You are on page 1of 14

1.

KARBONISASI

Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endoterm atau eksoterm tergantung pada temperatur dan proses reaksi yang sedang terjadi. Secara umum hal ini dipengaruhi oleh hubungan temperatur karbonisasi, sifat reaksi, perubahan fisik/kimiawi yang terjadi. Proses karbonisasi dilakukan melalui dua cara, pertama dengan pemanasan secara langsung dalam tungku Beehive yang berbentuk kubah. Tungku Beehive merupakan tungku yang paling tua dimana batubara dibakar pada kondisi udara terbatas, sehingga hanya zat terbang saja yang akan terbakar. Jika zat terbang terbakar habis, proses pemanasan dihentikan.Kelemahannya antara lain terdapat produk samping berupa gas dan cairan yang tidak dapat dimanfaatkan atau habis terbakar, disamping itu produktivitas sangat rendah. Cara kedua adalah karbonisasi batubara dengan pemanasan tak langsung atau sistem destilasi kering. Dalam hal ini batubara ditempatkan pada ruang tegak sempit dan dipanaskan dari luar (pemanasan tak langsung). Cara ini selain menghasilkan kokas juga diperoleh produk samping berupa tar, amoniak, gas methana, gas hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan produk cair berupa tar, amoniak dan lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan kimia, umumnya berupa senyawa aromatik. Karbonisasi meliputi proses perombakan batubara dengan keadaan anaerob (tanpa oksigen) pada temperatur rendah 459-7000 C dan pada temperatur tinggi 900-12000 C menghasilkan material padat dan berpori yang merupakan residu proses karbonisasi disebut kokas atau arang serta gas yang mudah menguap (Tsai, 1980). Pada umumnya material padat terdiri atas semi kokas yang terbentuk dari batubara yang yang tidak mengalami pematangan dan kokas yang berasal dari batubara yang telah mengalami pematangan. Selama karbonisasi batubara mengalami beberapa tahap perubahan fisika dan kimia. Perubahan fisika terdiri atas pelunakan, aliran material, penggabungan dan pengerasan, sedangkan perubahan kimia terdiri atas perekahan polimerisasi dan penguapan. Faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi kualitas dari batubara dalam hal komposisi petrografinya. Type batubara dicirikan oleh variasi maseral dan kandungan mineral dalam batubara (Cook, 1975; Stach, 1985). Pembentukan type ini sangat dikontrol oleh berbagai faktor, diantaranya oleh variasi spatial dan temporal dari iklim purba, umur geologi, proses tektonik, kondisi ekologi lingkungan pengendapan tumbuhan pembentuk batubara dan komunitas tumbuhannya. Type batubara terjadi pada fase biokimia. Rank atau peringkat batubara adalah tingkat kematangan material organik yang dimulai dari tingkat paling rendah berupa lignit, sub-bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit hingga

meta antrasit. Tahap karbonisasi ini didominasi oleh proses geokimia, sehingga faktor terpenting dalam pembentukan peringkat batubara ini adalah temperatur, tekanan dan waktu. Pengamatan petrografi batubara pada dasarnya mencakup dua hal yaitu identifikasi kelimpahan serta komposisi maseral yaitu maseral vitrinit, inertinit dan liptinit (Tabel 1). Batubara dengan komposisi inertinit tinggi dan vitrinit rendah akan cenderung menghasilkan batubara berkekuatan rendah sedangkan apabila vitrinit yang tinggi dan inertinit yang rendah batubara tersebut akan memiliki kekuatan sedang. Namun batubara dengan kekuatan yang tinggi akan didapatkan apabila komposisi batubara menunjukkan kandungan vitrinit dan inertinit yang berimbang. Kekuatan batubara dapat pula mempengaruhi peringkat batubara, melalui petrografi dapat diketahui peringkat batubara melalui reflaktansi vitrinit. Batubara dengan reflaktansi vitrinit bernilai 1,2-1,4 dapat menghasilkan batubara dengan kekuatan yang tinggi.

