You are on page 1of 49

Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya : 1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang. 2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. 3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous. 4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek. 5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut : 1). Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh. 2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.

3). Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan). 4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis). 5). Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tul;//.l,ang. Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992). Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.

Etiologi dan jenis fraktur antebrachii


A. Etiologi 1) Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 2) Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. 3) Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. B. Ada empat macam fraktur yang khas: Menurut Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu : 1.Fraktur Colles Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). 2.Fraktur Smith

Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.terdapat (garden spade deformity). 3.Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. 4.Fraktur Montegia Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.

Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bias juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996). Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur


1) Faktor Ekstrinsik Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur. 2) Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

Stadium penyembuhan tulang


1.Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darahmembentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnyakapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhentisama sekali. 2.Inflamasi dan proliferasi seluler Pada stadium ini dalam 8 jam terjadi inflamasi akut dan terjadi proliferasi sertadifferensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bonemarrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkankedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya. 3.Pembentukan Kallus (tulang muda) Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, biladiberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsidengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yangimatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehinggagerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu. 4.Konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadilamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobosmelalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yanglambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa bebanyang normal. 5.Remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulanatau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukantulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yangtekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsumdibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.(Black, J.M, et al,1993 dan Apley, A.Graham,1993).

Manisfestasi klinis
Ada empat macam fraktur yang khas: 1. Fraktur Colles 2. Fraktur Smith

3. Fraktur Galeazzi 4. Fraktur Montegia Fraktur Colles Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Manifestasi Klinis o Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius o Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal o Subluksasi sendi radioulnar distal o Avulsi prosesus stiloideus ulna. Penatalaksanaan Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 6 minggu. Fraktur Smith Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular. Manifestasi Klinis Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade deformity). Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. Manifestasi Klinis Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. Fraktur Montegia Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung. Manifestasi Klinis Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah

1.Pemeriksaan rontgen 2.Scan CT/MRI 3.Kreatinin 4.Hitung darah lengkap 5.Arteriogram

Penatalaksanaan
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya. Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah. Berikut adalah penatalaksanaan fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) : Fraktur Colles Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 6 minggu. Fraktur Smith Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4 6 minggu. Fraktur Galeazzi Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.

Fraktur Montegia Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw). KOMPLIKASI Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi :

1. Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala a.Syok neurogenik b.Kerusakan organ syaraf 2. Early complication a.Kerusakan arteri b.Infeksi c.Sindrom kompartemen d.Nekrosa vaskuler e.Syok hipovolemik 3. Late complication a.Mal union b.Non union c.Delayed union

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pemdokumentasian Perawatan pasien. Edisi III. EGC:Jakarta Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius:Jakarta Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC, Jakarta Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC; 2009 wordpress.com/2010/07/23/fraktur-antebrakial-distal http://medlinux.blogspot.com/2008/07/fraktur-coles.html

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FRAKTUR ANTEBRACHII (PRE DAN INTRA ORIF) DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
A.PENGERTIAN Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. B.JENIS DAN ETIOLOGI Menurut Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu : 1.Fraktur Colles Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). 2.Fraktur Smith Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular. 3.Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. 4.Fraktur Montegia Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.

C.PATOFISIOLOGI Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleha karena kekuatan cidera dan bias juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara

fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996). D.MANIFESTASI KLINIK Berikut adalah manifestasi klinik dari fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) : -Fraktur Colles a.Fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius b.Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal c.Subluksasi sendi radioulnar distal d.Avulsi prosesus stiloideus ulna. -Fraktur Smith Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade deformity).

-Fraktur Galeazzi Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. -Fraktur Montegia Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. E.PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah 1.Pemeriksaan rontgen 2.Scan CT/MRI 3.Kreatinin 4.Hitung darah lengkap 5.Arteriogram F.PENATALAKSANAAN Berikut adalah penatalaksanaan fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) : -Fraktur Colles Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 - 6 minggu.

