You are on page 1of 16

KAJIAN EKONOMI POLITIK PENDERES AMEN DAN PENGEPUL DESA KARANGKANDRI CILACAP JAWA TENGAH Wiwi Widiastuti

1. 2. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Alumni Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Pendahuluan Ekonomi politik adalah produk yang dilahirkan oleh para intelektual yang memahami hubungan mengambarkan ekonomi dan politik. ekonomi dan Hubungan itu ini tidak hanya tetpi bagaimana politik berhubungan,

menyarakan bagaimana seharusnya ekonomi dan politik itu berhubungan dan membentuk suatu keseimbangan. Harus dipahami bahwa yang dipelajari dalam ekonomi dan politik ini adalah proses-proses social dan institusional dimana kelompok-kelompok elit ekonomi dan politik berusaha mempengaruhi keputusan dengan mengalokasikan sumber-sumber produktif langka untuk masa sekarang atau mendatang, baik untuk kepentingan kelompok tersebut maupun untuk kepentingan masyarakat luas. Dengan demikian, ilmu ekonomi dan politik membahas hubungan politik dan ekonomi, dengan tekanan pada kekuasaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Kombinasi antara ekonomi dan politik ini seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh pada tingkatan local khususnya pada tingkat desa dengan teradinya interaksi hubungan ekonomi politik antara pengrajin gula merah yang dalam hal ini disebut penderes dan tengkulak yang selanjutnya disebut dengan pengepul yang melibatkan peran Pemerintah Desa dalam menyikapi pola hubungan penderes dan pengepul. Di Desa Karangkandri misalnya, terjadi interaksi antara penderes dan pengepul yang unik dimana 27 dari total jumlah penderes adalah penderes pendatang yang selanjutnya disebut penderes Amen. Menurut data monografi Desa Karangkandri No. 3301022002 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah periode Juli samapai Desember

2005, diperoleh data yaitu Desa Karangkandri Kecamatan Kesugiahan Kabupaten Cilacap memiliki luas 406.875 ha yang berbatasan sebelah utara dengan Desa Kuripan, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, Sebelah Barat dengan Desa Menganti dan sebelah Timur dengan Desa Slarang. Jumlah penduduk Desa Karangkandri 6918 jiwa yang terdiri 3552 laki-laki dan 3366 perempuan. Dari 27 penderes amen yang tinggal di Desa Karangkandri hanya 4 orang yang terdaftar sebagai warga desa. Sesuai dengan PP No. 72 tahun 2005, Pemerintah Desa Karangkandri terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa dan 14 Perangkat Desa. Interaksi yang terjadi antara penderes amen dan pengepul dicurigai tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja, melainkan faktor politik juga berperan degan ditandai oleh adanya campur tangan Pemerintah Desa Karangkandri. Hal ini terlihat dari setiap kebijakan yang dikeluarkan perihal interaksi penderes amen dan pengepul tidak hanya bersifat ekonomi saja, tetapi juga mengandung muatan politik. Hal ini jugalah yang membuat peneliti tertarik mengkaji lebih lanjut kasus ini. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana interaksi Penderes Amen dan Pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap? 2. Bagaimana peran Pemerintah Desa dalam menyikapi interksi Penderes Amen dengan pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tuuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Bagaimana interaksi Penderes Amen dan Pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. 2. Mengetahui Bagaimana peran Pemerintah Desa dalam menyikapi interksi Penderes Amen dengan pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap.

36

4. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya difokuskan pada: 1. Interaksi Penderes Amen dan Pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. 2. Peran Pemerintah Desa dalam menyikapi interksi Penderes Amen dengan pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. 5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi perkembangan ilmu politik khususnya tentang ekonomi politik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini secara praktis diharapkan akan menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan, seperti penderes amen, pengepul, dan Pemerintah Desa dalam meningkatkan fungsi dan perannya masing-masing. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Perspektif Ekonomi Politik Studi ekonomi politik merupakan studi yang memfokuskan pada beragam perbedaan antara sektor pemerintah dan sektor swasta serta implikasinya terhadap ekonomi dan politik. Dalam hal ini fokus yang ada kemudian melihat keterlibatan pemerintah atau Negara dalam perekonomian masyarakat dan konsekuensi ekonomi dari sektor publik yakni masyarakat. Analisis Mochtar Masoed (1989;17) menyatakan bahwa analisis baku ekonomi politik mengharuskan kita untuk mempertimbangkan tiga variabel, yaitu: 1. Variabel Nilai (value) yang memunculkan pertanyaan apakah proses yang dilakukan berdasarkan nilai persaingan ataukah kerja sama. 2. Variabel Kepentingan (interest) yang memunculkan pertanyaan siapa pihak yang diuntungkan dan siapa pihak yang dirugikan dalam proses ini.