2.Karbonisasi adalah proses pemanasan batubara pada temperatur beberapa ratus derajat untuk menghasilkan material-material: 1. Padatan yang mengalami pengayaan karbon yang disebut coke. 2. Larutan yang merupakan campuran hidrokarbon tar dan amoniacal liquor. 3. Hidrokarbon lain dalam bentuk gas yang didinginkam ke temperatur normal. 1. Free Swelling Index: Tes ini dilakukan untuk menentukan angka peleburan dengan cara memanaskan sejumlah sampel pada temperatur peleburan normal (kira-kira 800C). Setelah pemanasan atau sampai semua semua volatile dikelurkan, sejumlah coke tersisa dari peleburan. Swelling number dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan kecepatan pemanasan. 2. Tes karbonisasi Gray-King dan tipe coke: Tes Gray-King menentukan jumlah padatan, larutan dan gas yang diproduksikan akibat karbonisasi. Tes dilakukan dengan memenaskan sampel didalam tabung tertutup dari temperatur 300C menjadi 600C selama 1 jam untuk karbonisasi temperatur rendah atau dari 300C menjadi 900C selama 2 jam untuk karbonisasi temperatur tinggi.

3. Tes Karbonisasi Fischer: Prinsipnya sama dengan metode Gray-King, perbedaan terletak pada peralatan dan kecepatan pemanasan. Pemanasan dilakukan di dalam tabung alumunium selama 80 menit. Tar dan liquor dikondensasikan ke dalam air dingin. Akhirnya didapatkan persentase coke, tar dan,

air sedangkan jumlah gas didapat dengan cara mengurangkannya. Tes Fischer umum digunakan untuk batubara rank rendah (brown coal dan lignit) untuk karbonisasi temperatur rendah. Data perbandingan Tes Gray-King dan Fischer:

4. Plastometer Gieseler: Plastometer Gieseler adalah viskometer yang memantau viscositas sampel batubara yang telah dileburkan. Dari tes ini direkam data-data sbb: 4. Initial softening temperature. 5. Temperatur viscositas maksimum 6. Viskositas maksimum. 7. Temperatur pemadatan resolidifiation temperatur.

5. Indeks Roga: Indeks Roga menyatakan caking capacity. Ditentukan dengan cara memanaskan 1 gram sampel batubara yang dicampur dengan 5 gram antrasit pada 850C selama 15 menit.

6. Tes lain yang dilakukan: Biasanya dilakukan untuk menentukan: 1. Komposisi kimia (analisis proksimat, total belerang, analisis abu,dll) 2. Parameter fisik (distribusi ukuran, densitas relatif) 3. Uji kekuatan. 4. Tes Metalurgi. 3.Arang tempurung kelapa(karbon aktif) Kegunaan tempurung kelapa yang sudah diolah menjadi karbon aktif sangat banyak dan dibutuhkan di industri-industri besar. Untuk pemurnian gas, misalnya, karbon aktif diperlukan untuk menghilangkan belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan pencegahan racun. Kemudian dipakai juga pada industri pengolahan gas alam cair (LNG), katalisator untuk mengangkut vinil klorida dan vinil asetat.

Dan, yang lebih sederhana adalah sebagai bahan pembersih udara di ruangan yang kandungan uap air dan gas berbau/beracunnya tinggi, seperti pada mobil, kamar pendingin, botol obat-obatan serta peralatan-peralatan yang harus dilindungi dari proses perkaratan. Kemudian karbon aktif juga digunakan di industri obat dan makanan sebagai penyaring, penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada makanan. Di bidang perminyakan juga karbon aktif dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat perantara. Dalam industri pembersihan air dipakai juga sebagai bahan penghilang bau, warna dan logam berat, menghilangkan ammonia, nitrit, fenol. Bahkan dalam industri pulp (bahan kertas) dan tambang emas, karbon aktif digunakan sebagai bahan pemurnian. Sayangnya, menurut data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (www.bi.go.id), karbon aktif di pasaran hanya berasal dari daerah Sumatera Utara dan sebagian dari Aceh. Daerahdaerah lain belum menunjukkan aktivitas yang berarti. Dikatakan bahwa permintaan terhadap tempurung kelapa, baik sebagai bahan bakar maupun sebagai karbon aktif, masih sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bali dan lain-lain. Karena sebagaimana dikatakan, tempurung kelapa dapat digunakan sebagai bahan bakar langsung (industri keripik, pedagang sate/ikan bakar) dan juga sebagai bahan pembuatan karbon aktif. Karbon aktif adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan kimia sehingga poriporinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau.

Karbon aktif mengandung 5 sampai 15 persen air, 2 sampai 3 persen abu dan sisanya terdiri dari karbon. Karbon aktif berbentuk amorf terdiri dari pelat-pelat datar, disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya. Pelat-pelat tersebut bertumpuk-tumpuk satu sama lain membentuk kristal-kristal dengan sisa hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain yang tertinggal pada permukaannya.

