.
- diameter 20-42 in (50-120 cm)
- siklus operasi 35-90 detik
- umumnya ukuran partikel > 150 mesh
- kecepatan putar < 4000 rpm
- Continuous Conveyer Filter Centrifuge ( Mesin Sentrifugal Konveyer Kontinu)
- Beroperasi secara kontinu
- Diameter 12-48 in (30-120 cm)
- Kapasitas operasi 50 000 lb padatan/jam
Soal Latihan Perlakuan Mekanik.
Slurry buah merah ( campuran padatan /serbuk dan air) dipisahkan secara filtrasi
kontinu dengan system RDF dan pada pembentukan cake dengan drum yang tercelup
slurry sebesar 35 % yang beroperasi pada perbedaan tekanan 67 kPa dan suhu 25 .
69
Pemisahan Mekanik
Perbandingan ampas basah terhadap ampas kering = 2 dan fraksi padatan dalam slurry
adalah 0,191 kg padatan/ kg slurry. Tahanan ampas yang terbentuk = 1,225 x 10
11
m/kg.
Jika laju slurry 0,778 kg/s dan waktu filtrasi untuk 1 cycle 250 second, maka tentukan
luas filter yang diperlukan.
Catatan:
Pada proses RDF tersebut Tahanan medium filter Rm diabaikan karena
penyaringan berlangsung dengan cake yang tebal.
Sebuah filter sentrifugal system batch mempunyai dimensi diameter 30 inci dan tinggi
mangkuk 18 inci digunakan menyaring slurry CaCO
3
dengan filtrate (berupa air) dan
padatan mempunyai sifat sebagai berikut:
- kondisi operasi pada suhu 25C
- konsentrasi slurry = C
s
= 60 gr/ liter
- Volume zat cair = 2 m
3
- tebal ampas yang terbentuk = 6 inci
- jumlah putaran mesin = 2000rpm.
- tahanan ampas = 1,1 x 10
10
m/kg
- tahanan medium filter = 6,4 x 10
10
m
-1
- pada akhir proses zat cair yang ada mempunyai jari-jari 8 inci dari sumbu
pusat.
Dengan kondisi tersebut :
a. Tentukan luas medium filter(luas tabung) A
2
, luas ampas logaritma A
L
,
luas ampas aritmatik A
a
dalam m
2
b. Hitung laju volumetric q m
3
/s
6.4 Pemisahan Dengan Cyclone
Separator Siklon (Cyclone Separator) adalah alat yang menggunakan prinsip gaya
sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi
berdasarkan perbedaan massa jenis dan ukuran.
Prinsip Kerja
- Gas atau aliran fluida diinjeksikan melalui pipa input secara tangensial.
- Bentuk kerucut Siklon menginduksikan aliran gas atau fluida untuk berputar,
menciptakan vortex.
- Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah luar
vortex.
70
Pemisahan Mekanik
- Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut (konis)
menuju tempat pengeluaran.
- Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian atas
dari Siklon (bagian Vortex Finder) melalui pusat yang bertekanan rendah.
- Gaya sentrifugal timbul saat partikel di dalam fluida masuk ke puncak Siklon dan
diputar dengan cepat mengarah ke bawah seperti pusaran air, sampai dibagian konis
partikel berat mengarah ke dasar Siklon dan partikel ringan bersama fluida keatas
melalui bagian Vortex Finder.
Komponen Siklon terdiri dari:
- Bagian Silinder
- Bagian Konis (kerucut)
- Bagian Vortex Finder (Pipa outlet bagian atas)
- Bagian Zygot (Pipa outlet bagian bawah).
Gambar 6.5 Pemisah Cyclone
71
Pemisahan Mekanik
Jenis Siklon
- Hydrocyclone
- Aircyclone
Hydrocyclone : adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan padatan dari cairan
berdasarkan perbedaan gravitasi setiap komponen dengan gaya sentrifugal.