37

3. Variabel kekuasaan (power) yang memunculkan pertanyaan siapa yang berkuasa, apa sumber-sumber kekuasaanya, nilai dan kepentingan apa yang didukung oleh penerapan dari kekuasaan itu Studi ekonomi politik memusatkan perhatian pada distribusi nilai-nilai, seperti kekayaan dan kebutuhan materiil, keamanan dan ketertiban, keadilan dan kebebasan (Stage dalam Masoed, 1994:2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi ekonomi politik sebagai studi adalah who gets what kind of value, how much, and by what mean. 2. Teori Kapitalisme Berbicara teori kapitalisme, maka kita langsung ingat pada bapak kapitalisme yaitu Adam Smith dengan buku termasyurnya, The Wealth of Nations. Ciri mendasar dari kapitalisme adalah pemaksimalan keuntungan individu melalui kegiatan-kegiatan ekonomi yang dimaksudkan untuk membantu kepentinan publik (Fakih, 2003 : 31). Adam Smith masih memperhitungkan adanaya kepentingan publik dalam sistem kapital tersebut. Hal ini dapat terealisasi dalam interaksi penderes amen dan pengepul yang menjalin hubungan demi tercapainya tujuan bersama dan membantu kepentingan publik dengan Pemerintah Desa membuat suatu kebijakan retribusi desa sehingga kepentingan publik juga terlindungi. Berbeda dengan Max Weber yang mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem komoditi berdasarkan kerja berupah untuk menual dan diperdagangkan untuk mencari keuntungan. Ciri produksi berdasarkan upah merupakan karakter mendasar bagi kapitalisme. Frans Seda (1996) mengajukan lima prinsip fundamental dari kapitalisme murni yaitu: 1. Kapitalisme adalah pengakuan penuh pada hak milik individu tanpa batasbatas tertentu. 2. Kapitalisme adalah pengakuan penuh pada hak milik individu untuk melakukan kegiatan ekonomi demi meningkatkan status sosial ekonomi. 3. Kapitalisme mengisyaratkan pengakuan akan adanya dorongan atau motivasi ekonomi untuk meraih keuntungan semaksimal mungkin.

38

4. Kapitalisme juga memuat pengakuan atas adanya kebebasan melakukan kompetisi dengan individu lain. 5. Kapitalisme mengakui berlakunya hokum ekonomi pasar bebas atau mekanisme pasar. 3. Teori Ketergantungan Yang dimaksud dengan ketergantungan adalah keadaan dimana satu pihak sangat tergantung pada pihak lain dan biasanya dari segi ekonomi dan politik. Hal ini sejalan dengan pemikiran Arief Budiman dalam bukunya Pembangunan Dunia ke 3 halaman 63 yang menyatakan bahwa ada ketergantungan Negaranegara berkembang terhadap Negara-negara maju dalam bidang ekonomi dan politik yang memberikan banyak dampak baik positif maupun negatif. Pemikran ini berkembang bahkan pada tingkatan lokal yang melibatkan beberapa aktor lokal seperti Pemerintah Desa, penderes amen dan pengepul sebagai investor. 4. Sektor Informal Dalam dunia kerja dikenal dua jenis konsep sektor tenaga kerja yaitu sektor formal dan sektor informal. Konsep sektor informal pertama-tama dilontarkan oleh Hart (1971) dengan mengambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja di kota yang berada diluar pasar tenaga kerja yang terorganisir yang mencakup suatu pengertian berbagai kegiatan yang sering kali tercakup secara umum dalam usaha sendiri. Kenyataan ini sejalan dengan yang terjadi di Desa Karangkandri studi kasus kegiatan usaha penderes gula yang semuanya adalah pihak pendatang dari desa lain yang mengadu nasib dengan menjadi penderes gula melalui usaha sendiri. 5. Desa, Pemerintah Desa dan Kebijakan Publik di Tingkat Desa Menurut konsep demokrasi modern, kebijakan pulik tidak hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini publik juga mempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan dalam kebijaksanaankebijaksanaan negara. Setiap kebijakan harus berorientasi pada kepentingan publik.