Bahan baku karbon aktif dapat berasal dari bahan nabati atau turunannya dan bahan hewani. Di antaranya adalah tempurung kelapa, serbuk gergaji, ampas tebu, dan bahan-bahan lain yang mengandung karbon. Mutu karbon aktif yang dihasilkan dari tempurung kelapa mempunyai daya serap tinggi, karena arang ini berpori-pori dengan diameter yang kecil, sehingga mempunyai internal yang luas. Luas permukaan arang adalah 2 x 104 cm2 per gram, tetapi sesudah pengaktifan dengan bahan kimia mempunyai luas sebesar 5 x 106

sampai

1,5

107cm2

per

gram

Ada 2 tahap utama proses pembuatan karbon aktif yakni proses karbonasi dan proses aktifasi. Menurut Astuti (1990) dijelaskan bahwa secara umum proses karbonisasi sempurna adalah pemanasan bahan baku tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi untuk mengeringkan dan menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini terjadi dekomposisi termal dari bahan yang mengandung karbon, dan menghilangkan spesies non karbonnya. Proses aktifasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar diameter pori setelah mengalami proses karbonisasi, dan meningkatkan penyerapan. Pada umumnya karbon aktif dapat di aktifasi dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan cara aktifasi kimia dan aktifasi fisika. 1. Aktifasi kimia, arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan pengaktifasi selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 9000C selama 1 2 jam. 2. Aktifasi fisika, yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau CO2 yang dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Yang mana, menurut Bansal (1988), proses ini biasanya berlangsung pada temperatur 800 11000C. Karbon aktif banyak digunakan dalam industri pangan maupun industri non pangan. Merupakan adsorben yang baik dan arena itu sering digunakan untuk permurnian, penghilangan warna, penghilangan bau, dekloronisasi, menghilangkan zat racun, penyaring, menghilangkan garam-garam dan dapat juga di gunakan sebagai katalis (Bansal et al, 1988). Potensi pasar nasional untuk keperluan karbon aktif cukup tinggi di atas 200 ton perbulan. Untuk pasar lokal saja sekitar 30 ton per bulan yang kebanyakan digunakan untuk industri pengolahan emas skala kecil. Harga jual karbon aktif untuk gold recovery sekitar 17.000 rupiah per kg. Jika para penambang menggunakan karbon aktif buatan lokal maka PAD yang masuk setiap tahun sekitar 6 milliar lebih.

MINUM ARANG BIKIN SEHAT DAN AWET MUDA.

Masih ingat era 1980 ketika menyetrika menggunakan bara arang? Arang dibakar hingga membara dalam setrika besi yang di depannya terdapat pengunci berbentuk ayam jantan. Cara itu kini ditinggalkan dan digantikan setrika listrik yang lebih praktis. Namun, bukan berarti arang tak lagi digunakan. Pada abad ke-20, barang gosong itu justru makin luas penggunaannya. Riset terbaru, arang diubah menjadi penghantar zat antikanker pada tubuh manusia. Penelitiannya dilakukan Japan Science and Technology Agency dan Japan Cancer Insitute, Jepang. Arang atau karbon diubah menjadi nanohorn, sejenis batang berukuran sepersejuta