-Fraktur Smith Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas

siku selama 4 - 6 minggu. -Fraktur Galeazzi Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. -Fraktur Montegia Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw). G.KOMPLIKASI Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi : 1.Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala a.Syok neurogenik b.Kerusakan organ syaraf 2.Early complication a.Kerusakan arteri b.Infeksi c.Sindrom kompartemen d.Nekrosa vaskuler e.Syok hipovolemik 3.Late complication a.Mal union b.Non union c.Delayed union H.PATHWAYS Trauma langsung trauma tidak langsung

jaringan tidak kuat atau tidak dapat menahan kekuatan dari luar

FRAKTUR

Perubahan letak fragmen kerusakan bagian-bagian lunak

Kehilangan fungsi kerusakan jaringan saraf

Keterbatasan gerak

Imobilitas Tindakan

Sirkulasi perifer berkurang Konservatif Operatif Prosedur pembedahan Iskemik Gips Traksi OREF ORIF

Nekrosis jaringan Luka

I.ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN 1.Pemeriksaan Fisik a.Nyeri pada lokasi fraktur terutama pada saat digerakkan b.Pembengkakan c.Pemendekan ekstremitas yang sakit d.Paralysis e.Angulasi ekstremitas yang sakit f.Krepitasi g.Spasme otot h.Parestesia i.Tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu oleh fraktur j.Kulit terbuka atau utuh k.Perdarahan, hematoma 2.Riwayat imunisasi tetanus bila ada fraktur yang terbuka 3.Pemeriksaan Diagnostik Foto sinar X dari ekstremitas yang sakit dan lokasi fraktur 4.Pengkajian kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

PERSIAPAN PRE OPERASI 1.Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. 2.Persiapan perut Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi. 3.Persiapan kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2. 4.Pemeriksaan penunjang Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain. 5.Persetujuan operasi/informed consent Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin. INTRA OPERASI 1.Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operasi Anggota steril a.Ahli bedah utama / operator b.Asisten ahli bedah. c.Scrub Nurse / Perawat Instrumen Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : a.Ahli atau pelaksana anaesthesi. b.Perawat sirkulasi c.Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit). 2.Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi. a.Persiapan Psikologis Pasien b.Pengaturan Posisi c.Membersihkan dan Menyiapkan Kulit. d.Penutupan Daerah Steril e.Mempertahankan Surgical Asepsis f.Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh g.Monitor dari Malignant Hyperthermia h.Penutupan luka pembedahan i.Perawatan Drainase j.Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre Operasi

a.Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan lunak b.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, imobilisasi c.Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan imobilisasi, penurunan sirkulasi, fraktur terbuka d.Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan dan hasil akhir pembedahan e.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan Intra Operasi a.Cemas b.Resiko perlukaan/injury c.Resiko penurunan volume cairan tubuh d.Resiko infeksi e.Kerusakan integritas kulit INTERVENSI KEPERAWATAN 1.Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan lunak Tujuan : nyeri berkurang Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang Intervensi : a.Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri Rasional : Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat b.Imobilisasi bagian yang sakit Rasional : Untuk mempertahankan posisi fungsional tulang c.Tingikan dan dukung ekstremitas yang terkena Rasional : Untuk memperlancar arus balik vena d.Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi Rasional : Agar klien rileks e.Berikan obat analgetik sesuai indikasi Rasional : Untuk mengurangi nyeri 2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, imobilisasi Tujuan : mobilitas fisik tidak terganggu Kriteria : meningkatkan /mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin Intervensi : a.Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera Rasional : Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat b.Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik Rasional : Melatih kekuatan otot klien c.Bantu dalam rentang gerak pasif/aktif yang sesuai Rasional : Melatih rentang gerak aktif/pasif klie secara bertahap d.Ubah posisi secara periodik Rasional : Untuk mencegah terjadinya dekubitus e.Kolaborasi dengan ahli terapis/okupasi dan atau rehabilitasi medik Rasional : Melatih rentang gerak aktif/pasif klien secara bertahap 3.Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan imobilisasi, penurunan sirkulasi, fraktur terbuka

Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit Kriteria : klien memperlihatkan integritas kulit tetap baik Intervensi : a.Kaji kulit untuk luka terbuka terhadap benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna Rasional : Memberikan informasi mengenai keadaan kulit klien saat ini b.Massage kulit, pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan berisiko rusak c.Ubah posisi dengan sering Rasional : Untuk mencegah terjadinya dekubitus d.Bersihkan kulit dengan air hangat/nacl Rasional : Mengurangi kontaminasi dengan agen luar e.Lakukan perawatan luka secara steril Rasional : Untuk mengurangi resiko gangguan integritas kulit 4.Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan Tujuan : cemas berkurang Kriteria : menggunakan mekanisme koping yang efektif Intervensi : a.kaji tingkat kecemasan klien (ringan, sedang, berat, panik). Rasional : untuk mengetahui tingkat kecemasaan klien b.Dampingi klien Rasional : agar klien merasa aman dan nyaman c.Beri support system dan motivasi klien Rasional : meningkatkan pola koping yang efektif d.Beri dorongan spiritual Rasional : agar klien dapat menerima kondisinya saat ini e.Jelaskan jenis prosedur dan tindakan pengobatan Rasional : informasi dapat menurunkan ansietas 5.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu Intervensi : a.Inspeksi kulit adanya iritasi atau robekan kontinuitas Rasional : Untuk mengkaji adanya iritasi atau robekan kontinuitas b.Kaji kulit yang terbuka terhadap peningkatan nyeri, rasa terbakar, edema, eritema dan drainase/bau tak sedap Rasional : Untuk mengetahui ada/tidaknya tanda-tanda infeksi c.Berikan perawatan kulit dengan steril dan antiseptik Rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi d.Tutup dan ganti balutan dengan prinsip steril setiap hari Rasional : Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi e.Berikan obat antibiotic sesuai indikasi Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi

J.DAFTAR PUSTAKA

Doenges M, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pemdokumentasian Perawatan pasien. Edisi III. EGC:Jakarta Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius:Jakarta http://medlinux.blogspot.com/2008/07/fraktur-coles.html http://www.kfoes.cn/article/girls/2008-09-24/1103.html

hasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan fraktur fraktur antebrachii. Keperawatan MuskuloPage 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Fraktur radius-ulna adalah terputusnya hubungan tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung ataupun trauma tidakn langsung. Pada trauma tidak langsung, daya pemuntir (biasanya jatuh pada tangan) menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada tingkat yang berbeda. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Deform itas rotasi tambahan dapat menimbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada radius. Otot tersebut adalah biseps dan otot supinator pada sepertiga bagian atas, pronator teres pada sepertiga pertengahan, dan pronator quadrates pada sepertiga pertengahan, dan pronator quadrates pada

sepertiga bagian bawah. Perdarahan dan pembengkakan kompartemen otot pada lengan bawah dapat menyebabkan gangguan peredaran darah. Gambar 2.1 Sumber diambil dari http://wordpress.com/2012/02/tulang-radius.jpg pada tanggal 31/05/2012 pukul 19.00 2.2Klasifikasi Keperawatan MuskuloPage 7

a.Menurut Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu : 1.Fraktur Colles Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity).

Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Gambar 2.2 fraktur colles 2. Fraktur Smith Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular. Gambar 2.3 smith fraktur 3. Fraktur Galeazzi Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. Keperawatan MuskuloPage 8

Gambar 2.4 fraktur galeazi 4.Fraktur Montegia Fraktur monteggia adalah terputusnya hubungan sepertiga bagian proksimal ulna dan dislokasi kaput radius disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal yang disebabkan oleh cedera akibat jatuhatau karena trauma langsung. Gambar 2.5 fraktur monteggia b. Berdasarkan keadaan luka 1. Fraktur terbuka Fraktur yang terjadi akibat ligamen tulang bergeser ke bagian otot dan kulit sehingga adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu: a.Derajat I, yaitu luka tembus dengan diameter 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan kontaminasi minimal. b.Derajat II, terdapat luka laserasi lebih dari 1 cm, tanpa disertai kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, kontaminasi minimal. c.Derajat III, terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas tiga bagian yaitu: -Jaringan lunak menutupi fraktur tulang meskipun terdapat laserasi luar. -Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi massif. Keperawatan MuskuloPage 9

-Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak. 2.Fraktur tertutup Yaitu fraktur yang tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. 3.3Etiologi a.Fraktur akibat peristiwa trauma Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapatberupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan.

a.Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak. b.Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena itu b.Fraktur kelelahan atau tekanan Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak yang terjadi pada tulang. c.Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya olehtumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh. 3.4Patofisiologi Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996). Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bias juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang Keperawatan MuskuloPage 10

(Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996). 3.5Manifestasi Klinis Berikut adalah manifestasi klinik dari fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) : 1.Fraktur Colles a.Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius

b.Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal c.Subluksasi sendi radioulnar distal d.Avulsi prosesus stiloideus ulna. 2.Fraktur Smith Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial (garden spade deformity). 3. Fraktur Galeazzi Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna. 4.Fraktur Montegia Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. 3.6Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Pemeriksaan penunjang menurut (Doenges, 2000) adalah : 1.Pemeriksaan rontgen 2.Scan CT/MRI 3.Kreatinin 4.Hitung darah lengkap 5.Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler Keperawatan MuskuloPage 11

3.7Penatalaksanaan Berikut adalah penatalaksanaan fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000) : 1. Fraktur Colles

Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 6 minggu. 2. Fraktur Smith Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4 6 minggu. 3. Fraktur Galeazzi Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. 4.Fraktur Montegia Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw). 3.8Komplikasi Menurut Long (2000), komplikasi fraktur dibagi menjadi : 1.Immediate complication yaitu komplikasi awal dengan gejala. a.Syok neurogenik b.Kerusakan organ syaraf 2.Early complication. a.Kerusakan arteri b.Infeksi c.Sindrom kompartemen d.Nekrosa vaskulere

Keperawatan MuskuloPage 12

e. Syok hipovolemik 3.Late complication a.Mal union b.Non union c.Delayed union 3.9Prognosis Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis yang baik. Tapi jika pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk, bahkan jika parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi.Selain itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita dengan usia lanjut. Keperawatan MuskuloPage 13

WOC Trauma langsungTrauma tak langsung fraktur Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang

Perubahan jar.sekitar

Adanya fragmen tulang

Pergeseran frgmen tlg

terputusnya vena/arteri defomitas Perdarahan gg.fungsi gg.mobilitas fisik Resti trauma Kerusakan integritas kulit Spasme otot Kelemahan Tindakan neuromuskular operatif/ bedah Hilang volume cairan Shock hipovolemik

Tekanan kapiler Luka operasi naik Pelepasan histamin Protein plasma hilang edema Penurunan perfusi jaringan gg. perfusi jaringan area luka Gambar 2.6 WOC fraktur Antebranchii Keperawatan Muskulo Deficit perawatan diri Resiko Infeksi Kurangnya informasi Ansietas

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1Pengkajian 1.Identitas klien : meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang di gunakan, satus perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no register, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosis medis. Pada umumnya, Keluhan utama pada kasus

fraktur radius-ulna adalah nyeri, bersifat menusuk,dan menggunakan metodePQRS unruk mengkajinya. a.Proovoking Incident: Hal yang menjadi presipitasi nyeri adalah trauma karena lengan bawah dalam keadaan Outstretched, sendi siku dalam posisi ekstensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi. b.Quality of pain : Klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk. c.Region, Radiation, Relief : Nyeri terjadi di lengan bawah,bisa reda dangan mobilisasi atau istirahat dan tidak bisa menjalar tau menyebar. d.Severity(Scale)of pain: Secara subjectif, klien merasakan nyeri dengan skala 7-9 pada rentang 1-10. e.Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. 2.Riwayat penyakit sekarang Pengkajian yang didapat adalah adanya riwayat trauma pada lengan bawah atau adanya trauma jatuh dengan posisi outstretched. 3.Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang didapat adalah dapat mengetahui penyebab fraktur dan penyakit apa yang dapat menyebabkan tulang sulit menyambung. 4.Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit dari keluarga : diabetes, osteoporosis yang terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik. 5.Riwayat psikososial spirtual Mengkaji emosi klien terhadap penyakit yang diderita,meliputi peran klien di keluarga dan masyarakat di dehidupan sehari-hari. Keperawatan MuskuloPage 15