Aircyclone : adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan padatan dari gas/udara
berdasarkan perbedaan gravitasi setiap komponen dengan gaya sentrifugal
Parameter Kunci dari Siklon
Ada 3 parameter terpenting dari sebuah Siklon dalam pemisahan berbagai jenis materi
yakni:
- Cut diameter (d
pc
)
- Pressure drop (P)
- Overall collection efficiency
Cut Diameter (d
pc
) : batas diameter partikel yang keluar melalui bagian atas dan
bagian bawah Siklon
d
pc
= [ 9 B
c
/ 2 A N v
I
(
p
- ) ]
0.5
( 22 )
Dimana: = viskositas, lb/ft.s ( Pa.s)
N = effective number of turns (5-10 untuk Siklon pada umumnya)
v
I
= kecepatan fluida masuk, (m/s)
p
= densitas partikel, (kg/m
3
)
= densitas fluida,
(kg/m
3
)
B
c
= lebar bagian masuk, (m)
A = luas proyeksi partikel (m
2
)
Pressure Drop (Beda tekan masuk dan keluar Siklon)
P = 0.0027q
2
/ [k
c
D
c
2
B
c
H
c
(L
c
/D
c
)
1/3
( Z
c
/ D
c
)
1/3
] ( 23 )
Dimana: q = laju alir volum (debit)
k
c
= faktor diskriptif tanpa dimensi ( dimensionless factor descriptive ) dari
bagian masuk vanes Siklon
72
Pemisahan Mekanik
Overall Collection Efficiency
E
i
= 1- e
[-2(C)^1/(2n+2)]
( 24 )
Dimana: c = faktor dimensi Siklon (cyclone dimension factor)
)
( 25 )
Dimana : =
= (
)
V
tan
= kecepatan tangensial partikel pada radius r.
Substitusi =
, maka :
,
=
( 26 )
74
Pemisahan Mekanik
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan proses fluidisasi, jenis-jenis peraltan fluidisasi dan
perhitungannya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses fluidisasi, jenis-jenis peraltan
fluidisasi dan perhitungannya
7.1. Pendahuluan
Fluidisasi adalah suatu operasi pengontakan unggun (padatan/partikel) dengan fluida
(zat cair atau gas) sehingga sifat unggun berubah menyerupai fluida yang menimbulkan
beda tekanan dengan pengaruh :
- bentuk, ukuran,densitas dan distribusi partikel
- densitas fluida.
Penggunaan Fluidisasi :
- Untuk proses katalitik cracking di industri minyak ( saat ini banyak
digunakan riser yang dapat memecah komponen minyak )
- Pengeringan zat padat ( fluidized bed drying partikel )
- Regenerasi katalis.
- Teknik ini banyak digunakan di industri kimia dengan penggunaannya yang
meningkat pesat pada decade terakhir ini. Pada proses pembuatan besi (iron
making) fluidisasi merupakan cara alternatif dalam mereduksi bijih
(Fe2O3) menjadi logam (Fe).
Jenis kondisi fluidisasi:
* Fluidisasi yang homogeny
* Channeling ( pengkanalan)
* Slugging ( pergolakan)
* Bubbling (penggelembungan)
BAB VII
FLUIDISASI
75
Pemisahan Mekanik
7.2 Dasar Teori Fluidisai
Mekanisme fluidisasi menimbulkan beda tekan sesuai dengan bertambahnya kecepatan
superficial aliran fluida digambarkan sebagai berikut:
C
B D E
P
Daerah Unggun Diam Daerah Unggun Terfluidakan
A
V
mf
V
Gambar 7.1 Kurva karakteristik fluidisasi ideal
Titik A sampai B merupakan awal proses fluidisasi dengan aliran fluida bentuk laminar
pada kecepatan fluida yang rendah dan beda tekanan yang sebanding dengan kecepatan
fluida. Jika kecepatan fluida dinaikan secara bertahap maka beda tekanan bertambah
dengan semakin bertambahnya kecepatan fluida, kondisi ini partikel saling kontak
secara merata. Pada titik B partikel dalam tabung mulai merenggang dengan
bertambahnya kecepatan fluida,yang meningkatkan beda tekanan sampai ke titik C (
beda tekanan yang terjadi maksimum).
Pada kondisi ini mulai terjadi fluidisasi dengan kecepatan tertentu dan
merupakan kecepatan minimum fluidisasi (v
mf
).
Pada titik D sampai E dengan kecepatan yang terus bertambah menimbulkan beda
tekanan yang relatif konstan yang merupakan proses fluidisasi . Untuk proses
fluidisasi, karakteristik pertama yang harus diperhatikan adalah kecepatan
minimum fluidisasi.