39

Pakar ilmu politik seperti James Anderson beranggapan bahwa publik itu harus dipahami sebagai : arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan Kebijakan publik tidak hanya terjadi pada tingkat negara, propinsi atau kabupaten saja melainkan juga terjadi di tingkat desa. Desa atau yang disebit dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, menurut PP No. 72 Tahun 2005 adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. Pemerintah Desa seperti yang tercantum dalam PP No. 72 tahun 2005 adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kestuan Republik Indonesia. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana kebijakan publik Pemerintah Desa Karangkandri dalam menyikapi interaksi penderes amen dan pengepul. 6. Konsep Interakasi Penderes-Pengepul Menurut harian Suara Merdeka 20 Juni 2005 menjelaskan tentang pengertian penderes sebagai suatu profesi seseorang yang setiap pagi dan menjelang senja mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditunda yaitu mengambil tuak (nira dari manggar kelapa) sebagai bahan baku gula kelapa. Kegiatan ini sangat membutuhkan bantuan modal yang hampir selalu berasal dari meminjam kepada pengepul degan kosekuensi hasil gula harus di setorkan pada pengepul tersebut dan hasil produksi itu dipotong untuk mencicil pinjaman modal penderes. Kita juga harus tahu bahwa Pengepul adalah seseorang yang mengumpulkan gula hasil produksi penderes untuk kemudian dipasarkan.

40

7. Relevansi Teoritik Pekerjaan sebagai penderes gula merupakan salah satu dari sekian banyak jenis pekerjaan yang berada dalam wilayah sektor informal. Penderes tidak dapat bekerja sendiri tanpa bantuan modal dari penepul yang merupakan investor bagi usaha penderes. Penderes amen merupakan penderes yang berasal dari luar desa tempat dia berusaha. Hal inilah yang tidak bisa terelakkan dari bagaimana peran Pemerintah Desa dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam menampung aspirasi rakyat sehingga kepentingan rakyat luas termasuk penderes amen dan pengepul terpenuhi. Kebijakan publik yang dikeluarkan pun tidak akan terlepas dari konsep ekonomi politik dimana kebijakan tentang penderes amen dan pengepul sarat dengan ekonomi politik karena sektor informal masuk dalam tataran konsep ekonomi politik. Hubungan antara penderes amen dan pengepul pun akan di analisis dengan teori kapitalisme dan ketergantungan dalam tataran lokal. 8. Kerangka Pemikiran Pemerintah Desa Ekonomi politik Penderes Amen Ekonomi Politik SEKTOR INFORMAL Gambar 1 Kerangka Pemikiran C. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS 1. Metode Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Karangkandri, kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Sasaran penelitian yaitu Pemerintah Desa, BPD, Pengepul, Penderes Amen, Tokoh masyarakat setempat. Penelitian ini difokuskan pada interaksi Penderes Amen dan Pengepul di Desa Pengepul

41

Karangkandri

Kecamatan

Kesugihan

Kabupaten

Cilacap

dan

peran

Pemerintah Desa dalam menyikapi interksi Penderes Amen dengan pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus dan teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling yaitu cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dipercaya sebagai sumber data yang mantap dan mengetahui masalah secra mendalam. Selain itu, ada bebrapa cara teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara mendalam, observasi atau pengamatan lansung dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan terdiri dari dua yaitu data primer berupa wawancara langsung dan data sekunder berupa dokumen-dokumen pendukung. 2. Metode Analisis Data Proses analisis dilakukan dalam bentuk interaktif pada tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (H.B Sutopo dkk, 1998:10). Untuk mengkaji keabsahan data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data. Menurut Patton (L.J Moleong, 2002: 178) triangulasi dibagi menjadi empat jenis yaitu: Triangulasi sumber, triangulasi peneliti, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan triangulasi sumber dengan cara membandingkan mengecek balik derajad kepercayaan informasi yang diperoleh pada waktu dan alat yang berbeda.