3.2Pemeriksaan fisik. Ada tiga macam pemeriksaan fisik secara umum (general) dan pemeriksaan setempat (lokal). 1.Keadaan Umum

a.Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis b.Keadaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat c.Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan local 2.Pemeriksaan status lokalis Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang : a.Look, cari apakah terdapat : 1.Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal (misalnya pada fraktur kondilus lateralis humerus), angulasi, rotasi, dan pemendekan. 2.Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan antara kiri dan kanan, misalnya pada tungkai bawah meliputi apparent length (jarak antara umbilicus dengan maleolus medialis), dan true length (jarak antara SIAS dengan maleolus medialis). b.Feel, apakah terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan nyeri tidak dilakukan lagi karena akan menambah trauma c.Move, untuk mencari : 1.Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Tetapi pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi. 2.Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif 3.Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan, ROM, dan kekuatan 3.Review of system (ROS) 1. B1(breathing) : Didapatkan bahwa klien fraktur radius ulna tidak mengalami kelainan pernapasan 2. B2(blood) : Inspeksi: tidak ada iktus jantung, Palpasi: nadi meningkat, iktus tidak teraba, Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak murmur 3. B3(brain) : Tingkat kesadaran, biasanya kompos mentis. Kepala : tidak gangguan, normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak sakit kepala Leher :simetris, tidak menonjol, adanya reflek menelan Wajah : terlihat manahan sakit dan tidak ada perubahan

Keperawatan MuskuloPage 16

Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal dan tidak lesi serta nyeri tekan Hidung : tidak ada deformitas dan pernapasan cuping hidung Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak pendarahan, mukusa mulut tidak pucat. Pemeriksaan fungsi serebral, status mental : Observasi penampilan dan tinggkah laku klien Pemeriksaan saraf kranial: a.Saraf I, pada klien fraktur radius ulna, fungsi saraf tidak ada kelainan b.Saraf II, setelah dilakukan tes,pengelihatan dalam kondisi normal. c.Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata dan pupil isokor. d.Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan bisanya reflek kornea tidak ada kelainan. e.Saraf VII, persepsi pencegahan dalam batas normal dan wajah. f.Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. g.Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik. h.Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. i.Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecap normal. Pemeriksaan reflek, biasanya tidak didapatkan reflek reflek patologis. Pemeriksaan sensorik, biasanya fungsi sensorik tidak ada fasikulasi.Indra pengecapan normal. 4.B4(Bladder). Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urin/berat jenis urin. 5.B5(Bowel) Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi: turgor baik Perkusi: suara timpani

Auskultasi: peristaltik usus normal 20 kali/menit Inguinal genitalia-anus: tidak ada hernia, pembesaran limfe. Keperawatan MuskuloPage 17 6.B6(bone).adanya fraktur pada radiusulna akan mengganggu secara lokal. a.Look. Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edama b.Feel. Kaji adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah lengan bawah. c.Move. Ketelah dilakukan pemeriksaan feel, pemeriksaan dilanjutkan dengan menggerakkan ekstremitas, kemudian mencatat keluhan nyeri pada pergerakkan. d.Pola aktivitas. Karena timbulnyeri, gerak menjadi terbatas. e.Pola tidur dan istirahat, semua klien fraktur merasakan nyeri dan geraknya terbatas sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. 3.3Pemeriksaan laboratorium : 1.Klasium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. 2.Fosfatase alkali meningkat pada tulang yang rusak dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. 3.Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5), aspartat amino transferase (AST), dan aldolase meningkatkan pada tahap penyembuhan tulang. 3.4Contoh Kasus Ny.M berusia 24 tahun, datang ke RSUA setelah mengalami kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan fraktur pada lengan kanan. Fraktur yang dialami oleh Ny.M adalah fraktur terbuka. Kesadaran pasien compos mentis. Ny.M mengeluh nyeri pada daerah yang luka. Tekanan darah 145/90mmHg , RR 22, Nadi 110 x/mnt, suhu badan 37,80C, Berat badan 49kg, tinggi badan 157 cm. hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan data Hb 12,9 g/dL, Hct 36%, LEu 9.103 ,creatinin serum 1,9 g/dL. 3.4.1Pengkajian 1.Identitas klien : Nama : Ny.M