76
Pemisahan Mekanik
Persamaan yang berlaku untuk proses-proses aliran fluida dalam hamparan
partikel.
1. Hubungan tinggi partikel (L) dengan porositas (c).
Bila fluida mengalir melalui hamparan partikel dalam tabung dengan kecepatan
rendah, partikel belum bergerak dan mempunyai tinggi L
o
serta porositas c
o
. Untuk
kecepatan yang bertambah besar, partikel akan bergerak dan tingginya menjadi L
1
dan
porositasnya c
1
.
Jika luas penampang tabung (A) tidak berubah selama fluida mengalir maka hubungan
tinggi partikel dan porositas sebagai berikut:
L
0
.A (1-c
0
)= L
1
.A (1-c
1
) atau (1)
L
0
/
L
1
= 1-c
1
/1-c
0
Untuk partikel yang bergerak pada saat mulai terfluidisasi, maka:
- tinggi partikel yang terjadi L
1
adalah tinggi minimum fluidisasi (L
mf
)
- porositas yang terjadi c
1
adalah porositas minimum (c
mf
).
Hubungan tinggi partikel dan porositas minimum adalah :
L
0
/L
mf
= 1- c
mf
/ 1- c
0
( 2 )
Harga porositas pada kondisi awal (c
0
) = 0, sehingga persamaan ( 2 )
menjadi :
L
0
/L
mf
= 1- c
mf
( 3 )
2. Hubungan beda tekanan (P) dengan tinggi partikel (L) dan porositas pada
fluidisasi minimum.
Beda tekanan yang terjadi dalam tabung dengan luas penampang A akan sebanding
dengan massa partikel pada kondisi tinggi dan porositas minimum dikalikan gravitasi
sehingga menghasilkan neraca massa sebagai berikut:
P A = L
mf
. A (1- c
mf
) (
p
-) g ( 4 )
77
Pemisahan Mekanik
Bila dinyatakan beda tekan per tinggi unggun maka rumus yang berlaku:
P/ L
mf
= (1- c
mf
) (
p
-) g (SI)
P/ L
mf
= (1- c
mf
) (
p
-) g/g
c
(British) ( 5 )
Dimana :
P = Beda tekan (atm, Pa)
L
mf
= tinggi unggun minimum fluidisasi (m)
g = gravitasi (9,8 m/s
2
)
Persamaan beda tekan untuk partikel yang mempunyai ukuran dan bentuk tertentu,
maka rumus yang berlaku yaitu persamaan "Ergun" sebagai berikut :
=
( c )
+
,
( c )
u
( )
Persamaan "Ergun" dapat digunakan untuk menghitung v
mf
(kecepatan minimum
fluidisasi) dengan substitusi v = v
mf
, c = c
mf
, dan L = L
mf
serta subsitusi P/L dengan
persamaan 5 sehingga dihasilkan persamaan :
,
+
( c
= ( )
Jika bilangan Reynold untuk fluidisasi pada kecepatan minimum adalah :
( )
Bila persamaan 7 dinyatakan dalam N
Re
maka;
,
,
u
c
+
( c
)
,
u
=
Untuk kasus dengan partikel yang mempunyai diameter kecil dan bilangan N
Re,mf
< 20
maka kecepatan minimum fluidisasi adalah;
Untuk partikel dengan diameter yang menghasilkan bilangan N
Re,mf
> 1000 maka
kecepatan minimum fluidisasi adalah :
78
Pemisahan Mekanik
)
( )
V
mf
= [ D
p
.g (
p
- )/ 24,5 ]
0,5
( 10 )
Contoh soal.
Partikel batubara digunakan untuk hamparan proses fluidisasi dengan diameter partikel
= 0,10 mm, faktor bentuk (u
s
) = 0,65 dan
porositas pada kondisi fluidisasi minimum = 0,60. density partikel = 1000kg/m
3
. untuk
fluidisasi digunakan udara pada suhu 25
0
C dan tekanan 1 atm. Luas penampang tabung
0,5 m
2
dan massa partikel dalam hamparan tabung 500kg.
a. tentukan tinggi minimum saat mulai terfluidisasi (m)
b. hitung beda tekan pada kondisi fluidisasi minimum (Pa)
c. hitung kecepatan minimum fluidisasi dalam m/s