42

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Karangkandri merupakan desa yang memiliki jarak yang dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Cilacap. Sekitar tahun 1970-an desa ini merupakan desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai penderes atau penghasil gula kelapa tradisional. Tetapi pada akhir tahun 1990-an profesi ini beralih menjadi Tki (Tenaga Kerja Indonesia) dan buruh pabrik. Pada awal tahun 2000, di Desa Karangkandri berbondong-bondong didatangi oleh penderes yang berasal dari desa lain atau tang akrab di sebut sebagai Penderes Amen. Setelah mendapat persetujuan pinjaman modal dari pengepul (tengkulak) daerah asal penderes amen, kemudian penderes datang ke Desa Karangkandri untuk meminta ijin menders pohon kelapa kepada yang punya pohon kelapa. Terjadi kesepakatan secara lisan bahwa penderes amen diijikan menderes pohon kelapa dengan imbalan sewa 2kg gula perbulannya. Tidak hanya itu, penderes amen juga mendatangi pemilik tanah yang tanahnya kosong untuk mendirikan gubuk tempat beristirahat secara gratis. Penderes mulai bertempat tinggal di Desa Karangkandri pada awal tahun 2002 dan menurut semua pihak baik dari pemerintah desa maupun masyarakat, keberadaan penderes amen secara keseluruhan diterima baik di desa setempat. Berikut ini daftar nama-nama penderes amen yang tinggal di Desa Karangkandri: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Penderes Karsiman Madmiardi Tohadi Nurhadi Sikin Muhidi Sipan Cholil Salim Rusdi Darkim Paimin Rasmidi Puji Warto Sarno Alamat RT/RW Jl. Jambu 04/02 Jl. Jambu 04/02 Jl. Puteran 03/04 Jl. Pepaya 06/04 Jl. Pepaya 07/04 Jl. Pepaya 07/04 Jl. Sukun 01/06 Jl. Sukun 01/06 Jl. Sukun 01/06 Jl. Sukun 01/06 Jl. Sukun 01/06 Jl. Sukun 01/06 Jl. Karangsingkil 05/06 Jl. Karangsingkil 05/06 Jl. Karangsingkil 02/06 Jl. Karangsingkil 02/06

43

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Talim Tumirin Wartam Mirsam Jemingun Tugiat Atas Dirin Sukardi Sardi Slamet

Jl. Pisang 03/07 Jl. Lingkar Timur 06/05 Jl. Nangka 01/01 Jl. Nangka 01/01 Jl. Nangka 02/01 Jl. Nangka 04/01 Jl. Lingkar Timur 02/05 Jl. Lingkar Timur 02/05 Jl. Lingkar Timur 06/05 Jl. Lingkar Timur 02/05 Jl. Lingkar Timur 06/05

Sumber : Surve Lapangan Peneliti bersama Perangkat Desa

Bidang usaha gula kelapa di Desa Karangkandri bisa dikatakan sangat produktif karena satu orang penderes gula dalam satu hari bisa menghasilkan 30kg gula dalam satu hari. Jika dikalkulasikan seluruh penderes di Desa Karangkandri bisa menghasilkan kurang lebih 13 ton setiap bulannya. Jika dibandingkan dengan kehidupan penderes di desa asal mereka, kehidupan penderes amen di Desa Karangkandri jelas mengalami kemajuan dua kali lipat lebih mapan. Hal ini dipengaruhi oleh produksi nira yang dihasilkan dari setiap pohon kelapa berkualitas bagus dan berkuantitas banyak untuk mencukupi stiap produksi gula kelapa. Dalam melakukan kegiatan produksinya, penderes amen berinteraksi dengan dua orang pengepul besar yaitu Sd dan Br. Kedua pengepul ini sangat berpengaruh bagi kehidupan penderes karena masing-masing pengepul memiliki kekuatan modal untuk menggerakkan kinera penderes untuyk memenuhi kebutuhan pasar terhadap barang hasil produksi yaitu gula kepala. Br adalah pengepul dan tokoh masyarakat desa tempat penderes amen, dan Sd adalah pengepul yang bersasal dari desa asal penderes amen yang memotivasi penderes amen untuk mencari lahan baru yang menawarkan nira kelapa dengan kulitas dan kuantitas yang layak produksi seperti di Desa Karangkandri misalnya. Interaksi antara penderes amen dan pengepul mengandung unsure tidak hanya ekonomi, melainkan juga unsure politik. Dengan pinjaman yang diberikan oleh pengepul, maka secara otomatis penderes tidak bisa dengan leluasa menjual hasil gulanya kepada pihak lain kecuali pengepulnya atau yang sudah dianggap juragannya. Studi ekonomi politik sendiri merupakan studi saling keterkaitan dan interaksi antara fenomena politik dan fenomena ekonomi. Kasus yang terjadi di