meter yang salah satu ujung silindernya meruncing dan tertutup seperti tanduk. Pada ujung itu, disempalkan butiran 1-2 nanometer obat kanker bernama cisplatin. Mirip memasukan obat ke dalam kapsul. Setelah disuntikkan ke tubuh pasien, nanohorn mengalir dalam darah, tidak menyebar ke seluruh tubuh tetapi hanya terakumulasi di dalam sel-sel kanker. Sebab, sifat sel kanker lebih mudah menyerap benda-benda berukuran 100 nanometer dibandingkan sel tubuh lainnya. Setelah berkumpul di dalam sel kanker, obat dalam kapsul nanohorn itu perlahan lepas untuk mematikan sel kanker. Sistem penghantar obat itu lebih efektif untuk pemusnahan kanker dan tumor serta tanpa efek samping. Awet muda Penggunaan arang sebagai obat dalam sebetulnya bukan baru. Sejak 1500 SM, masyarakat Mesir menggunakan arang sebagai penyembuh luka dan pembersih usus halus setelah makan. Lantas, 1.100 tahun kemudian Hipokrates menggunakan barang kelam itu untuk perawatan pengidap epilepsi, klorosis, dan antraks. Pada 1831, di depan pelajar di French Academy of Medicine, Profesor Touery berdemontrasi minum racun strychnine yang dicampurkan butiran hitam asal pembakaran. Hasilnya, ia tetap hidup dan menjelaskan penyebabnya. Menurut Professor Tourey, arang tak berbau dan tak berasa mampu menyerap 60% zat beracun di dalam tubuh yang masuk ke seluruh jaringan pencernaan seperti usus halus, usus besar, dan perut. Ia efektif bekerja 1,5 jam setelah konsumsi. Arang memiliki pori yang banyak dan luas, sehingga kemampuan menyerapnya tinggi, kata Tjuju Nurhayati, peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Penelitian lain dilakukan Richard C. Kaufman, Ph.D dari National Health Federation, Minessota, Amerika Serikat. Arang terbukti bersifat antipenuaan dan memperpanjang umur sebanyak 40% hewan percobaan. Itu karena arang menjaga sensitivitas tubuh dari bahan kimia dan racun yang merusak sel tubuh. Arang juga menyeimbangkan metabolisme lemak, menurunkan kinerja sintesis protein pemicu penuaan, penurunan RNA, penghambat arteriosklerosis dan fibrosis. Dosis yang dianjurkan sebanyak 30 gram per hari diminum 2 kali seminggu saat perut kosong. Arang sebagai pereduksi kolesterol dan penghambat penyakit dilansir oleh British Journal of Nutrition. Sejumlah pasien berkolesterol tinggi yang diberi konsumsi 8 g arang per hari turun 25% dari total kolesterol, 41% kolesterol jahat LDL (low density lipoprotein), serta melipatgandakan rasio HDL/LDL kolesterol. Itu karena arang menyerap penyumbat jantung dan melancarkan peredaran darah koroner. Pupuk Selain menjaga kesehatan tubuh manusia, arang juga digunakan untuk kebutuhan lain. Di Jepang, misalnya, arang merupakan komponen utama upacara minum teh sejak 1522. Arang yang digunakan harus tak berbunyi, tanpa berasap, dan tak berbau, kata Jhoni W Utama,

direktur PT Dian Niaga, eksportir arang di Jakarta. Arang digunakan untuk menghangatkan air pada suasana sakral yang tenang dan damai. Untuk pertumbuhan tanaman teh pun tak bisa lepas dari jasa charcoal-nama dagang arang di dunia. Takehiko Hoshi dari Tokai University, Jepang, meneliti efek arang terhadap tanah perkebunan teh selama 10 tahun di bagian timur Shizuoka, Jepang. Arang yang ditaburkan di sekeliling tanaman teh masing-masing 100 g memberikan efek pertumbuhan tinggi dan volume produksi meningkat 40% dibanding tanaman yang tak ditaburi arang. Penyebabnya, arang mengubah air yang terperangkap dalam tanah menjadi air mineral lantaran berikatan dengan mineral-mineral arang. Arang juga mengikat nutrisi di udara seperti nitrogen penyebab pH di dalam tanah tetap netral. Selain kaya mineral arang juga bersifat antibakteri dan beberapa jenis asam-asam penyubur tanaman, kata Tjuju. Konsep itulah yang diterapkan Korea Selatan untuk menjaga kesuburan rumput lapangan golf. Minimal satu ton arang batok kelapa untuk lapangan golf yang dipakai di lapisan ketiga, kata Jhony. Manfaatnya, menyerap kelembapan berlebih sehingga cendawan tidak berkembang dan menghalau hama-hama perusak rumput. Penggunaan lainnya sebagai pakan kambing seperti di diriset Do Thi Thanh Vana dari Goat and Rabbit Research Centre, Hatay, Vietnam. Ia menguji 42 kambing di National Institute of Animal Husbandry, Hanoi, Vietnam. Pertumbuhan bobot kambing yang diberi pakan 10 g arang per kg bobot tubuh selama 12 minggu lebih cepat; 53 g/hari. Sementara kambing tanpa arang hanya 30 gram/hari. Baju arang Dari sekian banyak faedah arang, penggunaan terbesar sebagai karbon aktif. Maksudnya, arang diubah struktur karbonnya dengan dibebaskan dari ikatan unsur lain sehingga permukaan dan pusat aktifnya menjadi luas. Awalnya, luas permukaan arang berkisar 300 m2/g setelah diaktivasi menjadi 3.500 m2. Semakin luas pusat aktif arang, daya absorsi terhadap cairan dan gas lebih tinggi. Daya serapnya mencapai 25-1.000% dari bobot arang aktif. Arang-arang itu dibentuk dalam berbagai rupa, antara lain dinding partisi, penyegar kulkas, vas bunga, dan ornamen meja. Bahkan di Taiwan dijadikan baju, selimut, kaus kaki, dan tirai, kata Jhonny. Hal itu dilakukan oleh Ema Hsieh dari Taiwans Industrial Technology Research Institute, Taiwan. Hasil penelitian Ema, arang mampu melepaskan sinar ultra inframerah yang menghangatkan tubuh. Ia memperbaiki peredaran darah, melepaskan ion negatif yang menyeimbangkan energi dalam tubuh, serta bekerja pada sistem parasimpatetik sebagai penenang pikiran dan badan. Benang arang bersifat antimikroba, menyerap bau lebih baik, dan menghalau radiasi gelombang elektromagnetik perusak sel tubuh.