Jenis kelamin : perempuan Usia : 24 tahun Alamat : Wonokromo Diagnosis : fraktur antebrachii dextra Keperawatan MuskuloPage 18

2.Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada lengan kanan yang terjadi fraktur P (provoking) : terjadinya fraktur Q (quality) : pasien merasakan nyeri yang bersifat menusuk R (region): nyeri terjadi di lengan bawah S (severity) : skala nyeri pasin 9 T (time) : nyeri bertambah saat malam hari 3.Riwayat penyakit sekarang : pasien mengalami kecelakaan sepeda motor yang menyebabkan fraktur pada lengan kanan dan menyebabkan rasa nyeri yang sangat dalam. 4.Riwayat penyakit dahulu : pasien tidak mempuyai riwayat penyakit kronis 3.4.2Pemeriksaan Fisik 1.B1 (breathing) : didapatkan bahwa klien tidak mengalami kelainan pernapasan. 2.B2 (blood) : nadi meningkat, suara S1 dan S2 tunggal 3.B3 (brain) : kompos mentis Pola tidur dan istirahat klien terganggu akibat merasakan nyeri akut dan keterbatasan gerak akibat frakturnya. 4.B4 (bladder) : urin normal 294 ml selama 6 jam pertama masuk RS, warna kuning (normal) bau khas. 5.B5 (bowel) Inspeksi abdomen : bentuk datar simetris tidak ada hernia Palpasi : turgor baik Perkusi : suara thympani Auskultasi : peristaltic usus normal 10 x/mnt

6.B6 (bone) Setelah menggerakan ekstremitas didapatkan data pasien merasakan nyeri akut pada lengan kanannya. Dan gerakan lengan kanan terbatas. 3.4.3Pemeriksaan Laboratorium Hb 12,9 g/dL, Hct 36%, LEu 9.103 ,creatinin serum 1,9 g/dL. Keperawatan MuskuloPage 19

3.5Analisa Data Tabel 3.1 Analisa data fraktur antebranchii No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1.

Data subjektif : pasien Fraktur antebranchii Nyeri menyatakan lengan bawahnya terasa nyeri Kerusakan fragmen tulang Data objektif : skala nyeri pasien 9 Tekanan sumsum tulang> kapiler Reaksi stress klien Pelepasan ketekolamin,bradikinin, dan histamin Nyeri Data subjektif : Data objektif : suhu meningkat, leukosit meningkat Fraktur antebranchii Pergeseran fragmen tulang Tindakan operatif/ bedah Luka operasi Resiko tinggi infeksi Resiko tinggi infeksi

2.

3.

Data subjektif : apabila

Fraktur antebranchii

Hambatan mobilitas fisik

dipakai untuk beraktivitas, lengan bawah terasa sakit Perubahan jar.sekitar Data objektif : ROM terbatas, tonus otot menurun Pergeseran frgmen tlg

Keperawatan Muskulo

Page 20

Defomitas Gangguan mobilitas fisik 4.Data subjektif : pasien terlihatFraktur antebranchii Defisit perawatan diri tidak terawat Data objektif : pemenuhan Kelemahan neuromuscular ADL pasien dibantu Defisit perawatan diri 5.Data subjektif : Data objektif : mobilitas pasien terhambat Fraktur antebranchii Perubahan jar.sekitar Pergeseran frgmen tlg Defomitas Gangguan mobilitas fisik Resiko tinggi trauma Resiko tinggi trauma