44

Desa Karangkandri akan dapat dijelaskan melalui tiga variable ekonomi politik yang dikemukakan oleh Mochtar Masoed sebagai berikut: 1. Interaksi Penderes Amen dan Pengepul a. Variabel Nilai (Value) Data yang diperoleh peneliti di lapangan membuktikan bahwa interaksi penderes amen dan pengepul lebih menekankan pada system ekonomi pasar yang menekankan persaingan dimana yang paling difokuskan disini adalah peranan pasar yang efisien dengan memberikan ganaran yang setimpal pada yang produktif dan menganggap ketimpangan akibat suatu ketergantungan kaum tertindas. Dapat dibuktikan dimana baik buruknya mutu gula kelapa ditentukn oleh pasar yaitu gula yang berwarna kekuningan dengan tekstur kering dan kertas lebih bermutu dibandingkan dengan gula yang kecoklatan dan memiliki tekstur lembab dan lembek. Pasar uga menentukan kuantitas gula dan memberikan nilai plus bagi penderes yang produktifitasnya tinggi. Kenyataan inilah yang membuat pengepul mau memberikan harga lebih pada penderes yang jumlah produksi gulanya tinggi. Sd bisa memberikan harga berbeda pasa setiap penderes yang berbeda pula tergantuk pada jumlah produksi dan kualitas produksi gula. Setiap 1 kg bisa selisih Rp 100,- sampai Rp 200,-. Berasarkan kenyataan diatas terkait dengan variable nilai sama sekali tidak ada peran dari Pemerintah Desa dalam proses jual beli antara penderes amen dan tengkulak. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa keberadaan penderes amen di Desa Karangkandri tidak terdaftar dalam Monografi Desa Karangkandri sehingga tidak menimbulkan hak dan kewaiban apapun bagi penderes amen yang melakukan transaksi dengan pengepul. Peran yang muncul disini adalah peran mekanisme pasr yang tidak menekankan pada pemerataan dan keadilan melainkan pada persaingan dan nilai dari produktifitas. b. Variabel Kepentingan (Interest)

Berbicara mengenai kepentingan, tidak akan terlepas dari siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan. Interaksi penderes amen dan pengepul jika kita melihat dari sisi siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, maka kita akan berbicara terlebih dahulu tentang modal yang diperoleh penderes

45

dalam memulai usahanya. Modal awal penderes amen berasal dari Sd yang mensuplai bentuk modal tersebut dengan membuatkan rumah penderes amen, mengisi rumah tersebut dengan peralatan usaha seperti pongkor, wajan besar, bumbung, arit dan lain-lain. Modal ini menjadikan penderes amen secara moral terikat oleh kesepakatan tentang jual beli. Suka atau tidak suka meskipun tidak ada hitam diatas putih penderes wajib mensuplai hasil gulanya kepada Sd dan membayar cicilan utang modal. Harga gula yang akan dijual pun ditentukan oleh pengepul dan biasanya auh dibawah harga pasar. Misanya, dari penderes per 1kg gula dibeli dengan harga Rp 2.500,- dan ternyata dapat dijual lagi dengan harga Rp 3.500,- sampai Rp 4.000,- per 1kg-nya. Hal ini tidak sebanding dengan resiko nyawa yang ditaruhkan pada saat mengambil nira kelapa. Tidak jarang penderes yang kurang berhati-hati teratuh dari pohon kelapa yang tingginya bisa mencapai 10 meter dan tidak ada jaminan seperti JAMSOSTEK yang menjamin keselamatan para penderes. Kenyataan yang terjadi pengepul telah membuat penderes sedemikian rupa sangat tergantung kepada pengepul.sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dos Santos (Arief Budiman, 1996 : 69) secara khusus dapat dikatakan bahwa pihak yang tergantung dalam hal ini penderes amen bisa juga berkembang, meskipun perkembangan itu perkembangan dalam ketergantungan dimana perkembangan ini tidak berasal dari penderes amen tetapi berasal dari pengepul. Tanpa kebijakan dari Pemerintah Desa Karangkandri, lagi-lagi hak dan kewajiban seorang warga desa dapat terabaikan dan kekayaan desa bisa lolos tanpa adanya konstribusi apapun untuk desa. c. Variabel Kekuasaan (Power)