Dengan segudang manfaat itu, sudah sewajarnya kita memperlakukan arang tak sekadar barang gosong pemanggang daging satai atau pun penjernih air seperti yang selama ini diaplikasikan. Di balik legamnya, barang gosong itu kaya manfaat. 4.Briket batubara super karbonisasi Briket batubara super karbonisasi dibuat dari batubara yang dikarbonisasi pada temperatur 900 C, yang memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya: tidak berasap tidak berbau - kalori lebih tinggi (6500 7500 kcal / kg), sehingga lebih panas menyala lebih lama / awet, dengan api berwarna biru - kadar fixed carbon minimal 80% Karbonisasi biomassa Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan adalah suatu proses untuk menaikkan nilai kalor biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan sedikit asap. Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang. Sedikit banyaknya arang yang dihasilkan bergantung pada komposisi awal biomassa. Semakin banyak kandungan volatile matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian yang terlepas ke udara. Penentuan komposisi awal biomassa dilakukan dengan uji analisis pendekatan (proximate analysis). PTPN XII (Persero)- (Twt). Arang dari sampah kota organik dapat dibuat dengan cara karbonisasi dalam reaktor pirolisis pada suhu 350-51O derajat C 5 jam. Parameter mutu arang yang diukur meliputi: rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon terikat, nilai kalor daya serap terhadap iodin, benzena dan kloroform. Struktur arang dikarakterisasi dengan Fourier Transform Infra X Ray Diffraction dan Scanning Electron Microscopy. Karbonisasi pada suhu lebih besar sama dengan 405 derajat C dalam waktu 5 jam menghasilkan arang yang matang sempurna, sedangkan pada suhu < 405 derajad C arang matang sebagian. Arang dari karbonisasi suhu 505 derajadC mempunyai kualitas Iebih baik dari arang hasil perlakuan lainnya. Hasil karakterisasi arang ini : 2,46persen air, 18,30persen zat terbang, 12,22persen abu, 69,48persen karbon terikat, dan nilai kalor 6634 kalon. Arang tersebut menunjukkan daya serap tertinggi terhadap larutan iodin dan uap benzena, yaitu berturut-turut 379,80 mg/g dan 12,37persen. Namun daya serap arang ini terhadap uap kloroform lebih rendah dibanding hasil karbonisasi pada suhu 510 derajad C, yaitu berturut-turut 11,69 dan 12,80persen. Gugus fungsi pada arang hasil karbonisasi suhu 505 derajad C antara lain, gugus OH, C-H, C=C, C-

H alifatis dan C-O eter. Secara umum derajat dan jarak antar lapisan kristalit arang yang dihasilkan pada semua perIakuan karbonisasi tidak menunjukkan perbedaan berarti. Pola struktur topografi permukaan arang memperlihatkan pcmbentukan pori yang makin besar sesuai dengan kenaikan suhu karbonisasinya. 5.Batubara terbagi menjadi 2 macam :