3.5Diagnosis keperawatan : 1.Nyeri 2.Resiko tinggi infeksi 3.Hambatan mobilitas fisik 4.Defisit perawatan diri 5.Resiko tinggi trauma 6.Kerusakan integritas fisik 7.Ansietas 8.Gangguan perfusi jaringan 9.Syok hipovolemik Keperawatan MuskuloPage 21

3.6Intervensi Keperawatan 1.Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cedera neuromuscular,trauma jaringan, dan reflex spasme otot sekunder

Tujuan: Nyeri berkurang, hilang atau teratasi Kriteria Hasil : -Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri -Klien tidak gelisah -Skala nyeri 0 1 atau teratasi Tabel 3.2 Intervensi keperawatan Intervensi MANDIRI 1. Kaji nyeri dengan skala 0 4 Rasional Nyeri merupakan respons subjektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsure utama penyebab nyeri pada lengan bawah Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya efektif dalam mengurangi nyeri Teknik ini akan melancarkan peredaran darah

2.

Atur imobilisasi pada lengan bawah

3.

Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive Ajarkan relaksasi: teknik-teknik

4.

5. Keperawatan Muskulo

Page 22

mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri. Tingkatkan relaksasi masase 6.Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut KOLABORASI 7.Kolaborasi tindakan operatif untuk klien fraktur Monteggia 8.Kolaborasi pemasangan gips untuk klien fraktur diafisis 9.Kolaborasi reposisi dan imobilisasi dengan fiksasi K-Wire untuk klien fraktur Galeazzi 10.Kolaborasi pemasangan traksi untuk klien fraktur Smith sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan Operasi terbuka dengan fiksasi internal yang rigid harus segera dilakukan pada orang dewasa yang mengalami semua jenis fraktur Monteggia karena fraktur ini juga mengenai sendi siku sehingga perlu dilakukan mobilisasi secepatnya. Pengobatan fraktur yang tidak bergeser berupa pemasangan gips di atas siku dengan meletakkan lengan bawah dalam posisi pronasi pada fraktur 1/3 distal, posisi netral pada fraktur 1/3 tengah, dan pada fraktur 1/3proksimal dengan pemasangan gips diatas siku dalam posisi supinasi. Reposisi secara akurat dan mobilisasi segera harus dilakukan pada fraktur Galeazzi karena bagian distal mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat dislokasi semdi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Fraktur Smith tanpa pergeseran diobati dengan menggunakan traksi dan dapat juga dilakukan pemasangan gips sirkuler di bawah siku, lengan bawah dalam keadaan pronasi, deviasi Keperawatan MuskuloPage 23

ulna, serta fleksi 11. Kolaborasi dengan dokter dalamAnalgesic memblok lintasan nyeri sehingga pemberian analgesic nyeri akan berkurang

2.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka operasi di lengan bawah. Tujuan: infeksi tidak terjadi selama perawatan Kriteria Hasil : -Klien mengenal faktor faktor resiko -Mengenal tindakan pencegahan/ mengurangi faktor resiko infeksi -Menunjukkan / mendemonstrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan lingkungan yang aman Tabel 3.3 intervensi resiko tinggi infeksi

Intervensi MANDIRI 1.

Rasional

2. 3. 4.

Mendeteksi secara dini gejala-gejala inflamasi yang mungkin timbul secara sekunder setiap hari akibat adanya luka pascaoperasi Lakukan perawatan luka secara Teknik perawatan luka secara steril dapat steril mengurangi kontaminasi kuman Mengurangi resiko kontak infeksi dari Pantau atau batasi kunjungan orang lain Bantu perawatan diri dan Menunjukkan kemampuan secara umum, kekuatan otot, dan merangsang keterbatasan aktivitas sesuai pengembalian toleransi. Bantu program system imun latihan Kaji dan pantau luka operasi Berikan antibiotic sesuai indikasi Satu atau beberapa agens diberikan yang tergantung pada sifat pathogen dan infeksi yang terjadi

KOLABORASI 5.

