You are on page 1of 1

EPILEPSI LOBUS TEMPORAL Share Tuesday, 21 October 2008 at 14:58 Beberapa dari perasaan-perasaan spiritual yang intens disebabkan

oleh epilepsy lobus temporal. Epilepsy lobus temporal adalah suatu gangguan syaraf yang menyebabkan tembakan-tembakan electron yang tak wajar dalam limbic system otak. V.S. Ramachandran, seorang pakar neurosains, menguji eksperimen dari beberapa orang untuk melihat God Spot pada manusia. Ia memasang elektroda-elektroda pada kedua tangan 2 penderita epilepsy lobus temporal yang memiliki obsesi religius. Vilayanur Ramachandran lantas memperlihatkan pada mereka berbagai gambar serta perkataan di layar computer dan mencatat respon mereka. Tatkala pada kedua subyek diperlihatkan benda-benda akrab seperti kata sepatu dan gambar orangtua mereka---mereka tak bereaksi. Begitu pun saat diperlihatkan gambargambar orang asing dan foto-foto gadis erotiskeduanya tak bereaksi. Namun saat diperlihatkan perkataan, benda dan gambar religius, pada kedua penderita epilepsi lobus temporal---respon-respon pada kulit mereka naik tajam. Sekadar diperlihatkan firman Tuhan di layar computer, sudah cukup membuat meledak perasaan-perasaan spiritualitas mereka. Beberapa kata atau gambr yang dipilih sudah mampu menimbulkan God spot pada kedua otak orang tersebut. Sebaliknya, jika bukan penderita epilepsi lobus temporal, reposn hanya memperlihatkan tanggapan yang rata-rata saja. Vilayanur S. Ramachandran membuat kesimpulan bahwa epilepsi mengakibatkan perubahan-perubahan permanen dalam sirkuit-sirkuit lobus temporal otak. Sejumlah sirkuit di antaranya jadi meningkat, sementara sirkuti lainnyas menurun, sehingga membentuk puncak-puncak dan lembah-lembah baru pada bentangan emosional si pasien. Arti penting dari eksperimen Ramachandran ini adalah memperlihatkan pada kita bahwa respon lobus temporal hanya khusus pada agama. Sensasi paling umum yang menyertai serangan lobus temporal adalah bahwa segala sesuatu tampak menjadi tidak seperti biasa. Vilayanur mencatat seorang pasiennya yang menghabiskan waktu berlama-lama menatap meja kopinya karena ia merasa bahwa meja kopi itu tidak mirip persis dengan meja kopi milik si pasien. Ia ( si pasien) tidak berpikir bahwa mejanya yang benar-benar berubah, tapi persepsinya lah yang berubah tentang meja itu.

You might also like