1. Batubara muda / sub-bituminus / lignite, yaitu batubara kalori rendah (bermutu rendah). Ciri-cirinya : 8. Fisiknya lebih lembut dengan materi yang rapuh 9. Berwarna suram seperti tanah 10. tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi 11. Kadar karbon rendah 12. Kandungan energinya rendah 2. Batubara tua / bituminus / antrasit, yaitu batubara kalori tinggi (bermutu baik). Ciricirinya : 5. Fisiknya keras dan kompak 6. Warnanya hitam dan mengkilat 7. Tingkat kelembaban (moisture) yang rendah 8. Kadar karbon tinggi 9. Kandungan energinya besar Pembentukan Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar. Terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap di dalam tanah selama jutaan tahun. Endapan tersebut selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlansung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam katagori bahan bakar fosil. Keunggulan Batubara 1. Memiliki cadangan yang besar +/- 160 tahun 2. Dapat diperoleh dari banyak sumber dengan harga stabil 3. Harganya lebih murah dari minyak dan gas 4. Aman untuk ditransportasikan dan disimpan 5. Dapat ditumpuk di lokasi sementara 6. Tidak banyak terpengaruh oleh cuaca dan hujan 7. Dapat dikembangkan dengan teknologi batubara bersih

Bahan Campuran dan Fungsi A. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket batubara. Semakin tinggi nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin tinggi Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan semakin lama karena unsur zat yang mudah terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan semakin sedikit

Semakin banyak komposisi batubaranya, pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas dan semakin lama Semakin tinggi nilai kalorinya semakin sulit menyala, karena kadar volatile matternya akan semakin sedikit Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang dihasilkan akan semakin berkurang dan lama pembakaran akan semakin cepat. Batubara dengan nilai kalori rendah juga mengandung banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan, berasap dan panas yang berkurang. Solusinya dengan cara pengeringan (mengurangi kadar air) dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar kalori batubara)

B. Biomassa (serbuk kayu keras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan proses pembakaran Semakin banyak komposisi biomassa maka briket akan semakin mudah terbakar dan pencapaian suhu maksimalnya akan semakin cepat Kelemahannya semakin banyak komposisi biomassanya, lama pembakaran menjadi semakin berkurang

Biomassa dapat diubah / diolah menjadi bio arang, yang merupakan bahan bakar dengan tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari Semakin besar komposisi biomassa, maka kandungan emisi polutan CO dan polusi HC akan semakin berkurang

C. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat Jenis tanah liat yang dipilih, harus mengandung unsur Kaulinik yaitu unsur yang mempengaruhi kerekatan, kekerasan dan kekeringan Semakin banyak komposisinya, briket yang dihasilkan akan semakin keras

Semakin banyak komposisinya, gas CO yang dihasilkan akan semakin sedikit Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama pembakaran, komposisi yang terbaik untuk tanah liat adalah 10%

D. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama Pemilihan tepung tapioka yang baik juga diperlukan untuk mendapatkan daya rekat yang kuat dan tidak mudah hancur Pembuatan "adonan perekat" dari tepung tapioka dengan air juga harus diperhatikan sehingga benar-benar matang dan kental. Setelah adonan jadi sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga adonan tersebut benar-benar kental dan rekat

E. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun dan mengurangi bau belerang Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk kapur adalah 1% Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena apabila terlalu banyak akan membuat panas pembakaran briket menjadi berkurang 6.Kelemahan Briket Batubara dan Solusinya 1. Sulit dalam penyalaan, solusinya : Bahan baku batubara dan tanah liat dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu), sehingga kadar airnya rendah. Bahan baku batubara dan tanah liat "di-crusher" dan "di-screen" terlebih dahulu dengan menggunakan lubang saringan yang kecil dari 3 mm2

Memperbesar komposisi biomassa (serbuk kayu keras), karena biomassa dapat membantu mempercepat proses penyalaan Briket batubara yang sudah dicetak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur atau dipanaskan dengan "oven" sebelum dikemas dalam karung. Hal ini untuk menghindari briket lembab saat digunakan nantinya

2. Berasap dan berbau, solusinya : Semua bahan diusahakan dalam keadaan kering, karena kelembaban dan kadar air yang banyak menyebabkan asap yang banyak dan berbau Pemberian angin atau menggunakan cerobong pada saat penyalaan awal akan membantu briket cepat menjadi bara sehingga asap dan bau yang dihasilkan dari pembakaran briket tersebut juga akan berkurang

Penambahan unsur kapur dalam komposisi briket. komposisi terbaik untuk kapur 1%. Hal ini juga akan mengurangi kadar asap dan bau Pemberian biomassa juga akan membantu mempercepat batubara menjadi bara sehingga asap dan bau akan cepat berkurang Dengan cara batubara dikarbonisasi terlebih dahulu, karena dengan proses karbonisasi, telah membuang sebagian zat terbang dan gas-gas sisa pembakaran