Keperawatan Muskulo

Page 24

Tabel 3.4 intervensi hambatan mobilitas fisik 3.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang. Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria Hasil: -Klien dapat ikut serta dalam program latihan -Tidak mengalami kontraktur sendi -Kekuatan otot bertambah -Klien menunjukkan kegiatan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi MANDIRI 1.

Rasional

2.

3.

4.

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam observasi adanya peningkatan melakukan aktivitas kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik. Atur posisi imobilisasi pada Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi lengan bawah unsure utama penyebab nyeri pada lengan bawah Ajarkan klien melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, latihan dan gerak aktif pada ekstremitas kekuatan otot serta memperbaiki fungsi yang jantung tidak sakit dan pernapasan. Bantu klien melakukan latihan Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi ROM dan perawatan diri sesuai kemampuan sesuai toleransi Kaji mobilitas yang ada dan Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

KOLABORASI 5.

Keperawatan Muskulo

Page 25

4.Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, penurunan kekuatan lengan bawah Tujuan: Perawatan diri klien dapat terpenuhi Kriteria hasil : -Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri -Dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan -Mengidentifikasi individu / masyarakat yang dapat membantu

Tabel 3.5 intervensi deficit perawatan diri Intervensi 3.Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 4 untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari 4.Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu Rasional Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual

Hal tersebut dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien karena klien dalam keadaan cemas dan membutuhkan bantuan orang lain 5.Rencanakan tindakan untuk Klien akan lebih mudah mengambil peralatan mengurangi pergerakan pada sisi yang diperlukan karena lebih dekat dengan lengan yang sakit, seperti lengan yang sehat menempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat yang berlawanan dengan sisi yang sakit 6.Identifikasi kebiasaan BAB. Meningkatkan latihan dapat mencegah Anjurkan klien untuk minum dan konstipasi meningkatkan latihan.

5.Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi Keperawatan MuskuloPage 26

Kriteria Hasil : Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma

Tabel 3.6 intervensi resiko tinggi trauma Intervensi MANDIRI 1. Rasional

Pertahankan imobilisasi pada lengan bawah

2.

3.

4. KOLABORASI 5.

Bila klien menggunakan gips, pantau adanya penekanan setempat dan sirkulasi perifer Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral Evaluasi bebat terhadap resolusi Bila fase edema telah lewat, edema kemungkinan bebat longgar dapat terjadi Kolaborasi pemberian obat antibiotic Antibiotic bersifat bakterisidat/bakteriostatik untuk membunuh atau menghambat perkembangan kuman Evaluasi tanda / gejala perluasanMenilai perkembangan masalah klien cedera ringan (peradangan local/sistemik, seperti peningkatan nyeri, edema dan demam)

Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dan jaringan lunak disekitarnya Mendeteksi dan menilai secara dini adanya gangguan sirkulasi pada bagian distal lengan bawah Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan

6.

Keperawatan MuskuloPage 27 Keperawatan MuskuloPage 28

BAB 4 PENUTUP 4.1Kesimpulan Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.

Ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu Fraktur Colles adalah ketika paasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi), tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar , Fraktur Smith adalah fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture fraktur ini biasa terjadi pada orang muda passien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. , Fraktur Galeazzi adalah fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi, Fraktur Montegia adalah fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung. 4.2Saran Mahasiswa keperawatan sebaiknya dapat memahami tentang konsep fraktur antebrachii, bagaimana cara perawatan yang benar pada pasien fraktur antebrachii. Dapat memahami masalah keperawatan apa saja yang dapat terjadi pada pasien dengan fraktur antebrachii. Keperawatan MuskuloPage 29

DAFTAR PUSTAKA Doenges. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pemdokumentasian Perawatan pasien, Edisi III. EGC : Jakarta. Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah, Edisi VII. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius : Jakarta

You might also like