Variable kekuasaan dapat dilihat dari indicator-indikator yaitu siapa yang berkuasa, apa sumber kekuasaannya, serta nilai dan kepentingan apa yang didukung oleh penerapan kekuasaan itu. Kekuasaan yang terpusat disini berada ditangan pengepul dengan suplai modal yang diberikan kepada penderes. Modal tersebut diperoleh pengepul dari BANK dengan aminan yang dimiliki oleh pengepul tersebut. Disini BANK merupakan fasilitator bagi pengepul untuk melancarkan proses interaksi dengan penderes agar dapat memperoleh keuntungan melalui barang hasil produksi penderes. Dengan modal itu pengepul

46

tidak perlu bekera keras menghasilkan gula tetapi bisa menikmati keuntungan yang besar yang tidak sebanding dengan apa yang diperoleh penderes. Buku Communist Manifesto menjelaskan pendapat Marx (William Ebenstein, 1990:7) bahwa kekuatan produksi mulai melampaui lembaga social, ekonomi, politik sehingga pemilik alat-alat produksi seperti pengepul tidak dengan rela membiarkan jalannya interaksi di dominasi oleh kelas menengah bawah yakni penderes. 2. Peran Pemerintah Desa dalam Interaksi Penderes Amen dan Pengepul Usaha gula kelapa di Desa Karangkandri masih belum recacah dalam data statistic sehingga peneliti menyimpulkan usaha ini masuk dalam kegiatan usaha sektor informal. Akan tetapi dalam data DESPERINDAGKOP sudah masuk dalam Potensi Sentra Industri Kecil Kabupaten Cilacap seak Tahun 2003. Kenyataan ini membuktikan bahwa usaha ini pada dasarnya masuk dalam kriteria sektor industri kecil. Akan tetapi kasus di Desa Karangkandri masih perorangan dan belum terorganisir sehingga lebih memenuhi syarat sebagai sektor informal meskipun terdapat 27 unit usaha pribadi. Mengetahui dan memahami sejauh mana peran Pemerintah Desa Karangkandri dalam menyikapi interaksi penderes amen dan pengepul dalam bidang ekonomi politik tidak akan pernah terlepas dari variable nilai Pemerintah Desa Karangkandri sama sekali belum membuat kebijakan terkait interaksi penderes amen dan pengepul. Interaksi ini dibiarkan sesuai dengan keinginan pasar. Interaksi ini menyingkap juga dalam hubungannya dengan pemerintah desa setempat siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugian. Pasifnya Pemerintah Desa telah membiarkan kekayaan alam desa yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat desa malah membiarkan dinikmati oleh pihak diluar lingkungan desa. Secara langsung memang seolah tidak dirugikan dengan keberadaan penderes amen yang belum terdaftar dalam monografi desa. Akan tetapi jika di amati alangkah ruginya desa membiarkan sumber daya alam desa lepas begitu saja ketangan asing.