3. Panas dan lama pembakaran, solusinya : Pemilihan batubara dengan kalori tinggi atau dengan cara dikarbonisasi Dengan memperbesar komposisi batubara. Karena semakin banyak komposisi batubaranya maka akan semakin lama dan semakin panas hasil pembakarannya

Penentuan komposisi tanah liat dan jenis tanah liat juga berpengaruh terhadap lama pembakaran. Pemilihan tanah liat yang baik akan membuat briket lebih rekat, padat dan keras yang akhirnya juga memperlama proses pembakaran Pengeringan hasil briket. Karena briket yang lembab dan basah akan berpengaruh besar terhadap panas yang dihasilkan

4. Kepadatan dan kekerasan, solusinya : Pemilihan tanah liat yang baik yang mengandung unsur kaulinik sehingga mempunyai daya rekat dan kekerasan yang tinggi serta cepat kering

Penghancuran (crusher) dan penyaringan (screen) bahan baku juga berpengaruh terhadap kekerasan hasil cetak. Semakin kecil partikel bahan baku akan membuat partikel tercampur (mixer) lebih merata dan padat serta tidak mudah hancur Pemilihan tepung tapioka dan pembuatan "adonan tapioka" yang baik sehingga didapatkan campuran adonan tapioka yang kental dan mempunyai daya rekat yang baik Penjemuran atau peng-oven-an hasil briket sampai benar-benar kering sebelum dikemas dalam karung. Untuk mengurangi briket yang hancur dan mutu yang buruk saat pengiriman dan pemakaian

5. Harga jual produk, solusinya : Pemilihan lokasi pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan konsumen. Hal ini akan mempengaruhi harga jual sehingga lebih mudah bersaing di pasar Proses produksi yang baik dan benar, untuk mengurangi kegagalan produksi atau "complain" dari konsumen

"Quantity" produksi yang besar akan menurunkan biaya produksi

7.WASPADA TERHADAP ASAP HASIL PEMBAKARAN BATUBARA

PASCA kenaikan harga BBM membuat sebagian besar ibu-ibu rumah tangga rakyat kecil beralih menggunakan kompor briket batubara untuk memasak. Pilihan tersebut hanya didasari oleh keinginan menghemat pengeluaran. Karena harga 1 kg. briket batubara seharga Rp.1.000,- dapat menggantikan 1 liter minyak tanah yang harganya sekitar Rp.2.500,-. Beberapa produsen kompor briket batubara mengaku bisa menjual 20 hingga 30 kompor per hari seharga Rp.60.000,- hingga Rp.65.000,- selang 3 minggu pasca kenaikan BBM. Pemerintah juga telah memutuskan untuk membantu rakyat miskin dengan membagikan 10 juta tungku briket batubara yang dibagikan secara gratis bagi penduduk miskin. Sepintas keputusan itu memang cukup baik, ditengah-tengah himpitan hidup, rakyat kecil mendapatkan angin segar. Namun perlu diwaspadai bahwa penggunaan briket batubara untuk memasak tersebut menimbulkan masalah baru yang lebih serius. Pada pertemuan dunia Sustainable Development (pembangunan berkelanjutan) di Bali tahun

2002, dikemukakan oleh Partnership for Clean Indoor Air (Kemitraan untuk udara bersih di dalam ruangan), bahwa penggunaan bahan bakar padat di dalam ruangan sangat bertentangan dengan inisiatif untuk kesehatan masyarakat. Salah satunya yang dibahas adalah risiko kesehatan yang bakal diterima jutaan penduduk negara berkembang jika briket batubara digunakan untuk memasak. Saat ini diperkirakan lebih dari 1,6 juta orang telah meninggal setiap tahunnya akibat terkena infeksi pernapasan dan dampak pembakaran bahan bakar padat (Sumber WHO). Di antaranya yang paling banyak meninggal adalah perempuan termasuk ibu-ibu dan anak-anak. Hasil penelitian yang dimuat American Journal of Epidemiology menyatakan bahwa memasak di dalam ruangan dengan bahan bakar padat, termasuk batubara, tanpa cerobong asap, akan meningkatkan risiko kanker paru secara signifikan. Lain halnya memasak dengan cara modern menggunakan bahan bakar cair akan menurunkan risiko tersebut. Batubara dan perangkatnya yang dibakar untuk memasak dapat menghasilkan zat-zat racun seperti sulfur, merkuri, arsenik, selenium dan fluorida. Selama pembakaran, batubara juga menghasilkan polyevclie aromatic hydrocarbons yang dapat menyebabkan kanker tenggorokan dan kanker paru. Di samping itu zat-zat tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi pernapasan kronis seperti bronchitis dan emfisema. Para peneliti dari US Geological Survey and the Institute of Geochemistry, Guizhou, juga memperkirakan paling sedikit 3.000 penduduk di Provinsi Guizhou di barat daya China telah keracunan arsen kronis yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang dimasak di atas api batubara. Disamping itu bahan perekat bubuk batubara dari tanah liat untuk membuat briket, dapat meningkatkan kandungan fluorida pada batubara tersebut. Hal ini telah menimbulkan 10 juta penduduk China menderita penumpukan fluoride pada gigi dan tulang yang menyebabkan perubahan bentuk tulang. Kekurangan lain penggunaan briket batubara adalah ketidakpraktisan. Memasak dengan briket batubara masih juga menggunakan sedikit minyak tanah, karena briket yang berada dilapisan paling atas pada tungku batubara tersebut harus direndam dulu dengan minyak tanah selama 10 menit. Setelah briket terendam, baru kemudian dibakar. Proses pembakaran ini akan berlangsung sampai 20 menit, sampai briket batubara menjadi bara, baru kemudian setelah ini peralatan masak dapat dinaikkan ke atas tungku. Hal tersebut akan semakin merepotkan pengguna. Meskipun harga briket batubara lebih murah daripada minyak tanah, tetapi 1 kg. briket batubara hanya mengandung 60% energi (5.500 kcal) daripada yang dikandung minyak tanah (8.900 kcal). Selain itu energi briket batubara hanya separoh dari 1 kg. gas elpiji (11.900 kcal). Kebijaksanaan menggunakan bahan bakar pengganti minyak tanah tersebut seharusnya lebih dulu dilakukan kajian secara komprehensif dan melalui hasil penelitian (berbasis penelitian) yang melibatkan berbagai pihak terkait termasuk perguruan tinggi, tidak hanya sekadar keputusan ekonomi yang hanya disosialisasikan lewat siaran pers saja. Bahan bakar biomassa merupakan energi yang terbarukan (kotoran hewan, sabut kelapa, dll.) justru lebih akrab dan merakyat di pedesaan ketimbang batubara, disamping lebih mudah bahan bakunya dan murah, bahan bakar ini juga tidak serumit batubara. Berita terakhir, pemerintah menganjurkan agar ibu rumah tangga beralih dari minyak tanah ke gas karena persediaan gas nasional yang besar, sementara minyak bumi makin terbatas produksinya. Tujuan lain dari pemerintah agar industri beralih ke gas, juga mobil taksi secara bertahap memakai gas. Tujuan baru selalu menimbulkan pro dan kontra...Siap, maju?

Nilai ekonomis briket


Memasak dengan briket batubara Briket batu bara yang berhasil diteliti menurut saya adalah yang telah dikembangkan oleh B2TE Balai Besar Teknologi Energi BPPT di Serpong, Tangerang. Briket ini tanpa karbonisasi bertipe sarang tawon dan telur yang dilengkapi dengan penyulut sehingga memudahkan proses penyalaan kompor briket batu bara. Briket tipe ini aman, tidak bisa meledak, selama proses tidak perlu dipantau, bersih dan tidak menimbulkan jelaga. Harga briket batubara ini Rp. 9o0 per kg. Harga kompor berkisar Rp.30.000 sampai Rp.200.000. Penggunaan satu hingga 1,8 kilogram briket batu bara sama dengan satu liter minyak tanah, bergantung pada efisiensi kompor atau tungku briket batu bara yang digunakan. Briket batubara tanpa karbonisasi ini (tidak melalui proses karbonisasi) menghasilkan asap yang lebih sedikit daripada batubara berjenis karbonisasi atau kompor minyak tanah. Dibandingkan dengan kompor minyak tanah (menghasilkan emisi karbonmonoksida antara 200 - 300 ppm), kompor briket batubara menghasilkan emisi karbonmonoksida lebih kecil sekitar 100 ppm, untuk itu tidak disarankan dipakai di dalam dapur tertutup untuk menjaga kesehatan.

You might also like