47

Pemerintah Desa Karangkandri dengan kekuatan yang dimilikinya untuk melindungi dan mengayomi warganya tidak menggunakan kekuatan tersebut. Pemerintah Desa Karangkandri membiarkan sumberdaya alam desa dikeruk secara terus-menerus oleh pihak diluar desa dalam jumlah besar setiap harinya. Kenyataan ini membuktikan bahwa Pemerintah Desa tidak mau memaksakan nilai-nilai atau aturan-aturan tertentu dalam pelaksanaan pola interaksi penderes amen dan pengepul sehingga upaya untuk melindungi dan mengatomi kemakmuran warga desanya kurang begitu maksimal. Sampai saat ini Pemerintah Desa Karangkandri belum mengambil langkah apapun dalam proses interaksi penderes amen dan pengepul di Desa Karangkandri Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. E. PENUTUP Fenomena penderes amen dan pengepul di Desa Karangkandri sudah ada sejak tahun 2002. Dalam memulai usahanya, penderes memerlukan bantuan dari pengepul untuk modal dan pencarian lokasi nira kelapa yang berkualitas dan berkuantitas layak produksi. Sistem pinjam meminjam berlangsung atas dasar saling percaya tanpa hitam diatas putih. Dalam interaksi baik penderes amen dengan pengepul maupun dengan pemerintah desa dapat dianalisis mengunakan variabel-variabel ekonomi politik sebagai berikut: 1) melalui variabel nilai yang memperlihatkan kenyataan bahwa interaksi penderes amen dan pengepul tersebut diatus sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada kebijakan pemerintah desa yang menjembatani. 2) Berbicara variabel kepentingan, maka tidak akan terlepas dari siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan. Melalui variabel kepentingan ini terlihat bahwa pengepul melalui penanaman modal atau akumulasi kapitalnya lebih diuntungkan daripada penderes ataupun pemerintah desa yang tidak sensitif terhadap kasus interaksi ini. 3) Variabel kekuasaan mengungkap kenyataan bahwa pengepul berkuasa dengan kekuatan modalnya dan dapat dengan mudah menerapkan nilainilai kepada penderes tanpa adanya aturan hukum yang mengatur. Kenyataan ini terjadi karena pemerintah desa tidak ikut andil dalam interaksi ini. Pemerintah desa membiarkan sumber daya alam desanya

48

dikuras pihak luar tanpa kebijakan apapun yang melindungi kepentingan warga desa, penderes amen maupun pengepul. Hasil produksi gula kelapa di Desa Karangkandri 13 ton tiap bulannya. Berdasarkan data tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Desa Karangkandri memiliki kekayaan alam yang potensial jika dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Perlu adanya kesadaran semua pihak untuk saling mengingatkan dan perduli terhadap kemajuan sektor informal untuk menjadi sektor industri kecil. DAFTAR PUSTAKA Budiarjo Miriam.2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Budiman Arief. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. Pustaka Utama. Devos Rich. 1995. Compassionate Capitalism. Jakarta. Ikrar Mandiri Abadi. Ebenstein William, Fogelman Edwin, Jemandu Alex. 1990. Isme-Isme Dewasa ini. Jakarta. Erlangga. Fakih Mansour. 2000. Menolak Pembangunanisme. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Islami Irfan. 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Nega ra. Malang.Bumi Aksara. Kuntjorojakti Dorodjatun. 1990. Revolusi Kapitalis. Jakarta. LP3ES. Lane, Jon Erik dan svente Ersson. 1994. Ekonomi Politik Komparatif. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Manning, Effendi. 1996. Urbanisasi, Pangangguran dan Sektor Informal Di Kota. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Masoed Mochtar. 2003. Politik Birokrasi dan Pembangunan. Yogyakarta.Pustaka Pelajar. ___________. 1994. Ekonomi Politik Internasional dan Pembangunan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Miles, Mathew dan Hubberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta. UI Press. Murbyanto. 1989. Pelaku dan Politik Ekonomi Indonesia. Yogyakarta. Liberty. Gramedia

49

Pranowo dkk. 1999. Teknik Menulis Makalah Seminar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Rachbini, didik. Dimensi Ekonomi dan Politik Pada Sektor Informal. Prisma Edisi 5 Mei 1991. __________. 2001. Analisis Kritis Ekonomi Politik Indonesia . Yogyakarta. Pustaka Pelajar Saleh Irsan Ashari. 1986. Industri Kecil. Jakarta. LP3ES. Staniland Martin. 2003. Apakah Ekonomi Politik Itu?. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Yin Robert. 1997. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta. Raja Grafindo Persada.

50

You might also like